Wikisource http://id.wikisource.org/wiki/Halaman_Utama MediaWiki 1.7alpha first-letter Media Istimewa Bicara Pengguna Bicara Pengguna Wikisource Pembicaraan Wikisource Gambar Pembicaraan Gambar MediaWiki Pembicaraan MediaWiki Templat Pembicaraan Templat Bantuan Pembicaraan Bantuan Kategori Pembicaraan Kategori Main Page 1 98 2005-11-07T04:18:42Z 130.194.13.104 alih #redirect [[Halaman Utama]] Pengguna:Borgx 2 1726 2005-12-09T05:36:48Z Borgx 2 Lihat halaman pengguna saya di [[:w:Pengguna:Borgx|wikipedia]] ---- Please see my user's page at [[:w:Pengguna:Borgx|Indonesian wikipedia]] ---- ---- *Yang harus ditambahkan : ** Panduan pembakuan istilah, pelaksanaan Instruksi Presiden nomor 2 tahun 2001 tentang penggunaan komputer dengan aplikasi komputer berbahasa Indonesia [http://www.vlsm.org/etc/baku-0.txt http://www.vlsm.org/etc/baku-0.txt] ** [http://semanggipeduli.com/tgpf/laporan.html Laporan TGPF] *Lain-lain ** [[Istimewa:Whatlinkshere/Templat:Rapikan|Daftar artikel yang perlu dirapikan]] Wikisource:Pengurus 3 2644 2006-06-13T02:26:00Z Borgx 2 Pengguna pengurus di Wikisource: # [[Pengguna:borgx|borgx]] - sejak 6 November 2005. # [[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] - sejak 13 Juni 2006. ==Lihat pula== * [[Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara|Pemungutan suara yang berhubungan dengan kepengurusan]] * [[Special:Listadmins|Daftar pengurus secara otomatis]] [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] MediaWiki:Allpages 4 4 2005-11-06T05:46:51Z Borgx 2 Semua halaman MediaWiki:Upload 5 5 2005-11-06T05:48:29Z Borgx 2 Pemuatan MediaWiki:Specialpage 6 6 2005-11-06T05:49:36Z Borgx 2 Halaman istimewa MediaWiki:Savearticle 7 7 2005-11-06T05:53:44Z Borgx 2 Simpan halaman MediaWiki:Showdiff 9 9 2005-11-06T05:56:43Z Borgx 2 Perlihatkan perubahan Wikisource:Pengumuman 10 2321 2006-05-25T20:08:56Z IvanLanin 30 +kat, +entri Halaman ini digunakan untuk mencatat kejadian penting di Wikisource bahasa Indonesia. * Diaktifkan pada 6 November 2005 (thanks to Brion and Angela). * 26 Mei 2006 - Perubahan tampilan halaman muka, pembenahan struktur [[:kategori:kategori utama|kategori utama]], serta rintisan pendefinisian [[wikisource:Apakah Wikisource itu?|Apakah Wikisource itu?]]. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Halaman Utama 11 move=:edit= 2609 2006-05-29T05:49:08Z IvanLanin 30 proporsi kolom __NOTOC__ __NOEDITSECTION__ {| cellspacing="5px" | width="60%" valign="top" | <div style="border: 1px solid #6688AA; background-color:#FFE4C4; padding:1em; -moz-border-radius: 10px;">{{prakata}}</div> | rowspan="2" width="40%" valign="top" | <div style="height: 100%; border: 1px solid #6688AA; background-color:#FFFFFF; padding:1em; -moz-border-radius: 10px;"> <!-- '''Indeks pengarang'''<br/><br/> {{Pengarang berdasarkan abjad}} [[Image:Separator.jpg|center]] --> <div class="plainlinks" style="font-size: smaller; float: right;">[[Istimewa:Newpages|selengkapnya]] | [http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Templat:Naskah_baru&action=edit sunting]</div>'''Naskah baru''' {{naskah baru}} [[Image:Separator.jpg|center]] {{komunitas}} </div> |- | valign="top"| <div style="border: 1px solid #6688AA; background-color:#EEE9E9; padding:1em; -moz-border-radius: 10px"> {{indeks utama}} </div> |- | colspan="2" | <div style="border: 1px solid #6688AA; background-color:#FFFFFF; padding:1em; -moz-border-radius: 10px"> '''<big>Proyek Wikimedia lain</big>''' {{Proyeklainnya}} </div> |} <!-- Interwiki links to other language Main Pages--> [[ar:]] [[da:]] [[de:]] [[en:]] [[es:]] [[el:]] [[fr:]] [[gl:]] [[he:]] [[it:]] [[ja:]] [[hr:]] [[ko:]] [[la:]] [[nl:]] [[pl:]] [[pt:]] [[ro:]] [[ru:]] [[sr:]] [[sv:]] [[zh:]] MediaWiki:Mainpage 12 20 2005-11-06T06:07:21Z Borgx 2 Halaman Utama MediaWiki:Portal 13 14 2005-11-06T06:03:29Z Borgx 2 Portal komunitas MediaWiki:Currentevents 14 15 2005-11-06T06:04:12Z Borgx 2 Peristiwa terkini MediaWiki:Recentchanges 15 16 2005-11-06T06:04:35Z Borgx 2 Perubahan terbaru MediaWiki:Randompage 16 17 2005-11-06T06:04:59Z Borgx 2 Halaman sembarang MediaWiki:Sitesupport 17 18 2005-11-06T06:05:39Z Borgx 2 Sumbangan dana Templat:Proyeklainnya 19 2164 2006-05-24T20:20:20Z IvanLanin 30 -blank space '''Wikisource''' disediakan gratis oleh sebuah organisasi nirlaba, [[:w:Wikimedia|Yayasan Wikimedia]], yang juga mengendalikan beberapa proyek [[m:List of Wikipedias|multibahasa]] yang lain. {| align="center" cellpadding="2" width="100%" style="text-align:left" | [[Image:Wikipedia-logo-en.png|35px]] | [[w:Halaman_Utama|'''Wikipedia''']]<br />Ensiklopedia | [[Image:Wiktionary-logo-en.png|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[wikt:Halaman_Utama|'''Wiktionary''']]<br />Kamus dan tesaurus | [[Image:Wikibooks-logo.svg|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[b:Halaman_Utama|'''Wikibooks''']]<br />Buku teks dan panduan | [[Image:Wikiquote-logo.svg|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[q:Halaman_Utama|'''Wikiquote''']]<br />Koleksi kutipan kata |- | [[Image:Wikispecies-logo.png|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[Wikispecies:Halaman Utama|'''Wikispecies''']]<br />Direktori spesies | [[Image:Wikinews-logo.png|35px|<nowiki></nowiki>]] | <div class=plainlinks>[http://en.wikinews.org/wiki/Main_Page '''Wikinews''']</div> Sumber berita bebas | [[Image:Commons-logo.svg|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[commons:Halaman_Utama|'''Commons''']]<br />Berkas multimedia bebas | [[Image:Wikimedia-logo.svg|35px|<nowiki></nowiki>]] | [[m:Main_Page|'''Meta-Wiki''']]<br />Koordinasi proyek Wikimedia |}<noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Pengguna:Hayabusa future 20 27 2005-11-06T08:01:59Z Hayabusa future 3 Lihat halaman pengguna saya di [[:w:Pengguna:Hayabusa future|Wikipedia]]. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 21 2595 2006-05-28T19:27:24Z Borgx 2 pisah {{process header |title = |section = |previous = [[Naskah konstitusional]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945}} Lihat pula: * [[Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] * [[Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] * [[Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] * [[Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945]] }} === PEMBUKAAN === '''''''Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.'''' Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.''' === BAB I - BENTUK DAN KEDAULATAN === '''Pasal 1''' (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. (2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. === BAB II - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT === '''Pasal 2''' (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak. '''Pasal 3''' Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan negara. === BAB III - KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA === '''Pasal 4''' (1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. (2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. '''Pasal 5''' (1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. '''Pasal 6''' (1) Presiden ialah orang Indonesia asli. (2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara yang terbanyak. '''Pasal 7''' Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. '''Pasal 8''' Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya. '''Pasal 9''' Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden) : "Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa". Janji Presiden (Wakil Presiden) : "Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa". '''Pasal 10''' Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. '''Pasal 11''' Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. '''Pasal 12''' Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang. '''Pasal 13''' (1) Presiden mengangkat duta dan konsul. (2) Presiden menerima duta negara lain. '''Pasal 14''' Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi. '''Pasal 15''' Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan. === BAB IV - DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG === '''Pasal 16''' (1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang. (2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usul kepada pemerintah. === BAB V - KEMENTERIAN NEGARA === '''Pasal 17''' (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden. (3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintah. === BAB VI - PEMERINTAH DAERAH === '''Pasal 18''' Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. === BAB VII - DEWAN PERWAKILAN RAKYAT === '''Pasal 19''' (1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang. (2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. '''Pasal 20''' (1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. (2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. '''Pasal 21''' (1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang. (2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. '''Pasal 22''' (1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang. (2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut. (3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut. === BAB VIII - HAL KEUANGAN === '''Pasal 23''' (1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu. (2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. (3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. (4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. (5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan rakyat. === BAB IX - KEKUASAAN KEHAKIMAN === '''Pasal 24''' (1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang. (2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang. Pasal 25 Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang. === BAB X - WARGA NEGARA === '''Pasal 26''' (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. '''Pasal 27''' (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. '''Pasal 28''' Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebaganya ditetapkan dengan undang-undang. === BAB XI - AGAMA === '''Pasal 29''' (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. === BAB XII - PERTAHANAN NEGARA === '''Pasal 30''' (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. (2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. === BAB XIII - PENDIDIKAN === '''Pasal 31''' (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. '''Pasal 32''' Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. === BAB XIV - KESEJAHTERAAN SOSIAL === '''Pasal 33''' (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. '''Pasal 34''' Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. === BAB XV - BENDERA DAN BAHASA === '''Pasal 35''' Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih. '''Pasal 36''' Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. === BAB XVI - PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR === '''Pasal 37''' (1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir. (2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota yang hadir. === ATURAN PERALIHAN === '''Pasal I''' Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia. '''Pasal II''' Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. '''Pasal III''' Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. '''Pasal IV''' Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional. === ATURAN TAMBAHAN === (1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini. (2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar. [[Kategori:Naskah konstitusional]] [[en:Constitution of the Republic of Indonesia]] Surat Perintah Sebelas Maret 22 2616 2006-05-29T09:30:37Z IvanLanin 30 koreksi prn {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Naskah bersejarah]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Surat Perintah Sebelas Maret}} }} '''PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA'''<br> SURAT PERINTAH :I. Mengingat: ::1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik nasional maupun Internasional ::1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966 :II. Menimbang: ::2.1. Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi. ::2.2. Perlu adanja djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi, ABRI dan Rakjat untuk memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja :III. Memutuskan/Memerintahkan: ::Kepada: LETNAN DJENDERAL SOEHARTO, MENTERI PANGLIMA ANGKATAN DARAT ::Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi: ::1. Mengambil segala tindakan jang dianggap perlu, untuk terdjaminnja keamanan dan ketenangan serta kestabilan djalannja Pemerintahan dan djalannja Revolusi, serta mendjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimin Besar revolusi/mandataris M.P.R.S. demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala adjaran Pemimpin Besar Revolusi. ::2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan-Angkatan lain dengan sebaik-baiknja. ::3. Supaya melaporkan segala sesuatu jang bersangkuta-paut dalam tugas dan tanggung-djawabnja seperti tersebut diatas. :IV. Selesai. :Djakarta, 11 Maret 1966 :PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/PEMIMPIN BESAR REVOLUSI/MANDATARIS M.P.R.S. :[[Soekarno|SOEKARNO]] [[Kategori:Naskah bersejarah]] [[Kategori:Soekarno]] Gambar:Wikisource-id.png 24 32 2005-11-07T00:57:35Z Borgx 2 Created by [[w:Pengguna|Borgx|Borgx]] {{GFDL}} Created by [[w:Pengguna|Borgx|Borgx]] {{GFDL}} Templat:GFDL 25 2654 2006-06-18T20:51:06Z 84.189.224.218 <!-- comment to force linebreak --> {| align=center border=0 cellpadding=4 cellspacing=4 style="border: 1px solid #CC9; background-color: #F1F1DE" |- | [[Image:Heckert GNU white.svg|70px|center|]] | style="font-size: 80%" | Diizinkan untuk mengkopi, menyebarkan dan/atau mengubah dokumen ini di bawah syarat-syarat '''[[w:GFDL|Lisensi Dokumentasi Bebas GNU]]''', Versi 1.2 atau lebih baru yang diterbitkan oleh Free Software Foundation; tanpa Bagian Invarian, tanpa Teks Sampul-Depan, dan tanpa Teks Sampul-Belakang<br/>Harus sesuai dengan ketentuan dalam bagian [[w:Wikipedia:Penafian Umum|penyangkalan]]. |}<noinclude>[[Kategori:Templat lisensi|{{PAGENAME}}]]</noinclude><includeonly>[[kategori:Gambar berlisensi bebas (GFDL)|{{PAGENAME}}]]</includeonly> Kategori:Gambar berlisensi bebas (GFDL) 26 2150 2006-05-24T20:04:08Z IvanLanin 30 ~kat [[Category:Gambar]] Kategori:Wikisource 28 2149 2006-05-24T20:03:22Z IvanLanin 30 +kat, iw Halaman ini memuat artikel-artikel yang berhubungan dengan [[w:Wikisource|Wikisource]] [[Kategori:Kategori utama]] [[en:Category:Wikisource]] Templat:Pengarang berdasarkan abjad 29 2158 2006-05-24T20:16:41Z IvanLanin 30 ~kat | [[Wikisource:Pengarang-A|A]] | [[Wikisource:Pengarang-B|B]] | [[Wikisource:Pengarang-C|C]] | [[Wikisource:Pengarang-D|D]] | [[Wikisource:Pengarang-E|E]] | [[Wikisource:Pengarang-F|F]] | [[Wikisource:Pengarang-G|G]] | [[Wikisource:Pengarang-H|H]] | [[Wikisource:Pengarang-I|I]] | [[Wikisource:Pengarang-J|J]] | [[Wikisource:Pengarang-K|K]] | [[Wikisource:Pengarang-L|L]] | [[Wikisource:Pengarang-M|M]] |- | [[Wikisource:Pengarang-N|N]] | [[Wikisource:Pengarang-O|O]] | [[Wikisource:Pengarang-P|P]] | [[Wikisource:Pengarang-Q|Q]] | [[Wikisource:Pengarang-R|R]] | [[Wikisource:Pengarang-S|S]] | [[Wikisource:Pengarang-T|T]] | [[Wikisource:Pengarang-U|U]] | [[Wikisource:Pengarang-V|V]] | [[Wikisource:Pengarang-W|W]] | [[Wikisource:Pengarang-X|X]] | [[Wikisource:Pengarang-Y|Y]] | [[Wikisource:Pengarang-Z|Z]] <noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Templat:Indeks pengarang 30 2258 2006-05-25T16:21:57Z IvanLanin 30 +kat <br clear=all> <center> {| id="toc" style="margin: 0 2em 0 2em;" ! align="center" style="background:#ccccff" width="100%" | <div style="float:left;width:50px;">&nbsp;</div>Indeks Pengarang |- | align="center" style="font-size: 100%;" | [[Wikisource:Pengarang-A|A]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-B|B]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-C|C]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-D|D]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-E|E]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-F|F]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-G|G]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-H|H]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-I|I]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-J|J]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-K|K]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-L|L]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-M|M]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-N|N]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-O|O]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-P|P]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-Q|Q]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-R|R]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-S|S]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-T|T]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-U|U]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-V|V]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-W|W]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-X|X]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-Y|Y]] &bull; [[Wikisource:Pengarang-Z|Z]] |} </center><noinclude>[[Kategori:Templat navigasi|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Wikisource:Pengarang-A 31 1546 2005-11-12T23:19:23Z Borgx 2 <big>'''A'''</big> * [[Pengarang:Chairil Anwar|Anwar, Chairil (1922 - 1949)]] {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-B 32 43 2005-11-07T01:49:17Z Borgx 2 <big>'''B'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-C 33 1543 2005-11-12T23:11:51Z Borgx 2 chairil anwar dipindahkan ke pengarang-A <big>'''C'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-D 34 45 2005-11-07T01:51:19Z Borgx 2 <big>'''D'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-E 35 46 2005-11-07T01:51:44Z Borgx 2 <big>'''E'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-F 36 47 2005-11-07T01:52:00Z Borgx 2 <big>'''F'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-G 37 48 2005-11-07T01:52:25Z Borgx 2 <big>'''G'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-H 38 49 2005-11-07T01:52:40Z Borgx 2 <big>'''H'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-I 39 50 2005-11-07T01:52:53Z Borgx 2 <big>'''I'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-J 40 51 2005-11-07T01:53:10Z Borgx 2 <big>'''J'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-K 41 52 2005-11-07T01:53:56Z Borgx 2 <big>'''K'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-L 42 53 2005-11-07T01:55:59Z Borgx 2 <big>'''L'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-M 43 55 2005-11-07T01:59:10Z Borgx 2 <big>'''M'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-N 44 56 2005-11-07T01:59:25Z Borgx 2 <big>'''N'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-O 45 57 2005-11-07T02:00:10Z Borgx 2 <big>'''O'''</big> {{Indeks pengarang}} Bicara Pengguna:Borgx 46 2647 2006-06-13T02:27:16Z IvanLanin 30 /* Re:Pengurus */ thx <!-- send me message --> {| style="border: 1px solid #c0c090;background-color: #f8eaba;margin: 0 auto 1em auto;padding:.2em;text-align:center;" |- style="font-size: 90%" class="plainlinks" |rowspan="2"|[[Image:Crystal email.png|50px]]||'''[{{fullurl:Bicara_Pengguna:Borgx|action=edit&section=new}} Kirimi saya pesan Anda disini]''' |- style="font-size: 90%" class="plainlinks" |'''''[{{fullurl:Bicara_Pengguna:Borgx|action=edit&section=new}} Send me your message here]''''' |} <!-- send me message --> ---- Bagaimana jika 'Scriptorium' diterjemahkan menjadi 'Warung Kopi' saja? Dan juga mungkin 'text' -> 'naskah'? [[Pengguna:Hayabusa future|Hayabusa future]] 02:02, 7 November 2005 (UTC) == Penggunaan bentuk jamak di nama kategori == Usul saya, bagaimana kalau secara umum tidak usah menggunakan bentuk jamak dalam judul bagian/kelompok/kategori, contohnya "Naskah-naskah bersejarah" sebaiknya "Naskah bersejarah". Alasannya: * Menghemat tulisan :) * Semua harus konsisten menggunakan bentuk jamak, contoh "Produk-produk hukum", "Pidato-pidato", dll * Menyeragamkan dengan konvensi di wikipedia bahwa untuk kategori tidak menggunakan bentuk jamak, contoh "Presiden Indonesia" :) --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 08:50, 28 Februari 2006 (UTC) == Halaman muka == Borgx, sori ya, gw ganti-ganti halaman muka gak bilang-bilang. Menurut gw sih jadi lebih bagus (subyektif :) --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 20:44, 24 Mei 2006 (UTC) == Mediawiki:Sidebar dan Mediawiki:Monobook.css == Borgx, pertama, gw usul untuk menghilangkan menu "Peristiwa terkini" dari [[Mediawiki:Sidebar]]. Lihat [[:en:]], di sana juga tidak ada menu ini. Kedua, gw coba rintis konvensi untuk info di bagian atas naskah. Lihat contoh di [[Deklarasi Balfour]] dan [[36 Strategi]]. Perlu satu id khusus "info-naskah" yang harus didefinisikan di [[Mediawiki:Monobook.css]]. Ini definisinya (ganti-ganti juga boleh :P): <pre> #info-naskah { border: solid 1px #ccccff; background: #efefff; font-style: italic; padding: 5px; margin-bottom: 10px; } </pre> Thx. Sori kalau ''overhaul''-nya gila-gilaan ya :) Lagi semangat. Btw, kurang satu lagi jadi 100 artikel ;) --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 19:51, 25 Mei 2006 (UTC) == Selesai == Mas Borgx, tampaknya sekarang wikisource sudah cukup "teratur". Perbaikan kecil-kecil nanti akan dilakukan. Terima kasih atas "pinjamannya". Saya kembalikan dan tolong di-''reset''. Sasaran selanjutnya? [[:b:|Wikibooks]]? ;) --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 19:34, 28 Mei 2006 (UTC) == Re:Pengurus == Wah, terima kasih atas kehormatannya. Saya bersedia sekali. Mudah-mudahan saya bisa membantu mengembangkan id.wikisource menjadi sumber naskah yang lebih ''reliable''. --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 02:20, 13 Juni 2006 (UTC) :Terima kasih, mas borgx! --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 02:27, 13 Juni 2006 (UTC) Wikisource:Pengarang-P 47 59 2005-11-07T02:02:43Z Borgx 2 <big>'''P'''</big> {{Indeks pengarang}} Bicara Pengguna:Hayabusa future 48 60 2005-11-07T02:05:22Z Borgx 2 Scriptorium -> Warung Kopi. Ok [[Pengguna:Borgx|Borgx]] 02:05, 7 November 2005 (UTC) Wikisource:Warung kopi 49 2634 2006-06-09T13:58:59Z IvanLanin 30 /* Kode etik */ kategori baru {{introkopi}} ==Wikisource== Wikisource bahasa Indonesia baru saja diaktifkan! Kami menunggu partisipasi anda untuk perbaikan dan penyempurnaan wikisource ini. Anda bebas memberikan usulan, maka daripada itu halaman utama untuk sementara ini tidak dilindungi. [[Pengguna:Borgx|Borgx]] 03:20, 7 November 2005 (UTC) ==Sumber domain umum== Selain UU dan pidato, apakah ada bahan2 lain yg bisa dimasukkan ke Wikisource? Misalnya karya2 sastra? Jika dalam bahasa Inggris ada situs Project Gutenberg, apakah ada situs sejenis dalam bhs. Indo di mana kita bisa memperoleh sumber sastra dalam domain umum? [[Pengguna:Hayabusa future|Hayabusa future]] 05:10, 11 November 2005 (UTC) :Saya sudah memasukkan puisi-puisi dari Chairil Anwar. Untuk pujangga lainnya blm dapat sumbernya. Saya kurang tau mengenai sumber-sumber DU di Indonesia. -- [[Pengguna:Borgx|Borgx]] 05:17, 11 November 2005 (UTC) ==kategori pengarang== Ngomong-ngomong tentang kategori pengarang, mau diurutkan berdasarkan nama belakang atau nama depan? Misalnya Chairil Anwar Pengarang-C atau Pengarang-A? [[Pengguna:Hayabusa future|Hayabusa future]] 07:05, 12 November 2005 (UTC) :Hmm.. sepertinya yang benar nama belakang yah ? (Pengarang-A) --[[Pengguna:Borgx|Borgx]] 07:46, 12 November 2005 (UTC) [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] ==Perpustakaan Nasional RI== Sekedar informasi, situs web Perpustakaan Nasional mempunyai bagian khusus yang memuat karya2 (pidato, biografi dll) presiden2 Indonesia. Tersedia di http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id. [[Pengguna:Hayabusa future|Hayabusa future]] 08:56, 27 Mei 2006 (UTC) :Thanks! :) --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 09:52, 27 Mei 2006 (UTC) [[en:Wikisource:Scriptorium]] == Kode etik == Kode etik masuk kategori apa ya? Kalau dari sisi hukum, kode etik tidak bisa dimasukkan sebagai dasar tuntutan. Thx [[Pengguna:Anggoro|Anggoro]] 06:08, 8 Juni 2006 (UTC) :Maaf lama balesnya. Suka lupa harus mampir ke sini :) Mmm... Bikin kategori baru saja [[:Kategori:Kode etik]]. --&nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 13:58, 9 Juni 2006 (UTC) MediaWiki:Sidebar 51 2501 2006-05-28T16:11:58Z Borgx 2 upd * navigation ** mainpage|mainpage ** portal-url|portal ** Wikisource:Warung kopi|Warung kopi ** recentchanges-url|recentchanges ** randompage-url|randompage ** helppage|help ** sitesupport-url|sitesupport MediaWiki:Scriptorium-url 52 69 2005-11-07T02:22:20Z Borgx 2 Warung kopi Lagu kebangsaan 53 2549 2006-05-28T18:07:53Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Berikut adalah daftar [[w:Lagu kebangsaan|lagu kebangsaan]] negara-negara di dunia. }} <table border=1 style="border-collapse: collapse;"> <tr> <th style="background:#efefef;">'''Negara'''</th> <th style="background:#efefef;">'''Lagu kebangsaan'''</th> </tr> <tr><td>[[Afghanistan]]</td><td>[[Sououd-e-Melli]]</td></tr> <tr><td>[[Afrika Selatan]]</td><td>[[Lagu kebangsaan Afrika Selatan | Nkosi Sikelel iAfrica dan Die Stem/The Call ]] <tr><td>[[Albania]]</td><td>[[Hymni i Flamurit]] <tr><td>[[Aljazair]]</td><td>[[Qassaman]] <tr><td>[[Amerika Serikat]]</td><td>[[The Star-Spangled Banner]]</td></tr> <tr><td>[[Andorra]]</td><td>[[El Gran Carlemany]] <tr><td>[[Angola]]</td><td>[[Angola Avante]] <tr><td>[[Antigua dan Barbuda]]</td><td>[[Fair Antigua, We Salute Thee]] <tr><td>''[[Antilles Belanda]]''</td><td>''[[Beautiful Islands]]'' <tr><td>[[Arab Saudi]]</td><td>[[Aash_Al_Maleek]] (عاش المليك) <tr><td>[[Argentina]]</td><td>[[Oid, Mortales]] <tr><td>[[Armenia]]</td><td>[[Mer Hayrenik]] <tr><td>[[Aruba]]</td><td>[[Aruba Dushi Tera]] <tr><td>[[Australia]]</td><td>[[Advance Australia Fair]]</td></tr> <tr><td>[[Austria]]</td><td>[[Land der Berge, Land am Strome]] </td></tr> <tr><td>[[Azerbaijan]]</td><td>[[Azərbaycan Respublikasının Milli Himni]]</td></tr> <tr><td>[[Bahama]]</td><td>[[March On, Bahamaland]]</td></tr> <tr><td>[[Bahrain]]</td><td>[[Bahrainona]] <tr><td>''[[Kepulauan Balear]]''</td><td>''[[La Balanguera]]''</td></tr> <tr><td>[[Bangladesh]]</td><td>[[Amar Sonar Bangla]] <tr><td>[[Barbados]]</td><td>[[In Plenty and In Time of Need]]</td></tr> <tr><td>''[[Basque Country]]''</td><td><i>[[Eusko Abendaren Ereserkia]]</i></td></tr> <tr><td>[[Belanda]]</td><td>[[Wilhelmus van Nassouwe]] <tr><td>[[Belarus]]</td><td>[[My Belarusy]] </td></tr> <tr><td>[[Belgia]]</td><td>[[Brabanconne|La Braban&ccedil;onne]] <tr><td>[[Belize]]</td><td>[[Land of the Free]]</td></tr> <tr><td>[[Benin]]</td><td>[[L'Aube Nouvelle]] <tr><td>[[Bhutan]]</td><td>[[Druk tsendhen]] <tr><td>[[Bolivia]]</td><td>[[Bolivianos, el hado propicio]] <tr><td>[[Bosnia Herzegovina]]</td><td>[[Intermeco]], Sebelumnya: [[Jedna i Jedina]] <tr><td>[[Botswana]]</td><td>[[Fatshe leno la rona]] <tr><td>[[Brasil]]</td><td>[[Hino Nacional Brasileiro]] </td></tr> <tr><td>[[Britania Raya]]</td><td>Secara resmi, tidak ada. [[God Save the Queen]] digunakan secara tradisional.</td></tr> <tr><td>[[Brunei]]</td><td>[[Allah Peliharakan Sultan]] <tr><td>[[Bulgaria]]</td><td>[[Mila Rodino]] <tr><td>[[Burkina Faso]]</td><td>[[Une Seule Nuit]] <tr><td>[[Burundi]]</td><td>[[Burundi bwacu]] <tr><td>''[[Cayman Islands]]''</td><td>''[[Beloved Isles Cayman]]''</td></tr> <tr><td>[[Ceko]]</td><td>[[Kde domov muj?]] </td></tr> <tr><td>[[Chad]]</td><td>[[La Tchadienne]]</td></tr> <tr><td>[[Chili]]</td><td>[[Himno Nacional de Chile]] </td></tr> <tr><td>[[China |Republik Rakyat China]]</td><td>[[Barisan Para Sukarelawan]] (义勇军进行曲)</td></tr> <tr><td>''[[China]] ([[Dinasti Qing]])''</td><td>''[[Gong Jin'ou]] (Piala Emas Murni)''</td></tr> <tr><td>''[[China]] (lainnya)''</td><td> Lihat: [[Lagu kebangsaan China dahulu]] </td></tr> <tr><td>[[Denmark]]</td><td>Kerajaan: [[Kong Kristian]] <br>Rakyat: [[Der er et Yndigt Land]] <tr><td>[[Djibouti]]</td><td>[[Lagu kebangsaan Djibouti]] <tr><td>[[Dominika]]</td><td>[[Isle of Beauty, Isle of Splendour]]</td></tr> <tr><td>[[Ekuador]]</td><td>[[Salve, Oh Patria]] <tr><td>[[El Salvador]]</td><td>[[Saludemos la Patria orgullosos]] <tr><td>[[Estonia]]</td><td>[[Mu isamaa, mu õnn ja rõõm]] <tr><td>[[Ethiopia]]</td><td>[[Whedefit Gesgeshi Woude Henate Ethiopia]] <tr><td>''[[Kepulauan Faroe]]''</td><td>''[[Tú alfagra land mitt]]'' <tr><td>[[Fiji]]</td><td>[[God Bless Fiji]]</td></tr> <tr><td>[[Filipina]]</td><td>[[Lupang Hinirang]] <tr><td>[[Finlandia]]</td><td>[[Maamme|Maamme/Vårt land]] <tr><td>''[[Flanders]]''</td><td>''[[De Vlaamse Leeuw]]''</td></tr> <tr><td>[[Frisia]]</td><td>[[De âlde Friezen]] </td></tr> <tr><td>[[Gabon]]</td><td>[[La Concorde]] </td></tr> <tr><td>[[Gambia]]</td><td>[[For The Gambia Our Homeland]]</td></tr> <tr><td>[[Georgia]]</td><td>[[Dideba zetsit kurtheuls]] <tr><td>[[Ghana]]</td><td>[[God Bless Our Homeland Ghana]]</td></tr> <tr><td>[[Gibraltar]]<td>[[Gibraltar Anthem]] <tr><td>''[[Greenland]]''</td><td>''[[Nangmineq erinllik]]''</td></tr> <tr><td>[[Grenada]]</td><td>[[Hail Grenada]]</td></tr> <tr><td>[[Guam]]</td><td>[[Stand Ye Guamanians]]</td></tr> <tr><td>[[Guatemala]]</td><td>[[Guatemala Feliz]] <tr><td>[[Guinea]]</td><td>[[Liberté]] </td></tr> <tr><td>[[Guinea-Bissau]]</td><td>[[Esta é a Nossa Pátrai Bem Amada]]</td></tr> <tr><td>[[Guinea Ekuatorial]]</td><td>[[Caminemos Pisando la Senda de Nuestra Inmensa Felicidad]] <tr><td>[[Guyana]]</td><td>[[Dear Land of Guyana, of Rivers and Plains]]</td></tr> <tr><td>[[Haiti]]</td><td>[[La Dessalinienne]]</td></tr> <tr><td>[[Honduras]]</td><td>[[Tu bandera es un lampo de cielo]] <tr><td>[[Hungaria]]</td><td>[[Isten áldd meg a magyart]] <tr><td>[[Islandia]]</td><td>[[Lofsöngur]] <tr><td>[[India]]</td><td>[[Jana-Gana-Mana]] (जन गण मन) <tr><td>[[w:Indonesia|Indonesia]]</td><td>[[Indonesia Raya]] <tr><td>[[Iran]]</td><td>[[Sorood-e Jomhoori-e Eslami]]</td></tr> <tr><td>[[Irak]]</td><td>[[Ardulfurataini Watan|Ardulfurataini Watan (Tanah Dua Sungai)]]</td></tr> <tr><td>[[Irlandia]]</td><td>[[Amhran na bhFiann|Amhr&aacute;n na bhFiann]] <tr><td>[[Israel]]</td><td>[[Hatikvah]] (התקווה) <tr><td>[[Italia]]</td><td>[[Inno di Mameli]] <tr><td>[[Jamaika]]</td><td>[[Jamaica, Land We Love]]</td></tr> <tr><td>[[Jepang]]</td><td>[[Kimigayo]] (&#21531;&#12364;&#20195) <tr><td>[[Jerman]]</td><td>[[Das Lied der Deutschen]] <tr><td><i>[[Jerman Timur]]</i></td><td><i>[[Auferstanden aus Ruinen]]</i> <tr><td>[[Kamboja]]</td><td>[[Nokoreach]]</td></tr> <tr><td>[[Kamerun]]</td><td>[[Chant de Ralliement]] </td></tr> <tr><td>[[Kanada]]</td><td>[[O Canada]]</td></tr> <tr><td>''[[Katalonia]]''</td><td>''[[Els Segadors]] ''</td></tr> <tr><td>[[Kazakhstan]]</td><td>[[Anthem of the Republic of Kazakhstan]]</td> <tr><td>[[Kenya]]</td><td>[[Ee Mungu Nguvu Yetu]] <tr><td>[[Kiribati]]</td><td>[[Teirake kaini Kiribati]] <tr><td>[[Kolombia]]</td><td>[[Oh Gloria inmarcesible]] <tr><td>[[Komoros]]</td><td>[[Udzima wa ya Masiwa]] <tr><td>[[Kongo]]</td><td>[[La Congolaise]]</td></tr> <tr><td>''[[Kepulauan Cook]]''</td><td>[[God Defend New Zealand]]</td></tr> <tr><td>[[Korea Selatan]]</td><td>[[Aegukga]] (&#50528;&#44397;&#44032;)</td></tr> <tr><td>[[Korea Utara]]</td><td>[[Aegukka (Korea Utara)]]</td></tr> <tr><td>[[Kosta Rika]]</td><td>[[Noble patria, tu hermosa bandera]] <tr><td>[[Kroasia]]</td><td>[[Lijepa nasa Domovino]] <tr><td>[[Kuba]]</td><td>[[La Bayamesa]] <tr><td>[[Laos]]</td><td>[[Pheng Xat Lao]] <tr><td>[[Latvia]]</td><td>[[Dievs, Sveti Latviju]] <tr><td>[[Lebanon]]</td><td>[[Koullouna Lilouataan Lil Oula Lil Alam]] (كلّنا للوطن للعلى للعلم) <tr><td>[[Lesotho]]</td><td>[[Lesotho Fatse La Bontata Rona]]</td></tr> <tr><td>[[Liberia]]</td><td>[[All Hail, Liberia Hail]]</td></tr> <tr><td>[[Libya]]</td><td>[[Allahu Akbar (Lagu Kebangsaan Libya)|Allahu Akbar ]] (اللّه أكبر) <tr><td>[[Liechtenstein]]</td><td>[[Oben am jungen Rhein]] <tr><td>[[Lithuania]]</td><td>[[Tautiska Giesme]] <tr><td>[[Luxemburg]]</td><td>[[Ons Hémécht]] <tr><td>[[Makedonia]]</td><td>[[Today Over Macedonia]]</td></tr> <tr><td>[[Madagaskar]]</td><td>[[Ry Tanindraza nay malala ô]] <tr><td>[[Malawi]]</td><td>[[Mlungu salitsani malawi]] <tr><td>[[Malaysia]]</td><td>[[Negaraku]] <tr><td>[[Maladewa]]</td><td>[[Gavmii mi ekuverikan matii tibegen kuriime salaam]] <tr><td>[[Mali]]</td><td>[[Pour lAfriquue et pour toi Mali|Pour L'Afriquue et pour toi, Mali]] <tr><td>[[Malta]]</td><td>[[L-Innu Malti]] <tr><td>''[[Isle of Man|Man, Isle of]]''</td><td>[[Arrane Ashoonagh Dy Vannin]]</td></tr> <tr><td>[[Marshall Islands]]</td><td>[[Forever Marshall Islands]]</td></tr> <tr><td>[[Mauritius]]</td><td>[[Motherland (anthem)|Motherland]]</td></tr> <tr><td>[[Meksiko]]</td><td>[[Mexicanos, al grito de guerra]] (Orang Meksiko, menuju Tangisan Perang) <tr><td>[[Mesir]]</td><td>[[Biladi, Biladi, Biladi]] (بلادى بلادى بلادى) <tr><td>[[Mikronesia]]</td><td>[[Patriots of Micronesia]]</td></tr> <tr><td>[[Moldova]]</td><td>[[Limba Noastra]] <tr><td>[[Monako]]</td><td>[[Hymne Monégasque]]</td></tr> <tr><td>[[Mongolia]]</td><td>[[Bügd Nairamdakh Mongol]]</td></tr> <tr><td>''[[Montenegro]]''</td><td>''[[Onamo, Namo]]'' <tr><td>[[Maroko]]</td><td>[[Hymne Cherifien]]</td></tr> <tr><td>[[Mozambik]]</td><td>[[Viva, Viva a FRELIMO]] <tr><td>[[Myanmar]]</td><td>[[Gba Majay Bma]] <tr><td>[[Namibia]]</td><td>[[Namibia, Land of the Brave]]</td></tr> <tr><td>[[Nauru]]</td><td>[[Nauru Bwiema]] <tr><td>[[Nepal]]</td><td>[[Ras Triya Gaan]] <tr><td>[[Nikaragua]]</td><td>[[Salve a ti, Nicaragua]] <tr><td>[[Niger]]</td><td>[[La Nigerienne]]</td></tr> <tr><td>[[Nigeria]]</td><td>[[Arise Oh Compatriots Nigerias Call Obey|Arise Oh Compatriots, Nigeria's Call Obey]]</td></tr> <tr><td>[[Norwegia]]</td><td>[[Ja, vi elsker dette landet]] <tr><td>[[Oman]]</td><td>[[The Sultans Anthem|The Sultan's Anthem]]</td></tr> <tr><td>[[Pakistan]]</td><td>[[Pak sarzamin shad bad]] <tr><td>[[Pantai Gading]]</td><td>[[lAbidjanaise|L'Abidjanaise]] <tr><td>[[Panama]]</td><td>[[Himno Istemño]] (Hymne Isthmus) <tr><td>[[Papua Nugini]]</td><td>[[O Arise, All You Sons]]</td></tr> <tr><td>[[Paraguay]]</td><td>[[Paraguayos, República o Muerte]]</td></tr> <tr><td>[[Perancis]]</td><td>[[La Marseillaise]]</td></tr> <tr><td>[[Peru]]</td><td>[[Somos libres, seámoslo siempre]] <tr><td>[[Kepulauan Pitcairn]]</td><td>[[God Save The Queen]]</td></tr> <tr><td>[[Polandia]]</td><td>[[Mazurek Dabrowskiego]] <tr><td>[[Portugal]]</td><td>[[A Portuguesa]] <tr><td>''[[Puerto Riko]]''</td><td>''[[La Borinqueña]]''</td></tr> <tr><td>[[Republik Afrika Tengah]]</td><td>[[La Renaissance]] </td></tr> <tr><td>[[Republik Demokrasi Kongo]]</td><td>[[Debout Kongolaise]] <tr><td>[[Republik Dominika]]</td><td>[[Quisqueyanos valientes]] <tr><td>''[[Republika Srpska]]''</td><td>''[[Boze Pravde]]'' <tr><td>[[Romania]]</td><td>[[Desteaptate, romane|De&#351;teapt&#259;-te, române]] (Bangunlah, Orang Romania) <tr><td>[[Rusia]]</td><td>[[Hymn of the Russian Federation]] <tr><td>[[Rwanda]]</td><td>[[Rwanda rwacu]] <tr><td>[[St. Kitts and Nevis]]</td><td>[[Oh Land of Beauty]]</td></tr> <tr><td>[[St. Lucia]]</td><td>[[Sons and Daughters of St. Lucia]]</td></tr> <tr><td>[[St. Vincent and the Grenadines]]</td><td>[[St Vincent Land So Beautiful]]</td></tr> <tr><td>[[Samoa]]</td><td>[[The Banner of Freedom]]</td></tr> <tr><td>''[[Samoa Amerika]]''</td><td>''[[Amerika Samoa]]''</td></tr> <tr><td>[[Sao Tome and Principe|Sao Tom&eacute; and Principe]]</td><td>[[Independ&ecirc;ncia total]] <tr><td>''[[Skotlandia]]''</td><td>Tidak ada secara resmi. ''[[The Flower of Scotland]], [[Scotland the Brave]], dan ''[[Scots Wha Hae]]'' merupakan beberapa yang dapat digunakan jika perlu.</td></tr> <tr><td>[[Selandia Baru]]</td><td>[[God Defend New Zealand]], [[God Save the Queen]]</td></tr> <tr><td>[[Senegal]]</td><td>[[Pincez Tous vos Koras, Frappez les Balafons]] (Renggut Korasmu, Gempur Si Balafon) <tr><td>''[[Serbia]]''</td><td>''[[Boze Pravde]]'' <tr><td>[[Serbia dan Montenegro]]</td><td>[[Hej Sloveni]] <tr><td>[[Sierra Leone]]</td><td>[[High We Exalt Thee, Realm of the Free]]</td></tr> <tr><td>[[Singapura]]</td><td>[[Majulah Singapura]] <tr><td>[[Siprus]]</td><td>[[Ode to Freedom]]</td></tr> <tr><td>[[Slovakia]]</td><td>[[Nad Tatrou sa blysk&aacute;]] <tr><td>[[Slovenia]]</td><td>[[Zdravljica]] (Sulangan) [[Naprej zastava slave]] <tr><td>[[Kepulauan Solomon]]</td><td>[[God Save Our Solomon Islands]]</td></tr> <tr><td>[[Spanyol]]</td><td>[[Marcha Real]] <tr><td>[[Sri Lanka]]</td><td>[[Sri Lanka Matha]]</td></tr> <tr><td>[[Sudan]]</td><td>[[Nahnu Djundullah Djndulwatan]] <tr><td>[[Suriname]]</td><td>[[God zij met ons Suriname]] <tr><td>[[Swaziland]]</td><td>[[Oh God, Bestower of the Blessings of the Swazi]]</td></tr> <tr><td>[[Swedia]]</td><td>Sipil: [[Du gamla, Du fria]] (Engkau purba, Engkau bebas, Engkau utara bergunung-gunung)<br>Royal: [[Ur svenska hjärtans djup en gång]]</td></tr> <tr><td>[[Swiss]]</td><td>[[Swiss Psalm]] (Schweizerpsalm, cantique suisse)</td></tr> <tr><td>[[Suriah]]</td><td>[[Homat el Diyar]] <tr><td>''[[Taiwan]]''</td><td>[[Tiga Prinsip Rakyat]]</td></tr> <tr><td>[[Tajikistan]]</td><td>[[Surudi mellii]] <tr><td>[[Tanjung Verde]]</td><td>[[Cântico da Liberdade]]</td></tr> <tr><td>[[Tanzania]]</td><td>[[Mungu ibariki Afrika]] <tr><td>[[Thailand]]</td><td>Sipil: [[Phleng Chat]]<br>Kerajaan: [[Phleng Sansasoen Phra Barami]]</td></tr> <tr><td>[[Timor Timur]]</td><td>[[Pátria]] <tr><td>[[Togo]]</td><td>[[Salut à toi, pays de nos aïeux]] <tr><td>[[Tonga]]</td><td>[[Koe Fasi Oe Tui Oe Otu Tonga]]</td></tr> <tr><td>[[Trinidad dan Tobago]]</td><td>[[Forged From The Love of Liberty]]</td></tr> <tr><td>[[Tunisia]]</td><td>[[Ala Khallidi]] (Oh Buat Abadi) [[Himat Al Hima]] (Penbela Tanah Air)</td></tr> <tr><td>[[Turki]]</td><td>[[Istiklâl Marsi]] <tr><td>[[Turkmenistan]]</td><td>[[Independent, Neutral, Turkmenistan State Anthem]]</td></tr> <tr><td>''[[Kepulauan Turks dan Caicos]]''</td><td>''[[God Save the Queen]]''</td></tr> <tr><td>[[Tuvalu]]</td><td>[[Tuvalu mo te Atua]] <tr><td>[[Uganda]]</td><td>[[Oh Uganda, Land of Beauty]]</td></tr> <tr><td>[[Ukraina]]</td><td>[[Shche ne vmerla Ukraina]] <tr><td>''[[USSR]]''</td><td>''[[Gimn Sovetskogo Soyuza]] (Himne Uni Soviet)<br>[[Internationale|The Internationale]]''</td></tr> <tr><td>[[Uni Emirat Arab]]</td><td>[[Ishy Bilady]]</td></tr> <tr><td>[[Uruguay]]</td><td>[[Orientales, la Patria o la tumba]] <tr><td>[[Vanuatu]]</td><td>[[Yumi, Yumi, Yumi]] <tr><td>[[Vatikan]]</td><td>[[Inno e Marcia Pontificale]] <tr><td>[[Venezuela]]</td><td>[[Gloria al bravo pueblo]] <tr><td>[[Vietnam]]</td><td>[[Tien Quan Ca]] <tr><td>''[[Virgin Islands (US)]]''</td><td>''[[Virgin Islands March]]''</td></tr> <tr><td><i>[[Wales]]</i></td><td>''[[Hen Wlad Fy Nhadau]]''</td></tr> <tr><td>[[Yaman]]</td><td>[[United Republic]]</td></tr> <tr><td>[[Yordania]]</td><td>[[As-salam al-malaki al-urdoni]] <tr><td>''[[Yugoslavia]]''</td><td>[[Hej Sloveni]] </td></tr> <tr><td>[[Yunani]]</td><td>[[Imnos pros tin Eleftherian]] <tr><td>[[Zambia]]</td><td>[[Stand and Sing of Zambia, Proud and Free]]</td></tr> <tr><td>[[w:Zimbabwe|Zimbabwe]]</td><td>[[Kalibusiswe Ilizwe leZimbabwe]] (Diberkatilah Tanah Zimbabwe), Sebelumnya: [[Ishe Komborera Africa]] (Tuhan Memberkati Africa)</td></tr> </table> [[Kategori:Lagu kebangsaan| ]] [[en:Wikisource:National anthems]] Indonesia Raya 54 2567 2006-05-28T18:44:16Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Lagu kebangsaan]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Indonesia Raya}} }} Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.<br> Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.<br> Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.<br> Marilah kita berseru "Indonesia bersatu." Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,<br> Bangsaku, Rakyatku, se'muanya.<br> Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya<br> Untuk Indonesia Raya. '''Refrein:''' Indonesia Raya,<br> Merdeka, Merdeka<br> Tanahku, negriku yang kucinta. Indonesia Raya,<br> Merdeka, Merdeka<br> Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya,<br> Merdeka, Merdeka<br> Tanahku, negriku yang kucinta. Indonesia Raya,<br> Merdeka, Merdeka<br> Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia! Tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya.<br> Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya.<br> Indonesia, Tanah pusaka, Pusaka Kita semuanya.<br> Marilah kita mendoa, "Indonesia bahagia!" Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya,<br> Bangsanya, Rakyatnya semuanya.<br> Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya<br> Untuk Indonesia Raya. Refrein Indonesia! Tanah yang suci, Tanah kita yang sakti.<br> Disanalah aku berdiri 'njaga ibu sejati.<br> Indonesia! Tanah berseri, Tanah yang aku sayangi.<br> Marilah kita berjanji: "Indonesia abadi!" Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah putranya,<br> Pulaunya, lautnya semuanya.<br> Majulah Negrinya, Majulah Pandunya<br> Untuk Indonesia Raya. Refrein [[kategori:Lagu kebangsaan]] Warung kopi 55 2631 2006-06-08T08:07:14Z Kandar 75 #redirect [[Wikisource:Warung kopi]] Wikisource:Pengarang-Q 56 76 2005-11-07T02:38:10Z Borgx 2 <big>'''Q'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-R 57 77 2005-11-07T02:38:34Z Borgx 2 <big>'''R'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-S 58 127 2005-11-08T02:12:22Z Hayabusa future 3 <big>'''S'''</big> *[[Pengarang:Moh. Sanoesi|Moh. Sanoesi]] *[[Pengarang:Soekarno|Soekarno]] (1901-1970) {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-T 59 79 2005-11-07T02:39:10Z Borgx 2 <big>'''T'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-U 60 80 2005-11-07T02:39:24Z Borgx 2 <big>'''U'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-V 61 81 2005-11-07T02:39:42Z Borgx 2 <big>'''V'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-W 62 82 2005-11-07T02:39:53Z Borgx 2 <big>'''W'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-X 63 83 2005-11-07T02:40:06Z Borgx 2 <big>'''X'''</big> {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-Y 64 1542 2005-11-12T23:10:36Z Borgx 2 <big>'''Y'''</big> * [[Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono|Yudhoyono, Susilo Bambang]] {{Indeks pengarang}} Wikisource:Pengarang-Z 65 85 2005-11-07T02:43:43Z Borgx 2 <big>'''Z'''</big> {{Indeks pengarang}} Templat:Naskah baru 66 2651 2006-06-13T02:48:44Z IvanLanin 30 +[[Kode Etik Jurnalistik AJI]] <!-- Harap menjaga agar jumlah naskah selalu sama (10), agar terlihat rapi pada halaman utama, hapus naskah terbawah saat menambahkan naskah baru di atas --> * [[Kode Etik Jurnalistik AJI]] * [[Deklarasi Sirnagalih]] * [[Pidato Soekarno: Lahirnya Pancasila]] * [[Jaratkaru]] * [[Tantu Panggelaran]] * Perubahan [[Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|pertama]], [[Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|kedua]], [[Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|ketiga]], dan [[Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|keempat]] [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945|UUD RI 1945]] * [[Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983|UU 6/1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan]] * [[Calon Arang]] * [[Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia|Panduan pembakuan istilah komputer (Inpres 2/2001)]] * [[Deklarasi Balfour]] <!-- JANGAN HAPUS BARIS INI --><noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Naskah bersejarah 67 2541 2006-05-28T18:01:25Z Borgx 2 +tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} * [[Nota Kesepahaman antara Pemerintah RI & GAM]] * [[Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia]] * [[Proklamasi Indonesia]] * [[Surat Perintah Sebelas Maret]] [[Kategori:Dokumen resmi| ]] [[en:Wikisource:Historical documents]] Naskah konstitusional 68 2542 2006-05-28T18:01:33Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} * [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] [[Kategori:Dokumen resmi| ]] [[en:Wikisource:Constitutional documents]] Produk hukum 69 2543 2006-05-28T18:01:42Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} # [[Undang-Undang Republik Indonesia]] # [[Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia]] # [[Peraturan Pemerintah Republik Indonesia]] # [[Keputusan Presiden Republik Indonesia]] # [[Instruksi Presiden Republik Indonesia]] # [[Peraturan Presiden Republik Indonesia]] # [[Keputusan Menteri Republik Indonesia]] # [[Peraturan Menteri]] # [[Produk hukum Indonesia lainnya]] [[Kategori:Dokumen resmi| ]] Nota Kesepahaman antara Pemerintah RI & GAM 70 2212 2006-05-25T13:08:52Z IvanLanin 30 +kat <pre> Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua. Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia. Para pihak sangat yakin bahwa hanya dengan penyelesaian damai atas konflik tersebut yang akan memungkinkan pembangunan kembali Aceh pasca Tsunami tanggal 26 Desember 2005 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan. Para pihak yang terlibat dalam konflik bertekad untuk membangun rasa saling percaya. Nota Kesepahaman ini memerinci isi persetujuan yang dicapai dan prinsip-prinsip yang akan memandu proses transformasi. Untuk maksud ini Pemerintah RI dan GAM menyepakati hal-hal berikut: 1. Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh 1. 1.1. Undang-undang tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh 1.1.1. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan diundangkan dan akan mulai berlaku sesegera mungkin dan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret 2006. 1.1.2. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Aceh akan melaksanakan kewenangan dalam semua sektor publik, yang akan diselenggarakan bersamaan dengan administrasi sipil dan peradilan, kecuali dalam bidang hubungan luar negeri, pertahanan luar, keamanan nasional, hal ikhwal moneter dan fiskal, kekuasaan kehakiman dan kebebasan beragama, dimana kebijakan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Konstitusi. b) Persetujuan-persetujuan internasional yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia yang terkait dengan hal ikhwal kepentingan khusus Aceh akan berlaku dengan konsultasi dan persetujuan legislatif Aceh. c) Keputusan-keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang terkait dengan Aceh akan dilakukan dengan konsultasi dan persetujuan legislatif Aceh. d) Kebijakan-kebijakan administratif yang diambil oleh Pemerintah Indonesia berkaitan dengan Aceh akan dilaksanakan dengan konsultasi dan persetujuan Kepala Pemerintah Aceh. 1.1.3. Nama Aceh dan gelar pejabat senior yang dipilih akan ditentukan oleh legislatif Aceh setelah pemilihan umum yang akan datang. 1.1.4. Perbatasan Aceh merujuk pada perbatasan 1 Juli 1956. 1.1.5. Aceh memiliki hak untuk menggunakan simbol-simbol wilayah termasuk bendera, lambang dan himne. 1.1.6. Kanun Aceh akan disusun kembali untuk Aceh dengan menghormati tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh serta mencerminkan kebutuhan hukum terkini Aceh. 1.1.7. Lembaga Wali Nanggroe akan dibentuk dengan segala perangkat upacara dan gelarnya. 1.2. Partisipasi Politik 1.2.1 Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini, Pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, Pemerintah RI, dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut. 1.2.2 Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini, rakyat Aceh akan memiliki hak menentukan calon-calon untuk posisi semua pejabat yang dipilih untuk mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan April 2006 dan selanjutnya. 1.2.3 Pemilihan lokal yang bebas dan adil akan diselenggarakan di bawah undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh untuk memilih Kepala Pemerintah Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan April 2006 serta untuk memilih anggota legislatif Aceh pada tahun 2009. 1.2.4 Sampai tahun 2009 legislatif (DPRD) Aceh tidak berkewenangan untuk mengesahkan peraturan perundang-undangan apapun tanpa persetujuan Kepala Pemerintah Aceh. 1.2.5 Semua penduduk Aceh akan diberikan kartu identitas baru yang biasa sebelum pemilihan pada bulan April 2006. 1.2.6 Partisipasi penuh semua orang Aceh dalam pemilihan lokal dan nasional, akan dijamin sesuai dengan Konstitusi Republik Indonesia. 1.2.7 Pemantau dari luar akan diundang untuk memantau pemilihan di Aceh. Pemilihan lokal bisa diselenggarakan dengan bantuan teknis dari luar. 1.2.8 Akan adanya transparansi penuh dalam dana kampanye. 1.3. Ekonomi 1.3.1. Aceh berhak memperoleh dana melalui hutang luar negeri. Aceh berhak untuk menetapkan tingkat suku bunga berbeda dengan yang ditetapkan oleh Bank Sentral Republik Indonesia (Bank Indonesia). 1.3.2. Aceh berhak menetapkan dan memungut pajak daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan internal yang resmi. Aceh berhak melakukan perdagangan dan bisnis secara internal dan internasional serta menarik investasi dan wisatawan asing secara langsung ke Aceh. 1.3.3. Aceh akan memiliki kewenangan atas sumber daya alam yang hidup di laut teritorial di sekitar Aceh. 1.3.4. Aceh berhak menguasai 70% hasil dari semua cadangan hidrokarbon dan sumber daya alam lainnya yang ada saat ini dan di masa mendatang di wilayah Aceh maupun laut teritorial sekitar Aceh. 1.3.5. Aceh melaksanakan pembangunan dan pengelolaan semua pelabuhan laut dan pelabuhan udara dalam wilayah Aceh. 1.3.6. Aceh akan menikmati perdagangan bebas dengan semua bagian Republik Indonesia tanpa hambatan pajak, tarif ataupun hambatan lainnya. 1.3.7. Aceh akan menikmati akses langsung dan tanpa hambatan ke negara-negara asing, melalui laut dan udara. 1.3.8. Pemerintah RI bertekad untuk menciptakan transparansi dalam pengumpulan dan pengalokasian pendapatan antara Pemerintah Pusat dan Aceh dengan menyetujui auditor luar melakukan verifikasi atas kegiatan tersebut dan menyampaikan hasil-hasilnya kepada Kepala Pemerintah Aceh. 1.3.9. GAM akan mencalonkan wakil-wakilnya untuk berpartisipasi secara penuh pada semua tingkatan dalam komisi yang dibentuk untuk melaksanakan rekonstruksi pasca-Tsunami (BRR). 1.4. Peraturan Perundang-undangan 1.4.1. Pemisahan kekuasaan antara badan-badan legislatif, eksekutif dan yudikatif akan diakui. 1.4.2. Legislatif Aceh akan merumuskan kembali ketentuan hukum bagi Aceh berdasarkan prinsip-prinsip universal hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. 1.4.3. Suatu sistem peradilan yang tidak memihak dan independen, termasuk pengadilan tinggi, dibentuk di Aceh di dalam sistem peradilan Republik Indonesia. 1.4.4. Pengangkatan Kepala Kepolisian Aceh dan Kepala Kejaksaan Tinggi harus mendapatkan persetujuan Kepala Pemerintah Aceh. Penerimaan (rekruitmen) dan pelatihan anggota kepolisian organik dan penuntut umum akan dilakukan dengan berkonsultasi dan atas persetujuan Kepala Pemerintahan Aceh, sesuai dengan standar nasional yang berlaku. 1.4.5. Semua kejahatan sipil yang dilakukan oleh aparat militer di Aceh akan diadili pada pengadilan sipil di Aceh. 2. Hak Asasi Manusia 2.1. Pemerintah RI akan mematuhi Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. 2.2. Sebuah Pengadilan Hak Asasi Manusia akan dibentuk untuk Aceh. 2.3. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi akan dibentuk di Aceh oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Indonesia dengan tugas merumuskan dan menentukan upaya rekonsiliasi. 3. Amnesti dan reintegrasi ke dalam masyarakat 3.1. Amnesti 3.1.1. Pemerintah RI, sesuai dengan prosedur konstitusional, akan memberikan amnesti kepada semua orang yang telah terlibat dalam kegiatan GAM sesegera mungkin dan tidak lewat dari 15 hari sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini. 3.1.2. Narapidana dan tahanan politik yang ditahan akibat konflik akan dibebaskan tanpa syarat secepat mungkin dan selambat-lambatnya 15 hari sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini. 3.1.3. Kepala Misi Monitoring akan memutuskan kasus-kasus yang dipersengketakan sesuai dengan nasihat dari penasihat hukum Misi Monitoring. 3.1.4. Penggunaan senjata oleh personil GAM setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap Nota Kesepahaman dan hal itu akan membatalkan yang bersangkutan memperoleh amnesti. 3.2. Reintegrasi kedalam masyarakat 3.2.1. Sebagai warga negara Republik Indonesia, semua orang yang telah diberikan amnesti atau dibebaskan dari Lembaga Permasyarakatan atau tempat penahanan lainnya akan memperoleh semua hak-hak politik, ekonomi dan sosial serta hak untuk berpartisipasi secara bebas dalam proses politik baik di Aceh maupun pada tingkat nasional. 3.2.2. Orang-orang yang selama konflik telah menanggalkan kewarganegaraan Republik Indonesia berhak untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan mereka. 3.2.3. Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh akan melakukan upaya untuk membantu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan GAM guna memperlancar reintegrasi mereka ke dalam masyarakat. Langkah-langkah tersebut mencakup pemberian kemudahan ekonomi bagi mantan pasukan GAM, tahanan politik yang telah memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak. Suatu Dana Reintegrasi di bawah kewenangan Pemerintah Aceh akan dibentuk. 3.2.4. Pemerintah RI akan mengalokasikan dana bagi rehabilitasi harta benda publik dan perorangan yang hancur atau rusak akibat konflik untuk dikelola oleh Pemerintah Aceh. 3.2.5. Pemerintah RI akan mengalokasikan tanah pertanian dan dana yang memadai kepada Pemerintah Aceh dengan tujuan untuk memperlancar reintegrasi mantan pasukan GAM ke dalam masyarakat dan kompensasi bagi tahanan politik dan kalangan sipil yang terkena dampak. Pemerintah Aceh akan memanfaatkan tanah dan dana sebagai berikut: a) Semua mantan pasukan GAM akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila mereka tidak mampu bekerja. b) Semua tahanan politik yang memperoleh amnesti akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja. c) Semua rakyat sipil yang dapat menunjukkan kerugian yang jelas akibat konflik akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja. 3.2.6. Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI akan membentuk Komisi Bersama Penyelesaian Klaim untuk menangani klaim-klaim yang tidak terselesaikan. 3.2.7. Pasukan GAM akan memiliki hak untuk memperoleh pekerjaan sebagai polisi dan tentara organik di Aceh tanpa diskriminasi dan sesuai dengan standar nasional. 4. Pengaturan Keamanan 4.1. Semua aksi kekerasan antara pihak-pihak akan berakhir selambat-lambatnya pada saat penandatanganan Nota Kesepahaman ini. 4.2. GAM melakukan demobilisasi atas semua 3000 pasukan militernya. Anggota GAM tidak akan memakai seragam maupun menunjukkan emblem atau simbol militer setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini. 4.3. GAM melakukan decommissioning semua senjata, amunisi dan alat peledak yang dimiliki oleh para anggota dalam kegiatan GAM dengan bantuan Misi Monitoring Aceh (AMM). GAM sepakat untuk menyerahkan 840 buah senjata. 4.4. Penyerahan persenjataan GAM akan dimulai pada tanggal 15 September 2005, yang akan dilaksanakan dalam empat tahap, dan diselesaikan pada tanggal 31 Desember 2005. 4.5. Pemerintah RI akan menarik semua elemen tentara dan polisi non-organik dari Aceh. 4.6. Relokasi tentara dan polisi non-organik akan dimulai pada tanggal 15 September 2005, dan akan dilaksanakan dalam empat tahap sejalan dengan penyerahan senjata GAM, segera setelah setiap tahap diperiksa oleh AMM, dan selesai pada tanggal 31 Desember 2005. 4.7. Jumlah tentara organik yang tetap berada di Aceh setelah relokasi adalah 14.700 orang. Jumlah kekuatan polisi organik yang tetap berada di Aceh setelah relokasi adalah 9.100 orang. 4.8. Tidak akan ada pergerakan besar-besaran tentara setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini. Semua pergerakan lebih dari sejumlah satu peleton perlu diberitahukan sebelumnya kepada Kepala Misi Monitoring. 4.9. Pemerintah RI melakukan pengumpulan semua senjata illegal, amunisi dan alat peledak yang dimiliki oleh setiap kelompok dan pihak-pihak illegal manapun. 4.10. Polisi organik akan bertanggung jawab untuk menjaga hukum dan ketertiban di Aceh. 4.11. Tentara akan bertanggung jawab menjaga pertahanan eksternal Aceh. Dalam keadaan waktu damai yang normal, hanya tentara organik yang akan berada di Aceh. 4.12. Anggota polisi organik Aceh akan memperoleh pelatihan khusus di Aceh dan di luar negeri dengan penekanan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia. 5. Pembentukan Misi Monitoring Aceh 5.1. Misi Monitoring Aceh (AMM) akan dibentuk oleh Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta dengan mandat memantau pelaksanaan komitmen para pihak dalam Nota Kesepahaman ini. 5.2. Tugas AMM adalah untuk: a) memantau demobilisasi GAM dan decomissioning persenjataannya. b) memantau relokasi tentara dan polisi non-organik. c) memantau reintegrasi anggota-anggota GAM yang aktif ke dalam masyarakat. d) memantau situasi hak asasi manusia dan memberikan bantuan dalam bidang ini. e) memantau proses perubahan peraturan perundang-undangan. f) memutuskan kasus-kasus amnesti yang disengketakan. g) menyelidiki dan memutuskan pengaduan dan tuduhan pelanggaran terhadap Nota Kesepahaman ini. h) membentuk dan memelihara hubungan dan kerjasama yang baik dengan para pihak. 5.3. Status Persetujuan Misi (SoMA) antara Pemerintah RI dan Uni Eropa akan ditandatangani setelah Nota Kesepahaman ini ditandatangani. SoMA mendefinisikan status, hak-hak istimewa, dan kekebalan AMM dan anggota-anggotanya. Negara-negara ASEAN yang ikut serta yang telah diundang oleh Pemerintah RI akan menegaskan secara tertulis penerimaan dan kepatuhan mereka terhadap SoMA dimaksud. 5.4. Pemerintah RI akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan mandat AMM. Dalam kaitan ini, Pemerintah RI akan menulis surat kepada Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta dan menyatakan komitmen dan dukungannya kepada AMM. 5.5. GAM akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan mandat AMM. Dalam kaitan ini, GAM akan menulis surat kepada Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta menyatakan komitmen dan dukungannya kepada AMM. 5.6. Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi kerja yang aman, terjaga dan stabil bagi AMM dan menyatakan kerjasamanya secara penuh dengan AMM. 5.7. Tim monitoring memiliki kebebasan bergerak yang tidak terbatas di Aceh. Hanya tugas-tugas yang tercantum dalam rumusan Nota Kesepahaman ini yang akan diterima oleh AMM. Para pihak tidak memiliki veto atas tindakan atau kontrol terhadap kegiatan operasional AMM. 5.8. Pemerintah RI bertanggung jawab atas keamanan semua personil AMM di Indonesia. Personil AMM tidak membawa senjata. Bagaimanapun juga Kepala Misi Monitoring dapat memutuskan perkecualian bahwa patroli tidak akan didampingi oleh pasukan bersenjata Pemerintah RI. Dalam hal ini, Pemerintah RI akan diberitahukan dan Pemerintah RI tidak akan bertanggung jawab atas keamanan patroli tersebut. 5.9. Pemerintah RI akan menyediakan tempat-tempat pengumpulan senjata dan mendukung tim-tim pengumpul senjata bergerak (mobile team) bekerjasama dengan GAM. 5.10. Penghancuran segera akan dilaksanakan setelah pengumpulan senjata dan amunisi. Proses ini akan sepenuhnya didokumentasikan dan dipublikasikan sebagaimana mestinya. 5.11. AMM melapor kepada Kepala Misi Monitoring yang akan memberikan laporan rutin kepada para pihak dan kepada pihak lainnya sebagaimana diperlukan, maupun kepada orang atau kantor yang ditunjuk di Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta. 5.12. Setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini setiap pihak akan menunjuk seorang wakil senior untuk menangani semua hal ihwal yang terkait dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dengan Kepala Misi Monitoring. 5.13. Para pihak bersepakat atas suatu pemberitahuan prosedur tanggungjawab kepada AMM, termasuk isu-isu militer dan rekonstruksi. 5.14. Pemerintah RI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan berkaitan dengan pelayanan medis darurat dan perawatan di rumah sakit bagi personil AMM. 5.15. Untuk mendukung transparansi, Pemerintah RI akan mengizinkan akses penuh bagi perwakilan media nasional dan internasional ke Aceh. 6. Penyelesaian perselisihan 6.1. Jika terjadi perselisihan berkaitan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, maka akan segera diselesaikan dengan cara berikut: a) Sebagai suatu aturan, perselisihan yang terjadi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh Kepala Misi Monitoring, melalui musyawarah dengan para pihak dan semua pihak memberikan informasi yang dibutuhkan secepatnya. Kepala Misi Monitoring akan mengambil keputusan yang akan mengikat para pihak. b) Jika Kepala Misi Monitoring menyimpulkan bahwa perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara sebagaimana tersebut di atas, maka perselisihan akan dibahas bersama oleh Kepala Misi Monitoring dengan wakil senior dari setiap pihak. Selanjutnya, Kepala Misi Monitoring akan mengambil keputusan yang akan mengikat para pihak. c) Dalam kasus-kasus di mana perselisihan tidak dapat diselesaikan melalui salah satu cara sebagaimana disebutkan di atas, Kepala Misi Monitoring akan melaporkan secara langsung kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, pimpinan politik GAM dan Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative, serta memberitahu Komite Politik dan Keamanan Uni Eropa. Setelah berkonsultasi dengan para pihak, Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative akan mengambil keputusan yang mengikat para pihak. Pemerintah RI dan GAM tidak akan mengambil tindakan yang tidak konsisten dengan rumusan atau semangat Nota Kesepahaman ini. *** Ditandatangani dalam rangkap tiga di Helsinki, Finlandia, pada hari Senin, tanggal 15 Agustus 2005. A.n. Pemerintah Republik Indonesia, A.n. Gerakan Aceh Merdeka, Hamid Awaluddin Malik Mahmud Menteri Hukum dan HAM Pimpinan Disaksikan oleh, Martti Ahtisaari Mantan Presiden Finlandia Ketua Dewan Direktur Crisis Management Initiative Fasilitator proses negosiasi </pre> {{wikipedia-2|artikel=AMM|artikel2=Aceh}} [[Kategori:Perjanjian]] Templat:Wikipedia 71 2373 2006-05-26T19:24:47Z IvanLanin 30 ~kata <div style="background: transparent; padding: 0px; margin: 15px 0px 15px 10px; font-style: italic;"> [[Image:Wikipedia-logo.png|25px|Wikipedia]] [[w:Wikipedia|Wikipedia]] mempunyai artikel ensiklopedia mengenai [[:w:{{{artikel|{{PAGENAME}}}}}|{{{artikel|{{PAGENAME}}}}}]].<noinclude>[[Kategori:Templat pranala|{{PAGENAME}}]]</noinclude> </div> MediaWiki:Allmessages 72 2128 2006-05-24T02:55:20Z Borgx 2 Pesan sistem MediaWiki:Badtitle 73 114 2005-11-07T06:14:37Z Borgx 2 Judul tidak sah MediaWiki:Blockedtitle 74 115 2005-11-07T06:14:50Z Borgx 2 Pengguna diblokir MediaWiki:Noarticletext 75 2508 2006-05-28T16:42:33Z Borgx 2 perbarui '''{{SITENAME}} bahasa Indonesia tidak mempunyai artikel dengan judul ini.''' * '''[{{SERVER}}{{localurl:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|action=edit}} Mulai artikel baru mengenai {{PAGENAME}}]'''. * Lakukan pencarian untuk "{{PAGENAME}}" [[{{ns:special}}:Search/{{PAGENAME}}|di artikel lainnya]]. * Lakukan pencarian untuk "{{PAGENAME}}" di proyek bahasa Indonesia lain: [[w:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|Wikipedia]], [[wikt:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|Wiktionary]], [[q:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|Wikiquote]], atau [[b:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|Wikibooks]]. * Lakukan pencarian untuk "{{PAGENAME}}" [[Commons:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|di Commons]], gudang penyimpanan bersama untuk gambar, musik, audio, dan video gratis. ---- * Jika anda hanya bermaksud untuk mencoba-coba (bereksperimen) dengan wiki, anda dapat mencobanya di '''[[{{SITENAME}}:Bak pasir|bak pasir]]'''. Harap tidak melakukan eksperimen selain di bak pasir, karena akan merusak data di {{SITENAME}} ini. * Jika anda belum masuk log , kami sarankan anda untuk [[Istimewa:Userlogin|masuk log]] sebelum memulai menyunting artikel ini. Lihat juga [[{{SITENAME}}:Keuntungan mempunyai akun|alasan kenapa anda dianjurkan untuk masuk log]]. ---- * '''Jika Anda telah memulai halaman ini dalam beberapa menit lalu dan karya Anda masih belum muncul, hal ini mungkin terjadi akibat penundaan yang dapat terjadi selama kami memperbaharui gudang data/''database'' kami'''. Tunggulah beberapa saat dan periksalah sesaat lagi sebelum mencoba menulis ulang artikel ini. * Jika Anda telah memulai artikel dengan judul ini sebelumnya, artikel Anda mungkin telah dihapus karena suatu alasan. Periksa apakah [{{fullurl:Special:Log|type=delete&page={{FULLPAGENAMEE}}}}. Periksa apakah '''{{FULLPAGENAME}}''' ada di catatan penghapusan] Wikisource:Tentang 76 2510 2006-05-28T17:23:16Z Borgx 2 -logo '''Wikisource''' atau '''SumberWiki''', ''The Free Library'' ("Perpustakaan Bebas"), adalah sebuah proyek [[:w:Wikimedia|Wikimedia]] yang bertujuan membangun sebuah [[:w:perpustakaan|perpustakaan]] [[:w:wiki|wiki]] dengan isi bebas yang terdiri dari naskah-naskah sumber pertama (''primary source''), serta terjemahan naskah-naskah sumber ke dalam bahasa apapun dan bahan-bahan pendukungnya. Alamatnya berada di '''[http://www.wikisource.org www.wikisource.org]'''. Versi bahasa Indonesia beralamat di [http://id.wikisource.org id.wikisource.org]. Wikisource berawal dengan nama ''Project Sourceberg'' pada tanggal 24 November 2003 di domain http://sources.wikipedia.org. Namanya berganit menjadi ''Wikisource'' pada 6 Desember 2003. Alamatnya resmi dipindahkan ke http://wikisource.org pada tanggal 23 Juli 2004 [http://wikisource.org/w/index.php?title=Wikisource:Scriptorium&diff=11750&oldid=11747]. Wikisource berbahasa Indonesia sendiri mulai memiliki domain sendiri (sebelumnya bergabung dengan Wikisource berbahasa Inggris) pada 6 November 2005. == Lihat pula == * [[Wikisource:Apakah Wikisource itu?|Apakah Wikisource itu?]] == Pranala luar == * [http://wikisource.org/wiki/Main_Page Portal multibahasa] [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] [[en:Wikisource:About]] Undang-Undang Republik Indonesia 77 2544 2006-05-28T18:03:40Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Produk hukum]] |next = |shortcut = |notes = }} ==Daftar Undang-Undang Tahun 1983== {| {{prettytable}} width="100%" {{judul tabel UU}} {{baris tabel UU | 6 | 1983 | 31 Desember 1983 | Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan | }} {{baris tabel UU | 7 | 1983 | 31 Desember 1983 | Pajak Penghasilan | }} {{baris tabel UU | 8 | 1983 | 31 Desember 1983 | Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah | }} |} ==Daftar Undang-Undang Tahun 1999== {| {{prettytable}} width="100%" {{judul tabel UU}} {{baris tabel UU | 1 | 1999 | 27 Januari 1999 | Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia Mengenai Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty Between teh Republic of Indonesia and Australia on Mutual Assistence in Criminal Matters) | }} {{baris tabel UU | 2 | 1999 | 1 Februari 1999 | Partai Politik | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975|UU. 3/1975]] dan [[Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1985|UU. 3/1985]]}} {{baris tabel UU | 3 | 1999 | 1 Februari 1999 | Pemilihan Umum | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969|UU. 15/1969]], [[Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975|UU. 4/1975]], [[Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1980|UU. 2/1980]] dan [[Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985|UU. 1/1985]]}} {{baris tabel UU | 4 | 1999 | 1 Februari 1999 | Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969|UU. 16/1969]], [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975|UU. 5/1975]], [[Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985|UU. 2/1985]] dan [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995|UU. 5/1995]]}} {{baris tabel UU | 5 | 1999 | 5 Maret 1999 | Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat | }} {{baris tabel UU | 6 | 1999 | 23 Maret 1999 | Pencabutan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985|UU. 5/1985]]}} {{baris tabel UU | 7 | 1999 | 29 Maret 1999 | Anggaran Pendapatan dan Belanja negara Tahun Anggaran 1999/2000 | }} {{baris tabel UU | 8 | 1999 | 20 April 1999 | Perlindungan Konsumen | }} {{baris tabel UU | 9 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjar Baru | }} {{baris tabel UU | 10 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang | }} {{baris tabel UU | 11 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Ternate | }} {{baris tabel UU | 12 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Waykanan, Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Timur, dan Kotamadya Daerah Tingkat II Metro | }} {{baris tabel UU | 13 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utar | }} {{baris tabel UU | 14 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Singkil | }} {{baris tabel UU | 15 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon | }} {{baris tabel UU | 16 | 1999 | 20 April 1999 | Pembentukan Kotamadaya Daerah Tingkat II Dumai | }} {{baris tabel UU | 17 | 1999 | 3 Mei 1999 | Penyelenggaraan Ibadah Haji | }} {{baris tabel UU | 18 | 1999 | 7 Mei 1999 | Jasa Konstruksi | }} {{baris tabel UU | 19 | 1999 | 7 Mei 1999 | Pengesahan ILO Convention No. 105 Concerning the Abolition of Forced labour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa) | }} {{baris tabel UU | 20 | 1999 | 7 Mei 1999 | Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO Mengenai usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) | }} {{baris tabel UU | 21 | 1999 | 7 Mei 1999 | Pengesahan ILO Convention No. 111 Concerning Discrimination in Respect or Employment and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan) | }} {{baris tabel UU | 22 | 1999 | 7 Mei 1999 | Pemerintahan Daerah | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974|UU. 5/1974]], [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979|UU. 5 /1979]]}} {{baris tabel UU | 23 | 1999 | 17 Mei 1999 | Bank Indonesia | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968|UU. 13/1968]]}} {{baris tabel UU | 24 | 1999 | 17 Mei 1999 | Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar | }} {{baris tabel UU | 25 | 1999 | 19 Mei 1999 | Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Daerah | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956|UU. 32/PNPS/1956]]}} {{baris tabel UU | 26 | 1999 | 19 Mei 1999 | Pencabutan Undang-undang Nomor 11/PNPS/Tahun 1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1963|UU. 11/PNPS/1963]]}} {{baris tabel UU | 27 | 1999 | 19 Mei 1999 | Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara | }} {{baris tabel UU | 28 | 1999 | 19 Mei 1999 | Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme | }} {{baris tabel UU | 29 | 1999 | 25 Mei 1999 | Pengesahan International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965 (Konvensi International tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965) | }} {{baris tabel UU | 30 | 1999 | 12 Agustus 1999 | Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa | }} {{baris tabel UU | 31 | 1999 | 16 Agustus 1999 | Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi | }} {{baris tabel UU | 32 | 1999 | 23 Agustus 1999 | Perubahan Atas UU No.3 Th. 1998 tentang APBN Tahun Anggaran 1998/1999 Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No. 7 Th. 1998 | }} {{baris tabel UU | 33 | 1999 | 23 Agustus 1999 | Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 1997/1998 | }} {{baris tabel UU | 34 | 1999 | 31 Agustus 1999 | Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta | }} {{baris tabel UU | 35 | 1999 | 31 Agustus 1999 | Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman | }} {{baris tabel UU | 36 | 1999 | 8 September 1999 | Telekomunikasi | }} |- |37||&nbsp;||&nbsp;||&nbsp; {{baris tabel UU | 38 | 1999 | 23 September 1999 | Pengelolaan Zakat | }} {{baris tabel UU | 38 | 1999 | 23 September 1999 | Pengelolaan Zakat | }} |- |40||&nbsp;||&nbsp;||&nbsp; {{baris tabel UU | 41 | 1999 | 30 September 1999 | Kehutanan | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967|UU No. 5/1967]]}} |} ==Daftar Undang-Undang Tahun 2000== {| {{prettytable}} width="100%" {{judul tabel UU}} {{baris tabel UU | 17 | 2000 | 2 Agustus 2000 | Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan | }} |} ==Daftar Undang-Undang Tahun 2001== {| {{prettytable}} width="100%" {{judul tabel UU}} {{baris tabel UU | 1 | 2001 | 8 Mei 2001 | Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hong Kong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement Between the Government of the Republik of Indonesia and the Government of Hong Kong the Surrender of Fugitive Offenders) | }} {{baris tabel UU | 2 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Lhokseumawe | }} {{baris tabel UU | 3 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Langsa | }} {{baris tabel UU | 4 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Padang Sidempuan | }} {{baris tabel UU | 5 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Tanjung Pinang | }} {{baris tabel UU | 6 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Prabumulih | }} {{baris tabel UU | 7 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Lubuk Linggau | }} {{baris tabel UU | 8 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Pagar Alam | }} {{baris tabel UU | 9 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Cimahi | }} {{baris tabel UU | 10 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Tasikmalaya | }} {{baris tabel UU | 11 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Batu | }} {{baris tabel UU | 12 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Singkawang | }} {{baris tabel UU | 13 | 2001 | 21 Juni 2001 | Pembentukan Kota Bau-Bau | }} {{baris tabel UU | 14 | 2001 | 1 Agustus 2001 | Paten | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989|UU No. 6/1989]] dan [[Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997|UU No. 13/1997]]}} {{baris tabel UU | 15 | 2001 | 1 Agustus 2001 | Merek | Mencabut [[Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992|UU No. 19/1992]] dan [[Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997|UU No. 14/1997]]}} {{baris tabel UU | 16 | 2001 | 6 Agustus 2001 | Yayasan | }} {{baris tabel UU | 17 | 2001 | 6 Agustus 2001 | Perhitungan Anggaran Negara Tahun 1999/2000 | }} {{baris tabel UU | 18 | 2001 | 9 Agustus 2001 | Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam | }} {{baris tabel UU | 19 | 2001 | 14 November 2001 | Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002 | Diubah dengan [[Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2002|UU No. 21/2002]]}} {{baris tabel UU | 20 | 2001 | 21 November 2001 | Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi | Mengubah [[Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999|UU No. 31/1999]]. Diubah dengan [[Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002|UU No. 30/2002]]}} {{baris tabel UU | 21 | 2001 | 21 November 2001 | Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua | }} {{baris tabel UU | 22 | 2001 | 21 November 2001 | Minyak dan Gas Bumi | Mencabut UU No. 44 Prp'60, [[Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1962|UU No. 15/1962]], [[Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971|UU No. 8/1971]] dan [[Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1974|UU No. 10/1974]]}} |} ==Daftar Undang-Undang Tahun 2002== {| {{prettytable}} width="100%" {{judul tabel UU}} {{baris tabel UU | 19 | 2002 | 29 Juli 2002 | Hak Cipta | }} |} [[Kategori:Undang-undang| ]] Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 78 2511 2006-05-28T17:27:32Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 1 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA</center> <center>DAN PEMERINTAH HONGKONG UNTUK PENYERAHAN PELANGGAR</center> <center>HUKUM YANG MELARIKAN DIRI (AGREEMENT BETWEEN THE</center> <center>GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE</center> <center>GOVERNMENT OF HONGKONG FOR THE SURRENDER</center> <center>OF FUGITIVE OFFENDERS)</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 harus dapat mendukung dan menjamin kepastian, ketertiban, penegakan, dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran; |- |valign=top|b.||bahwa hubungan luar negeri yang dilandasi prinsip politik bebas dan aktif diabdikan pada kepentingan nasional, dikembangkan dengan meningkatkan persahabatan, kerja sama bilateral dan multilateral untuk mewujudkan tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial; |- |valign=top|c.||bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang transportasi, komunikasi, dan informasi telah mempermudah orang melakukan kejahatan yang tidak lagi mengenal batas yurisdiksi suatu negara, tetapi dapat menyangkut beberapa negara sehingga penanggulangan dan pemberantasannya diperlukan kerjasama internasional; |- |valign=top|d.||bahwa kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong telah berkembang dengan baik dan untuk lebih meningkatkan kerja sama tersebut khususnya di bidang penegakan hukum dan pelaksanaan peradilan pidana, maka pada tanggal 5 Mei 1997 di Hongkong telah ditandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Hongkong for the Surrender of Fugitive Offenders); |- |valign=top|e.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d dipandang perlu mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Hongkong for the Surrender of Fugitive Offenders) dengan Undang-undang; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; # Undang-undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3130); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4012); <center>Dengan persetujuan bersama antara</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>dan</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> '''Menetapkan :''' UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH HONGKONG UNTUK PENYERAHAN PELANGGAR HUKUM YANG MELARIKAN DIRI (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF HONGKONG FOR THE SURRENDER OF FUGITIVE OFFENDERS). <center>Pasal 1</center> Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Hongkong for the Surrender of Fugitive Offenders) yang telah ditandatangani pada tanggal 5 Mei 1997 di Hongkong yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa China sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini. <center>Pasal 2</center> Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 8 Mei 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 8 Mei 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 43'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001]] [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 79 2512 2006-05-28T17:27:43Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001]]</small> ---- <pre> PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH HONGKONG UNTUK PENYERAHAN PELANGGAR HUKUM YANG MELARIKAN DIRI (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF HONGKONG FOR THE SURRENDER OF FUGITIVE OFFENDERS) I. UMUM Pembangunan Hukum Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diarahkan pada terwujudnya Sistem Hukum Nasional yang antara lain dilakukan dengan pembentukan hukum baru, khususnya produk hukum yang sangat dibutuhkan untuk mendukung tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional; Produk hukum nasional tersebut, harus dapat menjamin kepastian, ketertiban, penegakan, dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran yang diharapkan mampu mengamankan dan mendukung penyelenggaraan politik luar negeri yang bebas aktif untuk mewujudkan tatanan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial; Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi baik dibidang transportasi, komunikasi, maupun informasi semakin canggih, telah menyebabkan wilayah negara yang satu dengan wilayah negara yang lain seakan-akan tanpa batas, sehingga memudahkan lalu lintas manusia dari satu negara ke negara lainnya. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping mempunyai dampak positif bagi kehidupan manusia juga membawa dampak negatif yang dapat merugikan orang perorangan, masyarakat, dan atau negara. Hal ini ternyata dapat dimanfaatkan pula secara tidak bertanggung jawab oleh para pelaku tindak pidana dalam upaya meloloskan diri dari proses peradilan dan menjalani pidana di negara tempat seseorang melakukan tindak pidana. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong mengadakan Persetujuan untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Hongkong for the Surrender of Fugitive Offenders) yang telah ditandatangani di Hongkong pada tanggal 5 Mei 1997. Persetujuan tersebut bertujuan meningkatkan kerja sama dalam penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan, yaitu dengan cara mencegah lolosnya pelanggar hukum dari proses peradilan dan menjalani pidana. Dengan adanya persetujuan penyerahan pelanggar hukum yang melarikan diri tersebut, diharapkan hubungan dan kerja sama yang lebih baik antara kedua negara dalam bidang penegakan hukum dan pemberantasan kejahatan dapat ditingkatkan. Persetujuan ini selain dapat memenuhi tuntutan keadilan juga dapat menghindari kerugian-kerugian yang disebabkan lolosnya tersangka, terdakwa, terpidana, atau narapidana. Beberapa hal penting dari Persetujuan Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri adalah : 1. Bentuk dan Nama Pada umumnya kesepakatan antar negara untuk saling menyerahkan pelanggar hukum yang melarikan diri dibuat dalam bentuk Perjanjian Ekstradisi (Extradition Treaty) khusus kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong untuk saling menyerahkan pelanggar hukum yang melarikan diri dibuat dalam bentuk Persetujuan Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Surrender of Fugitive Offenders Agreement). Hal tersebut karena Hongkong bukan merupakan negara yang berdaulat penuh, sehingga selama ini setiap kesepakatan yang dibuat antara Hongkong dengan negara lain untuk saling menyerahkan pelanggar hukum yang melarikan diri dibuat dalam bentuk Persetujuan Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Surrender of Fugitive Offenders Agreement) dan bukan dalam bentuk Perjanjian Ekstradisi (Extradition Treaty). 2. Pelanggaran Hukum yang Dapat Diserahkan (Pasal 2). Di dalam Persetujuan ini ditegaskan bahwa pelanggaran hukum yang dapat diserahkan adalah pelanggaran yang dapat dihukum menurut hukum Indonesia dan hukum Hongkong yakni berdasarkan asas tindak pidana ganda (double criminality) dan pelanggaran hukum tersebut diancam dengan pidana penjara lebih dari 1 (satu) tahun atau dengan pidana lebih berat. Jenis pelanggaran hukum yang dapat diserahkan berjumlah 44 (empat puluh empat) jenis pelanggaran hukum. 3. Hak untuk Menolak Menyerahkan Warga Negaranya (Pasal 4). Masing-masing pihak dalam persetujuan berhak menolak untuk menyerahkan warga negaranya. Dalam Persetujuan ini, Pihak Diminta untuk melaksanakan penyerahan berhak untuk mempertimbangkan apakah akan menyerahkan atau tidak warga negaranya. Pihak Diminta harus menyerahkan atau tidak warga negaranya. Pihak Diminta harus menyerahkan kasusnya kepada instansi yang berwenang di wilayahnya. 4. Pelanggaran yang Diancam Dipidana Dengan Pidana Mati (Pasal 5). Persetujuan ini mengatur bahwa penyerahan pelanggar hukum tidak akan dilaksanakan terhadap pelanggar hukum yang diancam dengan pidana mati, kecuali jika Pihak Peminta memberikan jaminan bahwa pidana mati tidak akan dijatuhkan atau jika dijatuhkan tidak akan dilaksanakan. 5. Pelanggar Hukum yang Berlatar Belakang Politik (Pasal 7). Apabila pelanggaran hukum yang didakwakan atau dipersalahkan adalah pelanggaran politik atau pelanggaran yang bersifat politik, maka pelanggar hukum tidak akan diserahkan. Mengambil nyawa atau percobaan mengambil nyawa Kepala Negara dan seorang kerabat dekat Kepala Negara tidak akan dianggap sebagai pelanggar politik atau suatu pelanggaran yang bersifat politik karena itu pelakunya dapat diserahkan. 6. Tata Cara Penyerahan (Pasal 17) Dalam Persetujuan ini mengenai penyerahan pelanggar hukum ditempuh dengan tata cara sebagai berikut : a. Pihak Diminta harus, segera sesudah mengambil keputusan mengenai permintaan penyerahan, memberitahukan keputusan tersebut kepada Pihak Peminta. b. Jika seseorang akan diserahkan, orang itu harus dikirim oleh pejabat dari Pihak Diminta ke suatu tempat pemberangkatan yang berada dalam yurisdiksinya. c. Pihak Peminta harus mengambil orang tersebut dalam waktu yang ditentukan oleh Pihak Diminta dan jika tidak diambil dalam jangka waktu tersebut Pihak Diminta dapat menolak penyerahan orang itu untuk pelanggaran yang sama. d. Jika ada keadaan yang berada di luar kuasa menghalangi salah satu pihak untuk menyerahkan dan mengambil orang yang akan diserahkan, pihak yang bersangkutan harus memberitahukan pihak yang lain. Dalam kasus yang demikian, kedua belah pihak harus menyetujui suatu tanggal yang baru untuk penyerahan yang telah ditentukan. 7. Penyelesaian Perselisihan (Pasal 22). Dalam Persetujuan ini ditentukan bahwa apabila terjadi perselisihan dalam hal penafsiran atau implementasi mengenai Persetujuan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui konsultasi atau perundingan antara Para Pihak. Namun, apabila perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan melalui konsultasi atau perundingan Para Pihak, maka akan diselesaikan melalui konsultasi atau perundingan antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah yang berdaulat yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri berkenaan dengan Hongkong. 8. Mulai Berlaku, Penghentian Sementara, dan Berakhirnya Persetujuan (Pasal 23). Dalam Persetujuan ini mulai berlaku, penghentian sementara, dan berakhirnya Persetujuan ditentukan sebagai berikut : a. Persetujuan ini mulai berlaku 30 (tiga puluh) hari sesudah tanggal pada waktu Para Pihak saling memberitahukan secara tertulis bahwa syarat-syarat berlakunya Persetujuan ini telah dipenuhi. b. Ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini akan berlaku bagi permintaan yang dibuat sesudah mulai berlakunya Persetujuan ini tanpa memperhatikan tanggal dilakukannya pelanggaran hukum yang tercantum dalam permintaan. c. Setiap pihak dapat menghentikan sementara atau mengakhiri berlakunya Persetujuan ini setiap waktu dengan memberitahukan kepada pihak yang lain melalui instansi yang berwenang. d. Penghentian akan berlaku pada saat diterimanya pemberitahuan yang diperlukan. Dalam hal pengakhiran, maka Persetujuan ini akan tidak berlaku lagi pada hari ke 180 (seratus delapan puluh) sesudah diterimanya pemberitahuan untuk mengakhiri Persetujuan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4091 </pre> [[Kategori:Undang-undang]] Proklamasi Indonesia 80 2614 2006-05-29T09:27:51Z IvanLanin 30 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Naskah bersejarah]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Proklamasi}} }} P R O K L A M A S I Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., di- selenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang se- singkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 1945 Atas nama bangsa Indonesia. [[Soekarno]]/Hatta. [[Kategori:Naskah bersejarah]] Soekarno 81 2611 2006-05-29T09:14:06Z IvanLanin 30 /* Karya */ +1 '''''Ir. Soekarno''''' (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970) ==Biografi== {{wikipedia|artikel=Soekarno}} ==Karya== * [[Pidato Soekarno: Lahirnya Pancasila]] (1 Juni 1945) * [[Proklamasi Indonesia]] (1945) * [[Surat Perintah Sebelas Maret]] (1966) [[Kategori:Pengarang|Soekarno]] Mohammad Sanoesi 82 2493 2006-05-28T16:01:09Z Borgx 2 [[Pengarang:Moh. Sanoesi]] dipindahkan ke [[Mohammad Sanoesi]]: tanpa awalan '''''Mohammmad Sanoesi''''' ==Karya== * [[Tembang Lagu Garut Génjlong]] - diterbitkan oleh '''Padjadjaran''' pada Oktober 1919. [[Kategori:Pengarang|Mohammmad Sanoesi]] [[en:Author:Moh. Sanoesi]] Pengarang 83 2540 2006-05-28T17:59:32Z Borgx 2 +tpl {{process header |title = Pengarang |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Berikut adalah indeks naskah berdasarkan '''pengarang'''. Lihat pula [[:Kategori:Pengarang]]. }} * [[Chairil Anwar]] * [[Mohammad Sanoesi]] * [[Soekarno]] * [[Susilo Bambang Yudhoyono]] <!--{{Indeks pengarang}}--> [[Kategori:Pengarang| ]] [[en:Wikisource:Authors]] Templat:Wikipedia-2 84 2374 2006-05-26T19:26:49Z IvanLanin 30 ~kata <div style="background: transparent; padding: 0px; margin: 15px 0px 15px 10px; font-style: italic;"> [[Image:Wikipedia-logo.png|25px|Wikipedia]] [[w:Wikipedia|Wikipedia]] mempunyai artikel ensiklopedia mengenai [[:w:{{{artikel|{{PAGENAME}}}}}|{{{artikel|{{PAGENAME}}}}}]] dan [[:w:{{{artikel2|{{PAGENAME}}}}}|{{{artikel2|{{PAGENAME}}}}}]].<noinclude>[[Kategori:Templat pranala|{{PAGENAME}}]]</noinclude> </div> MediaWiki:Recentchangesall 85 142 2005-11-08T03:16:17Z Borgx 2 semua MediaWiki:Allpagessubmit 86 143 2005-11-08T03:23:47Z Borgx 2 Cari MediaWiki:Invert 87 144 2005-11-08T03:27:40Z Borgx 2 Balikkan pilihan MediaWiki:Recentchangestext 88 1560 2005-11-20T10:01:30Z Borgx 2 perbaiki link Bagi Anda, pengguna baru, [[Wikisource:Selamat datang|selamat datang!]] Silakan lihat pula halaman [[Wikisource:FAQ|Wikisource FAQ]]. Jika Anda ingin menyukseskan Wikisource, adalah sangat penting Anda tidak memasukkan bahan yang dilindungi [[:w:hak cipta|hak cipta]] milik orang lain. Perbuatan seperti ini bisa merusak nama baik situs web ini, jadi harap patuhilah peringatan ini. <br clear="all"> {|border="0" class="plainlinks" width="100%" style="border: 3px solid #dfdfdf; " |-valign="top" |align="right"|<small>'''Komunitas:'''</small> |align="left"|<small>[[Wikisource:Warung Kopi|Warung kopi]] - [[Wikisource:Pengumuman|Pengumuman]] - [[:Kategori:Wikisource]]</small> |-valign="top" bgcolor = gold |align="right"|<small>'''Artikel:'''</small> |align="left"|<small>[[Istimewa:Newpages|Baru]] - [[:Kategori:Artikel yang perlu diterjemahkan|Perlu terjemahan]] - [[:Kategori:Artikel yang perlu dirapikan|Perlu dirapikan]] - [[:Kategori:Artikel yang layak untuk dihapus|Perlu dihapus]]</small> |-valign="top" bgcolor = lightyellow |align="right"|<small>'''[[Wikisource:Permintaan artikel|Artikel yang diminta]]:'''</small> |align="left"|<small>{{artikelyangdiminta}}</small> |-valign="top" |align="right"|<small>'''Proyek lainnya dalam bahasa Indonesia:'''</small> |align="left"|<small>[[w:Halaman Utama|Wikipedia]] - [[:wikt:id:Halaman Utama|KamusWiki]] - [[b:Halaman Utama|BukuWiki]] - [[q:Halaman Utama|KutipanWiki]] - [[commons:Halaman_Utama|Commons - Berkas multimedia bebas]]</small> |-valign="top" bgcolor = gainsboro |align="right"|<small>'''Wikisource:'''</small> |align="left"|<small>[[Wikisource:Selamat datang|Tentang kami]] ([[:w:Wikisource|Apakah Wikisource itu?]]) - [[Wikisource:Peraturan|Peraturan]] - [[Wikisource:FAQ|FAQ]] - [[Wikisource:Bantuan|Bantuan]] - [[Wikisource:Hubungi kami|Hubungi kami]]&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</small> |-valign="top" |align="right"|<small>'''Perubahan terkini lainnya:'''</small> |align="left"|<small>[[:en:Special:Recentchanges|Inggris]] - [[:fr:Special:Recentchanges|Perancis]] - [[:es:Special:Recentchanges|Spanyol]] - [[:ro:Special:Recentchanges|Rumania]] - - [[:de:Special:Recentchanges|Jerman]] - [[:pl:Special:Recentchanges|Polandia]] - [[:la:Special:Recentchanges|Latin]] - [[:zh:Special:Recentchanges|Mandarin]] - [[:ru:Special:Recentchanges|Rusia]]</small> |} :<small>[http://id.wikisource.org/w/wiki.phtml?title=Halaman_Utama&action=purge Perbaharui Halaman Utama ''(lewati cache)''] <!--([{{SERVER}}{{localurl:MediaWiki:Recentchangestext|action=edit}} sunting])--></small> Wikisource:Bak pasir 89 2498 2006-05-28T16:09:36Z Borgx 2 [[Wikisource:Kotak pasir]] dipindahkan ke [[Wikisource:Bak pasir]]: penyeragaman Halaman ini ditujukan bagi anda yang bermaksud untuk bereksperimen dengan wiki. Anda dapat mengetik apa saja di sini. '''Harap jangan melakukan eksperimen di artikel yang lain di luar halaman ini !''' ---- <!-- Harap melakukan eksperimen (pengetikan) di bawah garis berikut ini --> <!-- ------------------------------------------------------------------ --> Wikisource:Portal komunitas 90 2504 2006-05-28T16:16:23Z Borgx 2 [[Wikisource:Portal Komunitas]] dipindahkan ke [[Wikisource:Portal komunitas]]: huruf kecil {| cellspacing="3" width="100%" |width="100%" colspan="2"| {| |style="padding-right: 1em;"| [[Wikisource:Mengenai_Wikisource|Wikisource]] memerlukan '''Anda'''! Mari kita membangun sebuah ensiklopedia bebas dan komunitas [[Wikisource:Wiki|wiki]]. [[Wikisource:Menyunting Sebuah Halaman|Sunting]] atau [[Wikisource:Memulai halaman baru|mulai]] artikel baru sekarang juga! Jika masih baru, gunakan [[Wikisource:Kotak pasir|kotak pasir]] kami untuk mencoba-coba. Punya pertanyaan? Tanyakan di [[Wikisource:Warung Kopi|warung kopi]] kami atau [[Wikisource:Contact us|hubungi kami]]. Coba lihat pula [[Wikisource:Bantuan|halaman bantuan]] kami. Jangan lupa, sebelum melakukan semuanya itu, kami menyarankan Anda untuk [[Istimewa:Userlogin|membuat akun/rekening]] ''[[Istimewa:Userlogin|(account)]]'' [[Istimewa:Userlogin|baru]] terlebih dahulu ([[Wikisource:Keuntungan mempunyai akun|alasannya...]]). |} [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Wikisource:Wiki 91 2315 2006-05-25T19:57:23Z IvanLanin 30 +kat '''Wiki''' atau '''wiki''' adalah sebuah situs web (atau koleksi dokumen hiperteks lainnya) yang memperbolehkan sang pengguna untuk menambah isinya, seperti di forum Internet, tetapi juga memperbolehkan isi tersebut disunting pengguna lain. Istilah ini juga dapat merujuk kepada ''software'' kolaboratif yang digunakan untuk menciptakan situs web semacam itu. ''Wiki'' (dengan huruf besar 'W') and ''WikiWikiWeb'' kadang digunakan untuk merujuk kepada Portland Pattern Repository, wiki yang paling pertama diciptakan. Pendukung penggunaan ini mengusulkan penggunaan huruf kecil 'w' untuk membedakan istilah generik yang sedang dibicarakan di sini. Wiki wiki berasal dari istilah bahasa Hawaii untuk "cepat" atau "super-cepat". Kadang istilah '''wikiwiki''' atau '''WikiWiki''' digunakan daripada wiki. Istilah-istilah ini dapat digunakan secara berganti-ganti meskipun perbedaan pandangan mengenai kapitalisasi juga dapat diterapkan dalam cara yang mirip. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Templat:Introkopi 92 2502 2006-05-28T16:12:53Z Borgx 2 koreksi {|cellpadding="0" cellspacing="0" style="padding: 0.3em; float:right; margin-left: 1em; border: 1px solid #999; border-right-width: 2px; border-bottom-width: 2px; background:#fcfcfc; text-align:center" |[[Image:Jakarta slumlife17.JPG|180px|Warkop dari commons.]] |- |style="padding: 0.5em;"| '''Warung Kopi''' ---- '''[http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Wikisource:Warung_kopi&action=edit&section=new Bicarakan topik baru]''' |- |style="padding: 0.3em; background-color: #e4e4c9; border: 1px solid #c0c0c0"| '''Komunitas''' |- |style="padding: 0.3em; line-height: 1.5em"| [[Wikisource:Bantuan|Halaman bantuan]]<br> [[Wikisource:Pengumuman|Pengumuman]]<br> [http://groups.yahoo.com/group/wiki-id/ Milis] |- |style="padding: 0.3em; background-color: #e4e4c9; border: 1px solid #c0c0c0"| '''Arsip''' |- |} ---- ---- <b>Selamat datang kawan-kawan para wikiwan dan wikiwati! Warung kopi ini merupakan forum di mana anda-anda sekalian bisa mengungkapkan segala komentar, saran dan ''uneg-uneg''. Untuk masalah yang lebih pelik anda bisa pula menghubungi para [[Wikisource:pengurus|pengurus Wikisource]] secara langsung. Apabila anda memberi komentar, jangan lupa untuk mengetik <nowiki>~~~~</nowiki>, empat kali tanda gelombang (tilde), supaya jatidiri anda dan tanggal penulisan terlihat. Terima kasih. </b> ---- ---- <noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude><includeonly>[[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]]</includeonly> Wikisource:Keuntungan mempunyai akun 95 2307 2006-05-25T19:37:21Z IvanLanin 30 idx kat Anda tidak perlu [[Istimewa:Userlogin|masuk log (''log-in'')]] untuk membaca {{SITENAME}}. Anda bahkan tidak perlu masuk log untuk menyunting artikel-artikel di {{SITENAME}}. Meski begitu, membuat sebuah ''account'' adalah sebuah proses yang cepat dan berguna - keuntungannya misalnya: * Anda dapat memantau kontribusi anda dengan mudah<br> * Dapat menggunakan konfigurasi<br> * Halaman tampilan lebih terlihat personal<br> * Perubahan pada suatu halaman dapat diketahui lewat surat elektronik<br> * Pengguna lain dapat menghubungi anda<br> ''Catatan: Untuk membuat ''account'' baru, silakan kunjungi [[Istimewa:Userlogin|halaman pendaftaran (log)]]. [[kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Chairil Anwar 98 2489 2006-05-28T16:00:40Z Borgx 2 [[Pengarang:Chairil Anwar]] dipindahkan ke [[Chairil Anwar]]: tanpa awalan <b><i>Chairil Anwar</i></b> (26 Juli 1922 - 28 April 1949) ==Biografi== {{wikipedia|artikel=Chairil Anwar}} ==Karya== * [[Aku]] * [[Aku Berada Kembali]] * [[Cintaku Jauh Di Pulau]] * [[Dengan Mirat]] * [[Derai Derai Cemara]] * [[Di Masjid]] * [[Diponegoro]] * [[Doa]] * [[Hampa]] * [[Karawang Bekasi]] * [[Maju]] * [[Malam]] * [[Malam Di Pegunungan]] * [[Mirat Muda, Chairil Muda]] * [[Nisan]] * [[Penerimaan]] * [[Persetujuan Dengan Bung Karno]] * [[Prajurit Jaga Malam]] * [[Rumahku]] * [[Sajak Putih]] * [[Senja Di Pelabuhan Kecil]] * [[Tjerita Buat Dien Tamaela]] * [[Yang Terampas Dan Yang Putus]] [[Category:Pengarang|Chairil Anwar]] Aku 99 2655 2006-06-24T08:59:10Z Borgx 2 gunakan <poem> <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- <poem> Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi <small>Maret 1943</small> </poem> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Puisi 100 2538 2006-05-28T17:57:08Z Borgx 2 process header {{process header |title = Puisi |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Berikut adalah daftar naskah sumber [[:w:puisi|puisi]]. Lihat pula [[:kategori:Puisi]]. }} * [[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]] [[Kategori:Puisi| ]] [[en:Wikisource:Poetry]] Derai Derai Cemara 102 167 2005-11-09T00:18:57Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Cemara menderai sampai jauh<br> terasa hari akan jadi malam<br> ada beberapa dahan di tingkap merapuh<br> dipukul angin yang terpendam<br> Aku sekarang orangnya bisa tahan<br> sudah berapa waktu bukan kanak lagi<br> tapi dulu memang ada suatu bahan<br> yang bukan dasar perhitungan kini<br> Hidup hanya menunda kekalahan<br> tambah terasing dari cinta sekolah rendah<br> dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan<br> sebelum pada akhirnya kita menyerah<br> <small>1949</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Yang Terampas Dan Yang Putus 103 168 2005-11-09T00:21:50Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,<br> menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,<br> malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu<br> Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin<br> Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang<br> dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;<br> tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang<br> Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku<br> <small>1949</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Senja Di Pelabuhan Kecil 104 169 2005-11-09T00:24:30Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Ini kali tidak ada yang mencari cinta<br> di antara gudang, rumah tua, pada cerita<br> tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut<br> menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut<br> Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang<br> menyinggung muram, desir hari lari berenang<br> menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak<br> dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.<br> Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan<br> menyisir semenanjung, masih pengap harap<br> sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan<br> dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap<br> <small>1946</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Cintaku Jauh Di Pulau 105 170 2005-11-09T00:26:03Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Cintaku jauh di pulau,<br> gadis manis, sekarang iseng sendiri<br> Perahu melancar, bulan memancar,<br> di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.<br> angin membantu, laut terang, tapi terasa<br> aku tidak 'kan sampai padanya.<br> Di air yang tenang, di angin mendayu,<br> di perasaan penghabisan segala melaju<br> Ajal bertakhta, sambil berkata:<br> "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"<br> Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!<br> Perahu yang bersama 'kan merapuh!<br> Mengapa Ajal memanggil dulu<br> Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!<br> Manisku jauh di pulau,<br> kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.<br> <small>1946</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Doa 106 171 2005-11-09T00:26:50Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- ''kepada pemeluk teguh'' Tuhanku <br> Dalam termangu<br> Aku masih menyebut namamu<br> Biar susah sungguh <br> mengingat Kau penuh seluruh<br> cayaMu panas suci<br> tinggal kerdip lilin di kelam sunyi<br> Tuhanku<br> aku hilang bentuk<br> remuk<br> Tuhanku<br> aku mengembara di negeri asing<br> Tuhanku<br> di pintuMu aku mengetuk<br> aku tidak bisa berpaling<br> <small>13 November 1943</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Aku Berada Kembali 107 172 2005-11-09T00:28:14Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Aku berada kembali. Banyak yang asing:<br> air mengalir tukar warna,kapal kapal, <br> elang-elang <br> serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain; <br><br> rasa laut telah berubah dan kupunya wajah <br> juga disinari matari lain. <br><br> Hanya <br> Kelengangan tinggal tetap saja. <br> Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan; <br> lebih lengang pula ketika berada antara <br> yang mengharap dan yang melepas. <br><br> Telinga kiri masih terpaling <br> ditarik gelisah yang sebentar-sebentar <br> seterang <br> guruh <br><br> <small>1949 </small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Sajak Putih 108 173 2005-11-09T00:29:50Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- ''buat tunanganku Mirat'' Bersandar pada tari warna pelangi<br> kau depanku bertudung sutra senja<br> di hitam matamu kembang mawar dan melati<br> harum rambutmu mengalun bergelut senda<br><br> Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba<br> meriak muka air kolam jiwa<br> dan dalam dadaku memerdu lagu<br> menarik menari seluruh aku<br><br> hidup dari hidupku, pintu terbuka<br> selama matamu bagiku menengadah<br> selama kau darah mengalir dari luka<br> antara kita Mati datang tidak membelah...<br><br> Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,<br> dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!<br> Kucuplah aku terus, kucuplah<br> dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku...<br><br> <small>1944</small> <small>*sajak-sajak Chairil Anwar kepada Mirat kekasihnya</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Tjerita Buat Dien Tamaela 109 174 2005-11-09T00:42:54Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Beta Pattiradjawane<br> jang didjaga datu datu <br> Tjuma satu <br><br> Beta Pattiradjawane <br> kikisan laut <br> berdarah laut <br><br> beta pattiradjawane <br> ketika lahir dibawakan <br> datu dajung sampan <br><br> beta pattiradjawane pendjaga hutan pala <br> beta api dipantai,siapa mendekat <br> tiga kali menjebut beta punja nama <br><br> dalam sunyi malam ganggang menari <br> menurut beta punya tifa <br> pohon pala, badan perawan djadi <br> hidup sampai pagi tiba <br><br> mari menari ! <br> mari beria ! <br> mari berlupa ! <br><br> awas ! djangan bikin bea marah <br> beta bikin pala mati, gadis kaku <br> beta kirim datu-datu ! <br><br> beta ada dimalam, ada disiang <br> irama ganggang dan api membakar pulau ....... <br><br> beta pattiradjawane <br> jang didjaga datu-datu <br> tjuma satu <br><br> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Dengan Mirat 110 175 2005-11-09T00:45:20Z Borgx 2 baru, belum selesai <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Kamar ini jadi sarang penghabisan<br> di malam yang hilang batas<br><br> Aku dan engkau hanya menjengkau<br> rakit hitam<br><br> 'Kan terdamparkah<br> atau terserah<br> pada putaran hitam?<br><br> Matamu ungu membatu<br><br> Masih berdekapankah kami atau<br> mengikut juga bayangan itu<br><br> <small>1946</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Mirat Muda, Chairil Muda 111 176 2005-11-09T00:46:26Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah,<br> menatap lama ke dalam pandangnya<br> coba memisah mata yang menantang<br> yang satu tajam dan jujur yang sebelah.<br><br> Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; <br> dan bertanya: Adakah, adakah<br> kau selalu mesra dan aku bagimu indah?<br> Mirat raba urut Chairil, raba dada<br> Dan tahulah dia kini, bisa katakan <br> dan tunjukkan dengan pasti di mana<br> menghidup jiwa, menghembus nyawa<br> Liang jiwa-nyawa saling berganti.<br> Dia rapatkan<br><br> Dirinya pada Chairil makin sehati;<br> hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas<br> Hiduplah Mirat dan Chairil dengan dera,<br> menuntut tinggi tidak setapak berjarak <br> dengan mati<br><br> <small>di pegunungan 1943, ditulis 1949</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Karawang Bekasi 112 178 2005-11-09T01:01:45Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi <br> Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi <br> Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami <br> Terbayang kami maju dan berdegap hati? <br> Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi <br> Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak <br> Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu <br> Kenang, kenanglah kami <br> Kami sudah coba apa yang kami bisa <br> Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa <br> Kami sudah beri kami punya jiwa <br> Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa <br> Kami cuma tulang-tulang berserakan <br> Tapi adalah kepunyaanmu <br> Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan <br> Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan <br> Atau tidak untuk apa-apa <br> Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata <br> Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi <br> Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak <br> Kenang-kenanglah kami <br> Menjaga Bung Karno <br> Menjaga Bung Hatta <br> Menjaga Bung Syahrir <br> Kami sekarang mayat <br> Berilah kami arti <br> Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian <br> Kenang-kenanglah kami <br> Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu <br> Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Malam Di Pegunungan 113 182 2005-11-09T01:07:54Z Borgx 2 <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,<br> Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?<br> Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:<br> Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!<br> <small>1947</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Penerimaan 114 181 2005-11-09T01:07:20Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Kalau kau mau kuterima kau kembali<br> Dengan sepenuh hati<br><br> Aku masih tetap sendiri<br><br> Kutahu kau bukan yang dulu lagi<br> Bak kembang sari sudah terbagi<br><br> Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani<br><br> Kalau kau mau kuterima kembali<br> Untukku sendiri tapi<br><br> Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.<br> <small>Maret 1943</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Diponegoro 115 183 2005-11-09T01:09:11Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Di masa pembangunan ini <br> tuan hidup kembali <br> Dan bara kagum menjadi api <br><br> Di depan sekali tuan menanti <br> Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. <br> Pedang di kanan, keris di kiri <br> Berselempang semangat yang tak bisa mati. <br> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Hampa 116 184 2005-11-09T01:10:11Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- ''kepada sri'' Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.<br> Lurus kaku pohonan. Tak bergerak<br> Sampai ke puncak. Sepi memagut,<br> Tak satu kuasa melepas-renggut<br> Segala menanti. Menanti. Menanti.<br> Sepi.<br> Tambah ini menanti jadi mencekik<br> Memberat-mencekung punda<br> Sampai binasa segala. Belum apa-apa<br> Udara bertuba. Setan bertempik<br> Ini sepi terus ada. Dan menanti.<br> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Maju 117 185 2005-11-09T01:12:21Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Ini barisan tak bergenderang-berpalu <br> Kepercayaan tanda menyerbu. <br><br> Sekali berarti <br> Sudah itu mati. <br><br> MAJU <br><br> Bagimu Negeri<br> Menyediakan api. <br><br> Punah di atas menghamba <br> Binasa di atas ditindas <br> Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai <br> Jika hidup harus merasai <br><br> Maju <br> Serbu <br> Serang <br> Terjang<br><br> <small>Februari 1943</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Rumahku 118 186 2005-11-09T01:19:27Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Rumahku dari unggun-unggun sajak<br> Kaca jernih dari segala nampak<br><br> Kulari dari gedung lebar halaman<br> Aku tersesat tak dapat jalan<br><br> Kemah kudirikan ketika senjakala<br> Dipagi terbang entah kemana<br><br> Rumahku dari unggun-unggun sajak<br> Disini aku berbini dan beranak<br><br> Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang<br> Aku tidak lagi meraih petang<br> Biar berleleran kata manis madu<br> jika menagih yang satu<br><br> <small>April 1943</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Prajurit Jaga Malam 119 187 2005-11-09T01:21:05Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? <br> Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, <br> bermata tajam <br> Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya <br> kepastian <br> ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini <br> Aku suka pada mereka yang berani hidup <br> Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam <br> Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu...... <br> Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ! <br> <small>1948</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Nisan 120 188 2005-11-09T01:22:24Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Bukan kematian benar menusuk kalbu <br> Keridhaanmu menerima segala tiba <br> Tak kutahu setinggi itu di atas debu <br> Dan duka maha tuan tak bertahta. <br> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Persetujuan Dengan Bung Karno 121 191 2005-11-09T01:28:26Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji <br> Aku sudah cukup lama dengan bicaramu <br> dipanggang diatas apimu, digarami lautmu <br> Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 <br> Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu <br> Aku sekarang api aku sekarang laut <br><br> Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat <br> Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar <br> Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh <br> <small>1948</small> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Malam 122 192 2005-11-09T01:29:36Z Borgx 2 baru <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Mulai kelam <br> belum buntu malam <br> kami masih berjaga <br> --Thermopylae?- <br> - jagal tidak dikenal ? - <br> tapi nanti <br> sebelum siang membentang <br> kami sudah tenggelam hilang<br> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 123 2559 2006-05-28T18:33:23Z Borgx 2 tpl {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Republik Indonesia]] |next = [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001]] |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Lhokseumawe}} }} <pre> UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Daerah Istimewa Aceh pada umumnya, dan Kabupaten Aceh Utara pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; b. bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara, serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Aceh Utara, perlu membentuk Kota Lhokseumawe sebagai daerah otonom; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Lhokseumawe untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1986 tentang Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); 3. Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupatenkabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58); 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 8. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LHOKSEUMAWE. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Provinsi Daerah Istimewa Aceh adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara. 3. Kabupaten Aceh Utara adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. 4. Kota Administratif Lhokseumawe adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1986 tentang Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe. BAB II PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH Pasal 2 Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Lhokseumawe di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 3 Kota Lhokseumawe berasal dari sebagian Kabupaten Aceh Utara yang terdiri atas: a. Kecamatan Muara Dua; b. Kecamatan Banda Sakti; dan c. Kecamatan Blang Mangat. Pasal 4 Dengan terbentuknya Kota Lhokseumawe, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Aceh Utara dikurangi dengan wilayah Kota Lhokseumawe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. Pasal 5 Dengan terbentuknya Kota Lhokseumawe, Kota Administratif Lhokseumawe dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara dihapus. Pasal 6 (1) Kota Lhokseumawe mempunyai batas-batas wilayah : a. sebelah utara dengan Selat Malaka; b. sebelah timur dengan Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara; c. sebelah selatan dengan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara; dan d. sebelah barat dengan Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. (2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. (3) Penentuan batas wilayah Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Pasal 7 (1) Dengan terbentuknya Kota Lhokseumawe, Pemerintah Kota Lhokseumawe menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. BAB III KEWENANGAN DAERAH Pasal 8 (1) Kewenangan Kota Lhokseumawe sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. BAB IV PEMERINTAHAN DAERAH Bagian Pertama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 9 (1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Lhokseumawe. (2) Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe dilakukan dengan cara: a. penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh; dan b. pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. (3) Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 (1) Dengan terbentuknya Kota Lhokseumawe, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Utara tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. (2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Utara, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Lhokseumawe dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe. (3) Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Utara ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Lhokseumawe. (4) Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Utara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe. Bagian Kedua Pemerintah Daerah Pasal 11 Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Lhokseumawe, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 (1) Pada saat terbentuknya Kota Lhokseumawe, penjabat Walikota Lhokseumawe diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. (2) Walikota Administratif Lhokseumawe diangkat sebagai penjabat Walikota Lhokseumawe. Bagian Ketiga Perangkat Pemerintahan Daerah Pasal 13 Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Lhokseumawe, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 (1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Lhokseumawe, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Daerah Istimewa Aceh, dan Bupati Aceh Utara sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe hal-hal yang meliputi: a. pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe; b. barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Kabupaten Aceh Utara yang berada di Kota Lhokseumawe sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Kabupaten Aceh Utara yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Lhokseumawe; d. utang-piutang Kabupaten Aceh Utara yang kegunaannya untuk Kota Lhokseumawe; dan e. dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Lhokseumawe. (2) Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Lhokseumawe. (3) Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 (1) Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Lhokseumawe, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara. (2) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Lhokseumawe, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Lhokseumawe dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Lhokseumawe. Pasal 16 Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Aceh Utara tetap berlaku bagi Kota Lhokseumawe sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, dan berlaku secara efektif selambatlambatnya satu tahun setelah diundangkannya undang-undang ini melalui Peraturan Pemerintah. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd ABDURRAHMAN WAHID Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2001 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd DJOHAN EFFENDI LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 82 </pre> [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 124 198 2005-11-09T01:50:22Z Borgx 2 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 2 Tahun 2001 dipindahkan ke Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 <small>[[Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001]]</small> ---- <pre> PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LHOKSEUMAWE I. UMUM Kota Administratif Lhokseumawe dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 181,06 Km2, yang merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Utara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1995 berjumlah 138.678 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 141.042 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,3 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1986 tentang Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe. Secara geografis wilayah Kota Administratif Lhokseumawe mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, pertambangan serta pariwisata, Kota Administratif Lhokseumawe mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif yang meliputi Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Banda Sakti, dan Kecamatan Blang Mangat perlu dibentuk menjadi Kota Lhokseumawe. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Lhokseumawe serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Utara. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Lhokseumawe dalam bentuk lampiran undang-undang ini. Ayat (3) Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Aceh Utara dan Walikota Lhokseumawe yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam rangka pengembangan Kota Lhokseumawe sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya. Pasal 8 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Penetapan keanggotaan DPRD didasarkan pada perimbangan hasil perolehan Partai Politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, karena Pemilihan Umum Tahun 1999 di Kabupaten Aceh Utara tidak terlaksana. Huruf b Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Lhokseumawe melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Lhokseumawe hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lhokseumawe. Pasal 13 Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanaan kemasyarakatan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4109</pre> Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 2 Tahun 2001 125 199 2005-11-09T01:50:22Z Borgx 2 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesian Nomor 2 Tahun 2001 dipindahkan ke Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001: salah judul #REDIRECT [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001]] MediaWiki:Monobook.css 129 sysop 2622 2006-06-02T04:49:25Z Borgx 2 rv, tabelcantik seharusnya di commons.css /* <pre> */ /* Donations link to be uncommented during fundraising drives */ #siteNotice { margin-top:5px; padding-left: 4px; font-style: italic; text-align: center; } /****************************/ /* BEGIN LIGHT BLUE SECTION */ /****************************/ /* Make all non-namespace pages have a light blue content area. This is done by setting the background color for all #content areas to light blue and then overriding it for any #content enclosed in a .ns-0 (main namespace). I then do the same for the "tab" background colors. --Lupo */ #content { background: #F8FCFF; /* a light blue */ } #content div.thumb { border-color: #F8FCFF; } .ns-0 * #content { background: white; } #mytabs li { background: #F8FCFF; } .ns-0 * #mytabs li { background: white; } #mytabs li a { background-color: #F8FCFF; } .ns-0 * #mytabs li a { background-color: white; } #p-cactions li a { background-color: #F8FCFF; } .ns-0 * #p-cactions li a { background-color: white; } .ns-0 * #content div.thumb { border-color: white; } /**************************/ /* END LIGHT BLUE SECTION */ /**************************/ /* Display text below main article header, located at MediaWiki:tagline */ #siteSub { display: inline; font-size: 90%; font-weight: normal; font-style: italic; } #bodyContent #siteSub a { color: #000; text-decoration: none; background-color: transparent; background-image: none; padding-right: 0; } /* Bold 'edit this page' link to encourage newcomers */ #ca-edit a { font-weight: bold !important; } /* Display "User $1, you are already logged in!" ([[MediaWiki:Alreadyloggedin]]) in red and bold */ div.alreadyloggedin { color: red; font-weight: bold; } @media print { /* Do not print edit link in templates using Template:Ed Do not print certain classes that shouldn't appear on paper */ .editlink, .noprint, .metadata, .dablink { display: none } } /* Style for "notices" */ .notice { text-align: justify; margin: 1em 0.5em; padding: 0.5em; } #disambig { border-top: 3px double #cccccc; border-bottom: 3px double #cccccc; } #spoiler { border-top: 2px solid #ddd; border-bottom:2px solid #ddd; } /* Accessibility experiment: make diff changes not just colour-based */ .diffchange { font-weight: bold; background-color: inherit; } td.diff-addedline, td.diff-deletedline, td.diff-context { font-size: 85%; color: inherit; } #pt-login { font-weight: bold; font-size: 110%; } form#userlogin { float: left; padding: 1em 1em .7em 1em; background-color: #ffffe6; border: 2px solid #fc6; color: #000; margin-right: 2em; } form#userlogin table { float: left; background-color: #ffffe6; color: #000; } p.error { font-weight: bold; } /* Class styles */ /* .toccolours added here because version in monobook/main.css wasn't being used by the print style */ .toccolours { border:1px solid #aaaaaa; background-color:#f9f9f9; padding:5px; font-size: 95%; } /* Remove padding from external links displayed without icon */ #bodyContent .plainlinks a {padding: 0 !important} /* Experiment: slightly fade inactive tabs */ #p-cactions a { filter: alpha(opacity=90); } #p-cactions a:hover, #p-cactions .selected a { filter: none; } #p-nav h5 { display: none; } .portlet a { text-decoration: none; } .portlet a:hover { text-decoration: underline; } #p-nav .pBody { padding-right: 0; } #p-nav a { display: block; width: 100%; } /* Special characters list below edit window works better without underlining */ #editpage-specialchars a { text-decoration: none; } #editpage-specialchars a:hover { text-decoration: underline; } /* If you don't want to see special characters list at all, put the following line in your User:You/monobook.css file (and remove the slash-asterisk comments) */ /* #editpage-specialchars { display: none; } */ /* Makes the background of a framed image white instead of gray. */ /* Only visible with transparent images. */ /* See #Framed_image_background_color */ div.thumb div a img { background-color:#ffffff; } #catlinks { border: 0px; border-top: 2px dotted #aaaaaa; } /* Untuk membedakan antara halaman normal dengan halaman peralihan, maka halaman peralihan dibuat menjadi tulisan miring */ .allpagesredirect { font-style: italic; } /* </pre> */ MediaWiki:Monobook.js 130 sysop 2620 2006-06-02T04:34:07Z Borgx 2 copy dari wikiquote versi tanggal 2 Juni 2006 // ====================================================================== // Tooltips and access keys // ====================================================================== ta = new Object(); ta['pt-userpage'] = new Array('.','Halaman pengguna saya'); ta['pt-anonuserpage'] = new Array('.','Halaman pengguna IP Anda'); ta['pt-mytalk'] = new Array('n','Halaman pembicaraan saya'); ta['pt-anontalk'] = new Array('n','Diskusi tentang suntingan dari alamat IP ini'); ta['pt-preferences'] = new Array('','Konfigurasi saya'); ta['pt-watchlist'] = new Array('l','Daftar halaman yang Anda pantau.'); ta['pt-mycontris'] = new Array('y','Daftar sumbangan saya'); ta['pt-login'] = new Array('o','Anda disarankan untuk login, meskipun hal itu tidak diwajibkan.'); ta['pt-anonlogin'] = new Array('o','Anda disarankan untuk login, meskipun hal itu tidak diwajibkan.'); ta['pt-logout'] = new Array('o','Log out'); ta['ca-talk'] = new Array('t','Diskusi tentang artikel'); ta['ca-edit'] = new Array('e','Anda dapat menyunting halaman ini. Silakan gunakan tombol pratilik sebelum menyimpan.'); ta['ca-addsection'] = new Array('+','Tambahkan komentar ke diskusi ini.'); ta['ca-viewsource'] = new Array('e','Halaman ini dilindungi. Anda hanya dapat melihat sumbernya.'); ta['ca-history'] = new Array('h','Versi-versi sebelumnya dari halaman ini.'); ta['ca-protect'] = new Array('=','Lindungi halaman ini'); ta['ca-delete'] = new Array('d','Hapus halaman ini'); ta['ca-undelete'] = new Array('d','Kembalikan suntingan ke halaman ini sebelum halaman ini dihapus'); ta['ca-move'] = new Array('m','Pindahkan halaman ini'); ta['ca-watch'] = new Array('w','Tambahkan halaman ini ke daftar pemantauan Anda'); ta['ca-unwatch'] = new Array('w','Hapus halaman ini dari daftar pemantauan Anda'); ta['search'] = new Array('f','Cari dalam wiki ini'); ta['p-logo'] = new Array('','Halaman Utama'); ta['n-mainpage'] = new Array('z','Kunjungi Halaman Utama'); ta['n-portal'] = new Array('','Tentang proyek, apa yang dapat anda lakukan, di mana mencari sesuatu'); ta['n-currentevents'] = new Array('','Temukan informasi tentang kejadian terkini'); ta['n-recentchanges'] = new Array('r','Daftar perubahan terbaru dalam wiki.'); ta['n-randompage'] = new Array('x','Tampilkan sembarang halaman'); ta['n-help'] = new Array('','Tempat mencari bantuan.'); ta['n-sitesupport'] = new Array('','Dukung kami'); ta['t-whatlinkshere'] = new Array('j','Daftar semua halaman wiki yang berpaut ke sini'); ta['t-recentchangeslinked'] = new Array('k','Perubahan terbaru halaman-halaman yang berpaut dengan halaman ini'); ta['feed-rss'] = new Array('','RSS feed untuk halaman ini'); ta['feed-atom'] = new Array('','Atom feed untuk halaman ini'); ta['t-contributions'] = new Array('','Lihat daftar sumbangan pengguna ini'); ta['t-emailuser'] = new Array('','Kirimkan e-mail kepada pengguna ini'); ta['t-upload'] = new Array('u','Unggahkan gambar atau file media'); ta['t-specialpages'] = new Array('q','Daftar semua halaman istimewa'); ta['ca-nstab-main'] = new Array('c','Lihat halaman isi (artikel)'); ta['ca-nstab-user'] = new Array('c','Lihat halaman pengguna'); ta['ca-nstab-media'] = new Array('c','Lihat halaman media'); ta['ca-nstab-special'] = new Array('','Ini adalah halaman istimewa yang tidak dapat disunting.'); ta['ca-nstab-wp'] = new Array('a','Lihat halaman proyek'); ta['ca-nstab-image'] = new Array('c','Lihat halaman gambar'); ta['ca-nstab-mediawiki'] = new Array('c','Lihat pesan sistem'); ta['ca-nstab-template'] = new Array('c','Lihat templat'); ta['ca-nstab-help'] = new Array('c','Lihat halaman bantuan'); ta['ca-nstab-category'] = new Array('c','Lihat halaman kategori'); // ====================================================================== // Stripe // Lihat juga: Bantuan:Tabelcantik di id.Wikipedia // Lihat juga: Commons.css tabelcantik // ====================================================================== var stripe = function() { var tables = document.getElementsByTagName("table"); for (var a = 0; a != tables.length; a++) { var table = tables[a]; if (!table) { return; } // If there are no tables, abort. if (table.getAttribute("class") == "tabelcantik") { var tbodies = table.getElementsByTagName("tbody"); for (var b = 0; b < tbodies.length; b++) { var even = true; // We start with an even stripe. var trs = tbodies[b].getElementsByTagName("tr"); for (var c = 0; c < trs.length; c++) { if (even) { trs[c].className += "even"; } else { trs[c].className += "odd"; } even = !even; } } } else if (table.getAttribute("class") == "tabelcantikcyan") { var tbodies = table.getElementsByTagName("tbody"); for (var b = 0; b < tbodies.length; b++) { var even = true; // We start with an even stripe. var trs = tbodies[b].getElementsByTagName("tr"); for (var c = 0; c < trs.length; c++) { if (even) { trs[c].className += "evencyan"; } else { trs[c].className += "oddcyan"; } even = !even; } } } else if (table.getAttribute("class") == "tabelcantikmerah") { var tbodies = table.getElementsByTagName("tbody"); for (var b = 0; b < tbodies.length; b++) { var even = true; // We start with an even stripe. var trs = tbodies[b].getElementsByTagName("tr"); for (var c = 0; c < trs.length; c++) { if (even) { trs[c].className += "evenmerah"; } else { trs[c].className += "oddmerah"; } even = !even; } } } } } window.onload = stripe; MediaWiki:Aboutsite 133 sysop 209 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Tentang {{SITENAME}} MediaWiki:Accesskey-compareselectedversions 134 sysop 210 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default v MediaWiki:Accesskey-diff 135 sysop 211 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default v MediaWiki:Accesskey-minoredit 136 sysop 212 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default i MediaWiki:Accesskey-preview 137 sysop 213 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default p MediaWiki:Accesskey-save 138 sysop 214 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default s MediaWiki:Accesskey-search 139 sysop 215 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default f MediaWiki:Accmailtext 140 sysop 216 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Kata sandi untuk '$1' telah dikirimkan ke $2. MediaWiki:Acct creation throttle hit 142 sysop 2059 2006-03-24T01:04:52Z Borgx 2 Telah ada $1 akun dibuat dalam 24 jam terakhir, dimana semua akun tersebut berasal dari alamat IP yang Anda gunakan. Ini adalah jumlah maksimum yang diijinkan dalam rentang waktu sekarang ini. Pengguna dari alamat IP ini tidak bisa lagi membuat akun untuk sementara waktu. MediaWiki:Actioncomplete 143 sysop 219 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Proses selesai MediaWiki:Addgroup 146 sysop 222 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Tambah Kelompok MediaWiki:Addgrouplogentry 147 sysop 223 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Added group $2 MediaWiki:Addsection 148 sysop 224 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default + MediaWiki:Allarticles 149 sysop 225 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Semua artikel MediaWiki:Allmessagescurrent 152 sysop 228 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Teks sekarang MediaWiki:Allmessagesdefault 153 sysop 229 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Teks baku MediaWiki:Allmessagesname 154 sysop 230 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Nama MediaWiki:Allmessagestext 157 sysop 233 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Ini adalah daftar semua pesan sistem yang tersedia dalam namespace MediaWiki: MediaWiki:Allpagesnext 162 sysop 238 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Selanjutnya MediaWiki:Allpagesprev 164 sysop 240 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Sebelumnya MediaWiki:Alphaindexline 165 sysop 241 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default $1 ke $2 MediaWiki:Already bureaucrat 166 sysop 2388 2006-05-28T14:20:02Z Borgx 2 tjmh Pengguna ini telah berstatus birokrat MediaWiki:Already steward 167 sysop 2389 2006-05-28T14:20:10Z Borgx 2 tjmh Pengguna ini telah berstatus steward MediaWiki:Already sysop 168 sysop 2390 2006-05-28T14:20:17Z Borgx 2 tjmh Pengguna ini telah berstatus pengurus MediaWiki:And 172 sysop 248 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default dan MediaWiki:Anontalk 173 sysop 249 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Pembicaraan IP ini MediaWiki:Anonymous 175 sysop 251 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Pengguna(-pengguna) anonim {{SITENAME}} MediaWiki:Apr 176 sysop 252 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Apr MediaWiki:April 177 sysop 253 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default April MediaWiki:Article 178 sysop 254 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Artikel MediaWiki:Articleexists 179 sysop 255 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Halaman dengan nama tersebut telah ada atau nama yang dipilih tidak sah. Silakan pilih nama lain. MediaWiki:Articlepage 180 sysop 256 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Lihat artikel MediaWiki:August 182 sysop 258 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Agustus MediaWiki:Autoblocker 183 sysop 259 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Diblokir secara otomatis karena Anda berbagi alamat IP dengan "$1". Alasan "$2". MediaWiki:Badarticleerror 186 sysop 262 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Tindakan ini tidak dapat dilaksanakan di halaman ini. MediaWiki:Badfilename 187 sysop 263 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Nama gambar telah diubah menjadi "$1". MediaWiki:Badipaddress 189 sysop 265 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Format alamat IP atau nama pengguna salah. MediaWiki:Badquery 190 sysop 266 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Format kueri pencarian salah MediaWiki:Badquerytext 191 sysop 267 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Kami tidak dapat memproses kueri Anda. Hal ini mungkin disebabkan karena Anda mencoba mencari kata yang panjangnya kurang dari tiga huruf, yang masih belum didukung oleh sistem ini. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kesalahan pengetikan ekspresi, misalnya "fish and and scales". Silakan coba kueri yang lain. MediaWiki:Badretype 192 sysop 268 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Kata sandi yang Anda masukkan salah. MediaWiki:Badtitletext 193 sysop 269 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Judul halaman yang diminta tidak sah, kosong, atau judul antarbahasa atau antarwiki yang salah sambung. MediaWiki:Blanknamespace 194 sysop 270 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default (Utama) MediaWiki:Blockedtext 195 sysop 2108 2006-04-05T04:24:23Z Borgx 2 {| style="border: 1px solid #aaaaaa; background-color: #f9f9f9; width: 80%; margin: 0 auto 1em auto; padding: .2em; text-align: justify;" |- | [[Image:Stop.svg|50px]] ||Anda atau alamat IP Anda telah diblokir oleh $1. Alasannya: $2. Anda dapat menghubungi [[Project:Pengurus|para pengurus]] untuk membicarakan pemblokiran ini. Perhatikan bahwa Anda tidak dapat mengirim e-mail dengan fasilitas di {{ns:Project}}, kecuali Anda mempunyai sebuah alamat e-mail yang sah dan alamat e-mail tersebut tercatat di dalam [[Special:Preferences|konfigurasi Anda]] serta [[Special:Confirmemail|telah diverifikasi]]. Alamat IP Anda adalah $3. Sertakan alamat IP ini pada setiap pertanyaan yang Anda buat. Jika Anda tidak mau menggunakan e-mail atau tidak mempunyai alamat e-mail, Anda dapat menyatakan pendapat Anda di [[Istimewa:Mytalk|halaman pembicaraan Anda]]. |} MediaWiki:Blockip 196 sysop 272 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Blokir IP MediaWiki:Blockipsuccesssub 197 sysop 273 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Pemblokiran sukses MediaWiki:Blocklink 200 sysop 276 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default blokir MediaWiki:Blocklistline 201 sysop 277 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default $1, $2 memblokir $3 ($4) MediaWiki:Bold sample 205 sysop 281 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Teks ini akan dicetak tebal MediaWiki:Bold tip 206 sysop 282 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Cetak tebal MediaWiki:Booksources 207 sysop 2035 2006-03-07T00:59:52Z Borgx 2 Sumber buku MediaWiki:Brokenredirects 209 sysop 2034 2006-03-07T00:57:25Z Borgx 2 Peralihan halaman rusak MediaWiki:Bureaucratlog 213 sysop 2391 2006-05-28T14:21:22Z Borgx 2 tjmh Log birokrat MediaWiki:Bureaucratlogentry 214 sysop 2392 2006-05-28T14:21:46Z Borgx 2 tjmh Mengganti grup pengguna untuk $1 dari $2 menjadi $3 MediaWiki:Bydate 215 sysop 291 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default berdasarkan tanggal MediaWiki:Byname 216 sysop 292 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default berdasarkan nama MediaWiki:Bysize 217 sysop 293 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default berdasarkan ukuran MediaWiki:Cancel 219 sysop 295 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Batalkan MediaWiki:Cannotdelete 220 sysop 296 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Tidak dapat menghapus halaman atau gambar yang telah ditentukan. MediaWiki:Categories1 223 sysop 1704 2005-12-03T14:53:11Z Borgx 2 terjemahkan Kategori MediaWiki:Categoriespagetext 224 sysop 300 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Kategori-kategori berikut ada dalam wiki. MediaWiki:Category 225 sysop 301 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default kategori MediaWiki:Category header 226 sysop 302 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Artikel dalam kategori "$1" MediaWiki:Categoryarticlecount 227 sysop 303 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Ada $1 artikel dalam kategori ini. MediaWiki:Categoryarticlecount1 228 sysop 304 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Ada $1 artikel dalam kategori ini. MediaWiki:Changegrouplogentry 230 sysop 306 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Changed group $2 MediaWiki:Changepassword 231 sysop 307 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Ganti kata sandi MediaWiki:Changes 232 sysop 308 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default perubahan MediaWiki:Columns 234 sysop 310 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Kolom MediaWiki:Compareselectedversions 235 sysop 311 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Bandingkan versi terpilih MediaWiki:Confirm 236 sysop 312 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default Konfirmasikan MediaWiki:Confirm purge button 238 sysop 314 2005-11-09T23:43:05Z MediaWiki default OK MediaWiki:Confirmemail loggedin 245 sysop 2015 2006-03-03T05:02:10Z Borgx 2 terjemahkan Alamat surat elektronik Anda telah dikonfirmasi. MediaWiki:Confirmemail send 246 sysop 2017 2006-03-03T05:07:21Z Borgx 2 terjemahkan Kirim kode konfirmasi MediaWiki:Confirmemail sent 248 sysop 2019 2006-03-03T05:15:42Z Borgx 2 terjemahkan Surat elektronik berisi kode konfirmasi telah dikirim. MediaWiki:Confirmprotecttext 253 sysop 329 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Apakah Anda benar-benar ingin melindungi halaman ini? MediaWiki:Confirmunprotecttext 256 sysop 332 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Apakah Anda benar-benar ingin menghilangkan perlindungan terhadap halaman ini? MediaWiki:Contextchars 257 sysop 333 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Karakter untuk konteks per baris MediaWiki:Contextlines 258 sysop 334 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Baris ditampilkan per hasil MediaWiki:Contribs-showhideminor 259 sysop 335 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default $1 minor edits MediaWiki:Contribslink 260 sysop 336 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default sumbangan MediaWiki:Contribsub 261 sysop 337 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Untuk $1 MediaWiki:Copyrightpagename 265 sysop 341 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Hak cipta {{SITENAME}} MediaWiki:Copyrightwarning 266 sysop 1730 2005-12-12T02:36:33Z Borgx 2 perbaharui <div id="editpage-copywarn-copywarn" style="background: white; margin:0em; padding:4px; border:1px solid #c00000; font-size: 90%"> {| |width="15%" | <big>'''Persetujuan penyuntingan'''</big> |Saya menegaskan bahwa segala perubahan yang saya lakukan '''tidak melanggar [[Wikipedia:Hak cipta|hak cipta]]''' dan berdasarkan '''sumber-sumber yang terpercaya dan dapat dibuktikan'''.<br /> |} </div> MediaWiki:Createaccount 269 sysop 2737 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Buat akun baru MediaWiki:Creditspage 273 sysop 349 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Penghargaan halaman MediaWiki:Currentrev 276 sysop 352 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Revisi sekarang MediaWiki:Currentrevisionlink 277 sysop 2743 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Revisi sekarang MediaWiki:Data 278 sysop 354 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Data MediaWiki:Dateformat 281 sysop 357 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Format tanggal MediaWiki:Datetime 282 sysop 2058 2006-03-23T05:12:48Z Borgx 2 Tanggal dan waktu MediaWiki:Dberrortextcl 284 sysop 1667 2005-12-02T04:34:05Z MediaWiki default Ada kesalahan sintaks pada permintaan basis data. Permintaan basis data yang terakhir adalah: "$1" dari dalam fungsi "$2". Kesalahan MySQL "$3: $4". MediaWiki:Debug 286 sysop 362 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Debug MediaWiki:Dec 287 sysop 363 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Des MediaWiki:December 288 sysop 364 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Desember MediaWiki:Default 289 sysop 365 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default baku MediaWiki:Defaultns 290 sysop 366 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Cari dalam namespace berikut ini secara baku: MediaWiki:Deletecomment 296 sysop 372 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Alasan penghapusan MediaWiki:Deleteimgcompletely 303 sysop 379 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Hapus semua revisi MediaWiki:Deletepage 304 sysop 380 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Hapus halaman MediaWiki:Deletesub 305 sysop 381 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default (Menghapus "$1") MediaWiki:Deletethispage 306 sysop 382 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Hapus halaman ini MediaWiki:Dellogpagetext 309 sysop 2762 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Di bawah ini adalah log penghapusan halaman. Semua waktu yang ditunjukkan adalah waktu server (UTC). MediaWiki:Developertext 311 sysop 387 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Tindakan yang Anda minta hanya dapat dilakukan oleh pengguna dengan status "pengembang". Lihat $1. MediaWiki:Diff 313 sysop 389 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default beda MediaWiki:Difference 314 sysop 390 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default (Perbedaan antarrevisi) MediaWiki:Disambiguations 315 sysop 2025 2006-03-07T00:39:59Z Borgx 2 Halaman disambiguasi MediaWiki:Doubleredirects 320 sysop 2033 2006-03-07T00:56:11Z Borgx 2 Peralihan halaman ganda MediaWiki:Doubleredirectsarrow 321 sysop 397 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default MediaWiki:Edit 325 sysop 401 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Sunting MediaWiki:Editconflict 329 sysop 405 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Konflik penyuntingan: $1 MediaWiki:Editcurrent 330 sysop 406 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Sunting versi sekarang dari halaman ini MediaWiki:Editgroup 331 sysop 407 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Sunting Kelompok MediaWiki:Edithelp 332 sysop 408 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Bantuan penyuntingan MediaWiki:Editing 334 sysop 410 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Menyunting $1 MediaWiki:Editsection 338 sysop 414 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default sunting MediaWiki:Editthispage 339 sysop 415 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Sunting halaman ini MediaWiki:Emailfrom 345 sysop 421 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Dari MediaWiki:Emailmessage 346 sysop 422 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Pesan MediaWiki:Emailsubject 353 sysop 429 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Perihal MediaWiki:Enterlockreason 363 sysop 439 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Masukkan alasan penguncian, termasuk perkiraan kapan kunci akan dibuka MediaWiki:Error 364 sysop 440 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Kesalahan MediaWiki:Errorpagetitle 365 sysop 441 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default Kesalahan MediaWiki:Exbeforeblank 366 sysop 442 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default isi sebelum dikosongkan: '$1' MediaWiki:Exblank 367 sysop 443 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default halaman kosong MediaWiki:Excontent 368 sysop 444 2005-11-09T23:43:06Z MediaWiki default isi sebelumnya: '$1' MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-1 380 sysop 456 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Y MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-2 381 sysop 457 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Cb MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-3 382 sysop 458 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Cr MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-4 383 sysop 459 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default R MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-5 384 sysop 460 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default G MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-6 385 sysop 461 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default B MediaWiki:Exif-compression-6 389 sysop 465 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default JPEG MediaWiki:Exif-contrast-0 391 sysop 467 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Normal MediaWiki:Exif-exposureprogram-1 412 sysop 488 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Manual MediaWiki:Exif-filesource-3 422 sysop 498 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default DSC MediaWiki:Exif-flash 423 sysop 499 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Flash MediaWiki:Exif-flashenergy 424 sysop 500 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Flash energy MediaWiki:Exif-focallengthin35mmfilm 428 sysop 504 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Focal length in 35 mm film MediaWiki:Exif-gaincontrol-1 435 sysop 511 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Low gain up MediaWiki:Exif-gaincontrol-2 436 sysop 512 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default High gain up MediaWiki:Exif-gaincontrol-3 437 sysop 513 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Low gain down MediaWiki:Exif-gaincontrol-4 438 sysop 514 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default High gain down MediaWiki:Exif-gpsdestbearing 443 sysop 519 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Bearing of destination MediaWiki:Exif-isospeedratings 487 sysop 563 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default ISO speed rating MediaWiki:Exif-lightsource-1 492 sysop 568 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Daylight MediaWiki:Exif-lightsource-10 493 sysop 569 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Cloudy weather MediaWiki:Exif-lightsource-11 494 sysop 570 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Shade MediaWiki:Exif-lightsource-12 495 sysop 571 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Daylight fluorescent (D 5700 – 7100K) MediaWiki:Exif-lightsource-13 496 sysop 572 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Day white fluorescent (N 4600 – 5400K) MediaWiki:Exif-lightsource-14 497 sysop 573 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Cool white fluorescent (W 3900 – 4500K) MediaWiki:Exif-lightsource-15 498 sysop 574 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default White fluorescent (WW 3200 – 3700K) MediaWiki:Exif-lightsource-17 499 sysop 575 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Standard light A MediaWiki:Exif-lightsource-18 500 sysop 576 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Standard light B MediaWiki:Exif-lightsource-19 501 sysop 577 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Standard light C MediaWiki:Exif-lightsource-2 502 sysop 578 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Fluorescent MediaWiki:Exif-lightsource-20 503 sysop 579 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default D55 MediaWiki:Exif-lightsource-21 504 sysop 580 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default D65 MediaWiki:Exif-lightsource-22 505 sysop 581 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default D75 MediaWiki:Exif-lightsource-23 506 sysop 582 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default D50 MediaWiki:Exif-lightsource-24 507 sysop 583 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default ISO studio tungsten MediaWiki:Exif-lightsource-3 509 sysop 585 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Tungsten (incandescent light) MediaWiki:Exif-lightsource-4 510 sysop 586 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Flash MediaWiki:Exif-lightsource-9 511 sysop 587 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Fine weather MediaWiki:Exif-make-value 513 sysop 589 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default $1 MediaWiki:Exif-maxaperturevalue 515 sysop 591 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Maximum land aperture MediaWiki:Exif-meteringmode 516 sysop 592 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Metering mode MediaWiki:Exif-meteringmode-1 518 sysop 594 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Average MediaWiki:Exif-meteringmode-2 519 sysop 595 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default CenterWeightedAverage MediaWiki:Exif-meteringmode-3 521 sysop 597 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Spot MediaWiki:Exif-meteringmode-4 522 sysop 598 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default MultiSpot MediaWiki:Exif-meteringmode-5 523 sysop 599 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Pattern MediaWiki:Exif-meteringmode-6 524 sysop 600 2005-11-09T23:43:07Z MediaWiki default Partial MediaWiki:Exif-model-value 526 sysop 602 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default $1 MediaWiki:Exif-orientation-1 529 sysop 605 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Normal MediaWiki:Exif-photometricinterpretation-2 538 sysop 614 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default RGB MediaWiki:Exif-photometricinterpretation-6 539 sysop 615 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default YCbCr MediaWiki:Exif-saturation-0 552 sysop 628 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Normal MediaWiki:Exif-sensingmethod-2 564 sysop 640 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default One-chip color area sensor MediaWiki:Exif-sensingmethod-3 565 sysop 641 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Two-chip color area sensor MediaWiki:Exif-sensingmethod-4 566 sysop 642 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Three-chip color area sensor MediaWiki:Exif-sensingmethod-5 567 sysop 643 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Color sequential area sensor MediaWiki:Exif-sensingmethod-7 568 sysop 644 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Trilinear sensor MediaWiki:Exif-sensingmethod-8 569 sysop 645 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Color sequential linear sensor MediaWiki:Exif-sharpness-0 571 sysop 647 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Normal MediaWiki:Exif-software-value 576 sysop 652 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default $1 MediaWiki:Exif-subjectdistancerange-2 587 sysop 663 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Close view MediaWiki:Exif-subjectdistancerange-3 588 sysop 664 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Distant view MediaWiki:Exif-whitebalance 595 sysop 671 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default White Balance MediaWiki:Exif-whitebalance-0 596 sysop 672 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Auto white balance MediaWiki:Exif-whitebalance-1 597 sysop 673 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Manual white balance MediaWiki:Exif-xyresolution-c 600 sysop 676 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default $1 dpc MediaWiki:Exif-xyresolution-i 601 sysop 677 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default $1 dpi MediaWiki:Exportcuronly 609 sysop 685 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Hanya ekspor revisi sekarang, bukan seluruh sejarah MediaWiki:Faq 614 sysop 690 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default FAQ MediaWiki:Feb 616 sysop 692 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Feb MediaWiki:February 617 sysop 693 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Februari MediaWiki:Filedesc 621 sysop 697 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Ringkasan MediaWiki:Files 630 sysop 2050 2006-03-23T04:41:16Z Borgx 2 terjemahkan Gambar MediaWiki:Filesource 631 sysop 707 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Sumber MediaWiki:Filestatus 632 sysop 708 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Status hak cipta MediaWiki:Formerror 635 sysop 711 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kesalahan: Tidak dapat mengirimkan formulir MediaWiki:Friday 636 sysop 712 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Jumat MediaWiki:Getimagelist 637 sysop 713 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default memperoleh daftar gambar MediaWiki:Group-admin-desc 640 sysop 716 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Trusted users able to block users and delete articles MediaWiki:Group-admin-name 641 sysop 717 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Administrator MediaWiki:Group-anon-desc 642 sysop 718 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Anonymous users MediaWiki:Group-anon-name 643 sysop 719 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Anonymous MediaWiki:Group-bureaucrat-desc 644 sysop 720 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default The bureaucrat group is able to make sysops MediaWiki:Group-bureaucrat-name 645 sysop 721 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Bureaucrat MediaWiki:Group-loggedin-desc 646 sysop 722 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default General logged in users MediaWiki:Group-loggedin-name 647 sysop 723 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default User MediaWiki:Group-steward-desc 648 sysop 724 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Full access MediaWiki:Group-steward-name 649 sysop 725 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Steward MediaWiki:Groups-addgroup 651 sysop 727 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Add group MediaWiki:Groups-already-exists 652 sysop 728 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default A group of that name already exists MediaWiki:Groups-editgroup 653 sysop 729 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Edit group MediaWiki:Groups-editgroup-description 654 sysop 730 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Group description (max 255 characters):<br /> MediaWiki:Groups-editgroup-name 655 sysop 731 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Group name: MediaWiki:Groups-editgroup-preamble 656 sysop 732 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default If the name or description starts with a colon, the remainder will be treated as a message name, and hence the text will be localised using the MediaWiki namespace MediaWiki:Groups-existing 657 sysop 733 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Existing groups MediaWiki:Groups-group-edit 658 sysop 734 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Existing groups: MediaWiki:Groups-lookup-group 659 sysop 735 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Manage group rights MediaWiki:Groups-noname 660 sysop 736 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Please specify a valid group name MediaWiki:Groups-tableheader 661 sysop 737 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default ID || Name || Description || Rights MediaWiki:Help 665 sysop 741 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Bantuan MediaWiki:Hidetoc 668 sysop 744 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default sembunyikan MediaWiki:History copyright 674 sysop 750 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default - MediaWiki:Historywarning 676 sysop 752 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Peringatan: Halaman yang ingin Anda hapus mempunyai sejarah: MediaWiki:Hr tip 677 sysop 753 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Garis horisontal (gunakan dengan hemat) MediaWiki:Ilsubmit 680 sysop 756 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Cari MediaWiki:Image sample 681 sysop 757 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Contoh.jpg MediaWiki:Image tip 682 sysop 758 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Gambar embedded MediaWiki:Imagemaxsize 687 sysop 1801 2006-01-01T15:08:08Z MediaWiki default Batasi gambar dalam halaman deskripsi gambar sampai: MediaWiki:Imagepage 688 sysop 764 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Lihat halaman gambar MediaWiki:Imagereverted 689 sysop 765 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Berhasil mengembalikan ke revisi sebelumnya MediaWiki:Imghistory 693 sysop 769 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Sejarah gambar MediaWiki:Importfailed 697 sysop 773 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Impor gagal: $1 MediaWiki:Importhistoryconflict 698 sysop 774 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Terjadi konflik revisi sejarah (mungkin pernah mengimpor halaman ini sebelumnya) MediaWiki:Importnotext 703 sysop 779 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kosong atau tidak ada teks MediaWiki:Importsuccess 704 sysop 780 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Impor sukses! MediaWiki:Info short 708 sysop 784 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Informasi MediaWiki:Infosubtitle 709 sysop 785 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Informasi halaman MediaWiki:Internalerror 710 sysop 786 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kesalahan internal MediaWiki:Ip range invalid 713 sysop 1670 2005-12-02T04:34:06Z MediaWiki default Blok IP tidak sah. MediaWiki:Ipb expiry invalid 716 sysop 792 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Waktu kadaluwarsa tidak sah. MediaWiki:Ipbexpiry 717 sysop 793 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kadaluwarsa MediaWiki:Ipboptions 720 sysop 2115 2006-05-09T02:16:37Z Borgx 2 terjemahkan 2 jam:2 hours,1 hari:1 day,3 hari:3 days,1 minggu:1 week,2 minggu:2 weeks,1 bulan:1 month,3 bulan:3 months,6 bulan:6 months,1 tahun:1 year,selamanya:infinite MediaWiki:Ipbother 721 sysop 2117 2006-05-09T02:26:47Z Borgx 2 terjemahkan Waktu lain MediaWiki:Ipbotheroption 722 sysop 2116 2006-05-09T02:23:21Z Borgx 2 terjemahkan lainnya MediaWiki:Ipbreason 723 sysop 799 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Alasan MediaWiki:Ipbsubmit 724 sysop 800 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kirimkan MediaWiki:Ipusubmit 725 sysop 801 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Hilangkan blokir terhadap alamat ini MediaWiki:Ipusuccess 726 sysop 802 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Blokir terhadap alamat IP atau pengguna "$1" telah dihilangkan MediaWiki:Isbn 727 sysop 803 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default ISBN MediaWiki:Isredirect 728 sysop 804 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default halaman peralihan MediaWiki:Italic sample 729 sysop 805 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Teks ini akan dicetak miring MediaWiki:Italic tip 730 sysop 806 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Cetak miring MediaWiki:Jan 732 sysop 808 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Jan MediaWiki:January 733 sysop 809 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Januari MediaWiki:Jul 734 sysop 810 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Jul MediaWiki:July 735 sysop 811 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Juli MediaWiki:Jun 739 sysop 815 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Jun MediaWiki:June 740 sysop 816 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Juni MediaWiki:Laggedslavemode 741 sysop 817 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Peringatan: Halaman mungkin tidak berisi perubahan terbaru. MediaWiki:Last 744 sysop 820 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default akhir MediaWiki:Lastmodified 745 sysop 821 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Halaman ini terakhir diubah pada $1. MediaWiki:Lineno 748 sysop 824 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Baris $1: MediaWiki:Linkprefix 752 sysop 828 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default /^(.*?)([a-zA-Z\x80-\xff]+)$/sD MediaWiki:Linkshere 753 sysop 829 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut ini berpaut ke sini: MediaWiki:Linkstoimage 754 sysop 830 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut berpaut ke gambar ini: MediaWiki:Linktrail 755 sysop 831 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default /^([a-z]+)(.*)$/sD MediaWiki:Listform 756 sysop 832 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default daftar MediaWiki:Listusers 758 sysop 2023 2006-03-07T00:35:06Z Borgx 2 Daftar pengguna MediaWiki:Loadhist 759 sysop 835 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Memuat halaman sejarah MediaWiki:Loadingrev 760 sysop 836 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default memuat revisi untuk dibandingkan MediaWiki:Localtime 761 sysop 837 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Waktu setempat MediaWiki:Lockbtn 762 sysop 838 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Kunci basis data MediaWiki:Lockconfirm 763 sysop 839 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Ya, saya memang ingin mengunci basis data. MediaWiki:Lockdbsuccesssub 765 sysop 841 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Penguncian basis data berhasil MediaWiki:Lockdbsuccesstext 766 sysop 842 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Basis data telah dikunci. <br />Pastikan Anda membuka kuncinya setelah pemeliharaan selesai. MediaWiki:Locknoconfirm 768 sysop 844 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Anda tidak memberikan tanda cek pada kotak konfirmasi. MediaWiki:Loginend 771 sysop 1803 2006-01-01T15:08:08Z MediaWiki default MediaWiki:Loginreqpagetext 777 sysop 853 2005-11-09T23:43:08Z MediaWiki default Anda harus $1 untuk dapat melihat halaman lainnya. MediaWiki:Longpages 785 sysop 2026 2006-03-07T00:41:20Z Borgx 2 Halaman panjang MediaWiki:Mainpagetext 792 sysop 868 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Perangkat lunak wiki berhasil dipasang. MediaWiki:Maintenance 793 sysop 869 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman Pemeliharaan MediaWiki:Maintenancebacklink 794 sysop 870 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kembali ke halaman pemeliharaan MediaWiki:Maintnancepagetext 795 sysop 871 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman ini mengandung beberapa peralatan untuk pemeliharaan harian. Kebanyakan fungsi yang terdapat di sini cenderung membebani basis data, jadi mohon jangan tekan tombol 'reload' setelah melakukan perbaikan ;-) MediaWiki:Makesysop 796 sysop 2399 2006-05-28T14:24:47Z Borgx 2 sysop -> pengurus Buat seorang pengguna menjadi pengurus MediaWiki:Makesysopfail 797 sysop 2395 2006-05-28T14:23:15Z Borgx 2 koreksi <strong>Pengguna "$1" tidak dapat dijadikan pengurus. (Apakah Anda mengetikkan namanya dengan benar?)</strong> MediaWiki:Makesysopname 798 sysop 874 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Nama pengguna: MediaWiki:Makesysopok 799 sysop 2396 2006-05-28T14:23:29Z Borgx 2 sysop -> pengurus <strong>Pengguna "$1" sekarang adalah seorang pengurus</strong> MediaWiki:Makesysopsubmit 800 sysop 3114 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jadikan pengurus MediaWiki:Makesysoptext 801 sysop 2397 2006-05-28T14:23:55Z Borgx 2 administrator -> pengurus Formulir ini digunakan oleh para birokrat untuk menjadikan pengguna biasa menjadi seorang pengurus. Ketikkan nama pengguna yang dimaksud dalam kotak dan tekan tombol untuk menjadikan pengguna tersebut seorang pengurus. MediaWiki:Makesysoptitle 802 sysop 2398 2006-05-28T14:24:36Z Borgx 2 sysop -> pengurus Buat seorang pengguna menjadi pengurus MediaWiki:Mar 803 sysop 879 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Mar MediaWiki:March 804 sysop 880 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Maret MediaWiki:Markaspatrolledlink 806 sysop 882 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default [$1] MediaWiki:Matchtotals 810 sysop 886 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kueri "$1" cocok dengan $2 judul halaman dan teks dari $3 artikel. MediaWiki:Math 811 sysop 887 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Penggambaran math MediaWiki:Math bad output 812 sysop 888 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak dapat menulisi atau membuat direktori keluaran math MediaWiki:Math bad tmpdir 813 sysop 889 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak dapat menulisi atau membuat direktori sementara math MediaWiki:Math failure 814 sysop 890 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Gagal memparse MediaWiki:Math image error 815 sysop 891 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Konversi PNG gagal; periksa apakah latex, dvips, gs, dan convert terinstal dengan benar MediaWiki:Math lexing error 816 sysop 892 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default kesalahan lexing MediaWiki:Math notexvc 817 sysop 893 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Executable texvc hilang; silakan lihat math/README untuk cara konfigurasi. MediaWiki:Math sample 818 sysop 894 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Masukkan rumus di sini MediaWiki:Math syntax error 819 sysop 895 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default kesalahan sintaks MediaWiki:Math tip 820 sysop 896 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Rumus matematika (LaTeX) MediaWiki:Math unknown error 821 sysop 897 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kesalahan yang tidak diketahui MediaWiki:Math unknown function 822 sysop 1804 2006-01-01T15:08:08Z MediaWiki default fungsi yang tidak diketahui MediaWiki:May 823 sysop 899 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Mei MediaWiki:May long 824 sysop 900 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Mei MediaWiki:Media sample 825 sysop 901 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Contoh.ogg MediaWiki:Metadata 828 sysop 904 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Metadata MediaWiki:Metadata page 829 sysop 905 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Wikipedia:Metadata MediaWiki:Minlength 832 sysop 908 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Nama gambar sekurang-kurangnya harus tiga huruf. MediaWiki:Minoredit 833 sysop 909 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Ini adalah suntingan kecil. MediaWiki:Minoreditletter 834 sysop 910 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default m MediaWiki:Mispeelings 835 sysop 911 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman-Halaman dengan Kesalahan Ejaan MediaWiki:Mispeelingspage 836 sysop 912 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Daftar kesalahan ejaan yang umum MediaWiki:Mispeelingstext 837 sysop 913 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut mengandung kesalahan ejaan yang didaftar di $1. Ejaan yang benar mungkin diberikan (seperti ini). MediaWiki:Missinglanguagelinks 840 sysop 916 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pautan bahasa yang hilang MediaWiki:Missinglanguagelinksbutton 841 sysop 917 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Cari pautan bahasa yang hilang untuk MediaWiki:Missinglanguagelinkstext 842 sysop 918 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman ini <i>tidak</i> menyambung ke halaman rekannya di $1. Peralihan dan sub halaman <i>tidak</i> ditunjukkan. MediaWiki:Monday 843 sysop 919 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Senin MediaWiki:Mostcategories 845 sysop 2020 2006-03-07T00:30:41Z Borgx 2 terjemahkan Artikel dengan kategori terbanyak MediaWiki:Mostimages 846 sysop 2031 2006-03-07T00:52:11Z Borgx 2 terjemahkan Gambar yang tersering digunakan MediaWiki:Mostlinked 847 sysop 2032 2006-03-07T00:54:27Z Borgx 2 terjemahkan Halaman yang tersering dituju MediaWiki:Mostlinkedcategories 848 sysop 2030 2006-03-07T00:50:32Z Borgx 2 terjemahkan Kategori dengan halaman terbanyak MediaWiki:Mostrevisions 849 sysop 2021 2006-03-07T00:32:04Z Borgx 2 terjemahkan Artikel dengan perubahan terbanyak MediaWiki:Move 850 sysop 926 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pindahkan MediaWiki:Movearticle 851 sysop 927 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pindahkan halaman MediaWiki:Movedto 852 sysop 928 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default dipindahkan ke MediaWiki:Movepagebtn 857 sysop 933 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pindahkan halaman MediaWiki:Movepagetalktext 858 sysop 3140 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Halaman pembicaraan yang berkaitan juga akan dipindahkan secara otomatis '''kecuali apabila:''' *Sebuah halaman pembicaraan yang tidak kosong telah ada di bawah judul baru, atau *Anda tidak memberi tanda cek pada kotak di bawah ini Dalam kasus tersebut, apabila diinginkan, Anda dapat memindahkan atau menggabungkan halaman secara manual. MediaWiki:Movetalk 861 sysop 937 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pindahkan halaman "pembicaraan" juga, jika mungkin. MediaWiki:Movethispage 862 sysop 938 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pindahkan halaman ini MediaWiki:Mw math html 863 sysop 939 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default HTML jika mungkin atau PNG MediaWiki:Mw math mathml 864 sysop 940 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default MathML jika mungkin (percobaan) MediaWiki:Mw math png 866 sysop 942 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Selalu buat PNG MediaWiki:Mw math simple 867 sysop 943 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default HTML jika sangat sederhana atau PNG MediaWiki:Mycontris 869 sysop 945 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Sumbangan saya MediaWiki:Mypage 870 sysop 946 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman saya MediaWiki:Mytalk 871 sysop 947 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pembicaraan saya MediaWiki:Namespace 872 sysop 948 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Namespace: MediaWiki:Nchanges 877 sysop 953 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default $1 perubahan MediaWiki:Newarticle 878 sysop 954 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default (Baru) MediaWiki:Newarticletextanon 879 sysop 955 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default {{int:newarticletext}} MediaWiki:Newbies 880 sysop 956 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default pengguna baru MediaWiki:Newmessages 882 sysop 958 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Anda mendapatkan $1. MediaWiki:Newmessageslink 883 sysop 959 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default pesan baru MediaWiki:Newpageletter 885 sysop 961 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default B MediaWiki:Newpages 886 sysop 2024 2006-03-07T00:38:33Z Borgx 2 Halaman baru MediaWiki:Newpassword 887 sysop 963 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kata sandi baru MediaWiki:Newtitle 888 sysop 964 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Ke judul baru MediaWiki:Newusersonly 889 sysop 965 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default (hanya pengguna baru) MediaWiki:Nextpage 894 sysop 970 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman berikutnya ($1) MediaWiki:Noarticletextanon 897 sysop 973 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default {{int:noarticletext}} MediaWiki:Nocontribs 899 sysop 975 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada perubahan yang cocok dengan kriteria-kriteria ini. MediaWiki:Nocreativecommons 902 sysop 978 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Metadata Creative Commons RDF dimatikan di server ini. MediaWiki:Nocredits 903 sysop 979 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada informasi penghargaan yang tersedia untuk halaman ini. MediaWiki:Nodb 904 sysop 980 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak dapat memilih basis data $1 MediaWiki:Nodublincore 905 sysop 981 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Metadata Dublin Core RDF dimatikan di server ini. MediaWiki:Nohistory 911 sysop 987 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada sejarah penyuntingan untuk halaman ini MediaWiki:Noimages 914 sysop 990 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada yang dilihat. MediaWiki:Nolinkshere 916 sysop 992 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada halaman yang berpaut ke sini. MediaWiki:Nolinkstoimage 917 sysop 993 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada halaman yang berpaut ke gambar ini. MediaWiki:Noname 918 sysop 994 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Nama pengguna yang Anda masukkan tidak sah. MediaWiki:Nospecialpagetext 921 sysop 997 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Anda telah meminta halaman istimewa yang tidak dikenal oleh wiki. MediaWiki:Nosuchactiontext 923 sysop 999 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tindakan yang dispesifikasikan oleh URL tersebut tidak dikenal oleh wiki. MediaWiki:Nosuchuser 925 sysop 1001 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada pengguna dengan nama "$1". Periksalah ejaan Anda, atau gunakan formulir di bawah ini untuk membuka akun baru. MediaWiki:Nosuchusershort 926 sysop 1002 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada pengguna dengan nama "$1". Periksalah ejaan Anda. MediaWiki:Notacceptable 927 sysop 1003 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Server wiki tidak dapat menyediakan data dalam format yang dapat dibaca oleh client Anda. MediaWiki:Notanarticle 928 sysop 1004 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Bukan sebuah artikel MediaWiki:Notargettext 929 sysop 1005 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Anda tidak menentukan halaman atau pengguna tujuan fungsi ini. MediaWiki:Note 931 sysop 1806 2006-01-01T15:08:09Z MediaWiki default <strong>Catatan:</strong> MediaWiki:Notextmatches 932 sysop 1008 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada teks halaman yang cocok MediaWiki:Notitlematches 933 sysop 1009 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tidak ada judul halaman yang cocok MediaWiki:Nov 935 sysop 1011 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Nov MediaWiki:November 936 sysop 1012 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default November MediaWiki:Nowiki sample 938 sysop 1014 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Teks ini tidak akan diformat MediaWiki:Nowiki tip 939 sysop 1015 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Abaikan pemformatan wiki MediaWiki:Nstab-category 941 sysop 1017 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kategori MediaWiki:Nstab-help 942 sysop 1018 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Bantuan MediaWiki:Nstab-main 944 sysop 1020 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Artikel MediaWiki:Nstab-special 947 sysop 1023 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Istimewa MediaWiki:Nstab-template 948 sysop 1024 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Templat MediaWiki:Nstab-user 949 sysop 1025 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman pengguna MediaWiki:Nstab-wp 950 sysop 1026 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Tentang MediaWiki:Numauthors 951 sysop 1027 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Jumlah pengarang yang berbeda (artikel): $1 MediaWiki:Number of watching users RCview 952 sysop 1028 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default [$1] MediaWiki:Numedits 954 sysop 1030 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Jumlah penyuntingan (artikel): $1 MediaWiki:Numtalkauthors 955 sysop 1031 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Jumlah pengarang yang berbeda (halaman diskusi): $1 MediaWiki:Numtalkedits 956 sysop 1032 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Jumlah penyuntingan (halaman diskusi): $1 MediaWiki:Numwatchers 957 sysop 1033 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Jumlah pengamat: $1 MediaWiki:Nviews 958 sysop 1034 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default $1 penampilan MediaWiki:Oct 959 sysop 1035 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Okt MediaWiki:October 960 sysop 1036 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Oktober MediaWiki:Ok 961 sysop 1037 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default OK MediaWiki:Oldpassword 962 sysop 1038 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kata sandi lama MediaWiki:Orig 963 sysop 1039 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default asli MediaWiki:Orphans 964 sysop 1040 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman Yatim MediaWiki:Othercontribs 965 sysop 1041 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Didasarkan pada karya $1. MediaWiki:Otherlanguages 966 sysop 1042 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Bahasa lain MediaWiki:Others 967 sysop 1043 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default lainnya MediaWiki:Pagemovedsub 968 sysop 1044 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pemindahan berhasil MediaWiki:Pagetitle 970 sysop 1046 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default $1 - {{SITENAME}} MediaWiki:Perfdisabledsub 977 sysop 1053 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Ini adalah salinan tersimpan dari $1: MediaWiki:Postcomment 982 sysop 1058 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Kirim komentar MediaWiki:Poweredby 983 sysop 1059 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default {{SITENAME}} berjalan dibawah [http://www.mediawiki.org/ MediaWiki], sebuah engine wiki open-source. MediaWiki:Powersearch 984 sysop 1060 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Cari MediaWiki:Preferences 986 sysop 2056 2006-03-23T05:09:26Z Borgx 2 Preferensi MediaWiki:Prefs-misc 991 sysop 2054 2006-03-23T04:52:15Z Borgx 2 Lain-lain MediaWiki:Prefs-personal 992 sysop 2055 2006-03-23T05:07:24Z Borgx 2 Profil MediaWiki:Prefs-rc 993 sysop 2052 2006-03-23T04:47:17Z Borgx 2 Perubahan terbaru MediaWiki:Preview 997 sysop 1742 2005-12-14T06:05:39Z Borgx 2 Pratayang MediaWiki:Prevn 1002 sysop 1078 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default $1 sebelumnya MediaWiki:Printableversion 1004 sysop 3213 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Versi cetak MediaWiki:Printsubtitle 1005 sysop 1081 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default (Dari {{SERVER}}) MediaWiki:Protect 1006 sysop 1082 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Lindungi MediaWiki:Protectcomment 1007 sysop 1083 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Alasan perlindungan MediaWiki:Protectedarticle 1008 sysop 1084 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default melindungi [[$1]] MediaWiki:Protectedpage 1009 sysop 1085 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman yang dilindungi MediaWiki:Protectpage 1015 sysop 1091 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Lindungi halaman MediaWiki:Protectsub 1016 sysop 1092 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default (Melindungi "$1") MediaWiki:Protectthispage 1017 sysop 1093 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Lindungi halaman ini MediaWiki:Proxyblocker 1018 sysop 1094 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pemblokir proxy MediaWiki:Proxyblockreason 1019 sysop 1095 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Alamat IP Anda telah diblokir karena alamat IP Anda adalah proxy terbuka. Silakan hubungi penyedia jasa internet Anda atau dukungan teknis dan beritahukan mereka masalah keamanan serius ini. MediaWiki:Proxyblocksuccess 1020 sysop 1677 2005-12-02T04:34:07Z MediaWiki default Selesai. MediaWiki:Pubmedurl 1021 sysop 1097 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=pubmed&dopt=Abstract&list_uids=$1 MediaWiki:Qbbrowse 1022 sysop 3229 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Panduan arah MediaWiki:Qbedit 1023 sysop 1099 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Sunting MediaWiki:Qbfind 1024 sysop 1100 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Cari MediaWiki:Qbmyoptions 1025 sysop 3230 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman saya MediaWiki:Qbpageinfo 1026 sysop 3231 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Konteks halaman MediaWiki:Qbpageoptions 1027 sysop 3232 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman ini MediaWiki:Qbsettings 1028 sysop 1104 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Pengaturan quickbar MediaWiki:Qbspecialpages 1029 sysop 1105 2005-11-09T23:43:09Z MediaWiki default Halaman istimewa MediaWiki:Rchide 1032 sysop 1108 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default dalam bentuk $4; $1 suntingan kecil; $2 namespace sekunder; $3 suntingan berganda. MediaWiki:Rcliu 1035 sysop 1111 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default ; $1 penyuntingan dari pengguna yang login MediaWiki:Rcloaderr 1036 sysop 1112 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Memuat perubahan terbaru MediaWiki:Rclsub 1037 sysop 1113 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default (untuk halaman yang berpaut dari "$1") MediaWiki:Readonly 1042 sysop 1118 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Basis data dikunci MediaWiki:Readonlywarning 1045 sysop 1121 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default <strong>PERINGATAN: Basis data sedang dikunci karena pemeliharaan, sehingga saat ini Anda tidak akan dapat menyimpan hasil penyuntingan Anda. Anda mungkin perlu memindahkan hasil penyuntingan Anda ini ke tempat lain untuk disimpan belakangan.</strong> MediaWiki:Recentchanges-url 1046 sysop 1122 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Special:Recentchanges MediaWiki:Recentchangescount 1047 sysop 1123 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Jumlah judul dalam perubahan terbaru MediaWiki:Recentchangeslinked 1048 sysop 1124 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Perubahan terkait MediaWiki:Redirectedfrom 1050 sysop 1126 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default (Dialihkan dari $1) MediaWiki:Renamegrouplogentry 1058 sysop 1134 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Renamed group $2 to $3 MediaWiki:Resetprefs 1059 sysop 1135 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Pengaturan baku MediaWiki:Restorelink1 1061 sysop 1137 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default one deleted edit MediaWiki:Retrievedfrom 1064 sysop 1140 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Diperoleh dari "$1" MediaWiki:Returnto 1065 sysop 1141 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Kembali ke $1. MediaWiki:Reverted 1069 sysop 1145 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Dikembalikan ke revisi sebelumnya MediaWiki:Revhistory 1073 sysop 1149 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Sejarah revisi MediaWiki:Revisionasof 1074 sysop 1150 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Revisi per $1 MediaWiki:Revisionasofwithlink 1075 sysop 1151 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Revisi per $1; $2<br />$3 | $4 MediaWiki:Revnotfound 1076 sysop 1152 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Revisi tidak ditemukan MediaWiki:Revnotfoundtext 1077 sysop 1678 2005-12-02T04:34:07Z MediaWiki default Revisi lama halaman yang Anda minta tidak dapat ditemukan. Silakan periksa URL yang digunakan untuk mengakses halaman ini. MediaWiki:Rights 1079 sysop 1155 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Hak-hak: MediaWiki:Rightslogtext 1080 sysop 2400 2006-05-28T14:27:31Z Borgx 2 catatan -> log Berikut adalah log perubahan terhadap hak-hak pengguna. MediaWiki:Rollback short 1082 sysop 1868 2006-02-08T01:57:09Z Borgx 2 terjemahkan Kembalikan MediaWiki:Rows 1085 sysop 1161 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Baris MediaWiki:Saturday 1086 sysop 1162 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Sabtu MediaWiki:Savegroup 1089 sysop 1165 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Simpan Kelompok MediaWiki:Search 1095 sysop 1171 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Cari MediaWiki:Searchquery 1098 sysop 1174 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Untuk kueri "$1" MediaWiki:Searchresultshead 1100 sysop 2053 2006-03-23T04:49:44Z Borgx 2 Pencarian MediaWiki:Sectionlink 1102 sysop 1178 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default MediaWiki:Selectnewerversionfordiff 1103 sysop 1179 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Pilih sebuah versi yang lebih baru untuk perbandingan MediaWiki:Selflinks 1105 sysop 1181 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Halaman-Halaman dengan Pautan Sendiri MediaWiki:Selflinkstext 1106 sysop 1182 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut mengandung pautan ke dirinya sendiri, yang seharusnya tidak diizinkan. MediaWiki:Sep 1108 sysop 1184 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Sep MediaWiki:September 1109 sysop 1185 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default September MediaWiki:Servertime 1110 sysop 1186 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Waktu server sekarang adalah MediaWiki:Set rights fail 1113 sysop 3310 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>Hak-hak pengguna "$1" tidak dapat diatur. (Apakah Anda mengetikkan namanya dengan benar?)</strong> MediaWiki:Set user rights 1114 sysop 1190 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Atur hak-hak pengguna MediaWiki:Setbureaucratflag 1115 sysop 2401 2006-05-28T14:28:04Z Borgx 2 tanda Atur tanda (flag) birokrat MediaWiki:Setstewardflag 1116 sysop 2402 2006-05-28T14:28:12Z Borgx 2 tjmh Atur tanda (flag) steward MediaWiki:Shareddescriptionfollows 1117 sysop 1193 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default - MediaWiki:Shortpages 1121 sysop 2027 2006-03-07T00:42:30Z Borgx 2 Halaman pendek MediaWiki:Showhideminor 1125 sysop 2097 2006-04-03T00:46:54Z Borgx 2 apply $6 $1 suntingan kecil | $2 bot | $3 pengguna yang login | $4 suntingan diperiksa | $5 suntinganku | $6 anon MediaWiki:Showlast 1128 sysop 1204 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Tampilkan $1 gambar terakhir yang telah diurutkan $2. MediaWiki:Showtoc 1129 sysop 1205 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default tampilkan MediaWiki:Sig tip 1130 sysop 1206 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Tanda tangan Anda dengan tanda waktu MediaWiki:Sitenotice 1131 sysop 1832 2006-01-07T05:54:32Z Borgx 2 funddrive sudah selesai MediaWiki:Sitestats 1132 sysop 1208 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Statistik situs MediaWiki:Sitesubtitle 1133 sysop 1771 2005-12-22T07:16:49Z MediaWiki default MediaWiki:Sitetitle 1135 sysop 1211 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default {{SITENAME}} MediaWiki:Siteuser 1136 sysop 1212 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Pengguna {{SITENAME}} $1 MediaWiki:Siteusers 1137 sysop 1213 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Pengguna(-pengguna) {{SITENAME}} $1 MediaWiki:Skin 1138 sysop 2057 2006-03-23T05:10:57Z Borgx 2 Kulit MediaWiki:Sorbs 1140 sysop 1216 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default SORBS DNSBL MediaWiki:Sorbs create account reason 1141 sysop 1217 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Alamat IP anda terdaftar sebagai proxy terbuka di [http://www.sorbs.net SORBS] DNSBL. Anda tidak dapat membuat akun. MediaWiki:Sorbsreason 1142 sysop 1218 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Alamat IP anda terdaftar sebagai proxy terbuka di [http://www.sorbs.net SORBS] DNSBL. MediaWiki:Spamprotectionmatch 1144 sysop 1220 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Teks berikut ini memancing filter spam kami: $1 MediaWiki:Speciallogtitlelabel 1147 sysop 1807 2006-01-01T15:08:09Z MediaWiki default Judul: MediaWiki:Specialloguserlabel 1148 sysop 1808 2006-01-01T15:08:09Z MediaWiki default Pengguna: MediaWiki:Sqlhidden 1150 sysop 1226 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default (Kueri SQL disembunyikan) MediaWiki:Statistics 1151 sysop 1227 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Statistik MediaWiki:Storedversion 1152 sysop 1228 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Versi tersimpan MediaWiki:Subcategories 1154 sysop 1230 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Subkategori MediaWiki:Subcategorycount 1155 sysop 1231 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Ada $1 subkategori dalam kategori ini. MediaWiki:Subcategorycount1 1156 sysop 1232 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Ada $1 subkategori dalam kategori ini. MediaWiki:Summary 1160 sysop 1236 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Ringkasan MediaWiki:Sunday 1161 sysop 1237 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Minggu MediaWiki:Tableform 1164 sysop 1240 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default tabel MediaWiki:Tagline 1165 sysop 2507 2006-05-28T16:24:04Z Borgx 2 teks -> naskah Dari Wikisource Indonesia, sumber naskah bebas berbahasa Indonesia MediaWiki:Talk 1166 sysop 1242 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Diskusi MediaWiki:Talkexists 1167 sysop 1243 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Halaman tersebut berhasil dipindahkan, tetapi halaman pembicaraan dari halaman tersebut tidak dapat dipindahkan karena telah ada halaman pembicaraan pada judul yang baru. Silakan gabungkan halaman-halaman pembicaraan tersebut secara manual. MediaWiki:Talkpage 1168 sysop 1244 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Diskusikan halaman ini MediaWiki:Talkpagemoved 1169 sysop 1245 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Halaman pembicaraan yang berkaitan juga ikut dipindahkan. MediaWiki:Talkpagenotmoved 1170 sysop 1246 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Halaman pembicaraan yang berkaitan <strong>tidak</strong> ikut dipindahkan. MediaWiki:Talkpagetext 1171 sysop 1247 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default <!-- MediaWiki:talkpagetext --> MediaWiki:Templatesused 1172 sysop 1248 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Templat yang digunakan di halaman ini: MediaWiki:Textboxsize 1173 sysop 2051 2006-03-23T04:43:45Z Borgx 2 Penyuntingan MediaWiki:Textmatches 1174 sysop 1250 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Teks artikel yang cocok MediaWiki:Thisisdeleted 1175 sysop 1251 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Lihat atau kembalikan $1? MediaWiki:Thumbnail-more 1176 sysop 1252 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Perbesar MediaWiki:Thursday 1178 sysop 1254 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Kamis MediaWiki:Timezoneoffset 1180 sysop 1256 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Perbedaan MediaWiki:Timezonetext 1181 sysop 1257 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Masukkan perbedaan waktu (dalam jam) antara waktu setempat dengan waktu server (UTC). MediaWiki:Toc 1183 sysop 1259 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Daftar isi MediaWiki:Tog-editondblclick 1184 sysop 1260 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Sunting halaman dengan klik ganda (JavaScript) MediaWiki:Tog-externaldiff 1192 sysop 2064 2006-03-27T01:00:21Z Borgx 2 terjemahkan Gunakan perangkat lunak luar untuk melihat perbedaan suntingan MediaWiki:Tog-externaleditor 1193 sysop 2065 2006-03-27T01:02:05Z Borgx 2 terjemahkan Gunakan perangkat lunak pengolah kata luar MediaWiki:Tog-hideminor 1195 sysop 1271 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Sembunyikan suntingan kecil dalam perubahan terbaru MediaWiki:Tog-justify 1197 sysop 1273 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Ratakan paragraf MediaWiki:Tog-minordefault 1198 sysop 1274 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Tandai semua suntingan sebagai suntingan kecil secara baku MediaWiki:Tog-numberheadings 1200 sysop 1276 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Beri nomor judul secara otomatis MediaWiki:Tog-rememberpassword 1203 sysop 1279 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Ingat kata sandi pada setiap sesi MediaWiki:Tog-watchdefault 1210 sysop 2062 2006-03-27T00:54:37Z Borgx 2 Tambahkan halaman yang disunting ke dalam daftar pantauan MediaWiki:Toolbox 1211 sysop 1287 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Kotak peralatan MediaWiki:Tooltip-compareselectedversions 1212 sysop 1288 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Lihat perbedaan antara dua versi halaman yang dipilih. [alt-v] MediaWiki:Tooltip-minoredit 1214 sysop 1290 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Tandai ini sebagai suntingan kecil [alt-i] MediaWiki:Tooltip-recreate 1216 sysop 3374 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Buat ulang halaman walaupun sebenarnya telah dihapus MediaWiki:Tooltip-save 1217 sysop 1293 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Simpan perubahan Anda [alt-s] MediaWiki:Tooltip-search 1218 sysop 1294 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Cari dalam wiki ini [alt-f] MediaWiki:Trackback 1220 sysop 1682 2005-12-02T04:34:08Z MediaWiki default ; $4$5 : [$2 $1] MediaWiki:Trackbackexcerpt 1223 sysop 1684 2005-12-02T04:34:08Z MediaWiki default ; $4$5 : [$2 $1]: <nowiki>$3</nowiki> MediaWiki:Tuesday 1227 sysop 1303 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Selasa MediaWiki:Uclinks 1228 sysop 1304 2005-11-09T23:43:10Z MediaWiki default Tampilkan $1 perubahan terbaru; tampilkan $2 hari terakhir MediaWiki:Uctop 1230 sysop 1306 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default (atas) MediaWiki:Unblockip 1232 sysop 1308 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Hilangkan blokir terhadap alamat IP atau pengguna MediaWiki:Unblockiptext 1233 sysop 1309 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Gunakan formulir di bawah untuk mengembalikan kemampuan menulis sebuah alamat IP atau pengguna yang sebelumnya telah diblokir. MediaWiki:Unblocklink 1234 sysop 1310 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default hilangkan blokir MediaWiki:Unblocklogentry 1235 sysop 1311 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default menghilangkan blokir "$1" MediaWiki:Undeletearticle 1241 sysop 1317 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Kembalikan halaman yang telah dihapus MediaWiki:Undeletebtn 1242 sysop 1318 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Kembalikan! MediaWiki:Undeletedarticle 1243 sysop 1319 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default "$1" telah dikembalikan MediaWiki:Undeletedrevisions 1244 sysop 1320 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default $1 revisi telah dikembalikan MediaWiki:Undeletehistory 1246 sysop 1322 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Jika Anda mengembalikan halaman tersebut, semua revisi akan dikembalikan ke dalam sejarah. Jika sebuah halaman baru dengan nama yang sama telah dibuat sejak penghapusan, revisi yang telah dikembalikan akan kelihatan dalam sejarah dahulu, dan revisi terkini halaman tersebut tidak akan ditimpa secara otomatis. MediaWiki:Undeletepagetext 1249 sysop 1325 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut ini telah dihapus tapi masih ada di dalam arsip dan dapat dikembalikan. Arsip tersebut mungkin akan dibersihkan secara berkala. MediaWiki:Undeleterevision 1250 sysop 1326 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Revisi yang telah dihapus per $1 MediaWiki:Undeleterevisions 1251 sysop 1327 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default $1 revisi diarsipkan MediaWiki:Underline-always 1252 sysop 2121 2006-05-11T03:33:24Z Borgx 2 terjemahkan Selalu MediaWiki:Underline-never 1254 sysop 2120 2006-05-11T03:29:44Z Borgx 2 terjemahkan Tidak MediaWiki:Unexpected 1255 sysop 1331 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Nilai di luar jangkauan: "$1"="$2". MediaWiki:Unit-pixel 1256 sysop 1332 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default px MediaWiki:Unlockbtn 1257 sysop 1333 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Buka kunci basis data MediaWiki:Unlockconfirm 1258 sysop 1334 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Ya, saya memang ingin membuka kunci basis data. MediaWiki:Unlockdbsuccesssub 1260 sysop 1336 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Pembukaan kunci basis data berhasil MediaWiki:Unlockdbsuccesstext 1261 sysop 1337 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Kunci basis data telah dibuka. MediaWiki:Unprotectcomment 1264 sysop 1340 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Alasan penghilangan perlindungan MediaWiki:Unprotectedarticle 1265 sysop 1341 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default menghilangkan perlindungan [[$1]] MediaWiki:Unprotectsub 1266 sysop 1342 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default (Menghilangkan perlindungan terhadap "$1") MediaWiki:Unprotectthispage 1267 sysop 3401 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ubah perlindungan halaman ini MediaWiki:Unwatch 1272 sysop 3409 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Batal pantau MediaWiki:Updated 1275 sysop 1351 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default (Diperbarui) MediaWiki:Uploadlink 1284 sysop 1360 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Unggahkan gambar MediaWiki:Uploadnewversion 1288 sysop 1364 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default [$1 Upload a new version of this file] MediaWiki:Uploadtext 1291 sysop 1731 2005-12-12T02:46:18Z Borgx 2 perbaharui Gunakan formulir berikut ini untuk memuat berkas (''file'') gambar baru untuk dipakai dalam ilustrasi artikel Anda. <strong>CATATAN:</strong> Sebelum Anda memuat di sini, pastikan bahwa Anda telah membaca dan menaati kebijakan penggunaan gambar seperti tertulis dalam [[Wikisource:Kebijakan penggunaan gambar|kebijakan penggunaan gambar]]. Untuk melihat atau mencari gambar-gambar yang telah dimuat, silakan kunjungi [[Special:Imagelist|daftar gambar yang telah dimuat]]. Semua pemuatan dan penghapusan tercatat dalam [[Istimewa:Log/upload|log muatan]]. <div style="border: 1px solid grey; background: #ddf; padding: 5px; margin: 0 auto;"> '''Cara memasukkan gambar''': #Pada kebanyakan browser, Anda akan melihat tombol "Lihat-lihat..." (atau "Browse..."), yang akan menampilkan dialog buka berkas sistem operasi Anda. Memilih sebuah berkas akan mengisikan namanya dalam kotak teks di sebelah tombol tersebut. #Tekan tombol "Muatkan file" untuk menyelesaikan proses pemuatan. Proses ini mungkin akan memakan waktu agak lama jika Anda memiliki koneksi internet yang lambat.</div> Untuk memasukkan sebuah gambar ke dalam artikel, gunakan pranala dalam bentuk <tt><nowiki>[[Gambar:nama file.jpg]]</nowiki></tt> atau <tt><nowiki>[[Gambar:nama file.png|teks alternatif]]</nowiki></tt> atau <tt><nowiki>[[Media:nama file.ogg]]</nowiki></tt> untuk suara. <big>'''Perhatian'''</big> *Anda '''harus''' menuliskan sumber asal gambar tersebut di bagian "Ringkasan" di bawah ini, dengan mengetiknya sendiri atau menggunakan ''tag'' seperti <tt><nowiki>{</nowiki>{GFDL}}</tt>, <tt><nowiki>{</nowiki>{DU}}</tt>, dll. (lihat keterangan ''tag'' di [[Wikisource:Templat Wikiquote|halaman ini]]) *Mohon namai berkas Anda secara deskriptif untuk menghindari kebingungan. *Mohon diperhatikan bahwa sebagaimana dengan halaman Wikipedia yang lain, orang lain dapat menyunting atau menghapus berkas Anda jika mereka menganggap hal itu perlu, dan Anda juga dapat diblokir bila Anda menyalahgunakan sistem. ---- MediaWiki:Usenewcategorypage 1294 sysop 1370 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default 1 Ubah karakter pertama menjadi "0" untuk mematikan tata letak halaman kategori yang baru. MediaWiki:User rights set 1295 sysop 3430 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>Hak-hak pengguna "$1" diperbarui</strong> MediaWiki:Userexists 1298 sysop 1374 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Nama pengguna yang Anda masukkan telah dipakai. Silakan pilih nama yang lain. MediaWiki:Userpage 1304 sysop 1380 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat halaman pengguna MediaWiki:Userstats 1313 sysop 1389 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Statistik pengguna MediaWiki:Val add 1315 sysop 1391 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Add MediaWiki:Val article lists 1316 sysop 1392 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Daftar artikel yang telah disahkan MediaWiki:Val clear old 1317 sysop 1393 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Hapus data pengesahan saya yang lainnya untuk $1 MediaWiki:Val del 1318 sysop 1394 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Delete MediaWiki:Val details th 1319 sysop 1395 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <sub>User</sub> \ <sup>Topic</sup> MediaWiki:Val details th user 1320 sysop 1396 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default User $1 MediaWiki:Val form note 1321 sysop 1397 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <b>Petunjuk:</b> Menggabungkan data Anda berarti bahwa untuk revisi pengesahan yang Anda pilih, semua pilihan Anda yang <i>Abstain</i> akan diganti dengan pilihan dan komentar dari revisi yang paling baru yang mana untuk pilihan tersebut Anda tidak abstain. Sebagai contoh, jika Anda ingin mengganti pilihan tunggal dengan revisi yang lebih baru, tetapi tidak ingin mengganti pilihan Anda yang lainnya untuk revisi artikel ini, pilih pilihan mana yang ingin anda ubah, dan penggabungan akan mengisi pilihan lainnya dengan pilihan Anda sebelumnya. MediaWiki:Val iamsure 1322 sysop 1398 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Check this box if you really mean it! MediaWiki:Val list header 1323 sysop 1399 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <th>#</th><th>Topic</th><th>Range</th><th>Action</th> MediaWiki:Val max topics 1324 sysop 1400 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Maximum number of $1 topics reached MediaWiki:Val merge old 1325 sysop 1401 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Gunakan penilaian saya sebelumnya jika saya memilih 'Abstain' MediaWiki:Val my stats title 1326 sysop 1402 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default My validation overview MediaWiki:Val no 1327 sysop 1403 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default No MediaWiki:Val no anon validation 1328 sysop 1404 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Anda harus login untuk dapat mengesahkan artikel. MediaWiki:Val no topics defined 1329 sysop 1405 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default No topics defined MediaWiki:Val no topics defined text 1330 sysop 1406 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default You have no topics defined which can be rated. Go to [[Special:Validate]], and have an administrator run the "Manage" function to add at least one topic and point range. MediaWiki:Val noop 1331 sysop 1407 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Abstain MediaWiki:Val of 1332 sysop 1408 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default $1 of $2 MediaWiki:Val page validation statistics 1333 sysop 1409 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Statistik pengesahan halaman untuk $1 MediaWiki:Val percent 1334 sysop 1410 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <b>$1%</b><br />($2 dari $3 poin<br />oleh $4 pengguna) MediaWiki:Val percent single 1335 sysop 1411 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <b>$1%</b><br />($2 dari $3 poin<br />oleh seorang pengguna) MediaWiki:Val rev for 1336 sysop 1412 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Revisions for $1 MediaWiki:Val rev stats 1337 sysop 1413 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default See the validation statistics for "$1" <a href="$2">here</a> MediaWiki:Val revision 1338 sysop 1414 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Revision MediaWiki:Val revision changes ok 1339 sysop 1415 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Your ratings have been stored! MediaWiki:Val revision number 1340 sysop 1416 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Revision #$1 MediaWiki:Val revision of 1341 sysop 1417 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Revision of $1 MediaWiki:Val revision stats link 1342 sysop 1418 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default details MediaWiki:Val show my ratings 1343 sysop 1419 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Show my validations MediaWiki:Val stat link text 1344 sysop 1420 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Statistik pengesahan artikel ini MediaWiki:Val tab 1345 sysop 1421 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Pengesahan MediaWiki:Val table header 1346 sysop 1689 2005-12-02T04:34:08Z MediaWiki default <tr><th>Kelas</th>$1<th colspan=4>Pendapat</th>$1<th>Komentar</th></tr> MediaWiki:Val this is current version 1347 sysop 1423 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default ini adalah versi terbaru MediaWiki:Val time 1348 sysop 1424 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Time MediaWiki:Val topic desc page 1349 sysop 1425 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Project:Validation topics MediaWiki:Val total 1350 sysop 1426 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Total MediaWiki:Val user stats title 1351 sysop 1427 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Validation overview of user $1 MediaWiki:Val user validations 1352 sysop 1428 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Penggung ini telah mengesahkan $1 halaman. MediaWiki:Val validate article namespace only 1353 sysop 1429 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Hanya artikel saja yang dapat disahkan. Halaman ini <i>tidak</i> berada dalam namespace artikel. MediaWiki:Val validate version 1354 sysop 1430 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Sahkan versi ini MediaWiki:Val validated 1355 sysop 1431 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Pengesahan selesai. MediaWiki:Val validation of 1356 sysop 1432 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Validation of "$1" MediaWiki:Val version 1357 sysop 1433 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Versi MediaWiki:Val version of 1358 sysop 1434 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Version of $1 MediaWiki:Val view version 1359 sysop 1435 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat versi ini MediaWiki:Val votepage intro 1360 sysop 1436 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Change this text <a href="{{SERVER}}{{localurl:MediaWiki:Val_votepage_intro}}">here</a>! MediaWiki:Val warning 1361 sysop 1437 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default <b>Never, <i>ever</i>, change something here without <i>explicit</i> community consensus!</b> MediaWiki:Val yes 1362 sysop 1438 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Yes MediaWiki:Validate 1363 sysop 1439 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Sahkan halaman MediaWiki:Variantname-zh 1364 sysop 1440 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default zh MediaWiki:Variantname-zh-cn 1365 sysop 1441 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default cn MediaWiki:Variantname-zh-hk 1366 sysop 1442 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default hk MediaWiki:Variantname-zh-sg 1367 sysop 1443 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default sg MediaWiki:Variantname-zh-tw 1368 sysop 1444 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default tw MediaWiki:Version 1369 sysop 1445 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Versi MediaWiki:Viewcount 1372 sysop 3450 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Halaman ini telah diakses sebanyak $1 kali.<br /> MediaWiki:Viewprevnext 1375 sysop 1451 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat ($1) ($2) ($3). MediaWiki:Viewsource 1377 sysop 1453 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat sumber MediaWiki:Viewtalkpage 1378 sysop 1454 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat diskusi MediaWiki:Wantedcategories 1379 sysop 2036 2006-03-07T01:01:15Z Borgx 2 Kategori yang diinginkan MediaWiki:Wantedpages 1380 sysop 2028 2006-03-07T00:44:56Z Borgx 2 Halaman yang diinginkan MediaWiki:Watch 1381 sysop 1457 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Pantau MediaWiki:Watchlistsub 1388 sysop 1464 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default (untuk pengguna "$1") MediaWiki:Watchmethod-list 1389 sysop 1465 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default periksa halaman yang dipantau terhadap perubahan terbaru MediaWiki:Watchmethod-recent 1390 sysop 1466 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default periksa daftar perubahan terbaru terhadap halaman yang dipantau MediaWiki:Watchthis 1394 sysop 1470 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Pantau artikel ini MediaWiki:Wednesday 1396 sysop 1472 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Rabu MediaWiki:Welcomecreation 1397 sysop 1473 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default == Selamat datang, $1! == Akun Anda telah dibuat. Jangan lupa mengatur konfigurasi {{SITENAME}} Anda. MediaWiki:Widthheight 1405 sysop 3478 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default $1×$2 MediaWiki:Wikipediapage 1406 sysop 1482 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Lihat halaman meta MediaWiki:Wlhide 1409 sysop 1514 2005-11-10T10:02:43Z Borgx 2 Sembunyikan MediaWiki:Wlshow 1414 sysop 1490 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Show MediaWiki:Wlshowlast 1415 sysop 1491 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Tampilkan $1 jam $2 hari $3 terakhir MediaWiki:Wrong wfQuery params 1416 sysop 1492 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Parameter salah ke wfQuery()<br />Fungsi: $1<br />Kueri: $2 MediaWiki:Wrongpassword 1417 sysop 1493 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Kata sandi yang Anda masukkan salah. Silakan coba lagi. MediaWiki:Yourdiff 1418 sysop 1494 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Perbedaan MediaWiki:Yourname 1422 sysop 1498 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Nama pengguna MediaWiki:Yourpassword 1424 sysop 1500 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Kata sandi MediaWiki:Yourpasswordagain 1425 sysop 1501 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Ulangi kata sandi MediaWiki:Yourtext 1427 sysop 1503 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Teks Anda MediaWiki:Yourvariant 1428 sysop 1504 2005-11-09T23:43:11Z MediaWiki default Varian bahasa Templat:Clr 1429 2255 2006-05-25T16:20:16Z IvanLanin 30 +kat <br style="clear:both;" /><noinclude>[[Kategori:Templat tampilan|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 1430 2521 2006-05-28T17:34:38Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 3 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA LANGSA</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border="0" |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Daerah Istimewa Aceh pada umumnya, dan Kabupaten Aceh Timur pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Langsa Kabupaten Aceh Timur, serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Aceh Timur, perlu membentuk Kota Langsa sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Langsa untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); # Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupatenkabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LANGSA.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: 1. Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Provinsi Daerah Istimewa Aceh adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara. 3. Kabupaten Aceh Timur adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. 4. Kota Administratif Langsa adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Langsa di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Langsa berasal dari sebagian Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas: a. Kecamatan Langsa Timur; b. Kecamatan Langsa Barat; dan c. Kecamatan Langsa Kota. <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Langsa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Aceh Timur dikurangi dengan wilayah Kota Langsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Langsa, Kota Administratif Langsa dalam wilayah Kabupaten Aceh Timur dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Langsa mempunyai batas-batas wilayah : |- |&nbsp;|| a. sebelah utara dengan Selat Malaka;<br> b. sebelah timur dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Timur;<br> c. sebelah selatan dengan Kecamatan Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur; dan<br> d. sebelah barat dengan Kecamatan Bireum Bayeun Kabupaten Aceh Timur.<br> |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Langsa, Pemerintah Kota Langsa menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Langsa sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Langsa. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa,sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Langsa, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Timur tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Timur, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Langsa dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Timur ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Langsa. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Aceh Timur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Langsa, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Langsa, penjabat Walikota Langsa diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Langsa diangkat sebagai penjabat Walikota Langsa. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Langsa, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundangundangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Langsa, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Daerah Istimewa Aceh, dan Bupati Aceh Timur sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Langsa hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Langsa; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Kabupaten Aceh Timur yang berada di Kota Langsa sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Kabupaten Aceh Timur yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Langsa; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Aceh Timur yang kegunaannya untuk Kota Langsa; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Langsa. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Langsa. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Langsa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Timur. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Langsa, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Langsa dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Timur berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Langsa. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Aceh Timur tetap berlaku bagi Kota Langsa sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 83'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Langsa}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 1431 1702 2005-12-03T14:44:51Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 3 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA LANGSA</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Langsa dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 262,41 Km2 yang merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Timur sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1995 berjumlah 110.559 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 117.256 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,21 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Langsa Kabupaten Aceh Timur,sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Secara geografis wilayah Kota Administratif Langsa mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Langsa mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif yang meliputi Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Barat, dan Kecamatan Langsa Kota perlu dibentuk menjadi Kota Langsa. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Langsa serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Langsa harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Timur. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Langsa dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Aceh Timur dan Walikota Langsa yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Langsa sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Langsa harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Barat, dan Kecamatan Langsa Kota.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Langsa melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Langsa hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Langsa.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4110'''</center> Bilangan prima Mersenne 1432 2564 2006-05-28T18:40:50Z Borgx 2 tpl {{process header |title = |section = |previous = [[Matematika]] |next = |shortcut = |notes = Halaman ini memuat daftar 30 bilangan prima Mersenne pertama. {{wikipedia|artikel=bilangan prima Mersenne}} }} ==Bilangan prima Mersenne #1-12== # 2<sup>2</sup>&minus;1 = 3 # 2<sup>3</sup>&minus;1 = 7 # 2<sup>5</sup>&minus;1 = 31 # 2<sup>7</sup>&minus;1 = 127 # 2<sup>13</sup>&minus;1 = 8191 # 2<sup>17</sup>&minus;1 = 131071 # 2<sup>19</sup>&minus;1 = 524287 # 2<sup>31</sup>&minus;1 = 2147483647 # 2<sup>61</sup>&minus;1 = 2305843009213693951 # 2<sup>89</sup>&minus;1 = 618970019642690137449562111 # 2<sup>107</sup>&minus;1 = 162259276829213363391578010288127 # 2<sup>127</sup>&minus;1 = 170141183460469231731687303715884105727 ==Bilangan prima Mersenne #13== 2<sup>521</sup>&minus;1 = 6864797660130609714981900799081393217269435300143305409394463459185543183397656052122559640661454554<br/> 977296311391480858037121987999716643812574028291115057151<br/> ==Bilangan prima Mersenne #14== 2<sup>607</sup>&minus;1 = 5311379928167670986895882065524686273295931177270319231994441382004035598608522427391625022652292856<br/> 68889329486246501015346579337652707239409519978766587351943831270835393219031728127<br/> ==Bilangan prima Mersenne #15== 2<sup>1279</sup>&minus;1 = 1040793219466439908192524032736408553861526224726670480531911235040360805967336029801223944173232418<br/> 4842421613954281007791383566248323464908139906605677320762924129509389220345773183349661583550472959<br/> 4205476898112116936771475484788669625013844382602917323488853111608285384165850282556046662248318909<br/> 18801847068222203140521026698435488732958028878050869736186900714720710555703168729087<br/> ==Bilangan prima Mersenne #16== 2<sup>2203</sup>&minus;1 = 1475979915214180235084898622737381736312066145333169775147771216478570297878078949377407337049389289<br/> 3827485075314964804772812648387602591918144633653302695404969612011134301569023960939890902262593269<br/> 3502528140961498349938822283144859860183431853623092377264139020949023183644689960821079548296376309<br/> 4236630945410832793769905399982457186322944729636418890623372171723742105636440368218459649632948538<br/> 6969058726504869144346374575072804418236768135178520993486608471725794084223166780976702240119902801<br/> 7047489448742692474210882353680848507250224051945258754287534997655857267022963396257521263747789778<br/> 5501552646522609988869914013540483809865681250419497686697771007<br/> ==Bilangan prima Mersenne #17== 2<sup>2281</sup>&minus;1 = 4460875571837584295711517064021018098862086324128599011119912199634046857928204733691125452690039890<br/> 2615324593112431670239575870569367936479090349746114707106525419335393812497822630794731241079887486<br/> 9040070279328428810311754844108094878252494866760969586998128982645877596028979171536962503068429617<br/> 3317021847503245830091718321049160501576288866063721455017022259251252240768296054271735739648129952<br/> 5056941248072073847685529368166671284483119087762060678666386219024011857073683190188647922581041471<br/> 4078935386562497968178729127629594924411960961386713946279899275006954917139758796061223803393537381<br/> 034666494402951052059047968693255388647930440925104186817009640171764133172418132836351<br/> ==Bilangan prima Mersenne #18== 2<sup>3217</sup>&minus;1 = 2591170860132026277762467679224415309418188875531254273039749231618740192665863620862012095168004834<br/> 0655069524173319417744168950923880701741037770959751204231306662408291635351795231118615486226560454<br/> 7691127595848775610568757931191017711408826252153849035830401185072116424747461823031471398340229288<br/> 0745456779079410372882358207058923510684338829868886166586502809276920803396058693087905004095037098<br/> 7590211901837199162099400256893511313654882973911265679730324198651725011641270350970542777347797234<br/> 9821676443446668383119322540099648994051790241624056519054483690809616061625743042361721863339415852<br/> 4264312087372665919620617535357488928945996291951830826218608534009379328394202618665861425032514507<br/> 7309627423537682293864940712770084607712421182308080413929808705750471382526457144837937112503208182<br/> 6126566649084251699453951887789613650248405739378594599444335231188280123660406262468609212150349937<br/> 584782292237144339628858485938215738821232393687046160677362909315071<br/> ==Bilangan prima Mersenne #19== 2<sup>4253</sup>&minus;1 = 1907970075244390738074680429695291736693569947499401773947418826735289797870050537063680498355149002<br/> 4430349595495070972576218631122414882881192021690454220696074466616936422119528953843684539025016866<br/> 3932838805192055137154390912666527533007309292687539092257043362517857366624699975402375462954490293<br/> 2592333031373306435315565397399219262014386064390200751747230290568382725050515719675946083500634044<br/> 9597766065626902082396082556701234418990892795664601199805798854863010763738099351982658238978188813<br/> 5705408653045219655801758081251164080554609057468028203308718724654081055323215860189611391296030471<br/> 1084431467456719677663089258585472715073115637651710083182486471100976148903135628565417841548817431<br/> 4603390960273794738505535596033185561454090008145637865906837031726769698000118775099549109035010841<br/> 7050917991562167972281070161305972518044872048331306383715094854938415738549894606070722584737978176<br/> 6864221343545269894430283536440371873753853978382595118331664161343236956603676768977222879187734209<br/> 6898232608902615003151542416546211133752743115489066632737492144627683356451977679763387550354866509<br/> 3914556482031482248883127023777039667707976559857333357013727342079099064400455741830654320379350833<br/> 236245819348824064783585692924881021978332974949906122664421376034687815350484991<br/> ==Bilangan prima Mersenne #20== 2<sup>4423</sup>&minus;1 = 2855425422282796139015635661021640083261642386447028891992474566022844003906006538759545715055398432<br/> 3975451391589615029787839937705607143516974722110798879119820098847753133921428277201605900990458668<br/> 6254989084815735422480409022344297588352526004383890632616124076317387416881148592486188361873904175<br/> 7831456960169195743907655982801885990355784485910776836771755204340742877265780062667596159707595213<br/> 2782855566278167838569158184443644481251156242813674249045936321281018027609608811140100337757036354<br/> 5725120924073646921576797146199387619296560302680261790118132925012323046444438622308877924609373773<br/> 0124816816724244936744744885377701557830068808526481615130671448147902883666640622572746652757871273<br/> 7464923109637500117090189078626332461957879573142569380507305611967758033808433338198750090296883193<br/> 5913095269821311141322393356490178488728982288156282600813831296143663845945431144043753821542871277<br/> 7456064478585641592133284435802064227146949130917627164470416896780700967735904298089096167504529272<br/> 5800084350034483162829708990272864998199438764723457427626372969484830475091717418618113068851879274<br/> 8622612293341368928056634384466646326572476167275660839105650528975713899320211121495795311427946254<br/> 5533053870678210676017687509778661004600146021384084480212250536890547937420030957220967329547507217<br/> 18115531871310231057902608580607<br/> ==Bilangan prima Mersenne #21== 2<sup>9689</sup>&minus;1 = 4782202788054612029528392986600059097414971724022365008513345109918378950942662970278927686112707894<br/> 5868247209815242563193065850526768340874808344294332647974258932476236883310216332089548473548057999<br/> 4334130982598901374380618710958104314868081377832153049671560156328262441404039814320762203627219040<br/> 8590790537203475256105564071579263867875240985573356522656108542128577321057879052328865035355873615<br/> 6793636558899257115744201538320917524228430469188114274006621355593035168537039768126863857503762277<br/> 8794958058208183126172570100349820651232987267723348951095346937568303703837399969677158578890563911<br/> 5522613405495707184524158219208223766442059014593330657009722153962376853423770486138578089775621301<br/> 1678112991664073617466066978081867579669146712460737129042005884089231863877378876752928869537970669<br/> 8096740605353012285353903696549022478492464900795489867850331465554647550450168618735486696437455261<br/> 4120640782949622452027788962138602665933147687696322089504278791624651519312327831756553779377194524<br/> 6733958192814866685763840195907201794133495829703193938843888104945460403420875365636283321520731816<br/> 1430072176937142623851754052084521466531330118355196259184955893849902534878037671647707393063443684<br/> 0084468255937443451690315999349137664638968972614199015304906547819056227171224947070739716300953775<br/> 7434413079205018635322344665456456957743318850449782501486634673721303920998948521451909982328787724<br/> 8665051301081676990289251871925006694721570653621624869624056925686555429622155221156042777866254593<br/> 6998801070186162601476474293459830183651273363462732675883060701410359254829149774339297173680765610<br/> 9595999113091897882383501316356726614359692182399771969338743954039966236755805282112071363963708580<br/> 5605116078177098545257698803233381293927275210194462952749031383555198519709592888523641530178921867<br/> 5141014541203096191270934369039522098280317668942061325572349643638403056487349290884223786292887472<br/> 2312190323852810340918243066189477407272655242848933044748614549420767990417394471658382816714104358<br/> 3120679050191452732628737033997470720601688256282740427017032260672798034347932642573009183981307771<br/> 9322455394763960606588214326603156141490740557698055166263044447583756711516490181193442236859424151<br/> 8437953893357654321299440548553451558592734245618251468137147206062877810212409237080214922983496351<br/> 7952727030296297015692768651163505008040728267425236264469571076976886613730278931360967438271901738<br/> 5508484663373476120843567983065059558072935110637544240807350667082987233779768874938983584523095638<br/> 9961206163186343919671120864643846494709632300727292009125861472679997624967098527695035357339244162<br/> 0265772074124868359220282898331114083392330243391779797699031142584361935093675448381119440881276338<br/> 8084204451804912454383884180800945275626668057628954763384641305107753773247082495804533355717481965<br/> 0250708197304664228261056975105642897989511821928859763522290538989487376146421399109115358645058189<br/> 92696826225754111<br/> ==Bilangan prima Mersenne #22== 2<sup>9941</sup>&minus;1 = 3460882824908512152429603957674133167226286689002385477904892834450062208098341144643643755441537075<br/> 3366448674763505018641470709332373970608376690404229265789647993709760358469552319045484910050304149<br/> 8098185402835071596835622329419680597622813345447397208492609048551927706260549117935903890607959811<br/> 6383872143299427876363309537743819484486647112496768579888817221203300082146968446495614699719412692<br/> 1284336206463313859537577200462442029064681326087558257488470489384243989270236884978643063093004422<br/> 9396033700105465953863020090730439444822025590974067005973305707995078329631309387398850801984162586<br/> 3519452291304256293667985958749572103117374779641889506070194171750600193715243003236363193426579851<br/> 6236047451209089864707430780362298307038193445486493756647991804258775574973833903315735082891029392<br/> 3593527586171850199425548346718610745487724398807296062449119400666801128238240958164582617618617466<br/> 0403480205646682314371825549278477938099174958025526332332653645774389415084895396990281853005787087<br/> 6229329803338285735419228259022169602665532210834789602051686546011466737981306056247480055071718250<br/> 3337375022673073441785129507385943306843408026982289639865627325971753720872956490728302897497713583<br/> 3086795150871085921674321852291881167063744849649854909443054127744407940798953985746945277213216658<br/> 0885754360477408842913327292948696897496141614919739845432835894324473601387609643750514699215032683<br/> 7445270717186840918321709483693962800611845937461435890688111902531018735953191561073191960711505984<br/> 8807002708870584274960520306319419116692210617615760936724194816062598903212798474808107532438263209<br/> 3913796444665700601391278360323002267434295194325607280661260119378719405151497555187549252134264394<br/> 6459638539649133096977765333294018221580031828892780723686021289827103066181151189641318936578454002<br/> 9686001242039137696467018398359495411248456559731246073779877709207170671082450370745722015501589959<br/> 1766244957768006802482976673920392995410164224776445671222149803657927708412925555542817045572430846<br/> 3899881299605192273139872912009020608820607337620758922994736664058974270358117868798756943150786544<br/> 2005560346962530939965395593231046643003914646580545296501404001942389755267553476824862463195143149<br/> 3188170905972588780111850281190559073677771187432814088678674286302108275149258477101296451833651979<br/> 7173751709005056736459646963553313698192960002673895832892991267383457269803259989559975011766642010<br/> 4288854608569944644283419523294878748841059575019743878635311920421085580469246058253383296777194691<br/> 1459901921324984968810021189968284941331573164056304725480868921823442538199590383852412786840833479<br/> 6114199701017929783556536507553291382986542462253468272075036067407459569581273837487178259185274731<br/> 6497058209518131290551924271028057302314555479362849901050929605584971237797898492183999703741589767<br/> 4154830708629145484724536724572622450131479992681684310464449439022250504859250834761894788889552527<br/> 898400988196200014868575640233136509145628127191354858275083907891469979019426224883789463551<br/> ==Bilangan prima Mersenne #23== 2<sup>11213</sup>&minus;1 = 2814112013697373133393152975842584191818662382013600787892419349345515176682276313810715094745633257<br/> 0741987893085350715373424450164188818017893905487094143918572575715657587064784183567470706746334971<br/> 8805305087541682162432568055582607111069194660746087305696536083057159024277493422686618396630918543<br/> 3462514537484258655982386235046029227507801410907163348439547781093397260096909677091843944555754221<br/> 1154773437602069796500670878849934780129772778785328074322365540209315718023104299231675884324570361<br/> 0411085096043976903845036551402234962538366575120716966169735273223611192684645475170173452701137914<br/> 8175107820821297628946795631098960767492250494834254073334414121627833939461539212528932010726136689<br/> 2936888156654916713951747104526637091757536037741568557665153138276137272816966926335296663637872865<br/> 3976994160910777718359333600268012451763345149043959832482383645725121940639143263563922560455604239<br/> 6004307799361927379900586400420763092320813392262492942076312933268033818471555255820639308889948665<br/> 5702024038158563135789497797670462618453279567257672892052623117520147862478133318340150844753867605<br/> 2661221734057972123741448580372535546302200953630100814586752470460461886203909355520619532824095189<br/> 5107040793284825095462530151872823997171764140663315804309008611942578380931064748991594407476328437<br/> 7858488254239211706149382940294832571629792993889406958773754489480811083452933943278084527297898341<br/> 3514019391241966179948879521032823811274221870063454114974365728723284342636934880487899347196240339<br/> 3967857676150371600196650252168250117793178488012000505422821362550520509209724459895852366827477851<br/> 6191905032548531150294031321789890051957511943013402772827303906836511205878950601987531218821877886<br/> 5702400729178418651858997778851030674394589610864525876641569282566417447061615330514485227388454963<br/> 5059255410606458427323864109506687636314447514269094932953219924212594695157655009158521173420923275<br/> 8820633276254086179630329620335725635536040560978321115475359089884338169197476158171616066205573070<br/> 0037719473001343181556075015902784216490142254457122454693679323497089495466842543641234778537619431<br/> 0030139080568383420772628618722646109707506566928102800033961704343991962002059794565527774913883237<br/> 7567927200655437686407921774415592782723508230928436835343966791502296761018342437878204200872740286<br/> 1721268457638873360576949122410986659257736066624146728015898860552348634588088222785550570630927634<br/> 9415034547677180618296352866263005509222254318459768194126727603047460344175581029298320171226355234<br/> 4396768163099191275742063348077190218754138915808715290491878293084121334009104197563130215404784366<br/> 0417844675773899863208358620799223408516263437540677116970732321398828494377912217198595360589790229<br/> 1781768286548287878180415060635460047164104095483777201737468873324068550430695826210304316336385311<br/> 3840934900213323724634633739774274058966738275442031285748745819603352320056372293195923692881713752<br/> 7670226045091173506950402501666775521493207364365419948847701036390937200575789998958077577512662111<br/> 3057905717449417222016070530243916116705990451304256206318289297738303095152430549772239514964821601<br/> 8386288614463019360177105467775031092630309947473976185762073734477254414271353624283608636693271576<br/> 3598304544797181671880163986954752514630565557184371791687566914032072497856858671852758660243960233<br/> 5283513944980064327030278104224144971883680541689784796267391476087696392191<br/> ==Bilangan prima Mersenne #24== 2<sup>19937</sup>&minus;1 = 4315424797388162648055235516337919839053935043226711505165250541403330680137658091130451362931858466<br/> 5545269938257648835317902217334584413909528269154609168019007875343741396296801920114486480902661414<br/> 3184432769803000667281049840954515881760771329698437621346217903963913412852056276196005131066463766<br/> 4861599423667548653748024196435029593516866236390904794834769231397830137782078571241905447433284452<br/> 9183172973242310888265081321626469451077707812282829444775022680488057820028764659399164766265200900<br/> 5614958003440543536903898628940617928720111208336148084474829135473283672778795656483078469091169458<br/> 6623016970240126024018702874665003344577457031543129299602518778079011937590286317108414964247337898<br/> 6267503308961374905766340905289572290016038000571630875191373979555047468154333253474991046248132504<br/> 5163417965514705754814592008594726148362138755571168644457897508862779964873043084504842234206292665<br/> 1855602433933919084436892101842484467704272766460185291492527728092269753842677025733392895440120546<br/> 5895610347658855386633902546289962132643282425748035786233580608154696546932563833327670769899439774<br/> 8885266872785274510029630591469638757154257355344759797344631006783673933274021499309687782967413915<br/> 1459960237421362989872061143141040214723899809096281891589064569393448333099416963229587799584899336<br/> 6747014871763494805549996163051541225403465297007721146231355704081493098663065733677191172853987095<br/> 7481678162560842128233801686253345864312540346708061352735432707144788768618619833207772806448066911<br/> 2571319726258176315131359642954776357636783701934983517846214429496075719091805462511414366638418943<br/> 3852576452289347652454631535740468786228945885654608562058042468987372436921445092315377698407168198<br/> 3765382377486141962070415481063793651231928179990066217664671671134716327154817958770053826943934004<br/> 0306170045769113534918787488892342934934014517057171618112579588888927749542697714991454962391639401<br/> 4822985025331651511431278802009056808456506818877266609831636883884905621822262933986548645669080672<br/> 1917047404088913498356856624280632311985204368263294152907529727983434294465099922063687813671540917<br/> 0265577272739132942427752934908260058588476652315095741707783191001616847568565867319286088207017976<br/> 0307269849987354836042371734660257694347235506301744118874141292438958141549100609752216882230887611<br/> 4319964723308423801371109274494835578150375868496445857499177728699267442183696211376751010832785437<br/> 9408174909409104308409677414470843632427947689205620042722796163866914980548983112124467639993195537<br/> 1484012886360748706479568669048574782855217054740113945929622177502575565811067452201448981991968635<br/> 9653615516812739827407601388996388203187763036687627301575846400427988806918626402686126861808838749<br/> 3957381812502227968993026744625577395954246983163786300017127922715140603412990218157065965053260077<br/> 5823677398182129087394449859182749999007223592423334567850671186568839186747704960016277540625331440<br/> 6190191299837899147125153652003360579935086016788076875685623778570952555413049029271922201841725023<br/> 5712444991187021064269456506138491937347432450396626779903840238678168680996201587909058654942350469<br/> 9190743519551043722544515740967829084336025938225780730880273855261551972044075620326780624448803490<br/> 9982321612316877947156134057932495455095280525180101230872587789741158170482455889714385967544080813<br/> 1343837550298872673952337529664161550140609160798322923982724061478325289247971651993698951918780868<br/> 1221191641747710902480633491091704827441228281186632445907145787138351234842261380074621914004818152<br/> 3866660431333448750679035828382835626880832365754820684796395463838195321745225026823724413632757658<br/> 7560911978365329831206670821714931677356434037928972439398674413989185541661229573935666861265827123<br/> 4696438377122838998040199739078061443675415671078463404673702403777653478173367084844734702056866636<br/> 1581380036922533822099094664695919301616260979205087421756703065051395428607508061598353575410321470<br/> 9508427846105670136773979493202420299870773101769258204621070221251412042932253043178961626704777611<br/> 5123597935404147084870985465426502772057300900333847905334250604119503030001704002887892941404603345<br/> 8699263675013550949427505525915816399805231906796107849935808966832992976812624423140086570334218680<br/> 9455174050644882903920731671130769513189229659350901862309481055751956030524078716380921916443375451<br/> 4863301000915916985856242176563624771328981678548246297376249530251360363412768366456175077031977457<br/> 5349128064331765399959943433081184701471587128161493944212766142282629099500557469810532066100015602<br/> 9578465661619325226941202683115950894967151384519588321714798274887926185141781997903441728559860772<br/> 7220866677680426090308754823803345446566305619241308374452754668143015487710877728011086004325892262<br/> 2594139682852834970455710627577014217615652627251534074076254051499319894944591064146605343053785767<br/> 0986252004986488096114486925860347371436365919401396270636685138929969286949180517255681850829882495<br/> 4954815796063169517658741420159798754273428026723452481263569157307213153739781041627653715078598504<br/> 1547972876631229467113481585294188164328250444666927811374744948983850643757875073764963451486253063<br/> 8339155514569008789195531599446294449323524881759990711913575593338212170619147718505493663221115722<br/> 2920331148502487563303118018805685073569841580518118710778653953571296014372940865270407021924383167<br/> 2903232315679122894194862405940390744523216780193818712190921554607684445735785595136133042422061513<br/> 5645751393727093900970723782710124585383767833816102339758685489423069609154024998790745346131192396<br/> 3852950754758058205625956600817743007191746812655955021747670922460866747744520875607859062334750627<br/> 0983285934800677894561696024943928137634956575998474857735539909575573132008090408300364464922194099<br/> 3409694873054749430121616568675073574955588234030398987467297545506095773692155919548081551403591570<br/> 7129930057027117286252843197413312307617886797506784260195436760305990340708481464607278955495487742<br/> 1407535706212171982521929788697869167346256184301754549038641115854295045699209056367415390309680414<br/> 71<br/> ==Bilangan prima Mersenne #25== 2<sup>21701</sup>&minus;1 = 4486791661190433347949514103615917787272090237293886130103648044751278560915805363716201839592018310<br/> 8689149613973035533621134551674715287880007134345347194681025732056939825423723521750452980127215084<br/> 2995272668757068920072627984688251856815321429857206372902993137263444632574164493445098351024588167<br/> 8901639494589369670516850243618023225955167260329538918636443704568135069759086219804711890122535260<br/> 9650331560624641680529360950276322519541199378781611887950368067065467094570602703933944508795918017<br/> 9736113267982743384039648254487452704343932588659353118262702812913017675373620735604717067960180869<br/> 8618819230547730826314303368930940240111602318421873986179317338167429362403908014644653316789314240<br/> 3441626243986354829868152963856856097613981370008545290902178852760181267516916666189196652889272405<br/> 4575480157275832239363896906239482686297384065953425368817706211940988842990422225102051989074276512<br/> 6959086648902084933159318354473037843867361990544107561966536209408770041758347220423933576177126061<br/> 5063239687136058218014855376128809648109025328444692060981149171853122623214490315199270347679840250<br/> 6504466243611586327126073718204410761290405760761564139819664433841749359455575892695505513844442496<br/> 4173858932643106235024425974988849542756111313812537354674957108921297705553410530631766803652545011<br/> 5619994704703080975001831039096328170193148671686659220369588362291591980963840251182084839045643052<br/> 5809458761986972542352947185837167881659762285573752842609723773462446853236203269278121288691228046<br/> 4491770794318638447605771181055822865312057280180993825070231178932014297921317506874659852534317769<br/> 4757992501015403459055756096150131796369342571712916973547166474698856592132612717244249685861542410<br/> 5976103547295501253805844971090564639919264483572232090088277647132202284397757572307555166586140282<br/> 9296094752270945675119975226842438308419031676997582896940816151292973116618877463197394261300350532<br/> 8030528435929861943028814647224393409604332129915709479716480001751152901047730022099226496393622633<br/> 3454050093611469551563389634481137856461309799339035379297516197686695505630024237061612366915362995<br/> 7730544211605591046268240572830493302269563487603354791811717670443165137272975361148520795728309760<br/> 7765933169252913861287726833830000755907168496373643201886627226059186824987046158950280121480310106<br/> 2208217608651205629204397566580811536177263527091318013871586725598473961011785486552173088901587886<br/> 0932432642791917812170832604266985767528270960967792953278073806000170555741123856494597287359211013<br/> 1239116174462947424279402757853073650206058072089139080813381552120237889176959032725532187981806390<br/> 1889766119669233837800805895711803041279537634268724588940031764407334481307843207608582503577201636<br/> 9730815188469726917304803914235111646000934113546568255979545140706575716471268289268434039992799684<br/> 1540378943787439234382545562253973300003977291497945580368468642313784723553952911754115108385290054<br/> 8655637845231613259111843384039750925611825414884470597441712363488652928979195070962474324857427580<br/> 9670985213255324368708800263663735688364720928138446646834866147353947767611471395239057428387113864<br/> 3608927689646270265436227072361361556969326026972555137795806131512078396392381117163021488319719122<br/> 9539672418496500356865168976365328298294135594382710789096480125468181558306706497310259245610520795<br/> 1836551169131591035954957809854202185085886019569497663035136607427812945110179293764408550439527558<br/> 9852388064138602439346909569031381270272833205694814223411334423565977453887542395353485301546284835<br/> 3277020068736893276116304379664911400779518401549725902434165123805876099001114708257673106769394419<br/> 4282683442761299775689234066920340874365922446663372321259665041724973082521511830357701127276858129<br/> 3371366148392778532335573122542905472394542069919985611732624482347646980930805586007081976261003097<br/> 9631988128828737826213774639266687864982049224478021366073985525267662272051243100080566329193635531<br/> 9496671705670944669080905362502065721841983654762461859537535203901870544906295903703892528455667511<br/> 6361168237279922207920794703117075921951295707710873733317931433110923531405719416365240907518118794<br/> 0967754623244234342503717114209475535715559084657925806450898706151118659335538090035527069944997487<br/> 0691789988908289122501625775345322970590639748309683645967764075070105112764913681551144502167756841<br/> 4826304009394300853762240103073543616073297109679097852591173721376034038403903797326084264850909622<br/> 9242651418406848837986951238985306017136279179345812060835283733693719528557879863681940899091530377<br/> 6031168373058432938426749218951088422975390390680898899352325943760690194403983882331522548871187135<br/> 5530334671879703287493612171018890720047791219983006575690550227543246901734749051876793980240930546<br/> 4476555154058606155661823395685005260806853580569160788772184415359287162675604181325951025175229289<br/> 8135383307406724693311157087329533181550172577124138369860510580228676892486138274165227117953806462<br/> 5778814288737402101220075694269814240934893379113612806306410045157701609671517543787442511524203121<br/> 2930232605983756101369322879244684735696268932928639595066115591815142002936254786349652301876009932<br/> 0486073674792105601435965219660698932532075508235690163066924068868550517444551573915101718569640158<br/> 2807173431580481627122423292641208991071222953038343766541925054971737959169869292375645057151727543<br/> 4701062065311357351541361151443000158730804485703555961373213800627488813320314721428230249495100224<br/> 0937017771299423528970279049025582694144177432161877257645529825061998835495561476320079381172899720<br/> 4477597638052792510878225745663494703701392574625552528908681553926116252158243953964293657171414581<br/> 3418235473464680742897726459461048411808013336215121505986255941954016019333689732920909454359533018<br/> 7520282832284813866387182253051679058714445133917941120332813488432789225262118290180024463097960987<br/> 6813374281202935998128401633959108387881070976339195584757402099414224321539543476019604874975720230<br/> 1277031727328614477186919610989759423327526331670635129601127001540752093821555516955032826893294297<br/> 8934650317635100752860984174373608404240809401585091096461848280564964026939416500676021037081798285<br/> 0495571836159005709917919149733735278914364020463842602726375487527643414975692020200079346255666615<br/> 1665152582919393134339122226146212420141533650372868336629211862904235477896637837854678930126380410<br/> 8214378548739886648799234117994850433866778125594541347246524623119488140131607162842728171304224786<br/> 9185631200192333698966933544361629391311041730956501694662754558875644345191269279600693551809271956<br/> 450264294092857410828353511882751<br/> ==Bilangan prima Mersenne #26== 2<sup>23209</sup>&minus;1 = 4028741157789887781818733290715917677224385068916224200410299635786945952408874008676398614614665371<br/> 0383329941358659235907550594256021538420320239250528294964596654681298670246293679559813925886213430<br/> 5524073117514011710850957577155764134526698071154024866570291655743611106521552616792435986397703408<br/> 6242753262745140776033810648241291056636072137174733071761563227696645437427679839693184593840599383<br/> 7987806027557293129788208526372882811767972047853647539734797508580059680824143812665396814199720775<br/> 8226940295714228111203845566219741262180987691210467038513314695804493896376930579454464107580662751<br/> 0955641437922533501494469633270621648650682845269469537879488659773164360041630376701562889816216754<br/> 1572912513743928671488349889985664771332548902716593417864182667160031490820770758191302867762733687<br/> 3027019891101782199420387568674902708563560335665422249993344641004256625323906242830818468942899074<br/> 2349499939138597297565091489407937622350523978994767472433544821423418185666750799719662904545551001<br/> 0679483112287331693919068780707807606950753444454378301317518309933830186849524946035143773262913914<br/> 6367120478550987016051281632788132605645720897509405100164087829546634973283901954415020317318121023<br/> 3434214421009242406304491625683205422660250291638987092995199313646011291485509185885005430715674826<br/> 9203897920712116518459585797265079406772176666330487755287753073551254183125465722116368852001048132<br/> 6670262947292075214957731951219393131136071700066722769000670606191390991061973242967512911264351947<br/> 0432969800841665528609874717166187763102673117992818498256345720945863515689800012700076995002293116<br/> 9996515715951766568283142894919438882381343566959745753486746062073742490155901146647373906755242031<br/> 4197465985734592045469444007987504268282567422361912607903782885199294253733275346340104383835614315<br/> 8894195357612153024339317466508455943366947037038077373071649628159782861008338286412064365386598078<br/> 4692175014191450863232860153986451438466586875171107898071489723816718058172861675306250751174724924<br/> 5808005997622111641863200180907569048105964570792432318670249656718941478701386677886972338475477550<br/> 7562780489087458558571403961608409156400001529427570675790801059481007912360061138160272949540235176<br/> 5754522936841021156989743630280325323625683480217470812920838088158232249787426049746518032656537735<br/> 6632463319881488797716878813402070865003833358109311401638399789940308755319571548916779442616446407<br/> 6243984359747372548595672163303072512413561039826923076718844384203996647120457477173498533262791864<br/> 9692662747670283536561663512039529809499681349464029253764502596480676361796075753431759990654518628<br/> 5779936362239640963157278962749735238734018031963137162294519353089671616839856140612934423376292800<br/> 3570023379482911952318919163192545876380237199917398941353576675090388906937622402919803365510062430<br/> 8247503737427045463405558995482952926765329443125591968186626470815051518212086700720626622441357857<br/> 8766316288292200080204069908595880864904593530195791992836066271397322016336401432076989173442258953<br/> 6470324305588771518925248525541461671468838537699105612463206947055124570889217119786440567031357709<br/> 4738663472978765024173697554322425514722377074162976565017144454111534118657716426700966652177840400<br/> 7908942572204437357536447013202320449087374359119884688896570653153635965699349888166816675325403419<br/> 7399230120692850477507080580983695461480665305127059225057633393639734487435512752836286568346704027<br/> 7033890120353882586388527337272529680233117571122695445036349335578239641690123655409522440844851515<br/> 4810718941778144253019735772286555494888482992676834736600663066924318505506867453994455209613903356<br/> 6613815513031707076970665596945668210684476806505097460353844057389689522952708316284767136020968132<br/> 0052166229770222864138303772012744507729541652286725108625930892425694913054648252920510706702326389<br/> 2250887651080363021211434271433397608989308330364300732585576535892044008832875413115983363441152995<br/> 3918933686578917790649641686436042332774230021602824086505623560137375330537862115987368055570643448<br/> 8664079585221580109298864192394145593692823239955823509827082153492653110351340097008124029892110581<br/> 1469814438250610289016969531556231773644918713398451013610901563088260312670567852392406888546913219<br/> 4085851583130600527208280199569403550998247082238995498157197338242163511583218466756077718103341385<br/> 7160655904157765106059858641094524241435101057101365334202909514179370387940205512396293869817982858<br/> 4589043431623461565217092474712504108095507185137084361406290374948975337884073889633379670194520143<br/> 1625055359824805572407456507895042339937760487109650807388574164849885310033808958031147023861713934<br/> 7091804873541481838039245807119326864157984193826793548100978606147490699272167835318448719485024999<br/> 0636982112425783667423987765795687026140087895862977235482997376826723315374113237914901333805371711<br/> 7414334978517368320699926538558700025535691868406590986072170339478041444167459280194240986921564351<br/> 1998397650823181631838937922195762880843293326015802569692130149889856075048804362100069485396073838<br/> 8398663132023687388772635827865444684904043842288121464832536246661065981285950218766526563040447477<br/> 1953295137326410904954981775698362338904647988430053077260032166769814484339118143581878309975624261<br/> 9763936377048473380949365998918337881431961023816361930620858134690116948733230732499928981637440392<br/> 9506251166966203697910688044201904373375047065577539903412318702343216051705155579477611929334487133<br/> 3863636808017951059653770973172177406290676361151943803318728505166487354346076766315227457339226914<br/> 4056818971744620021379034199200600241092469942996433550737726490057174886308000943528027580668323191<br/> 9932634328199443166043464046805502904952823468304240431789051431145750174780573029159376608897423116<br/> 6577546469933772520589965843170211865178595454029485546408158125801118121357192440949277776051389182<br/> 4057453481356186250033065424457178881237852092706478343512298585472603847273006210184515624169201602<br/> 4941211265239314166182038758409312685384765540405212510964896838371037304156419933879530352086544022<br/> 5351097896020277472236508588534826716481017553654813542280918638050116215788838756694049033550898885<br/> 4937620872368209056434110293047522816331305921595927122608194984847788935333747068467780192874632825<br/> 2980236259643089082064765819268977684271297091434221420402203204816051843790924312901306330991292496<br/> 8027443638983966134077821966796123835494156105697838915269193963360774619164160106666838224810309666<br/> 4669424153337286342893578253717186764464082971994220223325258494521111456166957050126107945417441908<br/> 6577258210544440106662438203017786099053725933264345420108025868071488561671372008089600018372791881<br/> 2070126961109457756146946507375185423225562966409772939358942144148694388553587536060033970016379070<br/> 8335378070743477961387712624909803349356571826830557157818270369312208954344574378602640578616367745<br/> 3587602709733484635893390989079294709002676276094965852942303062635499907856117575009515746557862539<br/> 764756574427752110896827606786025282039152876055050854511817293890036743355523779264511<br/> ==Bilangan prima Mersenne #27== 2<sup>44497</sup>&minus;1 = 8545098243036338031933007053184030365099015913040210583432692582822900647821676358562005000144576458<br/> 6148131529525322367493834050222564143679429483628661393367192283872234928618505445379948491970281406<br/> 6298682412853022594582702532253637046393573819102339382603546705057592743425373988510067594258489091<br/> 8826528169842304813392310893705975224296579622210236253897868384762225627009375728494936567783097098<br/> 4890261155981748182164856299141430118685263110991962801450689187993826991987637504147605457048039381<br/> 7802067642573802934320804004689212061263134937191146939217967863913998340450302066353316060446899821<br/> 9600169651494552474512568661204164558377852378894427367166228636947990631479724219151372811852236394<br/> 8553093908070070396563052428480369632952259456017856523100642835591426445580953590482718456788197075<br/> 2815068646412535212946406293446404577519747900684536609902072584992617981311048365318249332003277695<br/> 7273342392487560229193230298811170427442121068224481670906888162680584196178230503628068716441950949<br/> 8916402784273120031353652875289877862567447354927840677318519712072487344098119928604499876105419523<br/> 1373956949189989191876556229344730115045091462226103168618834097344609997156610133228831405954118698<br/> 3973608678369384512670266266590918439881807732794360864901796502843005576922341834764429846463091830<br/> 7275723297410022229911638949193869166402682161095387003213374949182998363445625100201876791107734199<br/> 8982406542117192442961159639187837594167906896813306451433188950986000602255947701445471051471124124<br/> 8484336829214745749720575068214150684678501124818809203316307200136273429717962200981466252531259013<br/> 3798038623481762989871070817615829869313314921416639943165627723116460023752736726677667987086578579<br/> 7830236117277818351059865801588376786510903900434642861824307368660843525509146180113489215970253073<br/> 1345369323345932633434286573386273784921786777977849042729418318134604348292381228571121858661612351<br/> 7337989610273076776142355839317816622471562095275865359123258606513093161223596102449595505257631378<br/> 5415587572218003004463096123010675460429586233582774784375746614062343087428887376655420063237888060<br/> 8631989480040604357707271032540165516719809796709244397686970277891575974508206254271409670848762533<br/> 3043290708236261620805834317734513801881283302993366020041817811306799871942628267417602953705694667<br/> 6010743381949863248322018120347951203883971813116798180480041145250934319940195212376997070020403473<br/> 2406184275123955659940176392676423875903522706234038414093987781979650528188804941226798796374509829<br/> 2987255988062388451466219669456774402794013003817992018259524822002996054583606843783653722042115186<br/> 5495276144874163510998224619086027469138960543563366461310280362835876324827709909151758836738659026<br/> 3469833549071585337411720085573472891918341188743445072117063997284882801647199419185485969964100640<br/> 7411283551674645401444064014769996679200163664907849204949729999203701072250276712361467457020832508<br/> 5786203978913246013088500640052780403783197363796495378941014322353383867757116808444859236033884177<br/> 5034886947463602630810775184952786726730076877146338146750740814039277084490525823622419436972062872<br/> 3658720856229364135609456618525515788779451753217328311183300030202561300521340548225287814907026520<br/> 5440373545426910161611341185559050988906020137614109481965847736796392112521375419675323000779270489<br/> 3409238065430509568275590321367288284256499163231600415098932399539296505895448646461690095681259701<br/> 2933138966840997303390729744599907618665109576531031106104368289656901620969453699613626647019156940<br/> 8033323541694057386738735231465391417715857531488577897250851792909910169470724853261427849940549334<br/> 3058964755928239926564583479938842145750742968146768744649711972156499745067240589160415089160491697<br/> 0745516543868362735182402123217384765017500956924684458533976433144403987971559593528051564089748125<br/> 7047884715263635621831312250733095244741473379412994928937246504471873360093422945901669688636733052<br/> 8722151883926683438705183322173579806860706093205544809105237955539422589009486006438315537851273821<br/> 9699254333814414178419800245490027144309168275657461668575324056608338450591198664472083873879654075<br/> 4497874824089314354427768560390125821906974331377915589874833096832220364826214637532467443257219325<br/> 3735425956321688681968456623145352577457405406900887212589323757269267807660429605225702623919447422<br/> 9182750052471961815220470664128935352703925044595167438714096420297977152569166792363551533312824086<br/> 8122085666451405605834956472406582298196815961996323161565850516941679845809803706388743206005082498<br/> 2879088284471424686126989425137754171119488405175107174441584153114258722355049122929009315302945400<br/> 1252926062522394758418678709106527099702611938642240709905768752269224344552855980436514951929936636<br/> 0636524787812055597948447738733157386435933019181691527123300142439165132639220658338166882600717005<br/> 9460570681095081902891690778005898550309398494143056099383244210656853427873351226289438932247375588<br/> 0095529123016235447370366826941824687645005145909872994968642761699131034625846780771420049329463495<br/> 4267280195055460982624792493147249023081291160699372476860084646890874325382990275414749482976830377<br/> 4199372534673576388659135081802866054097682406409048786086872846905780970841899439669912035763271629<br/> 8183447375694667990279960155640322703599773340846305188287804064860590348994350099009042881728213656<br/> 2244543138227751934870681977529470093118307377797864388134866337375506717466865840299561391687595163<br/> 8148710732575162371389530847397413210465125198987830559851375629099868628228214186979092186183758247<br/> 7624359612963557679935999936934408592348071769869957349194726691723831613659469751574888413284439681<br/> 4671847273719744879357852879547726224395778018791817246412295326838150979939296919653496539270225341<br/> 8260377147555923015002062793661603211014334765381682118777782892363824928395078163090541019968078819<br/> 6599025114406053158326966733250363984727128933120543136606406953088382089986870670943683648184878969<br/> 0764673023862695740597045358606957928324456815766130005846385401900094395353684780895776336253796523<br/> 7820756796130249683392901758138653877932553617428477840299921105889493405567416436638468697750184781<br/> 1839444336525079329981750624460353640851581050445608565668118348476690963250411915910185778621308437<br/> 0375778253371993950568270608368720255920096107484259695785002799244185251870094775729333995933499076<br/> 2573796010750259397593822826144847102862555499327453759526961092930411189297941237551683542757193673<br/> 6514115422368257727475698693980166635387898271241967204789582795142156360130421935293920161728194513<br/> 0711444593498910500078357202775578698708417758650476732444321615389586337183178052363104577036667976<br/> 9817943797751372549746991255216638059996525455419360357233898260568126176467797542779450476441166098<br/> 2832973679043639351741328825155889804551474944590642319432370630641411936662974790748128737394083284<br/> 2913969451233186914869606743291916409591019592632025299628197611384253264924748540717955006148011213<br/> 1963309733381733583507313303588011766870558206670073162064851742949807196815806110075763663155668179<br/> 8867667662981806971432222685171350105667670369369188242468994823428299097568967222651834347055097417<br/> 4195976295776513379484342672440028765751071277361281234011824451864987118511900268023620660925537819<br/> 5990171232232401952220370271615597853719682023122892223797160232801997625032033458423644758731654437<br/> 1199612163721865601407710993828763446264191123764366149873092499747847779830730610797297576502169776<br/> 4315038032227248049476011713075846328424181343680728329020299532724418468785014598773583912750973647<br/> 9023344560531033472369566796064821721452643071566985599262860471785037419495135404480386049800581348<br/> 0331896186784731792410641130542882206045545703462399347808187311204087994928431869910641686552149261<br/> 4531231783253320962518186939715705143181582332451403715983077334128673665133436729743874451580776248<br/> 8332762870033909012172610363645349459485975782670691972896161422548910350952459164841206860352903159<br/> 2421400424622285171578002623050220001230490565459980804438329363993061071276845276218827213552684893<br/> 7482560309725734239359041881081604932493295818851065897194460578664420343244668944218859930843009169<br/> 1514164397478549961324803846428232393751042656908296033137639788776335924436811564872260340070478649<br/> 5505539617149452362493152601086524782868042224415382751787492829862274260527578571918679985950597930<br/> 8352491593626969988121413269340766953822202945692532342274077693139016760771380343305198289191630235<br/> 1238881304565004457729729465185343376474903501651701465433251022023459059517209380633415221328658256<br/> 0015904004321317422594037838516233510525493306002477377116720950900933852100523276958876659251816569<br/> 7175352104674517670696569105465127985627784868398418070770887556648506376679874586510201116038731912<br/> 1126143819829890151732518870692245960148193122767296725734654580645493650155001153284486777121793572<br/> 8692517276380912171040501275955833675779498789506191997771297574643200496889810068611837684823691781<br/> 8928054045219935018646614556888891673782521226109539876603853518249396964141573474411786178864152187<br/> 2310728726818324266174080415618260832770829965049799051215767297618826741660629819618402059289921495<br/> 0312206879134805947011095817651142326991327603773468175374573342815663708943893273993369643235668266<br/> 8732464139632035094818062195320955001580567851453434840805453125631107205858205890026353091573367671<br/> 7201250162439835733969563931157528056463253080117072765336420863845049611806746981391709205170605180<br/> 6492090557249292205719608119623768274516420584600103231342031968653727643254034507136763227405490746<br/> 6295796072834575234227652980765772996039382235258886338751540189442236614051487377368191871254652241<br/> 5405283338036709315811863986807318354486657595424761671804533753551507284143823957942127454371661155<br/> 3536704826395776844150504731973490317617635358399969327109947107001685544248857454693282542472940866<br/> 6367431733711263035317370459792311926982579362304589031818587148975192530703366798574784205700976688<br/> 9751371707027040921225655610675353985610477702881428913336435405860941919428810988858611706766144952<br/> 1621766322496962560449474975284152680956233270513059522769466413667023345788017792725435789228028350<br/> 1771674153340181295757185220624956488625960241342854349445359997526435561960392392589534148436324133<br/> 2210480855642128380304168376633357409493890237676304106677561959230002896010317005074065957512847787<br/> 1461794181740799514399674478628742043156165431460153631641977372208677789390230055781454469072615352<br/> 4427504853234241083524047092443029212029099057510938541927161209092151527496660113715920637523480328<br/> 4309897427448101182751788022732499443796719418346610498104248244843355548543003324547523823825753877<br/> 8536250396934904820722802237860032107724242727355957759621670595497838557747683248176769869101996936<br/> 3764124908054104431258135562309403229995669410507869061560001668799471259677428825587266421236272771<br/> 3565489667319209259358276058955259449583905577751881825994307739763294373606272628694645372713954111<br/> 2763529510255310608863064434889524537804698808228199130012543570698057775838274869632065171062988937<br/> 8007269601604348150095922464466723718089944069302233407247100092030141634979668048628892544474704539<br/> 9806779592530453776900899174919209421357940673310691748358780473557630699169105058567448672284788195<br/> 5207651022032122114422511531155690262132015158094063153145482356620752891978753896071073113439725144<br/> 6863301951561400004159243550508846994979870220021654014363061263907055278823448015537418189345262220<br/> 8321010548621939009827567809666827984882618626030734065904671811486769852779206493767177802783209669<br/> 5841735916368644160360633818829211450682109163209140660219178347576786394979819192039130303782363544<br/> 0366852329792530304401282072217590937306513920702609468017126262860885494045694567006749197056309580<br/> 6433729851779889390295662390144586316599244433816941255298376494346005659811924248441449405962071321<br/> 6449057751576923920635773463356745250842575808551807372250074578891032927608366217430799701982166239<br/> 6368784000485410203494746501418379420966077237082321290470478615887034185693579996771486215404804695<br/> 4811224815715137042808526270121862674699916359816856408894733734758940978719075353512731556612952607<br/> 1537275678278036642085419722459622393183247728386085055697841075161667957040120297919579350867922927<br/> 0695813501332563153166070154095763822082051684399748732729553965958532985987911797902110713318155368<br/> 5582662145899183160733704894572221864142486412665825779350197782684268805844425849723735061349824699<br/> 6015375908375824333322026588931739469866674271743046763475349764550691147301750827205012232508882550<br/> 3782634226189081418110360232044483094917122073348832945196558930045450606186630066464264923682396019<br/> 1461235578204944100110411053520292483089413567596910929888137080832814722692866272761520718175205260<br/> 2364293079005160296017109669826614588795244671497270962312133608880028746971546134419514434347667783<br/> 2930394086124235564902368800329544881012516861962147429738421449344065429019424751594247732152478118<br/> 4534081072433775293642743525019042965658368990034893453680130529207756776266385588874578263062489301<br/> 7160824929027362119214757845842027575404193436428087327757634834088383087778995235185173536842583770<br/> 4493979337701560295930387002196518418354534911347404051951004651581481820521681180801097862520366245<br/> 1525352534451739134415034240926832206564016893505156584693553954080172185471910744296397835990948993<br/> 20410039863575946472558059877105808942471773922977396345497637789562340536844867686961011228671<br/> ==Bilangan prima Mersenne #28== 2<sup>86243</sup>&minus;1 = 5369279955027563215223382779929453006110209940421240059156786394433534629821034798964395551413140596<br/> 0132969686863720799458820182979327264829835513955207750250092259767500656880657625953753768231959885<br/> 5314496743600281878930967212777337934230178148258662115597931785154398198787464683485718104780447556<br/> 4549384742902614533220314648067170517280043873263763154262741610492769197017917851623023986217898002<br/> 2273656747657675108692204225243781585757695021681093658155129054983637914314761607170758595843973261<br/> 4803273694744410702078517433498695993129289109929108098912546091583458483945663710856228742769646421<br/> 7860425939550487751865303520815102788933803315773670004365620400540620215908404111861813304139597588<br/> 1170358312553233296644425654649532435831892411411361193895499052761669901083226070209333356077162951<br/> 4785812406351425854817578378181247641432895384069007353009301410156167303507784506444595829666651556<br/> 0881012060218692051434086120308047848091991882470072674844800044631885476890571341650816356269637298<br/> 7773877452574728817673940369241712516874511694266328502730180870261493079709073274544697014037045750<br/> 8109459814813547883216727381970474831210805511336197835126822276448269607696213660208306834614842876<br/> 4931438653388584327784471903340483792480430458687150143450861157323930854795590994421891901287038520<br/> 6534634378792522037118062484392223330278012134636738746810332340007634718850657155282774709380352040<br/> 3943466763721458550107336155592436331036436133828607706547415861213048163637714599404676701242914570<br/> 2545968908393014617402636349483973263304567132119570655027115539024911523100868801940821833392736952<br/> 0187369075401573400194433631201214499707331547767936197166422917898705317207353668651376871099262358<br/> 5843767413241216221204556242033980012771483270065493014924235074995321651948200630055767532506955633<br/> 2867048356376992409879928829190125473112029546545085347095970594948285666436532259866710347973368132<br/> 0605253735927270540443058923189960735894342227072406932046111229142804583927423284462862766589528418<br/> 8603708277867418525677743342878082962691720031604050016860082177587425087826149146490740507378438842<br/> 8541237236473268296578281726928568822160252766601506647531927570031667819646925747585531983471242988<br/> 0422448210817204715792085868515651709589834953102638731990480581587607677840066844242448274018482516<br/> 7003623109522426448145539027756151588913117656396633569200412173077578357271934849727160214821988278<br/> 2826160026766019288503392869200279298402942392879904494877406118472372725228953015399230170961057766<br/> 4783778888293527554385171975133819336184146821511146961519820003956227601991611760396738644504338177<br/> 9988866697399348378689587613055776334831706231800182765322758074542702792122119522411888655613582981<br/> 2126579157774753292552617493152446503034786981885896244301653780717714918239914544940475034396898872<br/> 9642678213749235312266643696921540723271859646193110296018122468044058424501343997488725207973831731<br/> 1620326677939530171469499293922064964806117804016036669916116941446344337128897338111536161036637023<br/> 3919714170784749209755914673122164226989618926074786505914030675842591566059864232908279815083961426<br/> 9017093977558133358541364331430461850723139810158026779393218216001496978797039458669950996849738018<br/> 3558149127952744618559683842028766311071536735152446136671966171341157412636218981595068449801980979<br/> 4324268107938699086524966791071442688716350597595103091252530191348863456717213762806903491553668404<br/> 2546012891474722506933590985681997749287576612891431400692079072208476522647728958493379601361633891<br/> 3540803350170929241165841379498915341948850672417039514954437150651945331235178407702840712814060356<br/> 6160248376695924053130081623918863609105506727708612400009563541342203935294922566298955358356726874<br/> 5700856004821315688515451990693120597489937286251519299602284913605140842206156379490626868838975673<br/> 5858720654980884782118493140641309389974499988187385397253453473004147517447122481189104627948782702<br/> 3394874008721263712128625366332460844732981885254713198418678365347500847433385274496506948109388489<br/> 8779505925078171782384179729582693921548438445726507512889855154119750330265712377030535894724397237<br/> 0817622314357766286824924664617312458079840237464049010300812676900067685437672407147649727255552381<br/> 1415088637266660242618608489314683344352631531976185401447633921285294374350177920534857856623865170<br/> 6770626680499795843289564038807669018955324606433218276386777098195970017717083000656309870250365244<br/> 8605598122697817372883405707747867972959373288245893404470638003685137502146442606080328822261302212<br/> 0588362360710372519408563938614767432952043242580785474970810558245399546757290943794399426383967879<br/> 6046672786046757673773106047459751612291975335962446183295551514449020292926666707413599048877493529<br/> 7133822706749690533265454154571252669459165486791637808926124267363628219605204427085629851380946059<br/> 2095307454207488393746845658709186560107700490002826847004749710605809375896602296601705964354796484<br/> 7376177402200987254676079351410103484173926251146993836966314178019040269410227328501981209084055014<br/> 9938731149252423036188856753632811618788461398238516051918802537503534413532591180842360460936223433<br/> 6347175290241889712274389183593137361201194877673740708561487950812231892555260368856212634662277016<br/> 3043288886221385756753304403169933351488615669879421572155136716422133136514829683344691234016779256<br/> 5467135738506197588641095778085680704224950017365935586652860867304590077169799315035232413675903120<br/> 7634785538191947007370896167076966370984128416124808562420060982084758151824030005647930196505124949<br/> 5980347034204320663489209870231864122693963430131950551588582892219061603231378351491484980910409630<br/> 5657990874530749656510503286932924317335081647078601846232831686502334824320486617475988469214204319<br/> 3480545481541381504846850479189939771034041007373967759749325874465774216556092778932644462462913749<br/> 5626851783231986747710750084803797845874331816583720627392532848047382692411495134720263002416760574<br/> 9927207753695042682035033385298594342916597234759945089523254791603358656320291583914646994925658408<br/> 3044270738519515207973232686797268147528410839544967639625638691126124568236150228417704835128133804<br/> 1137097515867587723464405675234224506704722221224366274635513030012276523168225406702672679393666366<br/> 3850979653046056856799537651892093190586095848175774915375109771173568208316540795984581536437782023<br/> 0314942580337651772875520499096658594870665092183540776620970231125043204967312269768022799527022177<br/> 9899030856160729439812199453855480482577954612989370456125839484181667900791819398240714018111418555<br/> 5871580912062798270238422352202348737749979193460762889122749496620883432710880473208594975042646898<br/> 1353538004148173019639788635997417108096135095407975151964916493648708493186836003361743821594454361<br/> 6531080783192373752207098067444512045585204508252551062259353224078670154032735358540678021203665252<br/> 8586631575094638981200558291245965173576612577295663306376423411163518798632820708680271902230690006<br/> 1523365514662218132902399439979447909249715501790696584302449391254777344442967034118481984872669977<br/> 4949479638664014587438581353858523759436110406696413223485024495175628325016685400946032067942764689<br/> 6072530767466081154944145857034751129244092617388266366115758774905917336936907561096833793983832960<br/> 1810124227768330221240638589788620597806869817436880217696614598249443750776829294582152921327984225<br/> 3019485024002993326083469726037568115021753712149077069157904969272836200436891120216340212270236382<br/> 0193538932269636419669294444832743201910449836686355597935558721703247943883452699305258811193420082<br/> 6264942924916093967119423396971356262482147253595582653994741441408820823799604639976587031006895460<br/> 4404120489133704360600354236312278578610783073833269495093228277278472040161588888478776605381130008<br/> 0603997247756424321157908617323866348403718505757111565532561071448093938089312978058846939719278574<br/> 7388466559836758788910687513698826870805453828100622895233748929640061278882804647001152931750622305<br/> 0535466440485996192976608160718047885295853996158074537827638202741351459063060208192036156432371328<br/> 4823393985321251072472774138198145431080963058703994216602291835183161974062655355248409267070487729<br/> 2708332320425042690156719037444165077928996146148100288449362498502947389834658395228864817756854999<br/> 9037308781562825831977566838838585795274038889421757836072497091418026095036945894455170038810542662<br/> 0089720448795057760107937954453403413893839838527503828883132228758871841351519183895034819163617352<br/> 3483967839626543118923661041197126875374333352404282539379544204138847399364541924147100886166229041<br/> 5214200582232298626701519524289788783337292504977044022101449443995072406814783500469364890217033725<br/> 8473711865954345519961609814273903055967301542136502171275942334896856160255162770753504280120886428<br/> 5281759330863659313975064397591141096241818718736379569235739091494825918022328467426485753378723036<br/> 4086500730989689219200450804355945140325378087022878388866205488120895049547526416567235055250563406<br/> 2782947246721472676767811452874256984543629273500885573488024931118971515522514863188929808753475255<br/> 5100501220534020975451212717424882393913119951098374687795252861322273430646009180874922237695521309<br/> 3872575529470499048139590740408677462102387709558425171297769673633200068357536527907543444256409074<br/> 0673528111763174513551507522733817035933415644768790995679470081345696080348516518912171903110871634<br/> 7296472419126684979248366647537024810133544831495852573506706085276437244935892604199257606506971429<br/> 8202240109538632898649369577798058805812967921005688726083220445796037827638881198216503265841453693<br/> 8283850740981052992081707628696642360929966223461188974195392208646115369326247607989588896886238397<br/> 1098055260176404858767899627567434024594176769106862640610976517507254680334254573182019826691587646<br/> 6914396809259778015025490795322481057980493512445264742442374182678665701516135812171026907547337577<br/> 1304245839462292687990320359476323006783439313556640181786845523590728150788669329161713396189508602<br/> 2129599747414767245294723381419098361150432173059422542888181206291971733511108229873717586748773140<br/> 7360764389444675054375032747353944041973098383687385155010318512483582116341565468533487421241837980<br/> 2282675337394785065640765095680817282770059685271551100653267653635005143628906218348029320856593581<br/> 4388769632347468616734052625313504895195393825938810224820222618628954641408463829405745261304118811<br/> 0604060931363443375161653145413628576252052492824288055755911389264379507827212183531783737416904751<br/> 3925992407669518670033589946030447513223116445013528599858870717186122649324733658600707440605783491<br/> 5469210045959861634639145414642536950505585023595784849592265555664660580060773941184459210612663397<br/> 1006550059507465747705302993661192102617964333169463967614025345277955404405587981964983428467117434<br/> 6660560543043998937916141070875321679954216552143139680915452438258024042264930112410595502906029924<br/> 0753147899555467804173166298289826405258442310814920595069670533875448748153824748673794623514438753<br/> 5797333723567938758503202922286226979748733753967662196887382088211722664969135497296570050437483721<br/> 4951743156016623879280605530762423188962859035654438824426481445008472192290296204982798956485748317<br/> 2037996743017685527610009895909817478775138534117390085095648648707730092993455866382557203592432022<br/> 3421899852383274091827725325895139843225469974106624834873305467570634025917454303223498705964258800<br/> 4590245917545420688552959306837045246782250335662409312424403810301559999734515590867997862666881347<br/> 7402049813270055867830584551107084625681886910247014676891437770180716327314668045305038371984639929<br/> 5086381788577437684254539016268231599196662208717897076950426657255360967612821174946863854320200796<br/> 0413013603738689630293061791988859079833559241339492696005762457424477232981423411758285161437525570<br/> 3724530856833153168381049394823732129823146987858379830736091676809090136225117013659434510165097046<br/> 9538542857389909450415543527514771445463581406675870844004189302550528336462479819277905283321192186<br/> 7083485531516112417852649436733182792263616061477685854775641284259838640756694231832991201903323546<br/> 8271626950227576504499758195050093340595276700585231459139469958077552045438679137346818536901377493<br/> 7500261815650485972040177623351923145038911430122108894184765533578914787024713037836051729914708960<br/> 1984242765224153386512604335658215389519381516435851494987299550043797924385967320463983970108954960<br/> 0231343774493067260013785022464054639243166503340036510713678925442939879075396037101332664447027642<br/> 0565623385393714670850146470002566981525949443096109293892973348739894808228982218358593945936211777<br/> 5928515226738058941530303554536046544780292243668626960154986248240104438372651031657724399660120409<br/> 2226483746542872114000703379045114136547209730362143860520450666520613971915557112539236760381256003<br/> 8528355554974670969206510886368993092871573259771849204591631321783826627662547359320616719768765476<br/> 1815807344522761195859083267320605738271134818528741149763477290205364998915247057149220720940539224<br/> 0889471163470587991371356877776990226869402049255685815129715259842561250825336845190044500106143750<br/> 0060688885352320044643409788469625642937873812424350205784723348589934910026065409294287348790392486<br/> 0165749695157450983530247646067745418990449213360795835302241591859519066425742200049056021030852824<br/> 3965110745784706839986385854946343923830940875923734213776656026991937820899880524870163749549978047<br/> 9849051633317949994528732948214050254896155294737784856768616224566595145223673507408114484515765575<br/> 9828573315114955080028306878627487965753832494882177378150225293652794662248259862560162523627184377<br/> 6895319332066779990206321415025313195254866852650881533013927278023762704028106689049351578916586834<br/> 9495046034560380407126011135266066501890029472946386069169254987667596526120551695144834123346574797<br/> 1088088781939537394008220633998015372715463376422069363845491999185566691338477444701280443186209914<br/> 6867043055242953860459937951949104342246961494476572063438389200467142509473215715813836777173957203<br/> 4590443240190753757910526826612787311580709382575684679490794859945807431567848307063990636437155606<br/> 0976912719039944396724077556219100612309156834829222633771612593836217784546942200510963120187360108<br/> 0155934607140817626740309015389786082744223510343589737480073002283828792646647526084499701846589536<br/> 5555869750817177294562618319335601263992189001329901551344472218589349635393921663559804678645581037<br/> 6137513608133932131149818983971840401231084264502976114241646025855795378141325676163836890850406679<br/> 9001879494357343002259471938172722288843853889247666323726231681757373166919550838301203857962189242<br/> 9709965720263037144388237528923252173090081091755570732687497891952615046676728893990304449259622298<br/> 6151619092306859537631337760768209083056821297598978478732049876095895412487148825305790040502191296<br/> 1251594175788582878128680308706930613182613191323391121165474000931680953453723239744533481154803655<br/> 1140704133910119863364137964676758551902716129009251106572202562129575210302608037231221460503326525<br/> 3372556534478094992050298871012630943802330804966732974630060052143970280339520520333071218938659238<br/> 2286703945223183756606497343203272061800716920659095015673583893998821436574691381693351516544445725<br/> 3380900342436394295553393265354673406055101914256271452261443862116361550681240580399287630161995559<br/> 7241535375241262189933070691918098235697699274186075515213614541292469399510729048122783037990256804<br/> 8878524633411408626701444197617168295302774009486284517745608617413398990361669979894984559512789360<br/> 9780059476633635903040057332990988629510759083772673715287883705173882285390128098831534522466427774<br/> 3267710469523203091175393290426625684107632313491344415351025665273836121548365940376868870852141716<br/> 7280840523309627382993055001427448386134585473126637427067152226490403257927449168638035196977920084<br/> 0020461174679127743832793759816166264822701159234769960994511781310679888942922470588895575716212671<br/> 3920292833092310481607042712013198968170549307020643239013794355616807503678185648923510734817188255<br/> 5703190079026322081034550361012823341346248586502627208429315916814035408330805039109539434211989173<br/> 7303356872227582195952714488344091880687844179220232928302447644332590725187407008552608000469179112<br/> 5487213247404338015296039191672172235806143868209590110058813342295652069273646355516703299210563604<br/> 4772161841567103126983753463597080857197684431701197351548402340354252556335660110780180013158569178<br/> 3786473791185566325904404512625640646873373540275686618224241213320145447191555277092490656696702136<br/> 0184748363230538903222377094076549963464157307039622249550416762586779896300720072937963707112454150<br/> 1624096111692478940613598988091065327680171816812066981997037100411966985071587877491015954258487086<br/> 1238858552951712068890419051761128336157940496148844919104163377405975696263603668726846658167746533<br/> 8091654434013015705096815849072367913208054776985553950424642195956594500460982751551667283016206207<br/> 1227907506050893843607269033156020790045890210370843422154479473574895283722271293263193706303299672<br/> 0798535523117263682677700757221212278856308449182880612027152551844906422556540620233722521810195972<br/> 5669328036967782252532361619502739719022221493893751958387826994633652085810662527155714631590755287<br/> 1595569947568465404408812944777179734123755318617285437660892071480262700073041475337436538399065071<br/> 1688402502809518452083974628220858397757587722883683081460612056150186306437695249842832736717592457<br/> 0398676997511931737753072002176280236857020049109464835505146244812885783327191200963393712069183045<br/> 3844828486746005050105074430602634863238767100213696195468641889178761817014757138019481064996334012<br/> 4235506639033937048170552822348584203485615473152319922870506519842561516285245094712246285798722501<br/> 9740037925209459731395708076139784094404791399111419825930845036475088219129449968047015228424904558<br/> 3218837181304569319352822897802647451141214012955467372296535310948540053484690150760617304781085524<br/> 5934672721353655817476688377869963610636789456091443638738449081183392923419631919966169199491770895<br/> 7234702646771008104414640427517594612496669815445997467500285085160610003282337996078882003650039869<br/> 0228763427956202557327553922008068674770706859084544541712297158686457580095386428363006215780076960<br/> 0444983630663974209129804743932591797407197507252041918024025516344581080504654966643132061687719383<br/> 0123637001750067629550016940013355276899488187355544615714546184188768556488775313271363942648139325<br/> 3436084992868801799694751545467664322207244217360815675358553273387635694904790079604298571873378317<br/> 3257928570183562050777298976048086124820895048099242719824110530216961592872261090600066107163320018<br/> 3929808058105854177371575838304552110617592284628663587773138149249703789571251175981026044664309977<br/> 6556677223834811246585427290816146166886183302148373019258672021141875216943041602273027948221921955<br/> 0931514648350697029967369019145617751261439554315440934692429589807846443095234758815856901558202861<br/> 9868451904265302445611901103399229107713996617039737333253253149965069957207489603151352736839612926<br/> 7612818366192490937064111225522752646481962331283294605217403009050675452390661644258551412912149908<br/> 6627314149367923427321517755066200639819003688667156147236205321803741783795837149605954269369109168<br/> 0379927542890572955909994299028102406639629824294497887672289521051374065737223152785009475405761064<br/> 8278838293625975218160613314599508601646284376885229248157560888437523048709688996902322136179212329<br/> 5541336182821129594183934330623159389252869938665450831087474360528401881235332379887974626887694171<br/> 7818244791875754461707934459437679334751682834948999714541478575906766511365872440873108480929777995<br/> 0098377256792080612030823402552072110970306623442753433225846093342720690951143968557333466786865933<br/> 0047766877587985938001352949618177480131054779505399987598472638718435898750598138972398530918287555<br/> 1979604406463869120722026465515477512178466912070131290857638836893512335536233207844671601666369016<br/> 9652616888630149901146531498209138072487411067344556943444713838624120988408741457729264669261363149<br/> 2980083937504110763311065590647773306672772547994875488219395990492260906622356803693137512427866741<br/> 4116094213406134654146976827223625193104323128644177594034117331072568470589451404386759646007208934<br/> 5532924994811828816821415946768221617570255074253775986288553129386016190461706890667605593367370849<br/> 4946523390050671195083810068972452989146992135510400298688818396490861122830969842432942014561566490<br/> 7714593656852595647325653895153614101901090281869675643533648000512077462158579973229101053539132960<br/> 7613556183983190325700708279312431845777915716496394599591600228564070372610646188477628219679476725<br/> 5536010111556964432322810564402665719894237947647963557913802548963338034298320057924167122632588551<br/> 7877036280383205013991089785358902739387620840284550640523107909290994950404571273986383785177550598<br/> 5068337650931015506712641274402256543990189782821782985998919705838084792007612518519896655503426746<br/> 2013678624888872738714558955190508236004715624829520872723691655633138087656426305762545499291773959<br/> 0704929943665847595990038081500167276664553459626990392092892802837341206131963855039128025399836345<br/> 2122283126820854252657946744878907604897669171315776564819418491082064048707184702954747356045726940<br/> 5332368836922903997859408387261460557319173553742730784106833747895076646833115284130245194635226042<br/> 8684078092620032703813526498192818939162831865012675532413259723927236041656168646739088072443099387<br/> 8039103294438374631583865337169756247696699938169702442803182237358627760382270714036787463423775152<br/> 2095794842752700554743052683862753280669253915785792522401386139606072317274921408063172205519591561<br/> 7688395493574271696543133045365728338702285733981965478436685359861850521795318285951495415316006973<br/> 0475321333118773113748116341653389431216106529153135786279515123773294112562552744173424537154741267<br/> 4376071910665396115065010492088898449710446426324108595677379317831021052406515213954334687765034990<br/> 0364996691164972656066193040862146861587425095642646008213300241029759512169346594943171235750531551<br/> 7782294623395002059807822711665590956123163398100989092764586371477571362139214457415971568792974555<br/> 9120623855586689627550913209963173121601656253797386713315005164433763629335524021051735693581411254<br/> 2759016542383232799033356743407179669499636299911974554410978940175269058273554386625595529873730466<br/> 3508687605879625539400473160273905891779353197492115731764058205959554893236127365145572350742222345<br/> 7942747937024971327525048182566772610214701077427803758254075304431864258835424031905572035153476150<br/> 1942388720524857743456716847419604006756750815412808256939183095036656276371228968438242608330219450<br/> 8897559642466226990415446948265010689865456167756621455694771401882059729523354992739028890157477890<br/> 3720047608437650303118931783330294722041388030867590063016036950856012050064400483537270393785740948<br/> 4529851937149073114312746480567135954795161494550273692246599563671226388020024509771593813496665035<br/> 9969970051627449115017304809091321431582580827198289298650466693243563374369434932781022434325726412<br/> 5901052232035419940030791316380604725613479324226517659025971021489641229413621955405955756237417441<br/> 7285164478635213601473176096918809227950011384883364687966265063873287205014240217282489180706227536<br/> 0546893045402820951983612761298395586928485302680211373211989056758071347886582494697221763290871002<br/> 1330522963964024236513610943184926946776790220757298422702040786160767281635632711657481556946405411<br/> 9903531385138263973612861798055060882672984845788528852270805740575921770561330927685330218365413832<br/> 4507318597855876286145742537518729811283162487248678089349506342196939823207028553741713938327831652<br/> 7404875746326959644629980831788820777465605372794760080563207994128395797735672184900431377537537251<br/> 4519523387846822647085906391770204988847573752492322182381534047418635801540897271412084137974058876<br/> 4523922450033409598455554634278078688852154882008297444679442857223118293442970968836180925614283434<br/> 7348226751838748441386388267403163195585719370578277034186384342598515346004641701204707299820795834<br/> 1501175019755026560260700533956058110989541295665886109082648953721784399340251302993015006161438350<br/> 2011647532087797724979328838649849635767685778593008954236333982677336401826277699682168973200028206<br/> 4261262427218255861456946349203227256998658807367233926825862977725475570331015953752501169350890756<br/> 9629017682439893121935619647108661425326638901206083706920818902152090366688203667856057653121857586<br/> 9506934824460818427855568204139288589778757597654274022110197916072338368823059716259886993212455059<br/> 7692279396492921880164745051895269558209032136684151673287502855655903118303924658704340494089501421<br/> 4438562378325610860426655502821476582146402387531918692154534004655271642809479197256284037850612310<br/> 1756534565467971969257985950523174914188811562713473651159808007647105735759704387056369054135516879<br/> 9741480343427329884424340938943096101238496405134148702287098197504546606999534362015024208357799335<br/> 4193076181385153503347300336394997212468099438476327127562830250828621628178095306848328118865875639<br/> 6294452602375877177412569109816286163022222225814122719161342247612436997919559413716653779076715328<br/> 5958057608903380181525333822993472608900147269045514840503490432565969191140885356865456499764896880<br/> 2306303382794038815871041753045693470590480037907203107176859437081968558542414164289265017377828825<br/> 6677373492569509830181533629530620408408743726800618144510006453255157025525267986257446257253710950<br/> 3440240731662536856370512669892302059970436167801248553301479507498039866576963915825438422696391318<br/> 4160458565801205133188386184482843894187108777787426101225387879703690602567473816512335624372076379<br/> 5660820306791243920662023575865014789516617753586638579563036834055378477781370640297039260367479584<br/> 5874208973205254931816139647555491456387088665459785922163290234690334971548318468117832228572631424<br/> 8667783155646060284645000051714558917199240164881090266136902573707212409831769690354034882497230519<br/> 4752416963804376787667729277851722915902565735186251922893995884693761059056977054150896001780329459<br/> 14353201376915456322320250960867906195719699857021709433438207<br/> ==Bilangan prima Mersenne #29== 2<sup>110503</sup>&minus;1 = 5219283133417550597608921138394131714748003987111696388844721857021695621345566328693730284546120701<br/> 1855503502297488386622529513412534217467950730871910368892458820783651888086774707203577832127473075<br/> 2867319668008845832369347457264564643034908827129357878385591000617717221894563897526580430740792386<br/> 4296665887203966818881644127188326278536823185302433682452220866505473927329966261635224705976307336<br/> 8480314490519464702503263558505640650702194150633904278916419451418484060320599566427594516978711319<br/> 3743597473446881261240436679515547750440344285209186836065193734110180374612503841496810085387576964<br/> 9772568976533115626733686633581147178167854537374386645054536421581487787680673873260827329457946477<br/> 2052930764615032041952298986827365278310151843666611528645876151858467674719104589218332770443607169<br/> 9101976567868664285641801109622679307022616529824520028680590769604315840135923320593389487227075784<br/> 0780311842993502030651236226420390626397948002732496153425437136287482563891064276318845679420730548<br/> 5183546287985210876980578315701933883251816471601913793506316740918972122628182784450607468149769578<br/> 6234253540754892234713450169706019045741736625045503792870415272862031319404945909093856107416646632<br/> 1977154209854449604435530303555162486890044423150383891465784220859099339814855122982824292907630042<br/> 3517184068602162984410189764328990129076907383447413258098325143706379196757515642289835810677130019<br/> 5908228174103800051038286344539512224158129703979829723112915764525223522264333129266642436047534824<br/> 6102972693436258291783024959062081981838812572142511803956525449888847112458483851365748838790507346<br/> 3939791502031701973923078448650392945651852584076259130550607139009220734088867713505863795765586467<br/> 3763441567801123837051037200924459566526660427364774443893646050584261501292129972303960988022975236<br/> 3633215766432725435987253902189301146196983131735602940755230848663445117927665658368356420346865950<br/> 1113171404328507421515880861129787029942407624215833851881913500012312005657006677913890213542058581<br/> 7746795394640505850821943791485212878987472094602968923306081686912538614282834057618923246098848497<br/> 9947357301166335302699325444851058733209447959819326191635260772935604990851134296788845298869594134<br/> 2448975345257301813044283938574262199405906722812767235187765821695440673347054809207426040011686227<br/> 6219827369342838055389772633836187295433905321434982877884236178185310670524624611282666718777864445<br/> 2294726844594574918377285572198422309281050239527692661557089591842761278181057933278000401648351356<br/> 0817672199185932649195769950691422491702238362247022550684652534820785390981874430719182159447649279<br/> 5837984535936524031488889968666995963576181708265057839955007445320247815086341955317417145775608956<br/> 7615842152519360157327308360698725072256365040969792621539584036465460483849963364877060077099462804<br/> 5087837474437485219947867971872086167644020421191673596533468840510674483627940089400823411009944441<br/> 8161441821355048468461037025747520879837454820357137548185325071979470773729728910681734427354317823<br/> 4366780318872649407377187072730875789746785084870361011603837828596063380436934427559741399079630414<br/> 2298953192661499146125192802728239958698138969728417825611169290031667397446120629200489935409691665<br/> 3956706966078309861311018147026339393191561097413375761174543428251350467322346681990456580289233544<br/> 4902334736162918420861856512137424964551732430578193645849344558708572144258113789862433670385490704<br/> 8289136996431228566313549370034272168414477638237700594619879563512337693501489681009757383875469523<br/> 1681814678922850550263399528319100886075722487891030638782261984122848751095939191523008127873847896<br/> 4587060771579566927543809518001023256799064843500598047448092769672112496204842133809466280596134763<br/> 9916448711055230920330021443863580142524710143049335123155258554649293260021272135311857660669594950<br/> 1242533320274771399126020427055471126760351944842157336479058346459941407909263056255904952997085406<br/> 8245838058972902782716657303398011079570340993681978602146016260731415392796070099302915857446184284<br/> 4923381849002162750812391942860149208998562566573017521016261427712982483887403635778224275235304966<br/> 9832497608983026727177043330261292886349247190621952975585749931637175647454442005986935406157564422<br/> 3098201545184395439200495673217450313417117617847652221602698562899339244049925561342019071478094656<br/> 1566922989708394608948610331517827403904798279627012875627500643719640276256772322697610594378913125<br/> 7224325511527745923670076473548499961193363950335777715091141252416224872343100117534157188962028195<br/> 0611889360490007342476142047713725454664181989231971490749598648207558524714435823528801963270106690<br/> 8712281910290106531036418138498755325569274132663164308584807566631210513540457420882492059138511782<br/> 5450753782647845331830502400921991029562690731504844024746936268895256418760450759695599853987954019<br/> 1650667035389903303539491945912991638480371092660980900779331006985407097736196322796802626314674103<br/> 6338499225103287834782678109019142635659263317798412343415571716222259971816209789406340795176007242<br/> 9970380748082621827249278798799644977591973006204513375663967509820380110284404550918430129311043589<br/> 8724583832877280053291902793566611159694010696228754063771664996095787812423235160254094397254125391<br/> 1085614991072184731694255392888822785130467140434073192190689494681722881584363663247181019555880033<br/> 0523718445569891981957390571953834716380033046496535038470979299719224475694184590484055899837824415<br/> 6887880300448205407800127556895875369630084390234520371765003246158785015315017571785917762532744084<br/> 0678427019658274028082443538843390088149675520095857075859301998402190156975167793140438116045124160<br/> 6864987961539471311475154760926177157285964598765709671247953582384329418306453590263727508261041509<br/> 2299017574941271253130505203786422599954246588012241306721923065806890956746479029456426379831947739<br/> 5496276560305247659289503319157865487625623280831716498157590676675167045881063335579298861097754054<br/> 5197085152431222854687865419796075401302637285927419530621344526697407193500729864166361631403326988<br/> 4667955620111309575343217861185691394535706369722324626811632890909545866042361012706332668814574002<br/> 8860894824570470697924245923060191425980779305413708048705367467647187037561013151034024987514658888<br/> 2298417239440882051178151787276420595548084080320548310719699453115345195058346165801992739251430498<br/> 0398554764126899265779300584663624849476060120748057077601917768935135399413692676935044564082114422<br/> 7820312384596365137967777832406897936521950848441126025377453016709262624925462598911006058616578491<br/> 7815935481740748747893149080167008416089623061439694735880858523973818023291610896518869559045201444<br/> 0883246282331273025204280241388275626868589146434017242042021840309157931211813867467410616665884021<br/> 2358416581358042628129715696929788409110410817266889975489597441008384768165959008864480551451287292<br/> 4875801762272044693944186880614946354749028235816306086932102944842733684344420424351513116399750419<br/> 5558101171711507769963992597654450780344736522510720458589263076972478692329843045248108600587281975<br/> 1776272859403061641215026350120775692683826189924247289605772930150529526738282057035607055315709682<br/> 0769391816257900127785204522267124846726449721169462416985865395483376047435659281322962650589050535<br/> 4134635151787948216365327901508819411785142152833432627728196612826280426493418494354332715759068513<br/> 2752674318435751124196273923203630619012548408844810214348678138605766885198539313197511357581318207<br/> 9908767714201911581199073036608882502670596789551499829491907750261868213672930543849058159251361448<br/> 6145775140327508036090571478743601469925100309139079297515952651542458232938433515373375950850550901<br/> 9910343307591660840765291351162175584880061690812626147240014164601845507340105104394019415745680851<br/> 4619214349250641527277644335769852749920592018866276224986850670679025541799652766770222982000251751<br/> 5132500604313453961565148329696168408722070991415891197822983055527178331435752092793749578216888157<br/> 2393534755227759129273560428629657075432624496554869239969247055913370732243763182101269460030299507<br/> 9860931974619893615087189945722188432287456745446149656492853722243530656108504759375207802360024267<br/> 1756689325995928149581875252520763579817026930285253426477336763345530568689085250180550154101605421<br/> 3831877009643768787576227505333732128258161321622118682835245796816344395934509868677638696434152513<br/> 2393643875972626839634240087235787560614067111301846289309629895879758942454117350369272433474835300<br/> 8327094914861878511664919938546847178441862054576369254241418859359997673824895122765329123670077022<br/> 7386840494776230133540610284331532549340635355517412122843662609452705219122477540582178844883639610<br/> 9702247834165487966911903942247471145356071389762565190254587426850259106614216406520114592543173620<br/> 6354259681236123782295953421146036233320706202542802046619108202210601905731146091245445382171357426<br/> 1064353912572412474544623474398430268489570080249710007287396127647016508207455570775210190236635585<br/> 9930003009876773331829621226779189862539733573218862388301840344480016089951396128264730459713286316<br/> 7285590498796533476782410947610427209426752715165869523201813729432914018824665609813028365558164278<br/> 2325045604333565262393826754922620162519046628752643170129303682798816298761301937026235221455363495<br/> 0912832115260469744077911976287914875769803462939665974267993251517444845781812655609298954155495229<br/> 0365028495230047528076275510817038546562525047710332555203233199920185022949987410470356466217859084<br/> 5156217158147440781334584016904409736322411265990624391318124455718311957506480335990939569434418519<br/> 9654815457357659051454568563634051267549935648884918408830300355239488859326460511963094626367797803<br/> 6135351207949364007605467423376526619612619708816827290437234533145243193982617179538944195289996255<br/> 9221507632234504171334266986472544999583910127210795004398857842867982089740081035275257989971233326<br/> 4217787344319238405282258434448051364208807017830858217633799088789253410478961836671791781243806066<br/> 5661167665404965586160176289888772605859421114049525300201228676436639481076283265730005578214880015<br/> 0113606552458233824547521450039227611767931768609177762104396438781679801318663558016040383000745958<br/> 9290306971126037442305128134400755876633104628748886089016579988113133522576197232029512320385801364<br/> 4354191760983660411514591556087245015247095059134575699390131848115923393546207714885164019016901853<br/> 9802774780694122832511805913530654175416841867324817449266468300635327702236829010320989398743677300<br/> 8160822299531156599134959347383891398276030092123017179509815873272322153183043295085629000760656993<br/> 6454419490342239200539463842248283452814424560739976630988284771270307905269366578858096343588951243<br/> 1062388571679475283867034334244963409989175538540244389916073752693893749133300836826706594434078607<br/> 7269525162349949668136562977602055112294202014796770123317097116456547285358174193561064715626144238<br/> 4055202447461052756324428747528360646913527525663305805317605697845478025727444978208876304016703016<br/> 7143585092396819962684960847101059135012441805453301361502046181382760303143315966017307994835296751<br/> 3044987970583564025330347562433176263856043011505560787841285857630260398616931052435236549903329553<br/> 6709243931053749941781216666676849722636559670195363085481243708523193553203468045286868687572241116<br/> 4574298158184939040956796414721138273089486445474808310487647939745982194407035977604509797305267845<br/> 4834852847898112644010033558956451121008071833872066829245543403377774573732987631488881770654207250<br/> 2546494305848810503776519846387216503354243469167270879296292107216458214318938620321916242246419321<br/> 6924464009841884911079209278855405066898693333195501241215319619676377851401717347821807293553188084<br/> 9035050062503328373348619637470299878268680190699969782337475757605152979396633578383848014733945593<br/> 6666307689959754516238886484633922071530920738265836010765063579426399950855264177745045360357798058<br/> 4598941652835503888234431915812079893940416996627937805473159717390494043346927552941516362933401459<br/> 3855339618450573319140671105403238111862827504604788220995356946820619840224576981699766178364478763<br/> 0668623255824944069180939286643322416802183432233004319271910928887103445885987503538865217204903661<br/> 8628028601958703044176913852036117145029095687326283867722883211017379819525039086575102686262339567<br/> 4692967789134339869310883317245669993315092442377296625594430238980710767988578664735730474557860108<br/> 5057960865716938291990517461346949345588040786702324417668600590221394530822148873687230167938390325<br/> 6697002833943175269930447366832679341271995051632353238591994119551210089040602136928880395630726985<br/> 4820524812158217060936667665061327556850518814234195104054482540856765258851855858590651707938907019<br/> 6584208638012431962769864845935249042575015105851544443130170041766567612163646516289495143859625803<br/> 1247695502141309273236777060001265473677111873589320334419007857838045221544849429941573817268649577<br/> 9637431798912456959560171892110596416375162787222173107325905707167111474846808912250757310826295794<br/> 7467318792776413329324126543145101325421150794742401365275910113372357193932014729097560576009796970<br/> 5891251320185052424350490219991905017880221981840264974657869151012207875077882254730242147846889574<br/> 2290303658405339656593086263802559044380367641918205275576324752359378791111180545891910207310308939<br/> 6698803580832272305421557256437585106474206596838008830418989029710524037994857577266645231673510146<br/> 6361596753600172874197935165121547703522965517240892678709346981574663713375822724786460027081999483<br/> 9397353009660631737092674080564740458443333872874775878744979948321472565761066633368958529649721016<br/> 7818951260851947688849515831641598466707355270906108846342509978285495939770115709354671057029584411<br/> 5519505222236909880011442585502733425389204452488690807015711138381480840074340130463176615476734709<br/> 3823999264825441914371202148737323472147343199111924073709341525268316773102864429344618301358241828<br/> 8512964757209870743934472061672081647165005618387786132070667312550890485505403716544778872192898136<br/> 9703750102743574270813533750893767821436780819639078529583196262459720435155199647027796135883497128<br/> 2254104483978647176935604527930184107183015532008874768777767903650022113150349997950457580013961895<br/> 3991070532853066560299227796553133876492788471387931546473614682116573648894401928950676697741655042<br/> 6631604320490938444237714875647841400782122308262531990647187264422688639146211317057289344259223953<br/> 2496388658452012676779417285961716207866386045189195715483998440750643411287648700768520154563838347<br/> 4365134030372400663301518149134174638959201138045043800404284330813643848642446512698685902193797912<br/> 6791972895295395395214498107144425651982782163654550119154215762586528957302159003023749175800180536<br/> 5157099210652448959065790058757062574437918651942148852087790399942536370674123946556027525003710596<br/> 8752819708824658441551336227303560387773930367130490497737191158528370720480058629520189288387537450<br/> 6968441225303463854633248539575385388511169729670929997048791183871328543303281078276939374672873475<br/> 3827459490273175024439446449019715850123145714973639918387054171589901282921920798145994907053269427<br/> 5286603818617396937996420009899103467474958498036633243200853183286600971353965870623674945011038720<br/> 2365795237995908047660063032068784800964901868840638492576606940034238140167308991736586257530716410<br/> 8436611631473329853165994179817416444363452693280842620973644852942348071507453823605128135637020555<br/> 7298537804473520654085821963484446213447093493478105436390068371505767925883351873517238268285535258<br/> 1536411401736629134567523389964396949474592959091471075373086894995662261987690341142714415149243672<br/> 0273660042129162462618561269183366099136733513393365495586766817163281584287181607854409913545925398<br/> 1792139261130052057679273911020068865592888176034404772670409620548469870812571242224766785903597368<br/> 3758017407050936572439945812802879403918629034740369030475202722979746289363888531440788487528699112<br/> 5016549950206838885014126376170355076895908609742335343254069669270980962298196056236664140048590719<br/> 2259570580297159789983018699762191288261917134227355803146407182277730848943505098284684041046525667<br/> 9588119287723848110521012373412310337019443751491899147931810921910863968663523347484497692313956355<br/> 6760290821446613976684105148106032645915277043748638900527244170712375530724321043053173204906845644<br/> 9825816806929054541919639401470321710848514620892330591633550185766036860943234581259615801049107411<br/> 1516446717511017083832021645839863395585244870308038315995466537634214870596294554432242277633505484<br/> 9216049511247525301949148424727333495398105124673856306055989484722010000456122828303266366349060702<br/> 4016762521772414059741405138019007589458785491351732514198581173710128958313941112314580263851166875<br/> 8563012004834395188688725557802189196711274109170484486545581337966801891244210491774850667491638600<br/> 7454419893056235263485874456826943366636907006478674412928806733050319628424979061808668300892542658<br/> 3395932006123930513722216691405542976461576026663694155384806250863078586676024022532674700237232099<br/> 7900226385232140399805020788126356466713289780300009081997770044852838554646855573928542989460972632<br/> 7879602902996182022698651329191264398277432510075165531753741609501575756588933711132248697407484938<br/> 0906325640899329823738483073861429628431453876727125004662470132712133930125059635927596905880616217<br/> 9497524578254407343363067400275293070855154973997784322313174341537220790918330091968356005658040176<br/> 2735668946643839732585236528752687798106774578331742686146018156581843517658556355326396877288256544<br/> 8961613374975233510610270510643855817864951332096384347681579804133304412738579769371697995736436783<br/> 8012609652363161218196582369388487729630926629667403833381703685041601786905388081811502079658294540<br/> 4397073460509266520328218030699873710874083239201888536617551081326390616217100511820221976954645021<br/> 8933629837449315986873995014879164622028047281551856288025869366226377962913079159223152980479974082<br/> 1888681348168207410285074029469308103152258463188497619820379900666007420789854637607891061798243220<br/> 8107240487057663915517859738789574107833797032501184342714090311891286172823268364850034558928639017<br/> 5032466675195084882765161130942389193657015081427997289345223523148674977428470938294436264427377992<br/> 2638742829070147320459975212040390600229706348679365620503718361471300709023565515513166670002124658<br/> 9003531702295956472497203760853694946221386643849964357260943685620117216224909818237797081540616232<br/> 4050253705846134150989653354393374265505371966391919009566402477187481459454261412338219115016224152<br/> 5666574718306028490817625078898942867727403195630481023384264993399349882916508995819778167035683045<br/> 0545641232980535056246382085890872971368028081471455463611938288865871676635003987358271885892411779<br/> 1327355333060161513935413057383024626266388104235168826332573188570849559945315731231480139024165079<br/> 4901039973987385151874305432494220937618870769596365347669766577661904681835085325836901939447494504<br/> 8914305699615689838863655144024151849091241918770315600944138469774806059324416382793836196222648433<br/> 4594535539173840754798551270516667050496731065869507321920919270878338465956919689177567361370314710<br/> 2800304738260436728267894131942360742926018140699202576259282838324067850754947032283378160446896088<br/> 1625856239320410089594088918097076010710938032621342101761047680506407766949664892257349932769072418<br/> 0178120388273960987627968879558583043095376705550199191021286378462589686405293702483227357466451253<br/> 2473760112162554902473526567474356174194063466349475433400021586605814925968213131055499528105168005<br/> 7768130428411678575304417447670686902199435364004858956558192413775934742577460772491714831942142268<br/> 7770421201675030116537294507236323292313150944942750893948610209118785264533823896568610555711575854<br/> 1929445362663307149671006113606247389951945814594060708208948727444665247299351570314921754644685678<br/> 7088158276127109737262422043462865773513006508455009238858676168320077326588696096045249068702702283<br/> 0049586277869226263630175237158843534292291003883133850812783183100571495765339152432314167957221029<br/> 1385655738298993021952908257725261837439641737902286111925016540821448918303461726599910513814081412<br/> 5710596017733698608484292597578318185929982250266556574489699935040085875505340964377566335795507186<br/> 2663255836966922465364032900847592329183798408398517577465125941098264076255091992180073626578203277<br/> 0868161385370282946674017046499127710289836433816239906661290999002548456255984664693696826970490394<br/> 3389651462222969493951166043404315465434112656577975936790211155590891100594770796395124766046210637<br/> 3039251507912255600650920348835192689776594379488819932909742973567973593682776666511083338402742981<br/> 0588378118781505597995681344856011067543991536556803901810790111436157176065993530691131382217695838<br/> 4826340584997871126108214981452821931165521523147767429168035272364369372356326770904642760598134628<br/> 9180013778059340540079409045640365842128981588669726980929890449590897770770717662756557321818635408<br/> 9205404481979623582939469731451694363342223828434956710767594970445460606438001274282059002832774407<br/> 0083956032891056940990442444928301277082552187852263202424562054764571744725437910715596479266412622<br/> 5184844373849325631505412119004097493480791410583383081107888281419099235779383229680188384017779292<br/> 6179213709223729832825032987910170219217847154403017890871485078245363355576752072989350233484094687<br/> 9160720688757216347359623363409551458842619377667710379003010369779848834085765148583149897681033824<br/> 7798891274171430792711417218119018685594870181189724154993802014008520621181498724733019671519274815<br/> 6073944711449309109739538718746772343208376737861737479969261081821605928199302850282435652704340191<br/> 4359976493982543483563136197737883457449847619606727627919797018548251338707599276203128471942651873<br/> 6333645560539947459083154992047508021177432253410186114503046573992891136350397906727213151063042796<br/> 6035055080785030298482079568619761687073263096439276279320824786299589303890433006959538522457624266<br/> 8819884450096855210344394538882543458195208625462480484932309465517489656322586349265623122884814599<br/> 9054507558064876783575233406881642671081875445728176973719623510405841272435458186174137551447332986<br/> 1980056311481792547292865900936548098677067261352183682690856824158490109270740178862717910942819677<br/> 6800932112215897910228822256404365017453521402510375346965085726657060761276793218749688803240909524<br/> 2429364768509011462430863422253155131799344313616840024345057582809274140558256227759257581371536142<br/> 3328995179510529680719881918978848034135406268179844764923953705470988502196848822766413674094725408<br/> 7159423181670009255299170881673867252615831825139900040471941903920363057610269783497331401244800280<br/> 3604296275826739467016237569391742822931453251705873513636865215811264417093048041562413771425101516<br/> 3072715867114021763331632444494462413668351421729991671981491954450767857717461058300998997552405141<br/> 7907413048359074832892572616983622921913505911554367479472976475752895473230154775309136059836448814<br/> 4583854075666742799233901477793810708349408436623037613251688464857600837871310874599660539329826527<br/> 3998522301649431622016937827716534697512745622451183068849299235607928842119749428680010054260319394<br/> 5751237024446281214801620134263047307445626715954929386705376765903805677994908842697625403472807725<br/> 4088135636860477186686146460626899902745613278153691400038339669537740544826562443805626535786384898<br/> 5724857014259174323869863475450052888124813641815363382483642783987264960166921237242379435485458288<br/> 9672821304689208806500758134630730920988163313625150653445584928005734243703524346209572948258956005<br/> 3307406095527385109856353586250293946996179453801457868107800325660554532815889874967288747905456479<br/> 1040630789634464083922119919190687099166503664271935214355981088742438053616308292734851181402558260<br/> 6415200735346236258545669558248325325852893558224791229301403025907548869205796614562250227570741157<br/> 9967571940743724826280576348051831482225559303226913313273222907950041784172300547498749060305878597<br/> 2913916062489723633552909484508363662551261573084036610540754542357859981433212848400303235636740355<br/> 8218413579396972013276218424216834123739201303281415350889192923124903181457855598714841226100446768<br/> 0021274080915281269245527358835933371407227532308886439039983468705220620776921285207515612726428375<br/> 4262379136516229462344274095968259855810437541741157042641210046412719926792654130338936410016243868<br/> 8562655767164818229794450137398386493405750234119747854119976378943663818584362157069120408614996337<br/> 3213056836154420869373597108314030426861451170412906079361626709359071741472975878756611036628962564<br/> 1315107733839985107742346870889925405368018103120098574099806944420740713687890460255216554891449641<br/> 0388153894643935922998894431250613436080526274586380806186966088387487025452560838573740164975005627<br/> 6841658403694887805329366370830594546417565156055684539618472323821222897413937507741026226089596583<br/> 5498044692334055116187623926920591585289402786311139784654792657177475796012267774311474756374280625<br/> 3763197662672368168552216272452775901461690693024742164194723771789285291907151147333422960468353289<br/> 8578628709926886572101867418845888405030606641737680827364610079316942421258233285125320063076534522<br/> 3129714711906553861059320963675204429271485017443913199458681345567991018972475059207993520535176874<br/> 6308886212245264939723033490893841052602368835691574663126969233200105299646993445696514509227474259<br/> 5090221896958122113128807070503152302237929958117399858228931530449344428061096653254595757996596012<br/> 8681782036130965035577265247123409398505034912120119156612831100077726675031780594774998193031827053<br/> 3533283462445915862217954393457419484483294123541078882489697029417122702965483952971692095312283913<br/> 3725722885792046979734701368899651860091368672457694068705142153704665956590116443066776198119837317<br/> 1980386907566794237786499830317179532414145656398044153492001322003889598853873348593656113814217574<br/> 7359412414030084594816565732632140204552645787717526178390294574191646314152256142020370093332368047<br/> 6307717876485388538676825388861848354773776158304137581932840046496698754994538681513128446619105733<br/> 6755938606311222750448063659647384806952831988937954719850320763121382172792806859569085512258956519<br/> 4963699771732387240721301952694721410601468565189672081062004161945735040392731981653050704045820546<br/> 8686881230845683976768482406242102360072859068637840237080897680414672874457279137290351731285361826<br/> 7307471323097234572919843630546621697834699650678106772727169892295498695449976434200489519621173305<br/> 8340622725654642493156449281731798850094114151577421364125904367884490119229238410851515013168004528<br/> 1832808388783271580422344334093295411984846535779091842904018189972599953261108377814593515723506074<br/> 5280683792580183316706363244496509287959402849338464000554599173561121163357849790869499459563695817<br/> 4160481223848225201421836403526959519986927265219750959159981669912957798860155245077260080311173025<br/> 7689434740396645678128683234080110444791146574502596759538726267567009665497064869837428440984372682<br/> 4057957052949602825560251756304422421889658586460335097649227526621236526889774223998182708452890603<br/> 6055838664660507898550326315087810136593953284834921871057932632470497957088540495646409305790257255<br/> 0952611083546856831967686482879514544641366849189646088116922576717467199925666186734857012684711404<br/> 6191222220649333956049786017446117439511134559535563286101569772639587399291873286747865481368114496<br/> 8728294995946472391899251680473347401191895819443148572590806189750932564576334215053735356204722443<br/> 5251469859024539544189504439300849183351131681465155500713348848128795541773814600838142333161455411<br/> 5903793826698217115583606820695272148150904967282432515827866432145656208557930633911488937461483860<br/> 7986999072501869110534693400999051944550861226663142350866125126567450249759875695039861043262840774<br/> 8730127550466119774356165205370842865986184667867735553498989258556008873856154427543324162434290854<br/> 2213856218251039182099624114965211185031003938012188044980943358981005511746511278186340615089213457<br/> 9707109422889163066119765150317629780408340750338795873877982323172805487432370900893313444862443842<br/> 6846944206222892217386031225046088111368006652541888421175452254177582653499369929651138600800741027<br/> 3406202304879866450869492027379312166659948219306108703137091269523997371325403853099758149131549954<br/> 2399013986155807212339460297545976031648337700758777182582873469308015541184516539258076940812277840<br/> 3721414643069282531176939619244341314801506617973949652070744757191107303628412599066986095533824720<br/> 2059293649498778039452292688705012453511469406260533041788524355210470345751136677346177545006619638<br/> 1824192120880839738070250612067138622859651480497619209636443305789451502654245338951970697670366744<br/> 8822190555676718700117911969937613026278777664685898739837320198293385475856981545160467595781051059<br/> 7808659263106848717422563660739703711333155718971221747115757094647368811679012861256309813156527602<br/> 2853150136056248171470275652343642462582722191299380814727796341197652125954407674955439531242078793<br/> 2593342283316285195016299514530112793605661009694234819494848120085316782419587272850426169597578713<br/> 9138381196337942262409721361037579858134724929837334176254352928714337069763447227929410157838534753<br/> 5334365270840789435894452077228989887267474274048484833902316544970113500972224879513326873158040077<br/> 7616995446938112267988973386493287027448125279191613549280379125833943633785510826843274216751522821<br/> 1922133645205047014417365248533736730527759933044663317462286936624548201278559668133444272987244287<br/> 2509999788381593589506975926674227775445278522319822539542012660532441392178465659235059135256450497<br/> 4300115154753203724700562601048897858864627332306107639009429847348705213685734646779666270739036757<br/> 2647987063667170828177785691823455816326268890298043017328374408467096000954688605018776761073634904<br/> 7530217689421573615269733554922945205042325195964221600571235190988373711065064046257191776326136364<br/> 4073123974043524360604898099425172889556529695558739041335141026988248048451686410941948124137851414<br/> 8562105224268498512334919327328859670275300090560574027714774635632384263474911585633912821937496983<br/> 1720244455600683481974945395493040494870914251376979081592478219313427143642284808919394975129663573<br/> 1423357305077059680607286683946238768086916583204287837660863511834993728933593808937204730088504695<br/> 9662028559146491609504952610846804734251117373463490899859117772315168708739391775556176879209362118<br/> 3965646593360374149098352478405982208290437918290864605031122655522152513135371859019792907652752329<br/> 6879814974636095717173139423128292926745910753622348037564706386621357860725673799893777383372393100<br/> 1112896591239767861852916391218113801093876055874173077037768423744807420159334142504237850344049989<br/> 5803237612167735117594720252944544593640142082568452893043325294465962484523847841268296429079419783<br/> 1339041628289280961253295881492994833187677795657247184627306823031754751592427656240090519326492351<br/> 4111538556592034976534627701404686132850373942620785383655182251275591508165671308462496921403674677<br/> 2643142235967564084625229976834126019886856977466497407009135579017361847717113515803196574522128877<br/> 8483338621173773028791022498552695770080528271231903603215854033182673677732390815788923291201535547<br/> 8636324477953606807454101048015492746318149553044141560230012308619718514344107670583318135773766273<br/> 1375462170757023514979393916958349571855828042260139892613608191618695596044464295730994527692431036<br/> 4925382102688860755193232624742167899507748620875816486118194585172223522356546049903369154893081468<br/> 0849182022734998804230094237344420434426949342678998158547239014454615478058874397448976568664670870<br/> 1366677641122295614537270019912626717583933635469727295422229591828684641315664885151983437493514675<br/> 4481915258661178319472647102971415994832283713206319621947821269223645603105450532514841665948015197<br/> 2962509635511444354013904683978551023733342132211185212081711978435878910593484555450372635086882671<br/> 3194976307378030834203522069892176001411406959737277323021482113532247035320395752564977066987756594<br/> 1375280100373163475862528264915280311167525218394152080634184302889791962473579970683141581471367167<br/> 3663988238590337945143735371118203685702428345806840920349214862248114436753278253504428722155800878<br/> 1440079001228403289343090101987920406310192678477032653578384681152905179415640747718745689034046643<br/> 2830589923960026722742149184270686318060077977380394275787685722401626576051886422849376510886640359<br/> 2044106038607524779172901514667042453582209305444526486891257843089117595932677857729400898303292012<br/> 9269481121039159417331633959656285876904028200058756493457120365834654640590107709565534649796405879<br/> 7249584413213202466300584026658522430836645691796402536511023785188368038263793065285747473834067395<br/> 4165288631251443312090517304451727889200259661449456227507270717690795077161883472449496997062581340<br/> 5227455313726208731270971846417819605053743892395694426908844861573014039429185464830451846032012594<br/> 4437200877090952384451980339029248077677303351618474563787853633449012806063571691919714073305893533<br/> 6186789433382769233200318372500145183520896799909400606045801888681261818235150899652088311219097746<br/> 8160075520710240308276922251788122938834046290941947882149329659457423326793869439365857659171763252<br/> 1049235386262891417365005921683706006284478099570816690996105865157573451865316909883613381642675289<br/> 6276448286155313187434598721614603631374429760389948989649756304329556639393782147791881484256331560<br/> 64943513557006413191010833856272339131999107769951621083465515007<br/> ==Bilangan prima Mersenne #30== 2<sup>132049</sup>&minus;1 = 5127402762693207238127857636203402218800465862270699268312403841858231274305620361077749499092908732<br/> 1255570932004515961858054915337915698134599340043014034209638765030513959311020153149235398042745823<br/> 9674399280795047471922595649354975511373108425586819779691843458193759823771944969383075829555852798<br/> 8434483984402926845375042397676916772484150646410917772519028191260065794740179769324698367726983862<br/> 1511897039598424889000612720760244591123408781095464573464915541439258426851459490230675515467717759<br/> 5479326043275294548180609880292900090742744504295665244001768682173964234228393783404284429130909934<br/> 7969102747457019190141964862487369125287232304120180671718300574342513576699411857774313395067287653<br/> 0748505883249371034082824131952564383837872072789637642175859892976521303760430037437537388557450909<br/> 9246481454599605064319358131340473550548458943072309379882335985627252266833638525995267775655285655<br/> 1289009892928585351817997597030498514888896397853351107117298797441034194477559304372109097290724770<br/> 9475304159516529712389023178159170386806037676796210509511437806659337836920449665650735287852670308<br/> 9545090220941654908751575549709553931290430952265766257337991023733366784907984922042384076288497373<br/> 9500200127298974934830066840393158838988914961956695510930546945980827951096112962664643335992487280<br/> 5601349008866797641811905845275355963099931033440292824253646399531566635446821074548049312562389555<br/> 3311349601881685418219554333053108090632344507831625096734893963851836439776915425665985617348000388<br/> 3657206670525805339385205102031809817585314840602972682019418846238655285164004752145812574629347496<br/> 1471878602558363995477125722717636522259007245477824846352895474264518057593855992669738897957342322<br/> 9047922033211589160976815628834245793590912091400732390919643838179432645676829349050764518804913985<br/> 6490695855921347239667106058599730403070475897761777384876428450587345819993007719724539699098055541<br/> 6797298736555045767090099056032590309206279589930422663974240515977833600503348969227271412714786990<br/> 4508215222802717638724225892679553679746808513452862510697609534519157791347637102841064674203767405<br/> 1628455878000216377265397452084015240867090868867221753597264076182115949014522094557935332115678514<br/> 0998179703290916885262347193854665594946533735378990033231661071494788771170063927429323145592900848<br/> 3577709466760602978045893403638697603927478126855584499551261496443993292494031284833364584488779751<br/> 6295800024064774185402159078978805168601770447303316431713617130234794350541866792806893003400689202<br/> 9631764702633520230620897308765270432304630148791445219526612177036777994411876576629733847379664025<br/> 8103874796104599569569105234854376664049937226144544259716060625905396606873251115100517429793107247<br/> 6442070654725728997312468606997496262806957417754746116751611888607847520118238695988605632005765040<br/> 1164524830037382221088831826454009277483759918513164800413781397975014302259109177782837390886103314<br/> 8152700715517181053385635004661051904375976373528760831772075829204364783609033658069016057030546867<br/> 3327908088769346820644202222370805567789924652533710283013623161521566452434952081959455776793645596<br/> 4334491912418757798045688881341303840527370385814820232459577271027742697902684836233978498773076655<br/> 6636007764242468643152136233153553862523614720701047772645271460857663921692951366840845262560770635<br/> 3883532950870370035801874995812813451432008448947266393601762979801361580687909591815579389477766834<br/> 7532519402875578010665517226779799631484124669369422808732775957196907713252148567888114240357934339<br/> 6339899333103111944138388295538939015165747639719383631447125840940466784960470829082327604421196811<br/> 0911567811341262080360778790865947551395744817070583824061150098445032835197917407298691261013378898<br/> 6535793215220786403680480709845010867943950423307823903967518454715250309200574161685782364204866224<br/> 2637876758688388389348943381301135345557310122112838440654574139403358109443763176941213029466172410<br/> 6175181125398050027695112993430023630323675490992939496504744805578635472179788333768200664819607284<br/> 3409173227555318697092300208281925385630167223639535687150310248073269981421814731357981166191253086<br/> 7291253025668319905148059685561912264425168681223252113340261966922258566846590691113683257251456200<br/> 9274392880973584373798361547406479432084329403349301000394827230213855184882751071528067261670154680<br/> 0720537888152827474105747374537036375636305704351176281959785738594417390213146396091945706174683809<br/> 6431298489805101580853124952017398145187916499941474367574980423477472961172341905264939370358790824<br/> 8649035483760388377673954593219972520460512648135037493641716623026507566948568177612501099277675842<br/> 0197733330908949238291001100763098679691510810525889826079518654712133131832450605970022726931102457<br/> 8596552757201621758818218061154240758756781573115426593383250723188409957759149014505857436343085513<br/> 2369561744047149760935326046633080596172554087268798000846691309970043155701905733040446549921630716<br/> 5577148578514352957382447397111792222592272487951004881265947392218356037496003149346333440763530282<br/> 8757858602459883912682206971310175059847467081275869329265916182802616695034674881514346333470454217<br/> 6784521435388672817578619278494672228806465126368945625182069538753150748681827976974516834491919682<br/> 4474995954793764738300539314310147251955303450103742652993324891041324102719777801021764408346254460<br/> 1286666534719448501449819221390671246157155846185621554409424331577855251200214095067082524142648559<br/> 9659881554353612591403867412422460776539555531219070870630305526323467724773070119652811134935638289<br/> 7462927982293788568883631349409267081148806195991163945788190440205324689815218191760252070147491618<br/> 3828832314949025852387517524828015169975022146702440791172997049722173410904385851196554901887794319<br/> 8319459589401737280330407518862630051588881613569562108842459004760199605403801598397565491823651148<br/> 3269014005206610661942410359825183450690967936189812824575584274974829570086750107201837744374357850<br/> 1757570049273662620461241920670650771096163564217020527455047359751183667592542038136830901570993893<br/> 5891601621321760036916411311681516123297874975915480198703078663419458804402864305516787820345985693<br/> 4289272059416040621749615453716792123088345528261217159323925401073795771543618268184911375295267380<br/> 4938390357565185510364232641363012113915548416488824337750016340723304562246697680012427194495031928<br/> 5079471209642615721698927302762004348567984609484332582529312222882172855754718970819602949196772520<br/> 2144630945959003546499554097891753177921732699678900291422712054944493452178736712822956125877293051<br/> 0399997992974348157936907062251582711022704331161862793704748923701508273401646614312308874237478017<br/> 8674664214517749524379311269583238249276515231135759218285766054677815440082858362452031356522322619<br/> 4649719087517413999205174853559311542767604530826514399383245576596787598613254998041907226149436944<br/> 0718600700155384567612168190071855150015938591639484710520905063576672822902671715968653660591184364<br/> 9165365766883524827564881177864241764581029132488129076507527512109503449158438453841719282138558162<br/> 5212993279138627815619565457912467530341278619419341672498869265954453274501313225177137701794904443<br/> 0991794917425763599027261893744959578381869309546641762568516106443532699939110601589951123503720733<br/> 8465950393219711649816456256986656953206680202126257859098323891799580888242623952863477848461113235<br/> 2889216594453194447465393721747142665519260110867849630867278866000491415661779608513885427911841570<br/> 2743663476581025824516788205758462582694622059841509803100672873105703648279178267666874449863669029<br/> 4917146323352239119119476127803088758287801924080759106903028128733032620998436991415227372083907001<br/> 1403866251447764733346165374978116273513171617667541527556291835789659140576127788986163332536800769<br/> 8972313296309626784361966584073810089181850449761308748056368969669632533883625775284876905955689515<br/> 5023387467272471217438559297270422443240859193295885964922612907992528516329523860022414077126468190<br/> 3501156757042629967129245557385060870656545383341870942651975912372638398771250453163526832840568780<br/> 3145895184936271305086441633489719931521113185740898006988868166077768153814646485367230731815746733<br/> 5972918696262359877612191264299497306856928716507175880622392842467165074998385165181483505794499544<br/> 8139063473432049429242891372561845148800182730664327262775771802607468007792699388819103073238206039<br/> 2938047952942187601504947669132098669969594211589756848320824479197951990124037500059119501676501712<br/> 6144548505799030998701713970033915814767773118132358804291265033958409755369127853957231962590141743<br/> 4615695367797496342356397983536195724502588477594596948469059944775251563392732469133467599567449901<br/> 1149633498180590523080204100471592742734464793692775587649329012416707816450534556476634855812946260<br/> 9116510782224937228880155892729769415562471445769931140855391511378624368263540127686675911547708352<br/> 1098181756440390113697495658583728123006898540482470488051690515273180822764795967628875557750882565<br/> 7011817970533103176174733496961595037736679831106106901561131879211865148063226939479627499260144552<br/> 9601919756015744946861111012022886714161161147773931868702869884490852860743828823027319235368138865<br/> 9923432662887902463720103128739174337189979575130439061636043614650606343864747485375824007305301597<br/> 2294093982604819160542927012433698127577033813897357761659397162183358236031798014429866553311595714<br/> 1788600721470250658181066937770192408683344698511389924513540955385986068357670703852792679139167249<br/> 3045836807966434163586004405200722808630380815921545442707470377154988511684756075606111389639668889<br/> 8365628444917123332663121637740066080612054038644424463832305737617160163797189964965972109399936839<br/> 0685082260546366837300067443401507588760007711224203876302325977304818038603718630000255840302557459<br/> 4951790755493635828403549877906433285027143681044352590860327846332199819507142883652757951693444424<br/> 1798695357144508466725764577990342068695003523637363599779724178443364175239391413734195339275977143<br/> 5249910732345729142592917959066205535292598448687723249119889046284453689168476265364011033941647276<br/> 9719208393645925801343738884215033907065411318543364588687155734631684689467081157459482728130552990<br/> 2659267559273143968012115395733700800764796835899807482538488574867195901998349473804977980737797705<br/> 1152964806091449794192972501083985674996443156468519126946644957077909219434127902644367394435341912<br/> 8287196687522551669858525535073680744811994190676237673695912128734735942022320441561743314730809679<br/> 4159480647255370755501233111374521270958976395536191912288201130468667691065545737986899997158919121<br/> 6488216541751852793814911404750535949300187484925837437651804785616959019881309984056548806270456116<br/> 4533704052194353725475959426013651464415805380578554316201254474861247800998942306524482793967825652<br/> 3873930170712185093098380007962867835129930178770445661154153732134394753710610135119319593634360293<br/> 0122992360748087753981993233084344411733223639183219773778074034559366785608989524181683442408953819<br/> 3245209069406373868584031980207016628896810768749753087190041491661092237193685256195295102611108075<br/> 1630729719017584596211055563005298530265146251165672984922350414865049070685671163507488833570158947<br/> 8377973269819398739998660727569675811617042408102778253624533207908630722333533136304860833953319141<br/> 1875210240465337859927137757246852024012710737080885567141218001832453522922416597383926643074955459<br/> 9777299542165804128832120009355237582414171773188434363699760171744001720137742920913021421726918159<br/> 1888763203788884971870727424396746714711131361876200606993333760112725521182626737279646463631025145<br/> 5462551894650914423579764938370023619569192558344522427033056967684561873044487900076176138445788496<br/> 6361687147513185020459057709102733597769687526384489699734094220828117144008494298747005107082056969<br/> 7809935528409206580581607716209090646554078181617114977629081540094839829501444013894578773866686079<br/> 5973833701929853367617296087338786312385936353684174173748812635535688893053078881895724885253371417<br/> 6218671951557446122683867714710808349166041382705275505058610608911693816006947766772315519937392530<br/> 2340373549874172842390854711784841049290196888419132584703452626866057692381247929148657227857819802<br/> 3195387306336074545356852887054429806447718465846745109011244207069040892763431029167399501328883302<br/> 0949122073388950420566883052391942097661549074759415032756103211097792358555794729734533077327753118<br/> 4439891775723764406464342485914416226166364694249554479287406623303522282581319216588937074375846411<br/> 9669055138600371533233227689294840500855249144840996630723961444662785343498461225248399449316076236<br/> 0792890886791993101189383800036503667458550515779729341652763975841513126387402687822183767421782359<br/> 7295757639756335103814510257672715794434384633052687849789385892570677414345734175030422842519440702<br/> 5057603077421904222756273472385434609002168796369969895564283601181119980854311237744528541943950284<br/> 4534859478900701576439260815441217338656167141707742539283727463089645481718774828504838957431073008<br/> 9929036737448134777095875585574516422081878258837443867710221930271840446455849884515717983251647725<br/> 8769696369127348504434351643460550339175168796318812710656209612647414048220950263626673326821858753<br/> 6459812521361676495367610112768116428806213342030958578999521918624147079742339163421370183010868223<br/> 7186526491146808990228632983011212126242739170016294559949113413729541382740831559822863555356273751<br/> 0980386336800131286608718538201893423660245532483144511606778182030273345492912352165668475937354071<br/> 4168188807549663417111754107526439066615417191518376810230956808571546603156176055919316918384777068<br/> 0748160024719617594042164298308850480956705556130577080764636389115122851488596840790111460370614861<br/> 1064918567316879571730566371213079231373948127144679706567853031994803691062906850759644529232383173<br/> 5579193299321216948006172597807023611533524026426661944260834876172913996622819794762141245812181826<br/> 1366535187484801871758603078959673472550852239251049417056007219534821681352241405278386673200132642<br/> 7699546048247533755253321710118272290274852914047805786052040917105424697765156195004789497818260133<br/> 7184211688190895439188097780826689827143717122279940541122021512400619398113446542438638851447913957<br/> 7993094752553950490748505910554576569031891925771090501147497594818927053935402002458054741587143409<br/> 2607269659604976422179186897144501840250858943955640676919972097737987358341305472708801772851212161<br/> 3184131409497141079131573036876653954929786701814588908647247041884380206591015943647829620894412002<br/> 4165178018299849011692869626363429989884067672619117200954976010545718563777178411908517397923976244<br/> 9231441004032195994377041174404637341092810984489124753407203407650849319511469718561317340356857531<br/> 1210698320264880074682133864229859735157316834194433204936721095757679729223025042278825229759313053<br/> 5812079513511857793706745510711688963473953815018563233128202280984168557302045451514098025859347390<br/> 4390760589183758929507033526872366432450812824709385639037880517532202146210177611545342194779432827<br/> 7170816438336394215044581446081527301885922404943477846383556452561473137915693526453405239910738974<br/> 8317220917723962187042585637902676099779681343315586041988654576797590005713777635747705766048956047<br/> 1678642102443656111225298301872772580681038249136663859011989166111736622516459598049952190508452280<br/> 7155267307843953749065075568497283304567619367255821006677447613185189139364819050113977653153681051<br/> 5005442074916415468874055835769896673562682217599658026991924624441652350908785301948627693734467992<br/> 7781378878444182596281992438147207992683057739866885806783787883968405066371257234428345628089139214<br/> 6883467219455058148047086697680276967091783389142066635598954929327444592228298096675794614345399624<br/> 5344251567096725883299323244172602737239870789343028278268708575986883090609998824653415906820291573<br/> 3889537543757590879226879486066077555818538295853117025358209878489007596397724760785142127081177809<br/> 0864074439705758090768398954162056219655187590236871745313378232959671377921137155641241661055565078<br/> 5062634085118672208488655147743406157729923150158390249202696746329681647740899734646173725445978270<br/> 4034301771196972660245400749861114565982385721704959740768899438096239711129604935133443902021816479<br/> 9629898531708656468757988277178545294817032337846855545497322950030142982702697866801478630997056002<br/> 5780805972658866028473107898264331484367737684871316172119935309665901532295565911998796748977682150<br/> 9229658233781005672232891187857650418158582351283428247304510053700408215531346102591430344665313704<br/> 7922907578919722511469971039973536989080381648464109530020905393718025144451046608502647392841334914<br/> 0845751190224484462062291833120232242119827413671527908234705284888232043409394504783728124551995427<br/> 4113822523983446384041613879022901796401952594938204274399304369492329279134128960775302298850377452<br/> 9452147635803833418260412699865861441599279722439065153198269472130291184175438065212129004198118219<br/> 0641805621797038759903157777354250158550478140622451354393422822228576476061565487646550051732231043<br/> 6012173179764671813573122275409683931875614512530547894317441097343884470743779976283914425897124728<br/> 4228249659985555959405313145571678439188995823592455212430052389860796931774554563116043135376641716<br/> 4227418766893320532256866734917630326252918291838905455016191584020146682530755163011902032819311309<br/> 9600958042468735104245842640963946993066700880132990765485387999730321459991368407827370116476572008<br/> 8829279258327539364450775679446551099853832070278795086574570443555758173218006635867658733600108830<br/> 8072635841068793487992957731712602027373353956185468182032224148187974219776973615768075194975248907<br/> 2152603421476126997396403939354361905569691208781583572078951008536139871101336844598994864356235037<br/> 4538779986629921110249802863914824643222599264740579333508242370925686187694161077531767513360115084<br/> 6659691926749923242738391469711159116336381915434424593014185114830017352541943311618935141791223901<br/> 4222594278388159075394324776146923810229442873064811767146205590099878302212599306247116728480032548<br/> 5988871075840607996271917859772838582928732845010535894245447132649685817150876095903721363373192620<br/> 0466920495722994212284028000190751610599489876728366432841413993713650041386286765432469503718837950<br/> 9515716188826357700071551603134248499522869629523029046130855076816992821393594447059429955930197943<br/> 0957550896079514733706135905056554186510179307303814487401276589597400408167057188009726708649006693<br/> 2356937441408800921761738915793270737169601644359173050007391399659705319944823320155135839490332700<br/> 2215477107385760217257001315970072111179155491734350843660299391877231409563983800804277988987973529<br/> 4638643078720402799474439740281160477545111861147491026971305190808416766977594498601182268021829195<br/> 1261995876080342404819648137906879686707610972347150947814892260373597006195059478367088616245054986<br/> 5449690602835626918367979993318425012334302920581585668393525748145186241038687138104397501154674932<br/> 3022861212857579630785694698782251033829927177542211247145941649634082438009140657234735812767088362<br/> 6316161870987168837437685071525250057715566983806993021021849909356128273394072107305646500011543871<br/> 5153885891851882741604229523037937321834819701541089975992877602434594654919062272048936574371310357<br/> 3414949514522121632867757513219433344650634566717663121559762097483469563704174320515554873358810079<br/> 3788247206562741596735771079053326488979348054445699333806531340854298532422890121033686305427486377<br/> 2484249689958831233095831504476128256419365141364889087786627666658241626142851038517727576961176399<br/> 4450184705073991619021432862184019023824604950871685367237572275753976818485156558034910588192802322<br/> 1584608563306808385742748297643746416576917013326835257160065833397054130274017870411302466098844864<br/> 0938356452525850268071534559395000563767978622318356124187918832573368826765443769916988921300542807<br/> 4774276405261352572717159225611427721695041623008274261371266634059784045313953636814968985091083006<br/> 9213431355758086557065006361770564081111164406953318424427410344140141460372152570305387961548218181<br/> 0716523651920243891785442833372906440901102837171898091413060596912543289928648016601807501170659057<br/> 2319983952771519324084697782354400007535136844991145736948636580658504142180966230772733335294327012<br/> 7454014650325140746827456414064952153607161802846013128422257793801728856210698051081608034556943203<br/> 0478810691090531663848297405834549653390807598551706853468564804589870885974716362718040610656789219<br/> 8659554841399165198394647932635855130799484626111605690620707692178983379364108576993806699209713866<br/> 0245522369376362224530810707486604715910514835913440555702891614082341854686142785069296533109321661<br/> 2255837243678221161673558829814123803582322033440011981786749601932271947558577981046062639835901331<br/> 0234732001599372930816991883102166917747401721092254980928689916771899019702876435513070916879529280<br/> 7275154892799928244718867246314359846113067759657209021825749265213618474869485027239088496489779227<br/> 9670475512067574234738837083987953226898886475000080700757733970181232049762576297454381331404351898<br/> 6399523890034816501021945740611169359387716031434034250329195031480395338390093376680511712387084956<br/> 3197973607706904863219606125289675353238108885970756071955719063645320389823277627450941118299149736<br/> 1380577894388016158738132195802940616437542057013742284224934367240196023759865408460296268076016506<br/> 9701473207528150273374949282918912658099195096892082944642977655493821643544366744612230357238083400<br/> 8875806340387258562089875690132134331844910322908793759539285036832837329602020159758375540313165102<br/> 6217928571848620985662696226482359744943888999551327155065480504065145638609483867306606737329171954<br/> 4412294693866612645198144267650946860003533583010685461593420638125896432654663299267043883669231164<br/> 5980886579939856286384418158270062548942913120553573604058011673221575559744067473786602038850956613<br/> 0232135080107121575773609489730186046884506189916632394378179652949940486080426942409871490068346009<br/> 7187672764286321769301415167554480925810436552545376357009454991004152504438193099885100434727142692<br/> 2795095018746532529426694858747324226586896367368454510276829527700894763084602086670507305016587563<br/> 2106471566836422167637497252148556169262177553547297226289212112273564886924471471141186833381229053<br/> 2724200773794788630796892218831092610007355338936288721113694098514890717563964853526860190690443644<br/> 0829058007283841598871951769800017561623140578817319387968271309600971313614204008888997905484661557<br/> 9683887741623373591208906825825511968820826096826495608620417436763471624808196276161487376593969280<br/> 5453980057079532436037312669705907984768196370914017939971509394198129732054418170200060465683176809<br/> 4383342026265342355112248052813792877679448920633195607207963302654961442325652308384793884759082143<br/> 2511676532016462466436371438623128284006666819792138480059652925899067930987838835511130588423011405<br/> 8595800232020421792277839189120708062623396210689394635858516811767531728938093412634950461530845247<br/> 5980002444815584766117088314522552264788917355046642446034005982911164852865260130758721567195663065<br/> 0618928619988402804520359675383285145471984626426471074641854699817039407732785552909660313049453201<br/> 1649016618852674122175581970081566833135764635865334239137556752595565967631971796368733564129062010<br/> 4348571872207365407845623105045972052990918978887058535838041196115104315915915195706888527789998582<br/> 8716007907426616563980567124096241690479605069886533843309244777551978565647965558006318248296847519<br/> 3720597548174420171521907295487640358045928854384083612109334603395047473960326889959146036035897855<br/> 5598527025766909458633822943206403572439684659265234327367979568792867116515445746634935861794700811<br/> 6933935392194272337752250020412037289540530663893355105244806435113563657797138612632810349832064927<br/> 6593984095638784638482860638240096198577265705752841963749453512450162949222065737418107154852875262<br/> 3113826029232854341389273772333319324917938530732756647048463899619461947350750615334425264414973770<br/> 7267456602967891575989908952182450789051442096081582940831530202698734782892433782700165063231893550<br/> 9935216572625512021096745809869228167668084566725940353997585766639258755658054063394364505274280296<br/> 4773043400364057874697235587183178682571096440248304986510725580349657520465293619901953866394544015<br/> 8858602830675671338778409812257862044033201963859038952779670948075535130057471331252960612021148111<br/> 8202180269270812314555156561403704848886390736815579136068622840691567391915212643125189172855060342<br/> 0418822621002802382001181068136211287973016133579100374511377754112183979439460117010625462731791365<br/> 7106087072333644095588782585595602719892747592456670189664447998439334118383592718962653248817051070<br/> 2267319310024675672950210737821967157339600671729032724896184413435899267794647140126041375148031038<br/> 1424925275214567958294630811315585631585510012730450881793826682820765394336932233653373828686133168<br/> 2147590084637870365149591981086009472798060343416107535076748026707257906417165374402518218731981692<br/> 8189608892652602874274994050564577077375336287395692981008273221835454420080545810203302104691428169<br/> 0642704923706092723028966609631506023252375439255456288252117541321471507562876105154285080355527148<br/> 2894521309555251581644240820281017906937967293018301438041486264608265614947180593310730431816932310<br/> 3361004485567433035580502605272505592087472714806033862306974129394329825699050322068677173836691280<br/> 6459427212127384664995994019293953930788786178545674814809294962848711978633164198912777299190547831<br/> 4689512765797040664089509154008248426978901756049920633379941074589201440805573049903792193919184865<br/> 9752999770793385054613818056838408020068455635699356023566881763858366602475938480269527705003632043<br/> 1673107398871251171577396682141242768269823140256115508880691498163457084801604098724265897940276501<br/> 2244361060299034023127081876760293230222398240250928176645869069264859808518568985181295814047089397<br/> 3517873263389473262461187907290697453980164930004495510750809818190004514914231135243979824427693154<br/> 4059064333985786237067602587927333115887774081435129867915326819023230458906075384635596318973567605<br/> 4631501900792738432896841188585560371125469727582393758138497391494214611184916879716536330519306693<br/> 6277100078398716605862315905242344184973206202398684439160071382034803559082019087066974958711800551<br/> 4010633050224555292880722764224389633339168109749548065272413153392133516012504126961520487664067372<br/> 5315327669144325021418964635953459915179322589058095920442629806761245177476808252187075952886246671<br/> 1450670501755325261395459442275006325866527239901078093058174273118023030345714613284615704917470933<br/> 8950532721507730383905854210117538711849328951748295866047496785983411644185352883548074539342728948<br/> 1536203214613286076657476780588130114337115822093689812307944342200742686076621171741683390179362786<br/> 9557056077220242082027093907915947462794035029691474124802827220157183469576295963277206742474569624<br/> 2592018843404897154782747460396763999200173057476972239971745935224807536090656350156484146190760102<br/> 3006699614657207762620967331264047942346295558406977560955320190760739845995697238662662169855192620<br/> 3985755053698168933777776313943449207373993321959493112387314535743628660556999702567793326674815517<br/> 7527498611247861224791236201541466423658853840170229304252551041261898915687504234943082125689802109<br/> 2980984223386374507073082462385475754089937059523453895116962815588295750985843349140612068711033006<br/> 2082474148299686381747152308844152845611808371807228497299258063380577958371889467534146182808344209<br/> 9384570882012994900700651994240722296022097485865075021157872052697914727351829909629830573732117236<br/> 3539340936009191992123630004542027476292262112625135481428963032200552861757963286403906950171002923<br/> 7975505363525157474286944963218833437770408906142462173294222811940876439545535169202118146269691286<br/> 1155028148673525261822956306039849479255751124086613447907279189108206447370905796098627213778607050<br/> 5712844165392102101364793238702875383594897675073044171893490501453606166471341577638762155692349701<br/> 9818744279642215227959155154500302547271898968102247283340938813111695257337614033147448580944665849<br/> 0429378562397613028703937942296701460133659138796188682641865294137760753206622874122366777428849338<br/> 2099151176597760034048894549914937721249769200744270611279208731565257974754313409179460472033826257<br/> 1713932335843783408305317861163869245989924784587070311084543064193096870765510753559999277032386831<br/> 3026620440463991542402854153124351608973909148655543318773765808990711489993823658747308292435497266<br/> 2191203205374907463232941392034011444209155275449611631842000116884619435989428095280104335183916824<br/> 9936261100907071907444454688495238670649516626542681007738411957214273701367018168822763165126884791<br/> 0110027594360263796302118678944440930868499771944818604720697414184352292875032316817359209496671786<br/> 8082978554071254470759031516382570699566302980862677517649554830383080441662757011700367357685725677<br/> 1920796477283422454504497235089464815588783844841933173119043435173363623417211694642313698899364841<br/> 7944578030831938948721343313037054126564900675363079731943532033245942181203960853408284809092630520<br/> 7407243216077758877130014230268517055004581693653696428451776244878692889520017649110050057375110514<br/> 3324193840466716921412275102232795124642298508179028432771605989190790951237965762279962681657402140<br/> 1348002754244981900237598506469991269354345293308346312779442404732961037135236870771883563613556254<br/> 2999053289104714595521983636366542350080668877053511195682268021908537590766665060796453850115731866<br/> 3303760694185415793926243780497088480268378419080836088647918634837938989215540061065996984457288887<br/> 2567174753444363634040846731032989752557217103548883830302135942112865570067881183348927808678548700<br/> 6010540867492522148837958639398992094727025338685448570147056748939328433714688847256288346637264286<br/> 5778953580978518459393086704983766756442777250508982774902970010709535410064641624992358856783029052<br/> 5927570180838506647803987770721553148449073730463152546276823936042880473369459153311368107791787656<br/> 5800396665664521862118984250115413576632769575809074643286673387296080429560618136505056229126054612<br/> 3962975625966244195191927923327467017121698452434460139693728916031899776327496230081996803350410739<br/> 6205800553462116146510176250416826699377058115710350859415885623245034611000287783849758178421476442<br/> 1158170609634156067225810892598313154312640498063463397439653291110932905136215607433542858616169159<br/> 7285629840058650813022928883884272395672715040460351991596733484201266331264641720958693120754414304<br/> 0017803650054775188772591843326008849159574965753461182557783116266448136033469890564045961721824740<br/> 3814185470027295883607281042450344006959764579244084000011582193545274645215272067641331960374414039<br/> 2127883262460146111226712530915993177623457297948211433898581956457442930538145329016798888575092048<br/> 4971056850434139692244745590821544515378070148835486352052114656125596770851717365127822318261668377<br/> 1804260307791711500839721181793801309944616358074636689563859290070881663293106843888142782259674785<br/> 4030653712380985950079639113021532796089089155816837166471354755835006455278979687456469514492057899<br/> 5493137502980473909467243887442611132247938853686048160727977690671132917286824877746713309966009823<br/> 8912461634248092238454248417639233555245211919282784296083702134079807296371771783696018521861398852<br/> 3521741205916602659619048603392587831777159347259065082230321341477287017770598450910222097334983400<br/> 1384426686135009682324917071975642465820709473526917956595982554553267108280096299628956996192108146<br/> 2727594005056469290007439220434903557789487262895612058399635808477364890908508877428284900750426615<br/> 6530518010416356497662876987355138538588494337999151959269096104718322549304211014386456078048977890<br/> 7145299804692105384034373548858828997143565504902290729247935832983124432348474935174954809372486748<br/> 0249912881493148869154391846784357168106210122239624654710622017356668036373398446181030729648138984<br/> 0297136805892149030943961246411915893516791929876115589901891099241290419876934481826283455581688281<br/> 5428623158360993283676237940137510498386097144443575894880325984989602490300949101722286684277176448<br/> 6552189628911014633814732699316881553277507714850189703335229972548965708829279436689298631408195411<br/> 1863459213704816180287135520098283504778066303812201606359304113208919712228322618312823825536950907<br/> 9847301190466459977277767468958394211977507761670595850176987682312331993944042601921304285845068244<br/> 4364745820898639742006398522565109857193517647678342422512783172157385815172933952901180784695038479<br/> 5223315305451829810919057452143788917191338113808383204732594782146120875625110482428854914853666325<br/> 4924807884600027250768514005435284372096831678814734633674405473643965922899495093564671966549590084<br/> 4915200394329279400908507246067221658544789059743760643410427403540954858335350704677278236973458459<br/> 8418251640367739473623073012019800642434079137471389797370531824570392164882284324655122250360257584<br/> 6803140959991599795013789395136968803402791902190836957722371516235298116828993351588249181636895617<br/> 2204164083290898871220966515283950770247495872100451404738230851953929198718588903086288624738565170<br/> 1171007710383162857186250184340585307805002200179841366054194090602281090861998196296922013181753853<br/> 8459364450349651870362815323380487973898860505277007077382111101654026745715544225102755466782354183<br/> 8231055703393347067016627440854872616999634349055176614382881856206421521556048919269689815947021799<br/> 0197113027766838397227932956569554555545989435108034157139515296868410413647899760140598071282910709<br/> 8261108846711871289678973244215239378360360028811120390740423415502625054676577416789626349787778079<br/> 2526598247404215762113858624624778280422920502039456987599397207885795492860462585643249600197635809<br/> 4974159955030699569456430423981547598656244069186337200822259149939420439029228818808513755864401144<br/> 6684322904395924941761938457580849532062256847940999756296742957456574275604145061028094367704701905<br/> 7397199042961039252679957643978346420659094503093209157677286944632178338093696791301039799178415329<br/> 2125615352752243073959398702298197134253333763587770983331730264996240021983390400985319470085890432<br/> 6776981262392457790375314420107703969973421417494974835547745568592013609976739162581150136125684678<br/> 6558510232147395051438437567709550359686839758030204352782246950793398236233928244598916788317694972<br/> 3771057204118204669747691004167909848008567446234294039130072814759713245226645606676163543063932150<br/> 3494491981573236310143698881878873442212652748447779883255777153233432496542717898806391507602669569<br/> 6875200542310630230830676110306479541130745443077779362005279744843743921408927574796842100109122114<br/> 7357583516814883030188169725452302914853610951678206476950292266179839323855510568340044129458375458<br/> 9214652103528631278730887820902899709668722417608442618722120774728336460428932365025168080511160598<br/> 1431811609276370672209346676735530560643666733447206209666918609072625997685392528778408486710198126<br/> 0276234325978492215324025065328292268598058421950692506199097568121306836548187172316314528339774026<br/> 6776569320880699371703385332158394333940214674039277780519329602571060531363182299350183275999986860<br/> 4612430634182122416321609655322513169720608539998058092819947314150750603318275733697739785647016169<br/> 9060844694056896688924315153343153917737421620855384896762318951087460392881425950274806744502997950<br/> 7017602987428350275471689040129019627696139234813642860348959185773128873428714959905456403820142414<br/> 0552222905724236380334854990500853634167658054126079066609482026088003019994108737594597926362751968<br/> 0484680659925598228597454257740101087903260688016362170892060288499761020412555965989451256095394804<br/> 2869009552030978404650129171356899054263131269851460124836991457415735186296986041194577515702140842<br/> 5448334751810602314427730437885615622716366499582429714313417182803319656313634810669748192209402681<br/> 8010828516083257787786747280856992845623316206267732122286607638069570130695242712893272002205064394<br/> 4425719193413868536412515009048386223072337307412369317793972653087053817074826368595009243324228922<br/> 1342827504129597603080586780826719766690916059171085574025331902033431699553832473382873738359678856<br/> 4854213437371395957325831474578833099747357667838907789488277200438455694987136384688241565836067447<br/> 5897457828012916636334688515255541722870451152586484849928085364587535006790032879468766968546329018<br/> 6819886919553828149621919576823850746078378465289028417923169082778547410220931772248040064949741690<br/> 5511957627676940660218890733192574523561422334487096985554816428342090261277657452084828524903914572<br/> 6717343124064188888210752714869289301000762617566038222560131326368874713825813740793415066256467539<br/> 9688255654931759162376200877072956457843407604021576836065692152230477920413521947828482104725997686<br/> 9108998846305643532679150877523559843168833266131283317506772129350527309387270720339232695336694376<br/> 5627911902812836479905563681158843622677701168470851330464767702823477220972578048975012840729693368<br/> 0212209381982121978544679476061649583193372717794702918358708430058317235593578920563910643962755293<br/> 9461955903835606087850887969939681921054504307091191908590174860766609452109087657360133408272526489<br/> 6082245897735264781248898450913756231649315068990064506351034984308245942019629997091101283106483669<br/> 9362109971893840718118668926974815441294842768079837480232698225075005022565586051232315293895651649<br/> 5545246099053047943872480165786087459869783418999103170647352972924797848600627960934890530472230324<br/> 1864150178128207690735431555841639536570364592068609222085550855804357159395012987321194572782287747<br/> 2145583473856340809804510166741133713798123989777437572855303058607274523706305099481030576061366564<br/> 8248860333670132801896669428321446999856909605146398292366755311731473421140591784450757211317813198<br/> 8478355486497583223190745542628484861307908433324102395544462765576695753382657060109684388168533854<br/> 8431235329164939490341555516778338501582365141522542318637549826624444098088294989941826041884069992<br/> 7870877730806845159912747316343016190843084494934498223465010463246232593749760299073894274128668607<br/> 0820840548053506540171059384312484580917154953005791231115622362084050027871767502291120255511244823<br/> 4898739072570344289738393660177422089458645734287599038201457427580128530184940268977720476280295766<br/> 1074507474595235461260533073660606830813698902891630278524864450584708733234691771495952397799102696<br/> 5389696016649425230489789492762503600391795734146395657570883119168159085594882185103559650094357375<br/> 4358956005699127537237267886075845287875995337333205446548741180206995285820907784022721103816195471<br/> 0275471248173933538332254337221235425893255791496069588126200528000464899737539374969622841514938618<br/> 2687221683383343209925915204993964262910036605937014097444618151977818958898647908946939651817174012<br/> 0686669619433881851291624706374042579705028478541352255727949589479111587165625774430702620595230737<br/> 4376209665431939964226475253086723462020317048862730541258844302603602606325776986820438429569351034<br/> 7027855901781477166577959058790387692172277188231994125770974490388398785326225913964134982043700815<br/> 1834542265737118082705099529951463044604466534865414885549150010040690109930703166596908746395039866<br/> 7863705390371497694712230842323121202453343241283440812492355089512296946050902300337482666275069949<br/> 1224356244524729603078144465758271288304432686017537606032976431307211850708947254130783687660383444<br/> 4863977214957820316799774115655566026371919773389960933802560072391913214377602228907681959032170131<br/> 3909366285557832285291544118740210343339794843248785539883300940172476541916547282799878632042910294<br/> 5424906196584785499513217711273013288607348012368268493279260403717058658594894184249773083050086907<br/> 5427501338343253749718544599570712923244154186152477640102890109682185040792330998538965004936957667<br/> 8110501603550136324588652431522439404697535674443604615139643318420648424078358570990230617213849139<br/> 8542760432741212755677381153053892561883906376602193683236736730822711678956149432532644153240796400<br/> 485109329883378631644703566339852138578455730061311<br/> [[Category:Matematika]] Matematika 1433 2550 2006-05-28T18:08:06Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} * [[Bilangan prima Mersenne]] [[Kategori:Matematika| ]] Pidato 1434 2612 2006-05-29T09:17:33Z IvanLanin 30 +1 {{process header |title = Pidato |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Berikut adalah daftar koleksi pidato Wikisource. }} * Pidato Soekarno ** [[Pidato Soekarno: Lahirnya Pancasila|Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945]] *Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia **[[Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 20 Oktober 2004]] **[[Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 16 Agustus 2005]] *Pidato Presiden Republik Indonesia lainnya ** [[Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 27 Januari 2006|Pidato Susilo Bambang Yudhoyono pada Peresmian Pabrik Perakitan Yamaha Motor Indonesia]] ** [[Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 30 Januari 2006|Pidato Susilo Bambang Yudhoyono pada Peringatan 1 Muharram 1427 H]] ** [[Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 13 Februari 2006|Pidato Susilo Bambang Yudhoyono pada Pelantikan Panglima TNI dan Kepala Stau TNI AU 13 Februari 2006]] [[Kategori:Pidato| ]] [[en:Wikisource:Speeches]] Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 16 Agustus 2005 1436 2178 2006-05-25T04:43:17Z IvanLanin 30 +kat <small>< [[Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono|Susilo Bambang Yudhoyono]]</small> ---- '''PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERTA KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 2006 BESERTA NOTA KEUANGANNYA DI DEPAN RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA''' Jakarta, 16 Agustus 2005 Bismillahirrahmanirrahim,<br> Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br> Salam sejahtera untuk kita semua,<br> Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati,<br> Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Lembaga-lembaga Negara,<br> Yang Mulia para Duta Besar dan Pimpinan Perwakilan Badan-badan dan Organisasi Internasional,<br> Hadirin yang saya muliakan,<br> Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena pada hari yang membahagiakan ini, kita dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, untuk mengawali Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2005/2006. Saya berterima kasih kepada Dewan, yang telah memberikan kesempatan kepada saya, untuk menyampaikan Pidato Kenegaraan, dan menyampaikan Keterangan Pemerintah tentang Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2006, beserta Nota Keuangannya. Besok, tanggal 17 Agustus 2005, kita akan memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan negara kita yang ke-60. Saya ingin menggunakan kesempatan ini, untuk mengajak segenap bangsa Indonesia memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah, selama 60 tahun ini negara kita tetap tegak berdiri, di tengah ujian yang datang silih berganti. 60 tahun perjalanan bangsa, memang masih jauh dari cita-cita para pendiri. Namun, pengalaman suka duka membangun negara selama 60 tahun ini, cukup menjadi bekal bagi kita, untuk menghadapi dan menyelesaikan tantangan-tantangan bersama. Kita bersyukur, kini kita tidak lagi dibebani konflik ideologi seperti di masa yang lalu. Era Reformasi telah mendorong kita menjadi bangsa yang demokratis. Dalam era itu pula, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami empat kali perubahan. Kita berusaha membangun keseimbangan baru antar lembaga-lembaga negara, yang kita harapkan akan membawa kehidupan yang lebih demokratis dan lebih dinamis. Dari empat kali perubahan Undang-Undang Dasar 1945, terdapat kesepakatan dari semua kekuatan politik untuk tetap mempertahankan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar, memuat hal-hal fundamental mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain memuat falsafah negara dan tujuan pembentukan negara. Kesepakatan mempertahankan Pembukaan Undang-Undang Dasar itu, sekaligus menunjukkan, bahwa kita telah mengakhiri perdebatan ideologi. Pancasila, telah kita terima sebagai falsafah dan dasar negara kita, serta menjadi asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saya mengajak segenap komponen bangsa, untuk sama-sama melaksanakan kesepakatan itu dengan sepenuh hati. Sekarang, mari kita mencurahkan segenap perhatian untuk menata sistem penyelenggaraan negara, dan menyelesaikan masalah-masalah kongkrit yang dihadapi bangsa kita. Sebagian dari upaya kita menata kehidupan bernegara, telah berhasil kita laksanakan dengan aman dan lancar. Pemilihan Umum anggota badan-badan perwakilan dan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, telah berjalan dengan baik. Masih ada berbagai permasalahan yang kita hadapi dalam proses pemilihan kepala daerah. Namun, saya yakin, semua itu setahap demi setahap akan dapat kita atasi. Demokrasi, tidak mungkin dibangun dalam sehari. Kita masih memerlukan waktu untuk belajar mendewasakan diri. Era Reformasi telah memberikan mandat baru kepada kita untuk memberantas berbagai penyimpangan. Kita memberantas penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, pelanggaran hak-hak asasi manusia, korupsi, kolusi dan nepotisme. Reformasi bukan berarti kita menjungkir-balikkan segala tatanan yang telah ada. Hakikat reformasi adalah kesinambungan dan perubahan. Reformasi berarti penataan kembali tatanan kehidupan bernegara ke arah yang lebih baik. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan yang saya hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air,<br> Tujuan kita mendirikan negara ialah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan itu, selain kerja keras, kita memerlukan landasan, arah dan kebijakan. Sekarang kita tidak mengenal lagi adanya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Meski demikian, kita tetap memerlukan dokumen kenegaraan yang berisikan landasan, arah dan kebijakan serta tahapan-tahapan pembangunan nasional. Kita semua menginginkan, Indonesia ke depan mestilah Indonesia yang berkembang berdasarkan jiwa, semangat, nilai, dan konsensus dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia ke depan mestilah Indonesia yang tahan terhadap resesi, krisis, dan berbagai goncangan perubahan. Indonesia ke depan mestilah Indonesia yang siap menghadapi perubahan, serta yakin akan keharusan pergaulan internasional. Indonesia yang semestinya, ialah Indonesia yang lebih aman dan damai, lebih adil dan demokratis, serta lebih sejahtera. Setiap langkah yang kita lakukan tidak selalu memberikan hasil seketika. Namun, setiap langkah yang kita ambil, akan menciptakan tatanan baru yang membentuk masa depan bangsa. Meski masa 60 tahun telah cukup panjang bagi sebuah perjalanan, namun masih terlalu pendek untuk mewujudkan cita-cita mulia bangsa ini. Saya mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga, dan mengisi perjalanan bangsa ini, dengan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Untuk melaksanakan pembangunan nasional, saya telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009. Selanjutnya, RPJM Nasional itu, akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan yang menjadi pedoman bagi penyusunan RAPBN. Dalam pidato ini juga, saya akan menyampaikan Keterangan Pemerintah tentang RAPBN Tahun 2006, guna dibahas untuk mendapat persetujuan bersama. Dalam RPJM Nasional, saya telah menguraikan visi dan misi, yang mencakup paparan tentang permasalahan dan agenda pembangunan nasional, yaitu (1) agenda menciptakan Indonesia yang aman dan damai; (2) agenda menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis; (3) agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan nasional. Selanjutnya seluruh agenda dalam RPJM Nasional itu, dirinci lebih lanjut oleh setiap Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Departemen serta Pemerintah Daerah dalam rencana strategis instansi yang bersangkutan. Terhadap pelaksanaan RPJM Nasional, saya mengharapkan dukungan dari lembaga-lembaga negara. Posisi paling depan sebagai mitra kerja Pemerintah adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan juga Dewan Perwakilan Daerah. Dalam kurun waktu sepuluh bulan terakhir ini, saya merasa hubungan kemitraan, antara Pemerintah dengan DPR dan DPD telah terbina dengan baik. Atas kerjasama yang baik itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Sebagai Kepala Negara, saya pun menyambut gembira dengan semakin berfungsinya lembaga-lembaga negara yang lain, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia dan berbagai institusi lainnya. Saya berkeyakinan, jika semua lembaga-lembaga negara menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya masing-masing, maka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan semakin baik. Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Izinkanlah saya, Saudara Ketua, untuk menjelaskan satu demi satu agenda pembangunan nasional kita. Dalam agenda pertama, kita bertekad untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai dalam masyarakat kita yang beragam. Kita ingin mengatasi separatisme untuk menjaga keutuhan NKRI. Kita juga ingin meningkatkan peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia. Kita telah bertekad untuk membangun satu bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Para pemimpin terdahulu telah berjuang sepenuh hati untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa. Sejak tahun 1945, para pendiri bangsa telah bersepakat untuk menjadikan wilayah bekas jajahan Hindia Belanda menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkali-kali kita mengalami ancaman perpecahan, namun satu demi satu ancaman itu dapat kita atasi. Kita memang mewarisi beban-beban masa lalu, baik di Aceh maupun di Papua. Sejak awal kemerdekaan, Aceh adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumbangan tokoh-tokoh dan rakyat kita di Aceh dalam menegakkan kedaulatan negara di zaman revolusi, tidak mungkin kita lupakan untuk selama-lamanya. Ketika sebagian besar wilayah negara kita diduduki oleh pasukan Sekutu dan Belanda, kita menjadikan Aceh sebagai daerah modal. Berbagai peristiwa telah terjadi di masa lalu, sehingga terjadilah pergolakan dan pemberontakan, yang baru dapat diatasi pada akhir dekade 1950. Situasi tenang di Aceh tidak berlangsung lama. Berbagai ketimpangan yang ada, telah mendorong timbulnya gerakan pemisahan diri, sejak tahun 1976. Sejak itu, hampir tiga dekade lamanya konflik bersenjata terjadi di Aceh. Berbagai kebijakan penanganan telah dicoba untuk dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan. Betapa sedih dan duka hati kita, dalam 60 tahun usia kemerdekaan bangsa kita, hanya beberapa tahun saja rakyat kita di Aceh menikmati kehidupan yang damai. Kesedihan itu semakin bertambah, ketika gempa bumi yang dahsyat dan gelombang tsunami melanda Aceh. Hampir dua ratus ribu jiwa menjadi korban dalam waktu sekejap. Dalam suasana duka seperti itu, Pemerintah bertekad untuk segera menyelesaikan persoalan di Aceh secara damai, adil dan bermartabat, sesuai amanat Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002. Sejak bulan Januari yang lalu, saya mulai meneruskan langkah Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati, untuk melakukan pembicaraan informal dengan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia. Pembicaraan itu telah membuahkan hasil, dengan ditandatanganinya Memorandum Kesepahaman tanggal 15 Agustus kemarin. Dengan kesepahaman ini, GAM mengakhiri kegiatannya untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah telah meminta pertimbangan DPR untuk memberikan amnesti dan abolisi kepada mantan aktivis GAM. Semua agenda yang tertera dalam Memorandum Kesepahaman, akan kita laksanakan dengan konsisten. Saya minta kepada mantan aktivis GAM untuk juga mentaati kesepakatan itu. Dalam melakukan pembicaraan informal dengan GAM, Pemerintah tetap berpegang teguh pada prinsip, yakni tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bendera Merah Putih tetap berkibar dan otonomi khusus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dijalankan. Tidak ada satu pasal pun Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang yang tidak kita pedomani. Konflik di Aceh adalah persoalan dalam negeri. Kita tidak pernah berniat untuk menginternasionalisasikannya. Kehadiran pemantau asing dari Uni Eropa dan ASEAN untuk memonitor pelaksanaan Memorandum Kesepahaman, bukanlah campur tangan asing ke dalam negeri kita. Kita juga pernah melakukan tugas yang sama, memantau proses penyatuan dua Vietnam dan memantau gencatan senjata dalam proses damai, antara Pemerintah Filipina dengan Front Nasional Pembebasan Moro (MNLF). Pemerintah berharap, penandatanganan Memorandum Kesepahaman dengan GAM, akan menjadi titik awal penyelesaian konflik yang permanen di Aceh. Selanjutnya, saya mohon dukungan seluruh rakyat, agar Pemerintah juga dapat menuntaskan permasalahan di Papua. Pemerintah ingin menyelesaikan permasalahan itu secara damai, dengan mengedepankan dialog, dan pendekatan persuasif. Kebijakan penyelesaian masalah di Papua, diletakkan pada pelaksanaan otonomi khusus secara konsisten, sebagai solusi yang adil, menyeluruh dan bermartabat. Penyelesaian itu harus dilihat secara utuh, jernih dan bijak dengan memperhatikan realitas dan legalitas keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat. Kesemuanya diorientasikan kepada kemajuan dan kesejahteraan seluruh rakyat di Papua. Masalah di Papua adalah masalah dalam negeri kita sendiri. Kita menolak campur tangan asing dalam menyelesaikannya. Sejarah Papua sebagai bagian integral wilayah negara kita adalah jelas. Setiap perundingan kita dengan Belanda, yang telah dilakukan sejak Perundingan Linggarjati hingga Konferensi Meja Bundar dan sesudahnya, tidak pernah luput dari agenda pengembalian Irian Barat sebagai wilayah kedaulatan NKRI, yang ketika itu masih diduduki oleh Belanda. Tidak satupun program kabinet di zaman Revolusi dan zaman Demokrasi Parlementer, yang tidak mencantumkan pengembalian Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi. Tidak ada manipulasi sejarah yang perlu diluruskan. Dunia menjadi saksi setiap perundingan pengembalian Irian Barat, hingga terlaksananya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di bawah pengawasan PBB tahun 1969. PBB telah mengakui hasil Pepera, dan sampai hari ini tidak pernah mempersoalkannya. Dengan demikian, dilihat dari sudut hukum internasional, tidak ada yang perlu diragukan mengenai keabsahan Papua, sebagai bagian integral wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Kondisi aman, tertib dan damai sebagai prasyarat pelaksanaan pembangunan kini mulai membaik. Langkah-langkah yang kita lakukan, telah berhasil meredam konflik horizontal di berbagai tempat. Masyarakat di wilayah konflik kini terus memantapkan perdamaian, dan melaksanakan rekonsiliasi. Untuk menjaga keutuhan kedaulatan negara Republik Indonesia, Pemerintah akan meneruskan langkah-langkah perkuatan pertahanan negara, baik personel, maupun persenjataannya. Sebagian besar peralatan pertahanan kita telah tua usianya, dan teknologinya sudah tertinggal oleh perkembangan zaman. Sebagian dari peralatan itu bahkan tidak dapat dioperasikan karena berbagai sebab, termasuk kelangkaan suku cadang. Untuk mengatasi keadaan ini, Pemerintah melakukan perbaikan, rekondisi dan repowering peralatan yang ada, di samping berusaha memperkuat industri pertahanan dalam negeri dan membangun kerjasama kemitraan dengan negara lain. Pemerintah terus mengupayakan, agar embargo suku cadang berbagai jenis peralatan pertahanan dapat diakhiri. Dengan keterbatasan anggaran, kita akan meningkatkan tingkat kesiagaan dan operasionalitas alut sista TNI, sehingga lebih mampu mengemban tugas-tugas pertahanan negara. Pembangunan di bidang pertahanan, tidak diarahkan untuk memperbesar kekuatan, tetapi untuk mempertahankan dan memelihara kemampuan yang ada, terutama kesiapan kekuatan pertahanan terpadu dengan mengutamakan pertahanan wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan wilayah laut, terutama di sekitar Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pemerintah juga akan meningkatkan pengamanan Selat Malaka dari berbagai ancaman, sesuai tanggungjawab kita sebagai negara pantai. Untuk itu, kita telah meningkatkan kerjasama segitiga dengan Malaysia dan Singapura, di samping dengan negara-negara pengguna alur pelayaran di selat itu. Pemerintah juga terus meningkatkan kemampuan untuk mencegah dan menanggulangi aksi-aksi terorisme. Kerjasama regional dan internasional dalam menghadapi ancaman ini, telah berjalan dengan baik dan terus akan kita tingkatkan lagi. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Selanjutnya, dalam mewujudkan agenda yang kedua menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis, kita bertekad untuk meningkatkan keadilan dan penegakan hukum, memberantas korupsi dan melaksanakan reformasi birokrasi, serta terus memantapkan konsolidasi demokrasi. Sejak awal, Pemerintah telah bertekad untuk memerangi korupsi. Korupsi kita pandang sebagai kejahatan serius yang telah menyengsarakan rakyat dan merusak moral bangsa. Mengambil pelajaran dari masa lalu, kita harus benar-benar tegas dan konsisten dalam memberantas korupsi. Sebab itu, pada tanggal 9 Desember 2004 yang lalu, saya telah mencanangkan Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi. Selanjutnya, sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, telah disusun Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) 2004-2009. Untuk mempercepat penindakan perkara korupsi, saya telah membentuk Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 2 Mei 2005 yang lalu. Pemerintah telah berkoordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengefektifkan langkah-langkah pemberantasan korupsi. Hasil yang dapat kita capai dalam waktu yang singkat ini ialah, dalam periode Oktober 2004 sampai April 2005, kejaksaan telah melimpahkan 233 perkara tindak pidana korupsi ke Pengadilan. Timtas Tipikor kini, tengah menyidik 7 kasus dugaan korupsi. Sementara, sampai minggu kedua bulan Agustus ini, KPK menangani 27 kasus/perkara tindak pidana korupsi, dengan rincian: 12 kasus dalam tahap penyidikan, 6 kasus dalam tahap penyidikan, 7 kasus dalam tahap penuntutan, 2 kasus sedang dalam pemeriksaan kasasi. Dalam kurun waktu yang singkat ini, memang belum banyak hasil yang dapat kita capai. Namun, momentum pemberantasan korupsi jelas telah bergulir dan kita akan terus memelihara momentum ini, untuk menekan korupsi sampai batas minimum. Dalam memerangi korupsi, pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri. Aksi pemberantasan korupsi memerlukan dukungan seluruh lapisan masyarakat. Kepada Kapolri dan Jaksa Agung, saya telah menginstruksikan untuk menindak tegas bawahannya yang mempermainkan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain. Tanpa bermaksud untuk mencampuri kewenangan badan-badan peradilan, saya berharap para hakim juga akan melakukan pembersihan ke dalam, dan bersungguh-sungguh dalam menangani perkara-perkara korupsi. Kepada organisasi-organisasi advokat, saya juga mengharapkan kesungguhan dalam menegakkan kode etik untuk mengawasi perilaku para anggotanya. Bersama-sama dengan penegak hukum yang lain, saya berharap, para advokat akan bersungguh-sungguh memerangi korupsi, penyuapan dan praktik-praktik tercela lainnya, yang dapat merusak kewibawaan hukum dan lembaga-lembaga peradilan. Reformasi kelembagaan untuk memperkuat institusi birokrasi, untuk membangun pemerintah yang bersih, efisien, dan efektif, terus kita lanjutkan. Reformasi kelembagaan mencakup perbaikan penggajian, perbaikan kapasitas dan produktivitas, dan peningkatan disiplin dan etos kerja. Pemerintah terus berupaya melakukan berbagai langkah penting dalam pembenahan ini, termasuk rencana peningkatan gaji pegawai negeri, anggota Polri dan TNI, termasuk pemberian gaji ke-13 dan pengangkatan pegawai-pegawai honorer. Dalam upaya pembenahan hukum, Pemerintah mengharapkan kerjasama yang erat dengan Dewan untuk melaksanakan program legislasi nasional. Pemerintah akan terus melanjutkan pembenahan aparatur penegak hukum, sarana dan prasarana hukum dalam rangka menegakkan wibawa hukum. Kita sama-sama telah bertekad untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memenuhi hak asasi manusia. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, telah memasukkan pasal-pasal tentang hak asasi manusia yang cukup lengkap. Saya telah menandatangani Rancangan Undang-Undang untuk meratifikasi International Convenant on Civil and Political Rights dan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, untuk segera kita sahkan. Pemerintah memang menanggung beban atas belum tuntasnya berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu. Sebagian dari kasus-kasus itu, ada yang telah diperiksa dan diputus oleh badan-badan peradilan. Sebagian lagi masih dalam tahap penyelidikan. Sepanjang masih dapat dimajukan ke pengadilan, Pemerintah akan meneruskan kasus-kasus itu. Terhadap kasus-kasus yang sulit dibuktikan, kita akan menyerahkannya kepada Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang pembentukannya sebentar lagi akan kita selesaikan. Pemerintah menyadari berbagai ketiadakpuasan terhadap putusan Pengadilan HAM Ad Hoc atas kasus pelanggaran HAM yang berat menjelang dan segera sesudah jajak pendapat di Timor Timur pada tahun 1999. Pemerintah juga mengikuti dengan sungguh-sungguh inisiatif Sekjen PBB Kofi Annan membentuk komisi ahli untuk mengkaji proses persidangan Pengadilan HAM Ad Hoc. Namun, Pemerintah berkeyakinan, penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di Timor Timur tahun 1999 itu, dapat menempuh alternatif penyelesaian melalui Komisi Kebenaran dan Persahabatan, yang telah dibentuk bersama oleh pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor Leste, dan telah diresmikan tanggal 11 Agustus yang lalu. Melalui komisi ini, kedua Pemerintah ingin agar kebenaran ditemukan dan rekonsiliasi dipromosikan. Kedua Pemerintah berkeinginan agar hubungan kedua negara lebih diarahkan untuk melihat ke depan, bukan melihat ke belakang. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Kita patut bersyukur bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini, kita telah mampu menciptakan stabilitas politik dalam negeri yang dinamis. Masyarakat telah terbiasa dengan perbedaan pendapat. Pers kita memiliki kebebasan yang utuh, tanpa ada lagi sensor dan pembatasan yang dilakukan oleh pihak manapun juga. Kebebasan pers telah meningkatkan daya kritis masyarakat, baik terhadap Pemerintah dan penyelenggara negara lainnya, maupun kritis terhadap pers itu sendiri. Kebebasan rakyat untuk membentuk partai politik dan menyalurkan aspirasi politik sepenuhnya telah terjamin. Dalam pelaksanaan Pilkada, sebagiannya telah berjalan dengan lancar. Sebagiannya lagi, diwarnai protes, unjuk rasa dan tindak kekerasan. Kita perlu menyempurnakan penyelenggaraan Pilkada, diwaktu-waktu yang akan datang. Kepada para calon Kepala Daerah dan pendukungnya, saya mengajak, marilah kita bersama-sama mendewasakan diri. Dalam sistem demokrasi, setiap calon harus siap untuk menang dan siap untuk kalah. Kita harus mentaati etika politik. Pihak yang tidak puas, silahkan menempuh jalur hukum. Jangan menggunakan kekuatan dan kekerasan. Kita tidak ingin proses Pilkada menjadi faktor pemicu ketidakstabilan politik. Mengenai politik luar negeri, Pemerintah tetap melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif. Dalam diplomasi, kita selalu memperjuangkan dan mengutamakan kepentingan nasional, sambil mempromosikan perdamaian dan kerjasama. Diplomasi Indonesia dilakukan pula untuk memagari potensi disintegrasi bangsa, dan memperkuat bangunan lingkaran konsentrasi kerjasama kawasan, yang bertumpu pada ASEAN sebagai pilar utama. Tanda-tanda menguatnya peranan negara kita dalam percaturan politik internasional, kini mulai nampak. Terpilihnya Indonesia menjadi Ketua Komisi HAM PBB, menunjukkan indikasi membaiknya posisi kita dan meningkatnya kepercayaan dan pengakuan perbaikan situasi HAM di dalam negeri. Dalam waktu yang singkat kita berhasil menyelenggarakan KTT Khusus ASEAN Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, yang telah berhasil mendorong perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemanusiaan yang terjadi di negeri kita dan di kawasan. Dengan persiapan yang mendesakpun kita berhasil menyelenggarakan KTT Asia Afrika. Keberhasilan penyelenggaraan konferensi ini telah memperkuat posisi kepemimpinan kita dalam mensponsori kerjasama kemitraan strategis baru kedua benua. Indonesia akan terus meningkatkan peranannya dalam Organisasi Konferensi Islam, meneruskan dukungan bagi pembebasan Palestina, dan meningkatkan peranan yang lebih penting di dunia Islam. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Hadirin yang saya muliakan, Izinkanlah saya, Saudara Ketua, untuk beralih secara singkat menguraikan langkah-langkah kebijakan untuk mewujudkan agenda ketiga yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam 5 tahun pemerintahan ini, kita bertekad untuk mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan menjadi separuhnya. Tingkat pengangguran terbuka kita upayakan dapat menurun dari 9,9 persen menjadi 5,1 persen, sedang tingkat kemiskinan kita upayakan menurun dari 16,6 persen menjadi 8,2 persen. Untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran, kita akan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas. Artinya, pertumbuhan yang kita harapkan adalah yang mampu menyerap tenaga kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan serta menjaga kelestarian lingkungan. Revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan merupakan bagian penting dari strategi perekonomian kita. Upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, selain dilakukan melalui peningkatan pendapatan terutama bagi penduduk miskin, juga ditempuh dengan perbaikan kualitas kehidupan rakyat. Hal ini akan tercermin terutama dari pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Perkenankanlah saya kini menguraikan pokok-pokok perkembangan dari pelaksanaan strategi peningkatan kesejahteraan rakyat itu. Dalam 10 bulan pertama pemerintahan ini, kita mencatat perkembangan ekonomi yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 sebesar 5,1 persen, menunjukkan kecenderungan meningkat yang cukup pesat pada semester pertama tahun 2005 yaitu sebesar 6,2 persen dan 5,9 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi telah makin kokoh dengan ditopang oleh faktor investasi dan ekspor, menggantikan faktor konsumsi. Pada semester pertama 2005 pertumbuhan investasi 13,6 persen, sedangkan ekspor tumbuh 10,2 persen. Sisi produksi juga membaik dengan industri pengolahan nonmigas yang mampu tumbuh sebesar 8 persen. Pertumbuhan kredit perbankan juga menunjukkan akselerasi di atas 29 persen. Kredit untuk UKM bahkan tumbuh mendekati 40 persen. Indeks Harga Saham Gabungan terus menunjukkan kecenderungan penguatan dalam tahun 2005 dengan akselerasi yang sangat tinggi sejak Mei, dan mendekati tingkat 1185 pada awal bulan bulan Agustus. Dalam menarik minat investasi dan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan internasional, diplomasi ekonomi secara intensif telah dilakukan melalui berbagai kunjungan kenegaraan saya, Wakil Presiden dan para menteri ke negara-negara partner investasi dan perdagangan seperti Jepang, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Republik Rakyat China, Malaysia, Singapura dan lainnya. Kunjungan yang telah kami lakukan menghasilkan komitmen investasi maupun perdagangan yang memuaskan. Kunjungan ke China telah menghasilkan kesepakatan peningkatan investasi sebesar 9 miliar dolar Amerika untuk 3 tahun mendatang, serta peningkatan volume perdagangan 3 kali lipat pada 2010 hingga mencapai 30 miliar dolar Amerika. Kerjasama BUMN dan swasta juga menghasilkan penandatanganan investasi sebesar 8,5 miliar dolar Amerika. Dengan Jepang, kita sepakat untuk memulai perundingan Economic Partnership Agreement dan Strategic Investment Action Plan untuk melipatgandakan investasi hingga 20 miliar dollar Amerika dalam 5 tahun mendatang, meliputi bidang infrastruktur, pembangkit listrik, pertambangan, tekstil, energi, dan otomotif. Kerjasama 200 Usaha Kecil Menengah (UKM) juga akan ditingkatkan di bidang otomotif dengan bantuan JETRO. Australia, juga telah menyatakan komitmen investasi di bidang minyak di lapangan Jeruk Selat Malaka, sebesar 1 miliar dolar Amerika. Telah diselesaikan perundingan perpanjangan kontrak dengan Exxon Mobil yang melibatkan nilai investasi sebesar 2,5 miliar dolar Amerika, yang diharapkan akan menghasilkan total produksi dengan nilai saat ini sebesar 25 miliar dolar Amerika. Investor Amerika juga siap melakukan investasi di bidang minyak dan gas alam. Momentum pertumbuhan ini cukup membesarkan hati. Namun perlu kita jaga secara hati-hati dan waspada karena lingkungan perekonomian global terus berubah secara cepat dan cenderung tidak ramah. Ketidakseimbangan perekonomian global telah menyebabkan gejolak nilai tukar antar negara yang berdampak ke Indonesia. Tingkat suku bunga internasional terus cenderung meningkat, juga harga minyak mentah dunia yang telah melonjak tinggi. Stabilitas makro ekonomi kita mengalami tekanan yang cukup berat, yang membutuhkan pengelolaan yang makin hati-hati agar basis pertumbuhan ekonomi kita tidak terganggu. Nilai rupiah yang cenderung melemah, harga minyak dunia yang tinggi, dan permintaan domestik yang pesat telah menimbulkan tekanan inflasi. Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga mencapai 8,75 persen untuk menjaga stabilitas ekonomi, yang memunculkan dilema, karena akan berdampak pada peningkatan beban hutang pemerintah, serta kemungkinan memperlambat momentum pertumbuhan ekonomi kita. Anggaran pemerintah terus mendapat tekanan yang berat. Beban subsidi BBM yang harus kita tanggung akan membengkak, seiring dengan kenaikan harga minyak mentah internasional. Pada hari-hari ini harga minyak dunia telah mencapai di atas 66 dolar Amerika per barel, jauh lebih tinggi dari harga penyesuaian bulan Maret lalu yang memakai patokan 35 dolar Amerika per barel. Jika harga minyak dunia bertahan tinggi seperti saat ini, subsidi BBM tahun anggaran 2005 diperkirakan akan mencapai di atas Rp 140 triliun. Beban utang pemerintah juga akan meningkat seiring dengan kenaikan suku bunga domestik dan global. Defisit anggaran tahun ini diperkirakan akan membengkak sekitar 1% dari Produk Domestik Bruto. Pembiayaan defisit akan mengharuskan pemerintah menambah jumlah utang yang berarti beban pembiayaan pemerintah akan semakin berat. Hal ini akan mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan kegiatan pembangunan. Subsidi BBM yang sedemikian besar dirasa tidak tepat sasaran dan tidak adil karena, lebih dinikmati oleh mereka yang berpenghasilan lebih mampu. Harga BBM yang jauh dari harga pasar juga mengakibatkan pemborosan penggunaan BBM, dan mendorong penyelundupan BBM. Berbagai ekses negatif dari lingkungan global yang berubah cepat, mendorong pemerintah untuk terus berusaha merancang kebijakan yang antisipatif dan hati-hati. Dengan berat hati pemerintah telah mengambil kebijakan yang tidak populer, yaitu menaikkan harga BBM per 1 Maret yang lalu. Kenaikan harga BBM jelas bukanlah suatu pilihan yang mudah dan menyenangkan bagi seluruh rakyat, dan sungguh terpaksa dilakukan oleh pemerintah sebagai pilihan terakhir. Kebijakan kenaikan harga BBM memang akan menyebabkan beban masyarakat meningkat, dan bahkan dapat menyebabkan peningkatan jumlah kemiskinan yang berlawanan dengan tujuan pemerintah. Pemerintah berupaya keras untuk melakukan program pemihakan dan kompensasi yang ditujukan terutama kepada penduduk miskin, sehingga beban dapat terkurangi dan dampak negatif dapat ditekan. Program kompensasi akan terus ditujukan pada pengurangan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja dan bertumpu pada program peningkatan kualitas hidup masyarakat. Program tersebut tidak hanya disusun dan dilaksanakan untuk satu tahun saja, tetapi merupakan upaya yang berkesinambungan. Di bidang pendidikan pemerintah memberikan biaya operasional kepada 28,9 juta peserta didik tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah/Pesantren Salafiah dan sekolah agama lainnya, dan sejumlah 10,8 juta anak didik SMP/Madrasah Tsanawiyah/ Pesantren Salafiyah dan sekolah agama lainnya, dalam rangka menuntaskan Wajib Belajar 9 tahun. Sementara itu untuk jenjang SMA/SMK/Madrasah Aliyah dan sekolah agama lainnya, diberikan bea siswa kepada 698,5 ribu siswa. Di bidang kesehatan pelayanan puskesmas dan rumah sakit kelas III gratis diberikan kepada penduduk miskin. Juga dilaksanakan pembangunan infrastruktur di lebih dari 11 ribu desa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat kelompok paling bawah. Pemerintah juga tengah merancang kebijaksanaan subsidi yang lebih tepat sasaran, adil, dan akurat. Salah satu prasyarat kebijaksanaan subsidi langsung adalah tersedianya data penduduk miskin yang akurat dan aktual. Untuk keperluan itu tahun ini kita mengadakan sensus penduduk miskin. Pemerintah juga mengupayakan agar konsumsi BBM dapat ditekan. Untuk itu, saya telah menginstruksikan penghematan energi kepada jajaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta BUMN dan BUMD. Langkah ini kita harapkan akan diikuti masyarakat secara mandiri. Pemerintah juga berusaha mengurangi beban dan distorsi dengan menyesuaikan harga BBM kepada pemakai komersial/perusahaan. Pemerintah sadar bahwa langkah-langkah ini belum dapat menyelesaikan seluruh masalah BBM, dan masih merupakan solusi jangka pendek. Oleh karena itu langkah-langkah yang lebih substansial yang sistematis dan terencana dalam rangka mengendalikan konsumsi, mendorong diversifikasi energi, penggunaan teknologi produksi dan alat transportasi yang hemat energi, serta meningkatkan pasokan energi telah dan akan terus dilaksanakan. Tekanan fiskal dan moneter, mengurangi kemampuan kebijakan ekonomi makro untuk menjadi pendorong perekonomian. Oleh karena itu pemerintah terus bekerja lebih keras untuk menghapuskan hambatan-hambatan di sektor riil, agar mampu mendorong kegiatan investasi dan ekspor sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. Perbaikan iklim investasi adalah jawaban yang diperlukan, yang sekaligus merupakan tantangan yang tidak mudah. Konsolidasi kebijakan dan kepastian hukum terus dilakukan dan kejelasan kewenangan dipertajam, baik di pusat maupun di daerah. Penyederhanaan peraturan di bidang investasi, pengurangan prosedur izin investasi tertuang dalam RUU Investasi yang segera diselesaikan, dan kepastian perolehan lahan untuk kepentingan umum, merupakan langkah yang telah dan sedang dilaksanakan pemerintah. Finalisasi amandemen Undang Undang Perpajakan segera akan dibahas dengan DPR dan diharapkan akan berlaku efektif tahun 2006. Pemerintah mengusulkan kebijakan pengurangan beban wajib pajak dengan kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak sebesar 300%, penurunan tarif Pajak penghasilan dalam lima tahun, penyederhanaan tarif, perbaikan prosedur pemeriksaan, keberatan, dan banding. Juga diusulkan penurunan tarif khusus bagi UKM dan perusahaan yang masuk pasar modal. Penyederhanaan prosedur dan fasilitas ekspor dan impor, serta harmonisasi tarif bea masuk serta pembenahan dalam sistem dan prosedur perdagangan telah dilakukan. Sementara itu, untuk menunjang industri dalam negeri serta memperluas lapangan kerja, Pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas impor bahan baku dan komponen tertentu. Melalui Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pemerintah juga mendorong penggunaan produksi dalam negeri dalam kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Kita tidak hanya menginginkan pertumbuhan yang tinggi, tetapi juga lebih merata. Untuk itu, kita membutuhkan ketersediaan infrastruktur pendukung. Pada bulan Januari yang lalu, Pemerintah dengan Kadin telah menyelenggarakan Indonesia Infrastructure Summit 2005. Penyelenggaraan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, dengan melibatkan investor dalam dan luar negeri. Dewasa ini Pemerintah telah menawarkan 1697 km tender jalan tol dimana 173 km dari enam ruas jalan tol telah selesai ditenderkan dan segera dibangun. Pada tahun 2005 telah diselesaikan dan dioperasikan jembatan layang Kiara Condong, Jembatan Pasupati Bandung, Jembatan layang Bogor Raya, dan Tanjung Barat di wilayah Jabotabek, serta jalan tol Cikampek-Padalarang sepanjang 47 km. Selain itu, Pemerintah juga meneruskan upaya untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan, pemeliharaan, penggantian dan pembangunan jembatan. Di bidang pemukiman, sampai saat ini pembangunan perumahan dengan pembiayaan KPR telah mencapai 39.257 unit, sedangkan rumah susun sederhana sebanyak 1.824 unit di 14 lokasi. Pemerintah juga membentuk Lembaga Pembiayaan Sekunder Perumahan, untuk menunjang program pembangunan sejuta rumah. Jantung pemecahan masalah pengangguran dan kemiskinan terletak pada tiga sektor utama yaitu pertanian, perikanan, dan kehutanan. Revitalisasi ketiga sektor tersebut menjadi suatu keniscayaan, apabila kita ingin membangun Indonesia yang sejahtera dan berkelanjutan. Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menandai dimulainya upaya bersama penerapan kebijakan dan strategi untuk mempercepat pencapaian peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat petani, nelayan, peternak, pekebun, dan petani hutan pada khususnya, dan masyarakat di perdesaan pada umumya. Di bidang pertanian, sedang dilakukan revitalisasi sistem penyuluhan secara nasional. Di samping itu, Pemerintah dan lembaga internasional sedang melakukan peningkatan sistem kesehatan ternak dan keamanan produk hewan, untuk mengendalikan penyakit ternak yang dapat menganggu keamanan produk ternak dan kesehatan manusia. Khusus untuk mengatasi penyakit flu burung, telah dilakukan langkah-langkah untuk mengendalikan dan membatasi penyebaran flu burung yang merugikan peternak, maupun yang membahayakan kesehatan manusia (zoonosis). Selain itu, dilakukan pula upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat regional dan daerah, dan di tingkat rumah tangga. Upaya peningkatan kapasitas produksi pangan di daerah dan peningkatan sistem kerawanan pangan dan gizi serta peningkatan pendapatan terus dilaksanakan, terutama di daerah-daerah defisit pangan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kasus gizi buruk dan busung lapar. Di bidang kelautan dan perikanan, Pemerintah telah melakukan peningkatan pelayanan perizinan dalam upaya pemberantasan illegal fishing, peningkatan pengamanan laut, pemberdayaan masyarakat pesisir, serta kemudahan akses permodalan bagi nelayan. Di bidang kehutanan, kita melakukan pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu ilegal. Upaya kita itu mendapat dukungan internasional, antara lain oleh Environmental Investigation Agency (EIA) Inggris, kerja sama dengan LSM Amerika Serikat dalam penyelamatan lingkungan hidup, kerja sama dengan negara-negara konsumen kayu serta LSM internasional dalam forum Asian Forest Partnership (AFP) dan Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT). Kita juga sudah menandatangani nota kesepahaman secara bilateral dengan beberapa negara, seperti Cina, Jepang, Inggris, Korea Selatan, dan Norwegia. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Saudara-saudara Sekalian, Upaya pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat ditempuh dengan meningkatkan kualitas kehidupan rakyat di bidang pendidikan dan kesehatan, dan mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan. Pada tingkat global, kita bersama-sama dengan Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa ingin mewujudkan dunia yang damai, adil, dan sejahtera dengan rencana yang nyata, cetak biru yang realistis, dan target yang kongkrit dalam bentuk The Millennium Development Goals (MDGs). Dalam rangka memperkuat pelaksanaan MDG di kawasan Asia Pasifik, Indonesia telah menjadi tuan rumah pertemuan Asia Pasifik yang menghasilkan Deklarasi Jakarta. Deklarasi tersebut memperkuat semangat solidaritas antar negara Asia Pasifik untuk mencapai MDG. Tujuan-tujuan pembangunan millennium tersebut telah menjadi program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian cukup besar akhir-akhir ini adalah kasus busung lapar. Jumlah anak balita penderita kurang gizi mencapai 5 juta dimana 1,5 juta menderita gizi buruk pada tahun 2003. Jumlah tersebut menurun pada tahun 2004 menjadi 3,15 juta dan 664 ribu anak. Pemecahan masalah ini memerlukan pendekatan yang menyeluruh oleh semua pihak, baik keluarga, masyarakat, pemerintah, maupun pelaku ekonomi. Dalam jangka pendek pemerintah melakukan intervensi gizi buruk, untuk mencegah kematian dan kecacatan melalui penemuan dini kasus gizi buruk, menjamin perawatan gizi buruk di Puskesmas, dan rumah sakit dan bantuan makanan pendamping ASI. Dalam jangka menengah dan panjang, dilakukan peningkatan keberdayaan keluarga dan pemberdayaan, penyuluhan, dan pendidikan gizi, serta integrasi kegiatan lintas sektor. Masalah lain di bidang kesehatan adalah terjadinya wabah berbagai penyakit menular, khususnya polio. Untuk mengatasi permasalahan ini, telah dilaksanakan berbagai upaya, yaitu meningkatkan cakupan imunisasi sampai ke tingkat desa yang diberikan secara gratis; imunisasi tambahan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan imunisasi anak sekolah; serta surveilance lumpuh layu mendadak secara rutin. Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat, Kini perkenankanlah saya beralih untuk menyampaikan rencana ke depan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah 2006. Kami selalu berupaya untuk berkonsultasi dan menyampaikan kebijakan-kebijakan yang akan diambil ke segenap pihak, baik di kalangan pemerintahan antara lain melalui konsultasi secara berkala dengan para gubernur, maupun dengan wakil-wakil rakyat di DPR, maupun langsung berdialog dengan masyarakat. Dari proses konsultasi yang dilakukan, diidentifikasi 7 prioritas pembangunan untuk tahun 2006. Secara garis besar, ketujuh prioritas pembangunan dapat diterangkan sebagai berikut. Pertama, prioritas penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan. Kedua, prioritas peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor. Ketiga, prioritas revitalisasi pertanian dan perdesaan. Keempat, prioritas peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan. Kelima, prioritas penegakan hukum, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. Prioritas keenam adalah penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan, dan ketertiban serta penyelesaian konflik. Prioritas ketujuh adalah pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias (Sumatera Utara). Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias pada tahun 2006 merupakan kelanjutan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2005. Untuk tahun 2006, sasaran rehabilitasi adalah terlaksananya perbaikan pelayanan publik pada tahap yang memadai, dan sasaran rekonstruksi adalah terlaksananya pembangunan kembali masyarakat dan kawasan. Ketujuh prioritas pembangunan tadi adalah untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan pembangunan yang mendesak dan merupakan langkah kongkrit untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2006 hari ini juga disampaikan pada Dewan yang terhormat. RKP 2006, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, merupakan pedoman bagi penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2006 yang segera akan disampaikan dalam uraian berikut. Para Pimpinan, anggota DPR dan hadirin yang saya hormati, Garis besar RAPBN 2006 didahului dengan penjelasan tentang prospek ekonomi makro. Perkembangan perekonomian dunia tahun 2006 diharapkan akan sedikit membaik dibandingkan tahun 2005. Perkembangan ini diharapkan akan mendorong ekspor kita. Di samping itu, permintaan konsumsi dan momentum investasi masih diperkirakan cukup kuat. Sasaran pertumbuhan 6,2 persen masih berada di bawah potensi ekonomi Indonesia, dan memang masih belum cukup untuk mengurangi secara berarti tingkat pengangguran dan kemiskinan. Sekalipun demikian, diharapkan pertumbuhan ekonomi kita akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang, sejalan dengan diatasinya hambatan-hambatan yang ada. Investasi akan lebih didominasi oleh investasi baru dari pada perluasan investasi. Peningkatan investasi dari luar negeri diharapkan akan meningkat, dengan membaiknya kepercayaan internasional. Selanjutnya, melalui kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang terkoordinasi secara baik, serta dengan memperhatikan prospek perkembangan keuangan internasional, maka nilai tukar rupiah dalam tahun 2006 diperkirakan berkisar di Rp 9.400 tiap dollar Amerika Serikat. Pemerintah menetapkan sasaran laju inflasi tahun 2006 sebesar 7 persen. Sejalan dengan perkiraan inflasi tadi, dengan mempertimbangkan masih adanya risiko ketidakpastian, maka suku bunga SBI tiga bulan diperkirakan akan mencapai 8 persen dalam tahun 2006. Asumsi harga minyak mentah Indonesia ditetapkan berdasarkan perkiraan perkembangan penawaran dan permintaan dalam tahun 2006, dan penekanan pada prinsip kehati-hatian anggaran. Harga tersebut memang dirasakan tidak sesuai dengan harga saat ini yang cenderung sangat tinggi. Harga minyak Indonesia dalam perhitungan RAPBN adalah 40 dollar AS per barel, dan produksi minyak sebesar 1,075 juta barel per hari. Mengingat ketidak-pastian harga minyak dunia yang cenderung sangat tinggi akhir-akhir ini, asumsi harga dalam RAPBN 2006 tersebut sangat mungkin untuk direvisi, dalam pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pimpinan, para Anggota Dewan dan hadirin yang saya hormati, Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat terciptanya pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen bagi kelangsungan sistem devisa bebas, dengan terus memantau pergerakan nilai tukar. Pemerintah memahami upaya Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter yang cenderung ketat, sebagai antisipasi dari gejolak ekonomi dunia, dan untuk menjaga tingkat inflasi dan volatilitas nilai tukar di dalam negeri. Di sektor keuangan, upaya untuk menyempurnakan peraturan-peraturan, pengefektifan sistem pengawasan, penerapan Tata Kelola Pemerintahan dan konsolidasi sektor-sektor keuangan, akan kita lanjutkan dan tingkatkan dalam tahun 2006. Termasuk dalam kebijakan sektor keuangan ini adalah pelaksanaan transisi dari sistem penjaminan penuh kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Besaran penjaminan akan kita turunkan secara bertahap, sehingga pada akhirnya hanya para nasabah dan deposan kecil yang akan kita lindungi. Pada tahun 2006 saya berharap perbankan terus dapat mengoptimalkan penyaluran kreditnya, termasuk meningkatkan akses permodalan kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan, hanya akan dicapai jika sektor keuangan stabil dan terjaga dengan baik. Karena itu, perbaikan sistem pengawasan sektor keuangan, pembenahan sistem koordinasi antar-otoritas dan kemampuan penangkalan terhadap resiko yang mungkin timbul di sektor keuangan, harus kita perhatikan secara sungguh-sungguh. Untuk mendukung konsolidasi sistem pengawasan, Pemerintah sedang merancang suatu konsep Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Rancangan jaring pengaman itu ditujukan untuk membentuk suatu mekanisme kerja yang terpadu, efisien dan efektif, tanpa mengabaikan independensi dari berbagai lembaga pengatur di sistem keuangan nasional, baik dalam kondisi normal maupun bila terjadi gangguan. Dengan langkah-langkah pembenahan di sektor riil dan sektor keuangan, kita berharap partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat terus ditingkatkan Pimpinan, Para Anggota Dewan dan hadirin yang saya hormati, Kini izinkan saya untuk menyampaikan uraian rincian RAPBN 2006, dimulai dari uraian Pendapatan Negara dan Hibah. Peran penerimaan perpajakan semakin signifikan dalam pendapatan negara. Untuk itu, upaya yang sudah dilakukan di bidang perpajakan harus terus kita tingkatkan. Dengan menggunakan basis PDB tahun 2000 dan asumsi dasar yang diusulkan, Rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB meningkat dari 13,2 persen pada perkiraan realisasi APBN 2005, menjadi 13,4 persen dalam RAPBN 2006. Di bidang kepabeanan, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta untuk mengurangi waktu dan biaya di pelabuhan terhadap _importir patuh_, pemerintah akan mengupayakan peningkatan jumlah jalur prioritas. Di bidang cukai rokok, pemerintah akan tetap melanjutkan kebijakan yang ada, serta melanjutkan pemberantasan rokok tanpa pita dan pita cukai palsu. Sejalan dengan itu, Pemerintah juga akan melakukan langkah-langkah sistematis dalam memberantas illegal logging, illegal mining, dan illegal fishing serta penyelundupan produk-produk luar ke dalam negeri yang menyebabkan persaingan usaha tidak adil. Upaya peningkatan di bidang penerimaan negara bukan pajak (PNBP), diperkirakan akan mengalami sedikit hambatan. Hal ini disebabkan sektor minyak bumi dan pertambangan umum sedang dalam pengembangan investasi baru, sedangkan hambatan di sektor kehutanan akibat program pengurangan jumlah penebangan. Di samping itu, penerimaan deviden dari BUMN masih terbatas. Sektor-sektor PNBP lain yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain sektor gas alam dan jasa telekomunikasi. Berdasarkan asumsi-asumsi ekonomi makro yang telah disepakati, dan berbagai kebijakan yang akan ditempuh, pendapatan negara dan hibah direncanakan mencapai Rp 539,4 triliun. Sumber pendapatan negara tahun 2006 tersebut direncanakan terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 402,1 triliun, penerimaan bukan pajak Rp 132,6 triliun, dan hibah Rp 4,7 triliun. Hal ini berarti bahwa sekitar tigaperempat pendapatan negara ditopang oleh penerimaan perpajakan, dan sisanya bersumber dari penerimaan bukan pajak. Kontribusi penerimaan sektor perpajakan yang makin meningkat tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah tetap konsisten untuk terus menggali sumber-sumber pendanaan dari dalam negeri, dalam rangka mewujudkan tingkat kemandirian APBN. Pimpinan, para anggota DPR dan hadirin yang terhormat, Sejak APBN 2005 kita telah menerapkan sistem anggaran terpadu: yaitu sistem yang melebur anggaran rutin dan anggaran pembangunan dalam satu format anggaran, yang diharapkan akan mengurangi alokasi yang tumpang tindih, sehingga menghemat keuangan negara. Mengenai belanja pegawai, kita bersyukur bahwa Pemerintah dan Panitia Anggaran telah sepakat mengenai skema perbaikan pendapatan aparatur negara, yakni kenaikan gaji pokok dengan tingkat kenaikan antara 5 sampai 20 persen, dengan prioritas kepada para pegawai golongan bawah, dan pembayaran gaji ke 13 bagi PNS, TNI dan Polri, serta pensiunan. Anggaran belanja bagi pegawai daerah, terkait dengan kebijakan tersebut, pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, melalui alokasi Dana Perimbangan tahun 2006, yang meningkat cukup besar dibandingkan tahun 2005. Selain itu, dalam rangka mengisi formasi pegawai, direncanakan anggaran gaji untuk penerimaan pegawai baru tahun 2006, utamanya di sektor pendidikan, kesehatan, dan agama. Berikutnya adalah alokasi belanja barang, yang akan diarahkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan publik setiap instansi pemerintah, dengan mengupayakan efisiensi dan efektifitas pengadaan barang dan jasa, perjalanan dinas, serta pemeliharaan aset negara. Pemerintah juga menganggarkan pembayaran bunga utang sekitar Rp 73,5 triliun, yang terdiri dari beban bunga utang dalam negeri Rp 46,1 triliun, dan bunga utang luar negeri Rp 27,3 triliun. Dalam rangka mendukung pembangunan sarana dan prasarana fisik, akan diupayakan peningkatan belanja modal untuk kegiatan investasi sarana dan prasarana pembangunan, antara lain dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta modal fisik lainnya. Selanjutnya adalah alokasi untuk subsidi dianggarkan sebesar Rp 80,9 triliun. Pemberian subsidi ini dilakukan untuk membantu masyarakat kurang mampu, usaha kecil dan menengah, BUMN yang melaksanakan tugas pelayanan umum serta untuk menjaga stabilitas harga komoditi tertentu. Sebagian besar anggaran subsidi dialokasikan melalui perusahaan negara, yang manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat, dalam bentuk harga yang lebih murah. Terhadap besaran dan kebijakan subsidi, khususnya subsidi BBM, saya menyambut baik saran Anggota Dewan, untuk mengkaji efektivitas dan penghematan anggaran yang dapat dilakukan. Pemerintah setuju agar sistem subsidi harga secara berangsur-angsur dialihkan ke subsidi yang lebih tepat dan langsung ke sasaran. Pemerintah akan mengambil langkah-langkah pengawasan yang ketat, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penyimpangan penyalahgunaan BBM. Di samping itu, kita akan melakukan upaya diversifikasi energi sebagai substitusi BBM. Pimpinan, para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati, Kini saya akan menguraikan secara ringkas alokasi anggaran belanja pemerintah, bagi departemen dan lembaga-lembaga negara lainnya. Dari rencana anggaran belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp 375,1 triliun, beberapa departemen akan memperoleh pagu anggaran yang relatif besar. Anggaran tadi dimaksudkan, untuk mendanai kegiatan operasional dan non-operasional. Departemen dan lembaga yang akan memperoleh alokasi yang besar itu adalah: <i>Pertama</i>, Departemen Pendidikan Nasional sekitar Rp 31,5 triliun, yang antara lain untuk melanjutkan pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, program pendidikan menengah, program pendidikan tinggi, serta program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. <i>Kedua</i>, Departemen Pertahanan, direncanakan mendapat alokasi sekitar Rp 23,6 triliun. Anggaran tersebut akan digunakan untuk menjaga keutuhan wilayah serta kedaulatan NKRI melalui program pengembangan pertahanan integratif, program pengembangan industri pertahanan, serta program pengembangan matra darat, laut, dan udara. <i>Ketiga</i>, Departemen Pekerjaan Umum mendapat anggaran sekitar Rp 13,2 triliun, yang antara lain akan digunakan untuk menjalankan program peningkatan pembangunan jalan dan jembatan, program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya, serta program pengendalian banjir dan pengamanan pantai. <i>Keempat</i>, Kepolisian Negara Republik Indonesia, mendapat anggaran sekitar Rp 13,2 triliun, yang antara lain digunakan untuk menjalankan program pemeliharaan kamtibmas, program pengembangan sarana dan prasarana kepolisian, serta program pengembangan sumber daya manusia kepolisian. <i>Kelima</i>, Departemen Kesehatan yang mengelola anggaran sebesar Rp. 11,5 triliun, digunakan untuk melanjutkan program pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin, peningkatan kualitas pelayanan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, dan penanganan kesehatan daerah bencana. Selain Departemen dan lembaga negara itu, rincian pagu anggaran belanja untuk departemen dan lembaga negara lainnya, dapat dilihat dalam buku Nota Keuangan dan Rancangan APBN Tahun 2006 yang disampaikan Pemerintah ke DPR pada hari ini. Pimpinan, Para Anggota DPR dan hadirin yang terhomat, Di bidang Belanja Daerah, langkah-langkah kebijakan yang diusulkan pada tahun 2006, antara lain, adalah : Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil, yang diarahkan untuk memperkecil ketimpangan keuangan antara pusat dan daerah, serta antar-daerah dengan tetap menjaga netralitas dampak kepada total jumlah APBN maupun terhadap target defisit. Dalam RAPBN tahun 2006, belanja untuk daerah direncanakan sebesar Rp 184,2 triliun, yang terdiri dari Dana Perimbangan Rp 181,1 triliun, serta Dana Otonomi Khusus dan penyesuaian Rp 3,1 triliun. Alokasi DAU disepakati sebesar 26 persen dari penerimaan dalam negeri neto, atau sebesar Rp 126,2 triliun. Kenaikan dana belanja untuk daerah tersebut cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2005. Dalam RAPBN 2006, juga ditingkatkan peranan dan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) secara selektif dan bertahap, dengan tetap memperhatikan prioritas nasional. Pemerintah dan Panitia Anggaran juga sepakat, untuk mengalihkan dana dekonsentrasi ke Dana Alokasi Khusus secara bertahap, yakni ke program dan kegiatan yang kewenangannya ada di daerah. Kebijakan Otonomi Daerah merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai aspirasi daerah, yang menginginkan peningkatan peran dan kemandirian, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan Daerah. Saya minta Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kini izinkan saya untuk menyampaikan masalah Pembiayaan Anggaran. RAPBN 2006 diperkirakan akan mengalami defisit sekitar Rp 19,8 trililun atau sekitar 0,7 persen dari PDB, lebih rendah jika dibandingkan dengan defisit pada perkiraan realisasi tahun 2005 yang diperkirakan akan mencapai sekitar 1 persen dari PDB. Penurunan rasio defisit terhadap PDB tahun 2006 tersebut, mencerminkan komitmen Pemerintah dalam melanjutkan program dan langkah-langkah konsolidasi fiskal, untuk memantapkan upaya peningkatan ketahanan fiskal yang berkelanjutan. Meskipun besaran defisit anggaran di tahun 2006 akan lebih rendah dari tahun 2005, tetapi tantangan yang dihadapi di sisi pembiayaan tidaklah bertambah ringan. Pembiayaan yang perlu disediakan tidak hanya untuk menutupi defisit APBN semata-mata, tetapi juga untuk memenuhi kewajiban pembayaran cicilan pokok utang dalam negeri dan utang luar negeri yang akan jatuh tempo. Dalam RAPBN 2006, pembayaran pokok utang luar negeri direncanakan sekitar Rp 60,4 triliun, dan pokok utang dalam negeri sekitar Rp 30,4 triliun. Kebutuhan pembiayaan defisit anggaran dan pembayaran pokok pinjaman, akan diupayakan dari sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri. Pembiayaan dari perbankan dalam negeri direncanakan mencapai Rp 19,6 triliun. Pemanfaatan dana ini telah mempertimbangkan dampaknya terhadap pelaksanaan program moneter. Sumber pembiayaan defisit dari dalam negeri juga diperoleh dari hasil privatisasi BUMN, dan penjualan aset program restrukturisasi perbankan, yang dikelola oleh Perusahaan Pengelola Aset, dan Surat Utang Negara (SUN) neto. Jumlahnya mencapai Rp 30,7 triliun. Kita juga masih memerlukan pinjaman luar negeri, yang direncanakan sebesar Rp 29,9 triliun, terdiri dari pinjaman program dan proyek. Meskipun kita masih akan meminjam, baik dari dalam dan luar negeri, kita perkirakan masih akan sejalan dengan upaya memantapkan kesinambungan fiskal. Rasio utang Pemerintah terhadap PDB dalam tahun 2006 diperkirakan akan menurun dibandingkan tahun 2005 dari 49,1 persen mejadi 42,8 persen. Pimpinan, Anggota DPR, dan hadirin yang saya hormati, Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Demikianlah, pokok-pokok Pidato Kenegaraan serta Keterangan Pemerintah tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2006, beserta Nota Keuangannya. Sebelum mengakhiri pidato ini, saya ingin mengajak kepada segenap komponen bangsa, marilah di hari ulang tahun Proklamasi kita yang ke-60 ini, dan ke depan, kita lanjutkan tugas sejarah untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Dalam melaksanakan pembangunan nasional di tahun 2006 yang akan datang, marilah kita kelola segala daya dan kemampuan yang ada, termasuk kebijakan fiskal kita, secara efisien dan efektif, agar hasil-hasil pembangunan nasional benar-benar dapat dinikmati oleh seluruh rakyat. Atas segala pengertian dan dukungan seluruh anggota Dewan dan seluruh rakyat, saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Dirgahayu Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia! Terima kasih.<br> Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.<br> Jakarta, 16 Agustus 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO [[Kategori:Pidato Presiden Indonesia]] [[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]] Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 20 Oktober 2004 1437 2177 2006-05-25T04:43:00Z IvanLanin 30 +kat <small>< [[Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono|Susilo Bambang Yudhoyono]]</small> ---- '''PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA''' '''PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI ISTANA NEGARA''' '''TANGGAL 20 OKTOBER 2004''' Assalamu 'alaikum wr. wb.<br> :::Salam sejahtera untuk kita sekalian Saudara-saudara sebangsa dan se tanah air. Hari ini, syukur kita kepada Allah SWT semakin berlipat ganda. Setelah melalui proses pemilu yang panjang, hari ini di hadapan anggota MPR, saya dan Saudara Jusuf Kalla telah mengambil sumpah sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk periode 20042009. Pelantikan kami hari ini menandai tampilnya Pemerintahan baru, yang mendapat mandat langsung dari rakyat. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia atas partisipasi, dukungan dan kepercayaannya. Perkenankan pula saya-atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan atas nama bangsa Indonesia menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu. Megawati Soekamoputn dan Bapak Hamzah Haz yang selama menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2001 2004 telah menjaga konstitusi, memimpin Pemerintahan, serta membimbing kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik. Jasa, bakti dan segala jerih payah Presiden Megawati Soekamoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz kepada bangsa dan negara akan tercatat abadi dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia. Saya akan senantiasa menjaga tali persaudaraan dengan Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Hamzah Haz yang saya hormati, sebagai tokoh-tokoh nasional. Kita semua perlu menjunjung tinggi petuah dari Presiden Soekarno yang pernah mengingatkan bahwa: "di dalam persatuan kita berdiri, di dalam perceraian kita runtuh". Saudara sebangsa dan setanah air, Hari ini, kita telah berhasil melampaui ujian sejarah yang maha penting. Pertama, bangsa kita telah berhasil melaksanakan pemilu nasional secara demokratis, jujur, tertib, damai. Pemilu kita tahun ini merupakan maraton pemilu yang paling ambisius, paling rumit dan paling kompleks di dunia, namun bangsa kita berhasil menuntaskannya dengan baik. Kita semua patut berbangga memiliki Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mampu melaksanakan tugas beratnya secara independen, profesional dan bertanggung jawab. Kedua, seperti yang baru kita saksikan, dalam suatu upacara yang khidmat di Gedung MPR/DPR pagi tadi, bangsa kita telah berhasil melangsungkan proses pergantian pemerintahan secara konstitusional, demokratis, tertib dan damai. Alhamdulillah, bangsa kita telah semakin dewasa dalam berdemokrasi, serta telah mampu membangun budaya politik yang semakin matang. Dengan keberhasilan ini, kita bukan saja berhasil memantapkan langkah sebagai negara demokrasi yang besar, kita juga menjadi tauladan bagi komunitas demokrasi dunia. Bangsa kita telah dua kali melakukan pemilu sejak bergulirnya reformasi : yakni tahun 1999 dan tahun 2004. Dalam transisi demokrasi di negara manapun, pemilu yang kedua biasanya disebut sebagai pemilu yang kritis, yang merupakan batu ujian dari kematangan suatu demokrasi. Dengan suksesnya pemilu tahun ini, kita maju selangkah dalam melakukan modernisasi politik di Indonesia. Dengan pemilu legislatif tahun ini, kita juga telah maju selangkah dalam menempuh regenerasi politik Indonesia, yang dapat kita lihat dengan jelas tampilnya wajah-wajah baru yang segar dalam lembaga rakyat yang kita hormati. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Alhamdulillah, rangkaian Pemilu 2004 telah berakhir. Kini saatnya bagi kita untuk melangkah bersama, menjemput masa depan. Masa bersaing telah kita lalui, kini masanya untuk bersatu. Masa berucap dan berjanji pun telah kita lalui, kini masanya bertindak dan bekerja. Kini saatnya bagi kita untuk bersatu dalam kreasi, dan dalam karya bersama. Kini sudah saatnya kita memusatkan tekad, semangat, pikiran, dan perhatian untuk mengatasi berbagai tantangan dan persoalan yang kita hadapi tantangan dan persoalan yang dihadapi rakyat, bangsa, dan negara kita. Kita harus mengatasinya secara bersama-sama. Karena memang pemerintah yang saya pimpin tidak mungkin bisa mengatasi tantangan dan persoalan bangsa ini, tanpa dukungan dan partisipasi rakyat, serta seluruh komponen bangsa. Seperti yang kita ketahui bersama, bagi para pendiri republik, tantangan terbesar adalah membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan. Bagi generasi selanjutnya termasuk generasi kita tantangan terbesar adalah membebaskan rakyat dari kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, serta dari berbagai belenggu yang menghambat berkembangnya kemampuan rakyat kita. Secara khusus, tantangan zaman bagi generasi kita adalah, memperkuat proses konsolidasi demokrasi, serta menuntaskan agenda reformasi. Konsolidasi demokrasi yang terus berkembang, akan memberikan landasan yang kokoh bagi perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan. Di dalam kerangka kehidupan bersama yang semakin demokratis ini, agenda kebangsaan dan kenegaraan akan dapat kita jalankan secara baik, termasuk di dalamnya penuntasan berbagai agenda reformasi. Dengan ketekunan, keyakinan, dan kerja keras kita bersama, Insya Allah, bangsa dan negara kita akan terus berkembang kehidupan rakyat akan semakin sejahtera, dalam kerangka kehidupan yang semakin aman dan semakin adil. Dan, dengan ini pula, saya yakin, bangsa kita akan menjadi bangsa yang disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Saudara sebangsa setanah air, Suasana gembira hari ini diselimuti oleh rasa optimisme yang besar. Namun kita harus ingat, bahwa kita akan melampaui masa yang sulit, dan akan menghadapi tantangan yang berat: - Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini, yang masih jauh dibawah 7 %, belum cukup untuk memberikan lapangan kerja - Lebih dari 10 juta saudara kita masih menganggur. - 16 % dari jumlah penduduk kita masih hidup dibawah garis kemiskinan. - Walaupun ada kecenderungan rasio hutang terhadap PDB menurun, namun masalah hutang tetap menjadi beban besar yang melilit perekonomian kita. - Saudara-saudara kita di Aceh dan di Papua masih resah. - Situasi keamanan di Poso dan Maluku sudah terkendali, namun belum sepenuhnya pulih. - KKN masih terus menjadi persoalan sistemik. - Situasi internasional masih tidak menentu. - Harga minyak terus melambung jauh di atas asumsi APBN. - Dan ancaman terorisme serta kejahatan transnasional masih terus menghantui kita. Marilah kita semua bekerja keras, untuk menghadapi segala tantangan yang berat ini. Besok pagi, tanggal 21 Oktober, insya Allah saya akan melantik anggota Kabinet Masa Bhakti 2004-2009. Setelah itu, kami akan langsung menyingsingkan lengan baju, untuk merumuskan dan menjalankan langkah-langkah awal kebijakan, dan rencana aksi Pemerintah. Dalam beberapa bulan mendatang, Pemerintahan akan mencurahkan perhatian untuk menata masalah-masalah dalam negeri. - Pemerintahan akan menstimulasi kehidupan ekonomi, guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yang dapat menyerap tenaga kerja dan membantu mengentaskan kemiskinan. - Pemerintahan akan terus menjalankan kebijakan ekonomi terbuka, dalam rangka berintegrasi dengan ekonomi regional dan internasional. Untuk itu, Pemerintah akan terus meningkatkan produktifitas dan daya saing. - Pemerintahan akan menggalakkan investasi untuk pembangunan infrastruktur. - Pemerintahan secara aktif akan melancarkan program pemberantasan korupsi, yang akan saya pimpin sendiri. - Pemerintahan akan memberi perhatian khusus terhadap penanganan situasi konflik di Aceh dan Papua. - Pemerintahan akan memprioritaskan dan menata kebijakan Pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan. - Pemerintahan akan melakukan dialog intensif dan konstruktif 'dengan pelaku-pelaku ekonomi, terutama dengan dunia -usaha, termasuk para investor yang saya harapkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi kita. - Pemerintahan akan memberikan perhatian khusus pada desentralisasi dan otonomi daerah, untuk menjamin pelayanan Pemerintahan yang lebih baik, tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. - Pemerintahan akan berusaha keras membentuk Pemerintah yang bersih dan baik (good governance) serta tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Namun saya mengingatkan : segala persoalan bangsa yang rumit ini tidak mungkin diselesaikan hanya dalam 100 hari. Tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi, saya yakin bahwa tekad dan itikad baik kita jauh lebih unggul dari permasalahan yang dihadapi. Disinilah watak dan ketangguhan kita sebagai bangsa yang besar sedang diuji. Bagi bangsa yang besar, semakin berat ujian yang membebaninya akan semakin tinggi ketangguhannya; dan semakin hebat cobaan yang dialaminya akan semakin kokoh imannya; semakin deras ia diterpa badai akan semakin kokoh rasa kesetia-kawanannya; semakin ditantang rasa kebangsaannya akan semakin kokoh rasa persatuannya. Mari kita buktikan dan bangun kebesaran kita sebagai bangsa. Insya Allah, dengan kebersamaan dan kerja keras kita, kita akan mampu mewujudkan. kondisi Indonesia yang Iebih balk : Iebih aman, Iebih adil, Iebih sejahtera. Saudara sebangsa setanah air, Dengan dada yang lapang dan keyakinan yang bulat, hari ini kita membuka lembaran baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Kinilah masanya kita menyongsong fajar. Kepada rakyat Indonesia di manapun berada, saya mengucapkan terima kasih, atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya, dan Saudara Muhamad Jusuf Kalla. Walaupun kini saya telah menjadi Presiden, saya tidak berbeda dari saudara semuanya : saya hanyalah warga biasa yang lahir dari keluarga biasa yang lahir, tumbuh dan dibesarkan oleh negara dan masyarakat. Dengan mandat yang saya terima Iangsung dari saudara, saya bertekad bukan saja untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, namun juga menjadi Presiden Rakyat Indonesia, seluruh rakyat Indonesia I Saya akan terus menjaga kontrak politik yang mulia dengan rakyat. Pikiran, tenaga dan waktu yang saya miliki, akan saya dedikasikan untuk memajukan dan melindungi setiap insan Indonesia. Kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah, saya dan Wakil Presiden Yusuf Kalla bertekad, akan bekerja-sama dengan saudara-saudara untuk kepentingan nasional, kepentingan seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan amanah konstitusi dan undang-undang yang harus sama-sama kita junjung tinggi. Untuk itu, saya berharap kita dapat bekerja bersama-sama mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi. Rakyat tentu menuntut kita semua untuk bahu-membahu menciptakan lapangan kerja, mengatasi kemiskinan, membangun kembali infrastruktur kita, dan masih banyak- lagi persoalan rakyat. Rakyat memerlukan kepemimpinan dan keteladanan Kepada segenap jajaran Pemerintahan utamanya para pegawai negeri sipil di pusat dan daerah, seta para tentara, para polisi, para karyawan BUMN-saya mengajak kita semua untuk menyongsong pemerintahan baru dengan semangat baru, dengan pengabdian yang semakin meningkat, dan bersama seluruh rakyat untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih balk. Banyak hal penting dalam kehidupan bersama, berada dalam tanggung jawab Saudara. Mari kita jalankan tugas dan kewajiban tersebut dengan penuh tanggung jawab. Kita semua adalah abdi negara. Pemerintah dan seluruh pegawai negeri memang mengemban tugas untuk melayani dan mengabdi pada rakyat, pada negara. Jagalah semangat pengabdian ini. Negara manapun di dunia ini hanya akan berjaya apabila didukung oleh aparat Pemerintah yang bersih, profesional, dan tanggap atas aspirasi dan perkembangan masyarakatnya. Kepada sahabat-sahabat Indonesia di dunia internasional, terimalah uluran tangan persahabatan kami. Pemerintahan yang saya pimpin akan tetap berpegang teguh pada politik bebas aktif. Dalam pentas internasional, Indonesia akan menjadi suara nurani untuk memajukan perdamaian, meningkatkan kesejahteraan, dan membela keadilan. Indonesia akan terus tumbuh menjadi bangsa yang demokratis, terbuka, modern, pluralistik dan toleran. Secara khusus saya juga ingin mengucapkan penghargaan kepada pada Tamu-tamu Negara dari negara sahabat, yang memberikan kehormatan yang luar biasa, dengan kehadiran beliau-beliau di dalam acara pelantikan Presiden dan wakil Presiden, yang diselenggarakan di Gedung MPRIDPR tadi pagi. Kita menghargai kehadiran Yang Mulia Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi, Yang Mulia Sultan Brunei. Hasanal Bolkiah, Yang Mulia Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Yang Mulia Perdana Menteri Australia John Howard, dan Yang Mulia Perdana Menteri Timor Leste Marie Alkatiri. Saya ucapkan terima kasih pula kepada para pemimpin negara sahabat yang mengirim Utusan Khusus, dari Belanda, Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam. Secara pribadi, dan atas nama rakyat Indonesia, saya merasa berbahagia dan terhormat atas perhatian Yang mulia, pada pemerintahan baru yang saya pimpin. Saudara sebangsa setanah air, Setelah dilantik sebagai Presiden dan wakil Presiden pagi tadi, saya akan memusatkan perhatian untuk menyelesaikan susunan kabinet 2004-2009, yang Insya Allah akan saya umumkan malam ini: Lebih lanjut, kabinet ini akan segera saya lantik, dengan harapan bahwa kabinet segera dapat beradaptasi dan dapat bekerja dengan baik. Saya pastikan bahwa saya bersama seluruh jajaran pemerintahan baru, akan bekerja keras dengan menjaga amanah seluruh rakyat. Untuk itu, saya mohon doa restu, dukungan, den kepercayaan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, untuk menjalankan amanah dan ketetapan konstitusi selama lima tahun ke depan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan bagi kita semua. Terima kasih, Wabillahittaufik Wal Hidayah<br> ::::Wassalammu' alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 20 Oktober 2004<br> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA [[:w:Susilo Bambang Yudhoyono|Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO]] [[Kategori:Pidato Presiden Indonesia]] [[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]] Templat:Wikiquote 1438 2627 2006-06-04T16:39:41Z 217.225.119.182 <div style="background: transparent; padding: 0px; margin: 15px 0px 15px 10px; font-style: italic;"> [[Image:Wikiquote-logo.svg|20px]] [[:q:Halaman Utama|Wikiquote]] mempunyai koleksi kutipan yang berkaitan dengan [[:q:{{{1}}}|{{{1}}}]]</div><noinclude>[[Kategori:Templat pranala|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Susilo Bambang Yudhoyono 1439 2491 2006-05-28T16:00:45Z Borgx 2 [[Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono]] dipindahkan ke [[Susilo Bambang Yudhoyono]]: tanpa awalan '''''Susilo Bambang Yudhoyono''''' (lahir tahun [[:w:1949|1949]]), jenderal TNI, politikus, [[:w:Presiden Republik Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] ==Biografi== {{wikipedia|artikel=Susilo Bambang Yudhoyono}} ==Kutipan== {{wikiquote|Susilo Bambang Yudhoyono}} ==Karya== ===Presiden Republik Indonesia=== * [[Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 20 Oktober 2004]] * [[Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia, 16 Agustus 2005]] [[Kategori:Pengarang|Susilo Bambang Yudhoyono]] Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 1441 2523 2006-05-28T17:34:58Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 4 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' # bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya, dan Kabupaten Tapanuli Selatan pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; # bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan, serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan, perlu membentuk Kota Padang Sidempuan sebagai daerah otonom; # bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Padang Sidempuan untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan; '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); # Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959) <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Sumatera Utara adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara. # Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara # Kota Administratif Padang Sidempuan adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Padang Sidempuan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Padang Sidempuan berasal dari sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdiri atas: a. Kecamatan Padang Sidempuan Utara; b. Kecamatan Padang Sidempuan Selatan; c. Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua; d. Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru; dan e. Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara. <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dikurangi dengan wilayah Kota Padang Sidempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, Kota Administratif Padang Sidempuan dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Padang Sidempuan mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| a. sebelah utara dengan Kecamatan Padang Sidempuan Barat Kabupaten Tapanuli Selatan;<br> b. sebelah timur dengan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan;<br> c. sebelah selatan dengan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan; dan<br> d. sebelah barat dengan Kecamatan Padang Sidempuan Barat, Kecamatan Siais, dan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, Pemerintah Kota Padang Sidempuan menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Padang Sidempuan sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Padang Sidempuan. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| a. penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan<br> b. pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Padang Sidempuan dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Padang Sidempuan. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Padang Sidempuan, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Padang Sidempuan, penjabat Walikota Padang Sidempuan diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Padang Sidempuan diangkat sebagai penjabat Walikota Padang Sidempuan. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Padang Sidempuan, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Padang Sidempuan, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sumatera Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Padang Sidempuan hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Padang Sidempuan; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di Kota Padang Sidempuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Padang Sidempuan; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Tapanuli Selatan yang kegunaannya untuk Kota Padang Sidempuan; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Padang Sidempuan. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Padang Sidempuan. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Padang Sidempuan, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Padang Sidempuan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Padang Sidempuan. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Tapanuli Selatan tetap berlaku bagi Kota Padang Sidempuan sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 84'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Padang Sidempuan}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 1442 1701 2005-12-03T14:42:53Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 4 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Padang Sidempuan dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.435,66 Ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan Utara sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 142.086 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 153.009 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 3% per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan. Secara geografis wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Padang Sidempuan mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Padang Sidempuan yang tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan lainnya, yaitu Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara perlu dibentuk menjadi Kota Padang Sidempuan. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Padang Sidempuan serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengemb angan terpadu dengan Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten lainnya di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Selatan. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Padang Sidempuan dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Tapanuli Selatan dan Walikota Padang Sidempuan yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Padang Sidempuan sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kecamatan Padang Sidempuan Selatan, Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Padang Sidempuan melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Padang Sidempuan hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan<br> Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4111'''</center> Di Masjid 1443 1531 2005-11-12T00:51:49Z Borgx 2 wkfs <small>[[Pengarang:Chairil Anwar|Chairil Anwar]]</small> ---- Kuseru saja Dia<br /> sehingga datang juga<br /> Kamipun bermuka-muka<br /> <br /> seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada<br /> Segala daya memadamkannya<br /> <br /> Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda<br /> <br /> Ini ruang<br /> gelanggang kami berperang<br /> <br /> Binasa membinasa<br /> satu menista lain gila<br /> [[Category:Puisi]] [[Category:Chairil Anwar]] Wikisource:Hubungi kami 1444 1534 2005-11-12T07:07:36Z Hayabusa future 3 ga ada :en ==Isi artikel== Jika ada isi artikel yang salah, silakan klik ''tab'' '''sunting''' di atas halaman dan perbaiki artikel tersebut. Jika ada artikel yang menurut Anda telah di"rusak" orang-orang yang tidak bertanggung jawab (isi artikel tidak sesuai judul, mencaci maki, rasisme dll.) atau isinya kurang tepat (ditulis tidak melalui sudut pandang yang netral), silakan coba untuk mengembalikan isinya ke versi sebelumnya atau hubungi [[Wikisource:Pengurus|pengurus]] kami. ==Pertanyaan lainnya== Ungkapkan segala komentar, saran dan uneg-uneg mengenai Wikisource di [[Wikisource:Warung Kopi]]. Anda juga bisa bertanya kepada pengurus kami melalui halaman pembicaraan mereka. Terima kasih. ==Lihat pula== *[[Wikisource:Bantuan]] [[kategori:Wikisource|Hubungi kami]] Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 1445 2526 2006-05-28T17:35:34Z Borgx 2 ~kat <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 5 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Riau pada umumnya dan Kabupaten Kepulauan Riau pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa memperhatikan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Tanjung Pinang Kabupaten Kepulauan Riau, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Kepulauan Riau, perlu membentuk Kota Tanjung Pinang sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Tanjung Pinang untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 tentang Pembentukan Kota Administratif Tanjung Pinang; '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 21 Tahun 1957 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 77) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1643); # Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lemb aran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lemb aran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Riau adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. # Kabupaten Kepulauan Riau adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah. # Kota Administratif Tanjung Pinang adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 tentang Pembentukan Kota Administratif Tanjung Pinang. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Tanjung Pinang di wilayah Provinsi Riau dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Tanjung Pinang berasal dari sebagian Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0| |- |valign=top|a.||Kecamatan Tanjung Pinang Barat; dan |- |valign=top|b.||Kecamatan Tanjung Pinang Timur. |} |- |valign=top|(2)||Kota Tanjung Pinang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditata dan ditetapkan sehingga terdiri dari kecamatan-kecamatan sebagai berikut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Tanjung Pinang Barat; |- |valign=top|b.||Kecamatan Tanjung Pinang Kota; |- |valign=top|c.||Kecamatan Tanjung Pinang Timur; dan |- |valign=top|d.||Kecamatan Bukit Bestari. |} |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Tanjung Pinang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Kepulauan Riau dikurangi dengan wilayah Kota Tanjung Pinang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Tanjung Pinang, Kota Administratif Tanjung Pinang dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Riau dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Tanjung Pinang mempunyai batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Teluk Bintan Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Kepulauan Riau; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Kepulauan Riau; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Selat Karas, Kecamatan Galang Kota Batam; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Selat Karas, Kecamatan Galang Kota Batam. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Kepulauan Riau secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Tanjung Pinang, Pemerintah Kota Tanjung Pinang menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjung Pinang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjung Pinang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Tanjung Pinang sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Tanjung Pinang. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Tanjung Pinang, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Riau tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Riau, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Tanjung Pinang dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Riau ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Tanjung Pinang. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Riau sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Tanjung Pinang, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Tanjung Pinang, penjabat Walikota Tanjung Pinang diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Tanjung Pinang diangkat sebagai penjabat Walikota Tanjung Pinang. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Tanjung Pinang, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Tanjung Pinang, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Riau, dan Bupati Kepulauan Riau sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Tanjung Pinang hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Tanjung Pinang; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Riau dan Kabupaten Kepulauan Riau yang berada di Kota Tanjung Pinang sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Riau dan Kabupaten Kepulauan Riau yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Tanjung Pinang; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Kepulauan Riau yang kegunaannya untuk Kota Tanjung Pinang; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Tanjung Pinang. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Tanjung Pinang. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Tanjung Pinang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kepulauan Riau. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Tanjung Pinang, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tanjung Pinang dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kepulauan Riau berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Tanjung Pinang. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Kepulauan Riau tetap berlaku bagi Kota Tanjung Pinang sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 85'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Tanjung Pinang}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 1446 1700 2005-12-03T14:41:14Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 5 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Tanjung Pinang dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 239,5 Km2, yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 86.736 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 134.940 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 5,6 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Tanjung Pinang Kabupaten Kepulauan Riau, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 tentang Pembentukan Kota Administratif Tanjung Pinang. Secara geografis wilayah Kota Administratif Tanjung Pinang mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi, pertahanan dan keamanan maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, kelautan, industri dan perdagangan, perhubungan serta pariwisata, Kota Administratif Tanjung Pinang mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif yang meliputi Kecamatan Tanjung Pinang Barat dan Kecamatan Tanjung Pinang Timur perlu dibentuk menjadi Kota Tanjung Pinang. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Tanjung Pinang serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Tanjung Pinang harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Riau dan kabupaten lainnya di Riau, khususnya Kabupaten Kepulauan Riau. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Tanjung Pinang dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Tanjung Pinang dan Kota Tanjung Pinang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Tanjung Pinang dan Walikota Tanjung Pinang yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Tanjung Pinang sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjung Pinang harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Riau, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Tanjung Pinang Barat, Kecamatan Tanjung Pinang Kota, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, dan Kecamatan Bestari.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Tanjung Pinang melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Tanjung Pinang hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Pinang.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4112'''</center> Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 1447 2525 2006-05-28T17:35:17Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 6 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PRABUMULIH</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan Kabupaten Muara Enim pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Prabumulih Kabupaten Muara Enim, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Muara Enim, perlu membentuk Kota Prabumulih sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Prabumulih untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Prabumulih; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan dan Undang-undang Darurat Nomor 16 Tahun 1955 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 52) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1814); # Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) Undang-Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56) dan Undang-undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959). <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PRABUMULIH.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Sumatera Selatan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan. # Kabupaten Muara Enim adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kota Praja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan. # Kota Administratif Prabumulih adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Prabumulih. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Prabumulih di wilayah Provinsi Sumatera Selatan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Prabumulih berasal dari sebagian daerah Kabupaten Muara Enim yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Prabumulih Barat; |- |valign=top|b.||Kecamatan Prabumulih Timur; |- |valign=top|c.||Kecamatan Cambai; dan |- |valign=top|d.||Kecamatan Rambang Kapak Tengah. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Prabumulih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Muara Enim dikurangi dengan wilayah Kota Prabumulih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Prabumulih, Kota Administratif Prabumulih dalam wilayah Kabupaten Muara Enim dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Prabumulih mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Lembak dan Kecamatan Tanah Abang Kabupaten Muara Enim; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Lembak dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Rambang Lubai Kabupaten Muara Enim; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Prabumulih dan Kabupaten Muara Enim secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Prabumulih, Pemerintah Kota Prabumulih menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Prabumulih sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Prabumulih, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Prabumulih sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Prabumulih. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Prabumulih, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muara Enim tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muara Enim, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Prabumulih dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muara Enim ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Prabumulih. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muara Enim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Prabumulih, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Prabumulih, penjabat Walikota Prabumulih diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Prabumulih diangkat sebagai penjabat Walikota Prabumulih. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Prabumulih, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Prabumulih, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sumatera Selatan, dan Bupati Muara Enim sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Prabumulih hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Prabumulih; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Muara Enim yang berada di Kota Prabumulih sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Muara Enim yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Prabumulih; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Muara Enim yang kegunaannya untuk Kota Prabumulih; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Prabumulih. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Prabumulih. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Prabumulih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Muara Enim. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Prabumulih, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Prabumulih dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Muara Enim berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Prabumulih. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Muara Enim tetap berlaku bagi Kota Prabumulih sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 86'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Prabumulih}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 1448 1699 2005-12-03T14:39:39Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 6 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PRABUMULIH</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Prabumulih dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 25.194 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Muara Enim, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1994 berjumlah 79.233 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 112.405 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,25 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Prabumulih Kabupaten Muara Enim, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Prabumulih. Secara geografis wilayah Kota Administratif Prabumulih mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Prabumulih mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkemb ang, wilayah Kota Administratif Prabumulih yang meliputi Kecamatan Prabumulih Barat, Kecamatan Prabumulih Timur, Kecamatan Cambai, dan Kecamatan Rambang Kapak Tengah perlu dibentuk menjadi Kota Prabumulih. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Prabumulih serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Prabumulih harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten lainnya di Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Muara Enim. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Prabumulih dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Muara Enim dan Kota Prabumulih ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Muara Enim dan Walikota Prabumulih yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Prabumulih sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Prabumulih harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Prabumulih Barat, Kecamatan Prabumulih Timur, Kecamatan Cambai, dan Kecamatan Rambang Kapak Tengah.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Prabumulih melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Prabumulih hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4113'''</center> Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001 1449 2527 2006-05-28T17:35:41Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 7 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya, dan Kabupaten Musi Rawas pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa memperhatikan dengan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Lubuk Linggau Kabupaten Musi Rawas, serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Musi Rawas, perlu dibentuk Kota Lubuk Linggau sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Lubuk Linggau untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Lubuk Linggau; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan dan Undang-undang Darurat Nomor 16 Tahun 1955 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 52 sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1814); # Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) Undang-undang Darurat Nomor 5 Tahun 1959 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf I Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Sumatera Selatan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan dan Undang-undang Darurat Nomor 16 Tahun 1955 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950. # Kabupaten Musi Rawas adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Sumatera Selatan. # Kota Administratif Lubuk Linggau adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Lubuk Linggau. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Lubuk Linggau di wilayah Provinsi Sumatera Selatan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> {|border=0 |- |valign=top|(2)||Kota Lubuk Linggau berasal dari sebagian Kabupaten Musi Rawas yang terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Kota Administratif Lubuk Linggau; |- |valign=top|b.||sebagian wilayah Kecamatan Muara Beliti terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||Desa Marga Mulya; |- |valign=top|2.||Desa Tanah Periuk; |- |valign=top|3.||Desa Lubuk Kupang; |- |valign=top|4.||Desa Air Kati; |- |valign=top|5.||Desa Rahma; |- |valign=top|6.||Desa Jukung; |- |valign=top|7.||Desa Siring Agung; |- |valign=top|8.||Desa Eka Marga; dan |- |valign=top|9.||Desa Karang Ketuan. |} |- |valign=top|c.||sebagian wilayah Kecamatan Batu Kuning Lakitan Ulu Terawas terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||Desa Sumber Agung; |- |valign=top|2.||Desa Durian Rampak; dan |- |valign=top|3.||Desa Tanjung Raya. |} |} |- |valign=top|(3)||Wilayah Kota Lubuk Linggau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditata dan ditetapkan sehingga terdiri dari wilayah-wilayah kecamatan sebagai berikut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Lubuk Linggau Utara. |- |valign=top|b.||Kecamatan Lubuk Linggau Selatan; |- |valign=top|c.||Kecamatan Lubuk Linggau Timur; dan |- |valign=top|d.||Kecamatan Lubuk Linggau Barat. |} |} <center>Pasal 4</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Lubuk Linggau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Musi Rawas dikurangi dengan wilayah Kota Lubuk Linggau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. |- |valign=top|(2)||Wilayah Kecamatan Muara Beliti di Kabupaten Musi Rawas tetap merupakan wilayah Kecamatan Muara Beliti setelah dikurangi dengan desa-desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b. |- |valign=top|(3)||Wilayah Kecamatan Batu Kuning Lakitan Ulu Terawas di Kabupaten Musi Rawas tetap merupakan wilayah Kecamatan Batu Kuning Lokitan Ulu Terawas setelah dikurangi dengan desa-desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c. |} <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Lubuk Linggau, Kota Administratif Lubuk Linggau dalam wilayah Kabupaten Musi Rawas dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Lubuk Linggau mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Batu Kuning Lakitan Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Muara Beliti Musi Rawas; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Muara Beliti dan Provinsi Bengkulu; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Provinsi Bengkulu. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Lubuk Linggau, Pemerintah Kota Lubuk Linggau menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lubuk Linggau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lubuk Linggau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Lubuk Linggau sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Lubuk Linggau. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Lubuk Linggau, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Musi Rawas tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Musi Rawas, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Lubuk Linggau dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Musi Rawas ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Lubuk Linggau. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Musi Rawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Lubuk Linggau, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Lubuk Linggau, penjabat Walikota Lubuk Linggau diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Lubuk Linggau diangkat sebagai penjabat Walikota Lubuk Linggau. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Lubuk Linggau, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Lubuk Linggau, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sumatera Selatan, dan Bupati Musi Rawas sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Lubuk Linggau hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Lubuk Linggau; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Musi Rawas yang berada di Kota Lubuk Linggau sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Musi Rawas yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Lubuk Linggau; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Musi Rawas yang kegunaannya untuk Kota Lubuk Linggau; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Lubuk Linggau. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Lubuk Linggau. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Lubuk Linggau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Musi Rawas. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Lubuk Linggau, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Lubuk Linggau dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Musi Rawas berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Lubuk Linggau. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Musi Rawas tetap berlaku bagi Kota Lubuk Linggau sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penemp atannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 87'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Lubuk Linggau}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001 1450 1698 2005-12-03T14:38:06Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 7 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA LUBUK LINGGAU</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Lubuk Linggau dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 401,50 km2, yang merupakan bagian dari Kabupaten Musi Rawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1995 berjumlah 100.935 jiwa dan pada tahun 2000 meningkatmenjadi 169.107 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 11,53 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Lubuk Linggau Kabupaten Musi Rawas, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Lubuk Linggau. Secara geografis wilayah Kota Administratif Lubuk Linggau mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Lubuk Linggau mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif yang meliputi Kecamatan Lubuk Linggau Utara, Kecamatan Lubuk Linggau Selatan, Kecamatan Lubuk Linggau Timur, dan Kecamatan Lubuk Linggau Barat perlu dibentuk menjadi Kota Lubuk Linggau. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Lubuk Linggau serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Lubuk Linggau harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten lainnya di Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Musi Rawas. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Lubuk Linggau dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Musi Rawas dan Walikota Lubuk Linggau yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Lubuk Linggau sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lubuk Linggau harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya. <br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. <br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah, Kecamatan Lubuk Linggau Utara, Kecamatan Lubuk Linggau Timur, Kecamatan Lubuk Linggau Selatan, dan Kecamatan Lubuk Linggau Barat.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Lubuk Linggau melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Lubuk Linggau hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Lubuk Linggau.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4114'''</center> Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 1451 2528 2006-05-28T17:35:51Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 8 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PAGAR ALAM</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan Kabupaten Lahat pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Pagar Alam Kabupaten Lahat, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Lahat, perlu membentuk Kota Pagar Alam sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Pagar Alam untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Pagar Alam; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan dan Undang-undang Darurat Nomor 16 Tahun 1955 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 52) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1814); # Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 55) Undang-undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56) dan undang-undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57) tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PAGAR ALAM.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: {|border=0 |- |valign=top|1.||Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. |- |valign=top|2.||Provinsi Sumatera Selatan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1959 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan dan Undang-undang Darurat Nomor 16 Tahun 1955 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950. |- |valign=top|3.||Kabupaten Lahat adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera Selatan. |- |valign=top|4.||Kota Administratif Pagar Alam adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Pagar Alam. |} <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Pagar Alam di wilayah Provinsi Sumatera Selatan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 3 Kota Pagar Alam berasal dari sebagian daerah Kabupaten Lahat yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Pagar Alam Utara; |- |valign=top|b.||Kecamatan Pagar Alam Selatan; |- |valign=top|c.||Kecamatan Dempo Utara; dan |- |valign=top|d.||Kecamatan Dempo Selatan. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Pagar Alam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Lahat dikurangi dengan wilayah Kota Pagar Alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Pagar Alam, Kota Administratif Pagar Alam dalam wilayah Kabupaten Lahat dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Pagar Alam mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Pulau Pinang dan Kecamatan Fajar Bulan Kabupaten Lahat; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Pagar Alam, Pemerintah Kota Pagar Alam menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pagar Alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pagar Alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Pagar Alam sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Pagar Alam. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Pagar Alam, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lahat tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lahat, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Pagar Alam dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lahat ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Pagar Alam. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lahat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Pagar Alam, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Pagar Alam, penjabat Walikota Pagar Alam diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Pagar Alam diangkat sebagai penjabat Walikota Pagar Alam. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Pagar Alam, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Pagar Alam, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sumatera Selatan, dan Bupati Lahat sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Pagar Alam hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Pagar Alam; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Lahat yang berada di Kota Pagar Alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Lahat yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Pagar Alam; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Lahat yang kegunaannya untuk Kota Pagar Alam; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Pagar Alam. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Pagar Alam. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Pagar Alam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lahat. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Pagar Alam, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pagar Alam dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lahat berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Pagar Alam. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Lahat tetap berlaku bagi Kota Pagar Alam sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 88'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Pagar Alam}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 1452 1697 2005-12-03T14:36:24Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 8 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA PAGAR ALAM</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Pagar Alam dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 63.366 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Lahat, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 102.500 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 107.731 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,5 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Pagar Alam Kabupaten Lahat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Pagar Alam. Secara geografis wilayah Kota Administratif Pagar Alam mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Pagar Alam mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Pagar Alam yang meliputi Kecamatan Pagar Alam Utara, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kecamatan Dempo Utara, dan Kecamatan Dempo Selatan perlu dibentuk menjadi Kota Pagar Alam. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Pagar Alam serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Pagar Alam harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten lainnya di Sumatera Selatan, khususnya Kabupaten Lahat. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Pagar Alam dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Lahat dan Walikota Pagar Alam yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Pagar Alam sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pagar Alam harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Pagar Alam Utara, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kecamatan Dempo Utara, dan Kecamatan Dempo Selatan.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Pagar Alam melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Pagar Alam hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagar Alam. <br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4115'''</center> Templat:Kalender 1453 2262 2006-05-25T16:23:35Z IvanLanin 30 +kat <div style="border:solid #ccc; background: #fff; border-width: 1px 3px 3px 1px; text-align: center; padding-top:3px; line-height: 1.3; margin-right: 4px; width: 7em">{{CURRENTDAYNAME}} <span style="font-size: x-large; width: 100%; display: block; padding:6px 0px">{{CURRENTDAY}}</span> <span style="display: block;"> {{CURRENTMONTHNAME}}</span> <span style="background: #aaa; color: #000; display: block;">'''{{CURRENTYEAR}}'''</span> </div><noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 1454 2529 2006-05-28T17:35:59Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 9 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Bandung pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Cimahi Kabupaten Bandung, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Bandung, perlu membentuk Kota Cimahi sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Cimahi untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif Cimahi; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat; # Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat; # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Jawa Barat adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. # Kabupaten Bandung adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat. # Kota Administratif Cimahi adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif Cimahi. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Cimahi di wilayah Provinsi Jawa Barat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Cimahi berasal dari sebagian Kabupaten Bandung yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Cimahi Utara; |- |valign=top|b.||Kecamatan Cimahi Tengah; dan |- |valign=top|c.||Kecamatan Cimahi Selatan. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Cimahi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Bandung dikurangi dengan wilayah Kota Cimahi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Cimahi, Kota Administratif Cimahi dalam wilayah Kabupaten Bandung dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Cimahi mempunyai batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan Andir Kota Bandung; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Margaasih dan Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung dan Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Cimahi sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Cimahi. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Cimahi, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Cimahi dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Cimahi. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Cimahi, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Cimahi, penjabat Walikota Cimahi diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Cimahi diangkat sebagai penjabat Walikota Cimahi. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Cimahi, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundangundangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Cimahi, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bandung sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Cimahi hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Cimahi; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung yang berada di Kota Cimahi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Cimahi; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Bandung yang kegunaannya untuk Kota Cimahi; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Cimahi. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Cimahi. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Cimahi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bandung. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Cimahi, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Cimahi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bandung berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Cimahi. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Bandung tetap berlaku bagi Kota Cimahi sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 89'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Cimahi}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 1455 1696 2005-12-03T14:34:53Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 9 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Cimahi dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 4.025,73 Ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Utara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 290.202 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 352.005 jiwa dengan pertumbuhan rata - rata 2,12 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Cimahi Kabupaten Bandung, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1975 tentang Pembentukan Kota Administratif Cimahi. Secara geografis wilayah Kota Administratif Cimahi mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi, industri dan perdagangan, perhubungan, serta pendidikan, Kota Administratif Cimahi mempunyai prospek yang baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Cimahi yang meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan perlu dibentuk menjadi Kota Cimahi. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Cimahi serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten lainnya di Jawa Barat, khususnya Kabupaten Bandung. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Cimahi dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Bandung dan Walikota Cimahi yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Cimahi sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Cimahi melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Cimahi hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cimahi.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4116'''</center> Bicara Pengguna:Herry 1456 1554 2005-11-17T07:08:17Z Borgx 2 selamat datang Selamat datang di wikisource. [[Pengguna:Borgx|Borgx]] 07:08, 17 November 2005 (UTC) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 1457 2513 2006-05-28T17:29:15Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 10 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Tasikmalaya pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Tasikmalaya, perlu membentuk Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam huruh a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Tasikmalaya untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 tentang Pembentukan Kota Administratif Tasikmalaya; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat; # Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat; # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Jawa Barat adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. # Kabupaten Tasikmalaya adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat. # Kota Administratif Tasikmalaya adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 tentang Pembentukan Kota Administratif Tasikmalaya. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Tasikmalaya di wilayah Provinsi Jawa Barat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Wilayah Kota Tasikmalaya meliputi: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kota Administratif Tasikmalaya, yang terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||Kecamatan Cihideung; |- |valign=top|2.||Kecamatan Cipedes; dan |- |valign=top|3.||Kecamatan Tawang; |} |- |valign=top|b.||sebagian Kabupaten Tasikmalaya yang terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||Kecamatan Indihiang; |- |valign=top|2.||Kecamatan Kawalu; |- |valign=top|3.||Kecamatan Cibeureum; |- |valign=top|4.||Kecamatan Tamansari; dan |- |valign=top|5.||Kecamatan Mangkubumi. |} |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Tasikmalaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Tasikmalaya dikurangi dengan wilayah Kota Tasikmalaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Tasikmalaya, Kota Administratif Tasikmalaya dalam wilayah Kabupaten Tasikmalaya dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Tasikmalaya mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisayong dan Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Cihaurbeuti dan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis; |- |valign=top|b.||sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya; |- |valign=top|c.||sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatiwaras dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singaparna, Kecamatan Sukarame, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Tasikmalaya secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Tasikmalaya, Pemerintah Kota Tasikmalaya menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya dibentuk sesuai dengan peraturan perundangundangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Tasikmalaya. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya, untuk pertama kali dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di Daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan dari anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Tasikmalaya, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tasikmalaya tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya, yang keanggotaannya mewakili kecamatan-kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Tasikmalaya, dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tasikmalaya ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Tasikmalaya. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tasikmalaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Tasikmalaya, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Tasikmalaya, penjabat Walikota Tasikmalaya diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Tasikmalaya diangkat sebagai penjabat Walikota Tasikmalaya. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Tasikmalaya, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas-dinas Kota, dan lembaga teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Tasikmalaya, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Tasikmalaya sesuai dengan kewenangannya menginventarisir dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Tasikmalaya, hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Tasikmalaya yang berada di Kota Tasikmalaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Tasikmalaya; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Tasikmalaya yang kegunaannya untuk Kota Tasikmalaya; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Tasikmalaya. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak diresmikannya Kota Tasikmalaya. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan akibat pembentukan Kota Tasikmalaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tasikmalaya. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Tasikmalaya, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum dapat disusun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Tasikmalaya, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Tasikmalaya. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Tasikmalaya tetap berlaku bagi Kota Tasikmalaya sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA<br> REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 90'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Kota Tasikmalaya}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 1458 2518 2006-05-28T17:30:44Z Borgx 2 ~kat <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 10 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA TASIKMALAYA</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Tasikmalaya dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 17.156,20 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Tasikmalaya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya dibidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1995 berjumlah 495.460 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 584.169 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,32 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976 tentang Pembentukan Kota Administratif Tasikmalaya. Secara geografis wilayah Kota Administratif Tasikmalaya mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi, pertahanan dan keamanan maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Tasikmalaya mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Tasikmalaya tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Tasikmalaya, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Tasikmalaya lainnya, yaitu Kecamatan Indihiang, Kecamatan Kawalu, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Mangkubumi perlu dibentuk menjadi Kota Tasikmalaya. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Tasikmalaya serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten lainnya di Jawa Barat, khususnya Kabupaten Tasikmalaya. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Tasikmalaya dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Tasikmalaya dan Walikota Tasikmalaya yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Tasikmalaya sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya. <br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Cihideung, Kecamatan Cipedes, Kecamatan Tawang, Kecamatan Indihiang, Kecamatan Kawalu, Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Tamansari, dan Kecamatan Mangkubumi.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Tasikmalaya melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Tasikmalaya hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya. <br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4117'''</center> == Lihat pula == * [[Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001]] [[Kategori:Undang-undang]] Bicara Pengguna:Hégésippe Cormier 1459 1559 2005-11-19T23:23:28Z Borgx 2 selamat datang Hi Hégésippe Cormier. Welcome to Indonesian Wikisource. --[[Pengguna:Borgx|Borgx]] 23:23, 19 November 2005 (UTC) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 1460 2514 2006-05-28T17:29:23Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 11 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA BATU</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Jawa Timur pada umumnya dan Kabupaten Malang pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Batu Kabupaten Malang, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Malang, perlu membentuk Kota Batu sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Batu untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Batu; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur; # Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur; # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BATU.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Jawa Timur adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur. # Kabupaten Malang adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur. # Kota Administratif Batu adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Batu. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Batu di wilayah Provinsi Jawa Timur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Batu berasal dari sebagian daerah Kabupaten Malang yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Batu; |- |valign=top|b.||Kecamatan Bumiaji; dan |- |valign=top|c.||Kecamatan Junrejo. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Batu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Malang dikurangi dengan wilayah Kota Batu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Batu, Kota Administratif Batu dalam wilayah Kabupaten Malang dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Batu mempunyai batas wilayah: |- |&nbsp;|| {| border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Batu dan Kabupaten Malang secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Batu, Pemerintah Kota Batu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Batu sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundangundangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Batu. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Batu, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Batu dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Batu. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Malang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Batu, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Batu, penjabat Walikota Batu diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Batu diangkat sebagai penjabat Walikota Batu. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Batu, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Batu, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Jawa Timur, dan Bupati Malang sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Batu hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Batu; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Malang yang berada di Kota Batu sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Malang yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Batu; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Malang yang kegunaannya untuk Kota Batu; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Batu. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Batu. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Batu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Batu, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Batu dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Batu. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Malang tetap berlaku bagi Kota Batu sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA<br> REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 91'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Kota Batu}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 1461 2519 2006-05-28T17:31:30Z Borgx 2 ~kat <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 11 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA BATU</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Batu dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 15.137 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Malang, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1993 berjumlah 147.037 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 156.681 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 0,9 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Batu Kabupaten Malang, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Administratif Batu. Secara geografis wilayah Kota Administratif Batu mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Batu mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Batu yang meliputi Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, dan Kecamatan Junrejo perlu dibentuk menjadi Kota Batu. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Batu serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Batu harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Jawa Timur dan kabupaten lainnya di Jawa Timur, khususnya Kabupaten Malang. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Batu dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Malang dan Kota Batu ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Malang dan Walikota Batu yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Batu sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji, dan Kecamatan Junrejo.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Batu melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Batu hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4118'''</center> == Lihat pula == * [[Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001|Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001]] [[Kategori:Undang-undang]] Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 1462 2515 2006-05-28T17:29:44Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 12 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA SINGKAWANG</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya dan Kabupaten Bengkayang pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Singkawang Kabupaten Bengkayang, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Bengkayang, perlu membentuk Kota Singkawang sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Singkawang untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Singkawang; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Otonom Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang penetapan Undang-undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swantantra Tingkat I Kalimantan Tengah dan Perubahan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 83) sebagai Undang-undang, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1106 dan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1622); # Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 23 Tahun 1953 tentang 4. Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3823); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SINGKAWANG.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Kalimantan Barat adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Otonom Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958. # Kabupaten Bengkayang adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang. # Kota Administratif Singkawang adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Singkawang. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Singkawang di wilayah Provinsi Kalimantan Barat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Singkawang berasal dari sebagian daerah Kabupaten Bengkayang yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Pasiran; |- |valign=top|b.||Kecamatan Roban; dan |- |valign=top|c.||Kecamatan Tujuhbelas. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Singkawang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Bengkayang dikurangi dengan wilayah Kota Singkawang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Singkawang, Kota Administratif Singkawang dalam wilayah Kabupaten Bengkayang dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Singkawang mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang ; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Laut Natuna. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Singkawang, Pemerintah Kota Singkawang menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Singkawang sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {| border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Singkawang. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Singkawang, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Singkawang dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Singkawang. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Singkawang, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Singkawang, penjabat Walikota Singkawang diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Singkawang diangkat sebagai penjabat Walikota Singkawang. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Singkawang, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Singkawang, menteri/kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait, Gubernur Kalimantan Barat, dan Bupati Bengkayang sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Singkawang hal-hal yang meliputi : |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Singkawang; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/ daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh |- |valign=top|c.||Pemerintah, Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Bengkayang yang berada di Kota Singkawang sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|d.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Bengkayang yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Singkawang; |- |valign=top|e.||utang-piutang Kabupaten Bengkayang yang kegunaannya untuk Kota Singkawang; dan |- |valign=top|f.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Singkawang. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Singkawang. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Singkawang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Singkawang, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Singkawang dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Singkawang. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Bengkayang tetap berlaku bagi Kota Singkawang sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 92'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Kota Singkawang}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 1463 1693 2005-12-03T14:26:40Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001|< Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 12 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA SINGKAWANG</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Singkawang dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 50.400 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1995 berjumlah 161.725 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 163.541 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2,52 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Singkawang Kabupaten Bengkayang, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Singkawang. Secara geografis wilayah Kota Administratif Singkawang mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Singkawang mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Singkawang yang meliputi Kecamatan Pasiran, Kecamatan Roban, dan Kecamatan Tujuhbelas perlu dibentuk menjadi Kota Singkawang. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Singkawang serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Kalimantan Barat dan kabupaten lainnya di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Bengkayang. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Singkawang dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Bengkayang dan Walikota Singkawang yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Singkawang sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Pasiran, Kecamatan Roban, dan Kecamatan Tujuhbelas.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Singkawang melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Singkawang hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Singkawang.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4119'''<center> Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 1464 2530 2006-05-28T17:37:05Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 41 TAHUN 1999</center> <center>TENTANG</center> <center>KEHUTANAN</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' # bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang; # bahwa hutan, sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung-gugat; # bahwa pengurusan hutan yang berkelanjutan dan berwawasan mendunia, harus menampung dinamika aspirasi dan peranserta masyarakat, adat dan budaya, serta tata nilai masyarakat yang berdasarkan pada norma hukum nasional; # bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8) sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip penguasaan dan pengurusan hutan, dan tuntutan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti; # bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu ditetapkan undang-undang tentang Kehutanan yang baru. '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; # Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; # Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034); # Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839). <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG KEHUTANAN</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Bagian Kesatu</center> <center>Pengertian</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: # Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. # Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. # Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. # Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. # Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. # Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. # Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. # Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. # Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. # Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. # Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. # Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu. # Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. # Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. # Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. <center>Bagian Kedua</center> <center>Asas dan Tujuan</center> <center>Pasal 2</center> Penyelenggaraan kehutanan berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. <center>Pasal 3</center> Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan: # menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; # mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari; # meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai; # meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan # menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Penguasaan Hutan</center> <center>Pasal 4</center> # Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. # Penguasaan hutan oleh Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi wewenang kepada pemerintah untuk: ## mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan ## mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan. # Penguasaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. <center>BAB II</center> <center>STATUS DAN FUNGSI HUTAN</center> <center>Pasal 5</center> # Hutan berdasarkan statusnya terdiri dari: ## hutan negara, dan ## hutan hak. # Hutan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat. # Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. # Apabila dalam perkembangannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, maka hak pengelolaan hutan adat kembali kepada Pemerintah. <center>Pasal 6</center> # Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu: ## fungsi konservasi, ## fungsi lindung, dan ## fungsi produksi. # Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: ## hutan konservasi, ## hutan lindung, dan ## hutan produksi. <center>Pasal 7</center> Hutan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri dari: # kawasan hutan suaka alam, # kawasan hutan pelestarian alam, dan # taman buru. <center>Pasal 8</center> # Pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus. # Penetapan kawasan hutan dengan tujuan khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan untuk kepentingan umum seperti: ## penelitian dan pengembangan, ## pendidikan dan latihan, dan ## religi dan budaya. # Kawasan hutan dengan tujuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. <center>Pasal 9</center> # Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air, di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah <center>BAB III</center> <center>PENGURUSAN HUTAN</center> <center>Pasal 10</center> # Pengurusan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat. # Pengurusan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan penyelenggaraan: ## perencanaan kehutanan, ## pengelolaan hutan, ## penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan, dan ## pengawasan. <center>BAB IV</center> <center>PERENCANAAN KEHUTANAN</center> <center>Bagian Kesatu</center> <center>Umum</center> <center>Pasal 11</center> # Perencanaan kehutanan dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan arah yang menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. # Perencanaan kehutanan dilaksanakan secara transparan, bertanggung-gugat, partisipatif, terpadu, serta memperhatikan kekhasan dan aspirasi daerah. <center>Pasal 12</center> Perencanaan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a, meliputi: # inventarisasi hutan, # pengukuhan kawasan hutan, # penatagunaan kawasan hutan, # pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan # penyusunan rencana kehutanan. <center>Bagian Kedua</center> <center>Inventarisasi Hutan</center> <center>Pasal 13</center> # Inventarisasi hutan dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap. # Inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. # Inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari: ## inventarisasi hutan tingkat nasional, ## inventarisasi hutan tingkat wilayah, ## inventarisasi hutan tingkat daerah aliran sungai, dan ## inventarisasi hutan tingkat unit pengelolaan. # Hasil inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) antara lain dipergunakan sebagai dasar pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumber daya hutan, penyusunan rencana kehutanan, dan sistem informasi kehutanan. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Pengukuhan Kawasan Hutan</center> <center>Pasal 14</center> # Berdasarkan inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, pemerintah menyelenggarakan pengukuhan kawasan hutan. # Kegiatan pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan. <center>Pasal 15</center> # Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui proses sebagai berikut: ## penunjukan kawasan hutan, ## penataan batas kawasan hutan, ## pemetaan kawasan hutan, dan ## penetapan kawasan hutan. # Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah. <center>Bagian Keempat</center> <center>Penatagunaan Kawasan Hutan</center> <center>Pasal 16</center> # Berdasarkan hasil pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15, pemerintah menyelenggarakan penatagunaan kawasan hutan. # Penatagunaan kawasan hutan meliputi kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan kawasan hutan. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Kelima</center> <center>Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan</center> <center>Pasal 17</center> # Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan untuk tingkat: ## propinsi, ## kabupaten/kota, dan ## unit pengelolaan. # Pembentukan wilayah pengelolaan hutan tingkat unit pengelolaan dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik lahan, tipe hutan, fungsi hutan, kondisi daerah aliran sungai, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat setempat termasuk masyarakat hukum adat dan batas administrasi pemerintahan. # Pembentukan unit pengelolaan hutan yang melampaui batas administrasi pemerintahan karena kondisi dan karakteristik serta tipe hutan, penetapannya diatur secara khusus oleh Menteri. <center>Pasal 18</center> # Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. # Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. <center>Pasal 19</center> # Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. # Perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. # Ketentuan tentang tata cara perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Keenam</center> <center>Penyusunan Rencana Kehutanan</center> <center>Pasal 20</center> # Berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan kondisi sosial masyarakat, pemerintah menyusun rencana kehutanan. # Rencana kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun menurut jangka waktu perencanaan, skala geografis, dan menurut fungsi pokok kawasan hutan. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB V</center> <center>PENGELOLAAN HUTAN</center> <center>Bagian Kesatu</center> <center>Umum</center> <center>Pasal 21</center> Pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b, meliputi kegiatan: # tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, # pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, # rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan # perlindungan hutan dan konservasi alam. <center>Bagian Kedua</center> <center>Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan</center> <center>Pasal 22</center> # Tata hutan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari. # Tata hutan meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan. # Blok-blok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibagi pada petak-petak berdasarkan intensitas dan efisiensi pengelolaan. # Berdasarkan blok dan petak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), disusun rencana pengelolaan hutan untuk jangka waktu tertentu. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan</center> <center>Pasal 23</center> Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya. <center>Pasal 24</center> Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional. <center>Pasal 25</center> Pemanfaatan kawasan hutan pelestarian alam dan kawasan hutan suaka alam serta taman buru diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 26</center> # Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. # Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. <center>Pasal 27</center> # Izin usaha pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi. # Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi, ## badan usaha milik swasta Indonesia, ## badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. # Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi. <center>Pasal 28</center> # Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. # Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu. <center>Pasal 29</center> # Izin usaha pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi. # Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi, ## badan usaha milik swasta Indonesia, ## badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. # Izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi, ## badan usaha milik swasta Indonesia, ## badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. # Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi, ## badan usaha milik swasta Indonesia, ## badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. # Izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dapat diberikan kepada: ## perorangan, ## koperasi. <center>Pasal 30</center> Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat, setiap badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik swasta Indonesia yang memperoleh izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, diwajibkan bekerja sama dengan koperasi masyarakat setempat. <center>Pasal 31</center> # Untuk menjamin asas keadilan, pemerataan, dan lestari, maka izin usaha pemanfaatan hutan dibatasi dengan mempertimbangkan aspek kelestarian hutan dan aspek kepastian usaha. # Pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 32</center> Pemegang izin sebagaimana diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 29 berkewajiban untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan hutan tempat usahanya. <center>Pasal 33</center> # Usaha pemanfaatan hasil hutan meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan. # Pemanenan dan pengolahan hasil hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh melebihi daya dukung hutan secara lestari. # Pengaturan, pembinaan dan pengembangan pengolahan hasil hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Menteri. <center>Pasal 34</center> Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat diberikan kepada: # masyarakat hukum adat, # lembaga pendidikan, # lembaga penelitian, # lembaga sosial dan keagamaan. <center>Pasal 35</center> # Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29, dikenakan iuran izin usaha, provisi, dana reboisasi, dan dana jaminan kinerja. # Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29 wajib menyediakan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan. # Setiap pemegang izin pemungutan hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29 hanya dikenakan provisi. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 36</center> # Pemanfaatan hutan hak dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, sesuai dengan fungsinya. # Pemanfaatan hutan hak yang berfungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsinya. <center>Pasal 37</center> # Pemanfaatan hutan adat dilakukan oleh masyarakat hukum adat yang bersangkutan, sesuai dengan fungsinya. # Pemanfaatan hutan adat yang berfungsi lindung dan konservasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsinya. <center>Pasal 38</center> # Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. # Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. # Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. # Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. # Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. <center>Pasal 39</center> Ketentuan pelaksanaan tentang pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 29, Pasal 34, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Keempat</center> <center>Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan</center> <center>Pasal 40</center> Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. <center>Pasal 41</center> # Rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan: ## reboisasi, ## penghijauan, ## pemeliharaan, ## pengayaan tanaman, atau ## penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif. # Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di semua hutan dan kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. <center>Pasal 42</center> # Rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik. # Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan pelaksanaannya melalui pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 43</center> # Setiap orang yang memiliki, mengelola, dan atau memanfaatkan hutan yang kritis atau tidak produktif, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan dan konservasi. # Dalam pelaksanaan rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap orang dapat meminta pendampingan, pelayanan dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain atau pemerintah. <center>Pasal 44</center> # Reklamasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. # Kegiatan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi inventarisasi lokasi, penetapan lokasi, perencanaan, dan pelaksanaan reklamasi. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 45</center> # Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) yang mengakibatkan kerusakan hutan, wajib dilakukan reklamasi dan atau rehabilitasi sesuai dengan pola yang ditetapkan pemerintah. # Reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan, wajib dilaksanakan oleh pemegang izin pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan. # Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan di luar kegiatan kehutanan yang mengakibatkan perubahan permukaan dan penutupan tanah, wajib membayar dana jaminan reklamasi dan rehabilitasi. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Kelima</center> <center>Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam</center> <center>Pasal 46</center> Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. <center>Pasal 47</center> Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: # mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan # mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. <center>Pasal 48</center> # Pemerintah mengatur perlindungan hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. # Perlindungan hutan pada hutan negara dilaksanakan oleh pemerintah. # Pemegang izin usaha pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 29, serta pihak-pihak yang menerima wewenang pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, diwajibkan melindungi hutan dalam areal kerjanya. # Perlindungan hutan pada hutan hak dilakukan oleh pemegang haknya. # Untuk menjamin pelaksanaan perlindungan hutan yang sebaik-baiknya, masyarakat diikutsertakan dalam upaya perlindungan hutan. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 49</center> Pemegang hak atau izin bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di areal kerjanya. <center>Pasal 50</center> # Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. # Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. # Setiap orang dilarang: ## mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; ## merambah kawasan hutan; ## melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan: ### 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; ### 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; ### 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; ### 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; ### 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; ### 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. ## membakar hutan; ## menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; ## menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; ## melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri; ## mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan; ## menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; ## membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; ## membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; ## membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan ## mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. # Ketentuan tentang mengeluarkan, membawa, dan atau mengangkut tumbuhan dan atau satwa yang dilindungi, diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 51</center> # Untuk menjamin terselenggaranya perlindungan hutan, maka kepada pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaannya diberikan wewenang kepolisian khusus. # Pejabat yang diberi wewenang kepolisian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk: ## mengadakan patroli/perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya; ## memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya; ## menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang; dan ## membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan. <center>BAB VI</center> <center>PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, PENDIDIKAN DAN</center> <center>LATIHAN SERTA PENYULUHAN KEHUTANAN</center> <center>Bagian Kesatu</center> <center>Umum</center> <center>Pasal 52</center> # Dalam pengurusan hutan secara lestari, diperlukan sumber daya manusia berkualitas yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan yang berkesinambungan. # Dalam penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan, wajib memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi, kearifan tradisional serta kondisi sosial budaya masyarakat. # Dalam penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan, pemerintah wajib menjaga kekayaan plasma nutfah khas Indonesia dari pencurian. <center>Bagian Kedua</center> <center>Penelitian dan Pengembangan Kehutanan</center> <center>Pasal 53</center> # Penelitian dan pengembangan kehutanan dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan nasional serta budaya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengurusan hutan. # Penelitian dan pengembangan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengurusan hutan dalam mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan nilai tambah hasil hutan. # Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kehutanan dilakukan oleh pemerintah dan dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat. # Pemerintah mendorong dan menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan kemampuan untuk menguasai, mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan. <center>Pasal 54</center> # Pemerintah bersama-sama dengan dunia usaha dan masyarakat mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kehutanan serta mengembangkan sistem informasi dan pelayanan hasil penelitian dan pengembangan kehutanan. # Pemerintah wajib melindungi hasil penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kehutanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. # Izin melakukan penelitian kehutanan di Indonesia dapat diberikan kepada peneliti asing dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Pendidikan dan Latihan Kehutanan</center> <center>Pasal 55</center> # Pendidikan dan latihan kehutanan dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kehutanan yang terampil, profesional, berdedikasi, jujur serta amanah dan berakhlak mulia. # Pendidikan dan latihan kehutanan bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengurusan hutan secara adil dan lestari, didasari iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. # Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. # Pemerintah mendorong dan menciptakan kondisi yang mendukung terselengaranya pendidikan dan latihan kehutanan, dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia. <center>Bagian Keempat</center> <center>Penyuluhan Kehutanan</center> <center>Pasal 56</center> # Penyuluhan kehutanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan kehutanan atas dasar iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta sadar akan pentingnya sumber daya hutan bagi kehidupan manusia. # Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. # Pemerintah mendorong dan menciptakan kondisi yang mendukung terselenggaranya kegiatan penyuluhan kehutanan. <center>Bagian Kelima</center> <center>Pendanaan dan Prasarana</center> <center>Pasal 57</center> # Dunia usaha dalam bidang kehutanan wajib menyediakan dana investasi untuk penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan. # Pemerintah menyediakan kawasan hutan untuk digunakan dan mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan. <center>Pasal 58</center> Ketentuan lebih lanjut tentang penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB VII</center> <center>PENGAWASAN</center> <center>Pasal 59</center> Pengawasan kehutanan dimaksudkan untuk mencermati, menelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan hutan, sehingga tujuannya dapat tercapai secara maksimal dan sekaligus merupakan umpan balik bagi perbaikan dan atau penyempurnaan pengurusan hutan lebih lanjut. <center>Pasal 60</center> # Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pengawasan kehutanan. # Masyarakat dan atau perorangan berperan serta dalam pengawasan kehutanan. <center>Pasal 61</center> Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan terhadap pengurusan hutan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. <center>Pasal 62</center> Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan atau pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. <center>Pasal 63</center> Dalam melaksanakan pengawasan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1), pemerintah dan pemerintah daerah berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, dan melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan pengurusan hutan. <center>Pasal 64</center> Pemerintah dan masyarakat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan yang berdampak nasional dan internasional. <center>Pasal 65</center> Ketentuan lebih lanjut tentang pengawasan kehutanan diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB VIII</center> <center>PENYERAHAN KEWENANGAN</center> <center>Pasal 66</center> # Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah. # Pelaksanaan penyerahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengurusan hutan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB IX</center> <center>MASYARAKAT HUKUM ADAT</center> <center>Pasal 67</center> # Masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak: ## melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan; ## melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; dan ## mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. # Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB X</center> <center>PERAN SERTA MASYARAKAT</center> <center>Pasal 68</center> # Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan. # Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat dapat: ## memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ## mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan informasi kehutanan; ## memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan; dan ## melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik langsung maupun tidak langsung. # Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. # Setiap orang berhak memperoleh kompensasi karena hilangnya hak atas tanah miliknya sebagai akibat dari adanya penetapan kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 69</center> # Masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. # Dalam melaksanakan rehabilitasi hutan, masyarakat dapat meminta pendampingan, pelayanan, dan dukungan kepada lembaga swadaya masyarakat, pihak lain, atau pemerintah. <center>Pasal 70</center> # Masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan. # Pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna. # Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat pemerintah dan pemerintah daerah dapat dibantu oleh forum pemerhati kehutanan. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB XI</center> <center>GUGATAN PERWAKILAN</center> <center>Pasal 71</center> # Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan atau melaporkan ke penegak hukum terhadap kerusakan hutan yang merugikan kehidupan masyarakat. # Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan terhadap pengelolaan hutan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Pasal 72</center> Jika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat pencemaran dan atau kerusakan hutan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat, maka instansi pemerintah atau instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kehutanan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. <center>Pasal 73</center> # Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan hutan, organisasi bidang kehutanan berhak mengajukan gugatan perwakilan untuk kepentingan pelestarian fungsi hutan. # Organisasi bidang kehutanan yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: ## berbentuk badan hukum; ## organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tegas menyebutkan tujuan didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian fungsi hutan; dan ## telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. <center>BAB XII</center> <center>PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN</center> <center>Pasal 74</center> # Penyelesaian sengketa kehutanan dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. # Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan, maka gugatan melalui pengadilan dapat dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para pihak yang bersengketa. <center>Pasal 75</center> # Penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. # Penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti-rugi, dan atau mengenai bentuk tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan. # Dalam penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama oleh para pihak dan atau pendampingan organisasi nonpemerintah untuk membantu penyelesaian sengketa kehutanan. <center>Pasal 76</center> # Penyelesaian sengketa kehutanan melalui pengadilan dimaksudkan untuk memperoleh putusan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan atau tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam sengketa. # Selain putusan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas keterlambatan pelaksanaan tindakan tertentu tersebut setiap hari. <center>BAB XIII</center> <center>PENYIDIKAN</center> <center>Pasal 77</center> # Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pengurusan hutan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. # Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang untuk: ## melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya; ## melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ## meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan; ## menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; ## membuat dan menanda-tangani berita acara; ## menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan. # Pejabat penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. <center>BAB XIV</center> <center>KETENTUAN PIDANA</center> <center>Pasal 78</center> # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). # Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). # Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). # Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran. # Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan. # Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk Negara. <center>Pasal 79</center> # Kekayaan negara berupa hasil hutan dan barang lainnya baik berupa temuan dan atau rampasan dari hasil kejahatan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dilelang untuk Negara. # Bagi pihak-pihak yang berjasa dalam upaya penyelamatan kekayaan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan insentif yang disisihkan dari hasil lelang yang dimaksud. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Menteri. <center>BAB XV</center> <center>GANTI RUGI DAN SANKSI ADMINISTRATIF</center> <center>Pasal 80</center> # Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam undang-undang ini, dengan tidak mengurangi sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78, mewajibkan kepada penanggung jawab perbuatan itu untuk membayar ganti rugi sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang ditimbulkan kepada Negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan, atau tindakan lain yang diperlukan. # Setiap pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan, atau izin pemungutan hasil hutan yang diatur dalam undang-undang ini, apabila melanggar ketentuan di luar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dikenakan sanksi administratif. # Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>BAB XVI</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 81</center> Kawasan hutan yang telah ditunjuk dan atau ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku berdasarkan undang-undang ini. <center>Pasal 82</center> Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan yang telah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, tetap berlaku sampai dengan dikeluarkannya peraturan pelaksanaan yang berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB XVII</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 83</center> Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini maka dinyatakan tidak berlaku: # Boschordonnantie Java en Madoera 1927, Staatsblad Tahun 1927 Nomor 221, sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 168, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1934 Nomor 63; # Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823). <center>Pasal 84</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar semua orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 30 September 1999</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> Pada tanggal 30 September 1999<br> MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA<br> REPUBLIK INDONESIA,<br> MULADI<br> == Lihat pula == {{wikipedia|artikel=Hutan}} [[Kategori:Undang-undang]] MediaWiki:Newuserlogpage 1466 2385 2006-05-28T08:47:36Z Borgx 2 log Log pendaftaran pengguna baru MediaWiki:Newuserlogpagetext 1467 2386 2006-05-28T08:47:42Z Borgx 2 log Berikut adalah log pendaftaran pengguna terbaru Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 1468 2516 2006-05-28T17:29:51Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]<small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 13 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA BAU-BAU</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sulawesi Tenggara pada umumnya dan Kabupaten Buton pada khususnya serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; |- |valign=top|b.||bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Bau-Bau Kabupaten Buton, meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah di Kabupaten Buton, perlu membentuk Kota Bau-Bau sebagai daerah otonom; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Bau-Bau untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Bau-Bau; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara, Tengah, dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1964 Nomor 7) menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687); # Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); # Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); # Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); # Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); # Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959); <center>Dengan Persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> <center>Menetapkan :</center> <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA BAU-BAU.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: # Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. # Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara, Tengah, dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara. # Kabupaten Buton adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Sulawesi Tenggara. # Kota Administratif Bau adalah Kota Administratif Bau-Bau sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Bau-Bau. <center>BAB II</center> <center>PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH</center> <center>Pasal 2</center> Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Bau-Bau di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. <center>Pasal 3</center> Kota Bau-Bau berasal dari sebagian daerah Kabupaten Buton yang terdiri atas : {|border=0 |- |valign=top|a.||Kecamatan Wolio; |- |valign=top|b.||Kecamatan Betoambari; |- |valign=top|c.||Kecamatan Surawolio ; dan |- |valign=top|d.||Kecamatan Bungi. |} <center>Pasal 4</center> Dengan terbentuknya Kota Bau-Bau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Buton dikurangi dengan wilayah Kota Bau-Bau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. <center>Pasal 5</center> Dengan terbentuknya Kota Bau-Bau, Kota Administratif Bau-Bau dalam wilayah Kabupaten Buton dihapus. <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kota Bau-Bau mempunyai batas-batas wilayah: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sebelah utara dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton; |- |valign=top|b.||sebelah timur dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton; |- |valign=top|c.||sebelah selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton; dan |- |valign=top|d.||sebelah barat dengan Selat Buton. |} |- |valign=top|(2)||Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. |- |valign=top|(3)||Penentuan batas wilayah Kota Bau-Bau dan Kabupaten Buton secara pasti di lapangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. |} <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Bau-Bau, Pemerintah Kota Bau-Bau menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. |} <center>BAB III</center> <center>KEWENANGAN DAERAH</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kewenangan Kota Bau-Bau sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |- |valign=top|(2)||Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. |} <center>BAB IV</center> <center>PEMERINTAHAN DAERAH</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Dewan Perwakilan Rakyat Daerah</center> <center>Pasal 9</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Bau-Bau. |- |valign=top|(2)||Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau dilakukan dengan cara: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan |- |valign=top|b.||pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. |} |- |valign=top|(3)||Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan terbentuknya Kota Bau-Bau, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. |- |valign=top|(2)||Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Bau-Bau dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau. |- |valign=top|(3)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Bau-Bau. |- |valign=top|(4)||Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemerintah Daerah</center> <center>Pasal 11</center> Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Bau-Bau, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pada saat terbentuknya Kota Bau-Bau, penjabat Walikota Bau-Bau diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. |- |valign=top|(2)||Walikota Administratif Bau-Bau diangkat sebagai penjabat Walikota Bau-Bau. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Perangkat Pemerintahan Daerah</center> <center>Pasal 13</center> Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Bau-Bau, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB V</center> <center>KETENTUAN PERALIHAN</center> <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Bau-Bau, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sulawesi Tenggara, dan Bupati Buton sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Bau-Bau hal-hal yang meliputi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Bau-Bau; |- |valign=top|b.||barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Buton yang berada di Kota Bau-Bau sesuai dengan peraturan perundang-undangan; |- |valign=top|c.||Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Buton yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Bau-Bau; |- |valign=top|d.||utang-piutang Kabupaten Buton yang kegunaannya untuk Kota Bau-Bau; dan |- |valign=top|e.||dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Bau-Bau. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Bau-Bau. |- |valign=top|(3)||Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. |} <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Bau-Bau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Buton. |- |valign=top|(2)||Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Bau-Bau, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bau-Bau dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Buton berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Bau-Bau. |} <center>Pasal 16</center> Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Buton tetap berlaku bagi Kota Bau-Bau sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. <center>BAB VI</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 17</center> Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 18</center> Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>Pasal 19</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 21 Juni 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>ABDURRAHMAN WAHID</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 21 Juni 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> DJOHAN EFFENDI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 93'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001]] {{wikipedia|artikel=Bau-Bau}} [[Kategori:Undang-undang]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 1469 1692 2005-12-03T14:25:05Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001|< Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001]]</small> ---- <center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 13 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PEMBENTUKAN KOTA BAU-BAU</center> '''I. UMUM''' Kota Administratif Bau-Bau dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 61.110 ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Buton, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara, Tengah, dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 77.170 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 105.784 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 3,7 % per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Bau-Bau Kabupaten Buton, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Bau-Bau. Secara geografis wilayah Kota Administratif Bau-Bau mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, perhubungan, perikanan serta pariwisata, Kota Administratif Bau-Bau mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Administratif Bau-Bau yang meliputi Kecamatan Wolio, Kecamatan Betoambari, Kecamatan Surawolio, dan Kecamatan Bungi perlu dibentuk menjadi Kota Bau-Bau. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Bau-Bau serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengembangan terpadu dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Buton. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> Cukup jelas.<br> Pasal 3<br> Cukup jelas.<br> Pasal 4<br> Cukup jelas.<br> Pasal 5<br> Cukup jelas.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Bau-Bau dalam bentuk lampiran undang-undang ini.<br> Ayat (3)<br> Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Buton dan Walikota Bau-Bau yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan.<br> Pasal 7<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Dalam rangka pengembangan Kota Bau-Bau sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 9<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Wolio, Kecamatan Betoambari, Kecamatan Surawolio, dan Kecamatan Bungi.<br> Huruf b<br> Cukup jelas.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas.<br> Pasal 11<br> Cukup jelas.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas.<br> Ayat (2)<br> Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Bau-Bau melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Bau-Bau hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bau-Bau.<br> Pasal 13<br> Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota.<br> Pasal 14<br> Cukup jelas.<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas.<br> Pasal 16<br> Cukup jelas.<br> Pasal 17<br> Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> Cukup jelas.<br> Pasal 19<br> Cukup jelas.<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4120'''</center> MediaWiki:Exif-focallength-format 1473 sysop 1584 2005-11-29T21:56:26Z MediaWiki default $1 mm Kode sumber program 1480 2547 2006-05-28T18:06:32Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} * [[Hello world]] [[Kategori:Kode sumber program| ]] [[en:Wikisource:source code]] Hello world 1481 2565 2006-05-28T18:42:02Z Borgx 2 +tpl {{process header |title = |section = |previous = [[Kode sumber program]] |next = |shortcut = |notes = }} === ANSI C === <pre> #include <stdio.h> int main() { printf("Hello, World!\n"); return 0; } </pre> === ASP === <pre> response.write "Hello, World!" </pre> === Assembler === <pre> .model tiny .data message db 'Hello, World!' .code org 100h start: mov ah,9 mov dx,offset message int 21h ret end start </pre> === Java === <pre> class HelloWorld { public static void main(String args[]) { System.out.println("Hello World!"); } } </pre> === Pascal === <pre> program HelloWorld; begin writeln('Hello, world!'); end. </pre> === PHP === <pre> <?php echo 'Hello, world!'; ?> </pre> === Python === <pre> print("Hello, World!") </pre> [[en:Hello world]] MediaWiki:Gotaccount 1482 sysop 1860 2006-02-03T07:28:22Z Borgx 2 terjemahkan Sudah terdaftar sebagai pengguna? $1. MediaWiki:Nologin 1484 sysop 1858 2006-02-03T07:20:07Z Borgx 2 terjemahkan Belum mempunyai nama pengguna? $1. MediaWiki:Nologinlink 1485 sysop 1859 2006-02-03T07:25:22Z Borgx 2 terjemahkan Daftarkan akun baru MediaWiki:Signupend 1486 sysop 1644 2005-12-02T02:21:13Z MediaWiki default {{int:loginend}} MediaWiki:Edittools 1488 sysop 2381 2006-05-28T08:25:26Z Borgx 2 dari id.wikipedia <div id="editpage-specialchars" class="plainlinks" style="margin-top:15px;border-width:1px;border-style:solid;border-color:#aaaaaa;padding:2px;"> <small>Masukkan: <charinsert> &#257; &#299; &#363; &#7771; &#7735; ě &#7747; &#7751; &#7749; &#7693; &#7789; &#7779; &#347; &#7717; </charinsert> &nbsp; <charinsert> Ā Ī Ū Ṇ Ṅ Ñ Ṣ Ś Ḍ Ṭ Ṛ </charinsert> &nbsp; <charinsert> Á á É é Í í Ó ó Ú ú </charinsert> &nbsp; <charinsert> À à È è Ì ì Ò ò Ù ù </charinsert> &nbsp; <charinsert>  â Ê ê Î î Ô ô Û û </charinsert> &nbsp; <charinsert> Ä ä Ë ë Ï ï Ö ö Ü ü </charinsert> &nbsp; <charinsert> ß </charinsert> &nbsp; <charinsert> à ã Ñ ñ Õ õ </charinsert> &nbsp; <charinsert> Ç ç &#290; &#291; &#310; &#311; &#315; &#316; &#325; &#326; &#342; &#343; &#350; &#351; &#354; &#355; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#262; &#263; &#313; &#314; &#323; &#324; &#340; &#341; &#346; &#347; Ý ý &#377; &#378; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#272; &#273; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#366; &#367; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#268; &#269; &#270; &#271; &#317; &#318; &#327; &#328; &#344; &#345; &#352; &#353; &#356; &#357; &#381; &#382; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#461; &#462; &#282; &#283; &#463; &#464; &#465; &#466; &#467; &#468; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#256; &#257; &#274; &#275; &#298; &#299; &#332; &#333; &#362; &#363; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#470; &#472; &#474; &#476; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#264; &#265; &#284; &#285; &#292; &#293; &#308; &#309; &#348; &#349; &#372; &#373; &#374; &#375; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#258; &#259; &#286; &#287; &#364; &#365; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#266; &#267; &#278; &#279; &#288; &#289; &#304; &#305; &#379; &#380; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#260; &#261; &#280; &#281; &#302; &#303; &#370; &#371; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#321; &#322; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#336; &#337; &#368; &#369; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#319; &#320; </charinsert> &nbsp; <charinsert> &#294; &#295; </charinsert> &nbsp; <charinsert> Ð ð Þ þ </charinsert> &nbsp; <charinsert> Œ œ </charinsert> &nbsp; <charinsert> Æ æ Ø ø Å å </charinsert> &nbsp; <charinsert> &ndash; &mdash; &hellip; </charinsert> &nbsp; <charinsert> [+] [[+]] {{+}} </charinsert> &nbsp; <charinsert> ~ | ° </charinsert> &nbsp; <charinsert> ± &minus; × &sup1; ² ³ </charinsert> &nbsp; <charinsert> &euro; </charinsert> &nbsp; </small> </div> <div style="margin-top:2em"> <div style="font-weight: bold; font-size: 120%;">Perubahan yang Anda lakukan akan langsung terlihat.</div> * Jika hanya ingin mencoba, gunakan '''[[Wikipedia:Bak pasir|bak pasir]]''' kami. * '''''Cantumkan sumber'' tulisan Anda agar orang lain dapat memeriksa karya Anda.''' ---- <p><strong><font color="red">JANGAN SEBARKAN KARYA ORANG LAIN YANG DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG HAK CIPTA TANPA IZIN.</font></strong></p> <p><strong><font color="red">JANGAN SALIN DARI HALAMAN WEB YANG LAIN.</font></strong></p> * Semua sumbangan terhadap Wikipedia tunduk di bawah [[GFDL|GNU Free Documentation License]] (lihat [[Wikipedia:Hak cipta]] untuk informasi lebih lanjut). * '''Jika Anda tidak mau tulisan Anda disunting dan/atau disebarkan ke halaman web bebas yang lain, jangan sebarkan di sini.''' * Anda juga perlu berjanji bahwa ini adalah hasil tulisan Anda sendiri, atau Anda menyalinnya dari sumber [[domain umum]] atau sumber bebas hak cipta yang sama. </div> Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 1489 1690 2005-12-03T14:22:18Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 14 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PATEN</center> <center>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan teknologi, industri, dan perdagangan yang semakin pesat, diperlukan adanya Undang-undang Paten yang dapat memberikan perlindungan yang wajar bagi Inventor; |- |valign=top|b.||bahwa hal tersebut pada butir a juga diperlukan dalam rangka menciptakan iklim persaingan usaha yang jujur serta memperhatikan kepentingan masyarakat pada umumnya; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a dan b serta memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Paten yang ada, dipandang perlu untuk menetapkan Undang-undang Paten yang baru menggantikan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; # Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3564); <center>Dengan persetujuan</center> <center>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA</center> <center>MEMUTUSKAN :</center> '''Menetapkan :''' <center>UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN.</center> <center>'''BAB I'''</center> <center>'''KETENTUAN UMUM'''</center> <center>Pasal 1</center> Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: # Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. # Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. # Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. # Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan Paten. # Permohonan adalah permohonan Paten yang diajukan kepada Direktorat Jenderal. # Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten. # Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual # Pemeriksa adalah seseorang yang karena keahliannya diangkat dengan Keputusan Menteri sebagai pejabat fungsional Pemeriksa Paten dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan. # Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk Paten. # Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri. # Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administratif. # Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut. # Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu Paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. # Hari adalah hari kerja. <center>'''BAB II'''</center> <center>'''LINGKUP PATEN'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Invensi yang Dapat Diberi Paten</center> <center>Pasal 2</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri. |- |valign=top|(2)||Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. |- |valign=top|(3)||Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas. |} <center>Pasal 3</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Suatu Invensi dianggap baru jika pada Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya. |- |valign=top|(2)||Teknologi yang diungkapkan sebelumnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan Invensi tersebut sebelum: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Tanggal Penerimaan; atau |- |valign=top|b.||tanggal prioritas. |} |- |valign=top|(3)||Teknologi yang diungkapkan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup dokumen Permohonan yang diajukan di Indonesia yang dipublikasikan pada atau setelah Tanggal Penerimaan yang pemeriksaan substantifnya sedang dilakukan, tetapi Tanggal Penerimaan tersebut lebih awal daripada Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas Permohonan. |} <center>Pasal 4</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Suatu Invensi tidak dianggap telah diumumkan jika dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi atau dalam suatu pameran nasional di Indonesia yang resmi atau diakui sebagai resmi; |- |valign=top|b.||Invensi tersebut telah digunakan di Indonesia oleh Inventornya dalam rangka percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan. |} |- |valign=top|(2)||Invensi juga tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum Tanggal Penerimaan, ternyata ada pihak lain yang mengumumkan dengan cara melanggar kewajiban untuk menjaga kerahasiaan Invensi tersebut. |} <center>Pasal 5</center> Suatu Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam industri sebagaimana yang diuraikan dalam Permohonan. <center>Pasal 6</center> Setiap Invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk Paten Sederhana. <center>Pasal 7</center> Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang: {|border=0 |- |valign=top|a.||proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; |- |valign=top|b.||metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; |- |valign=top|c.||teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau |- |valign=top|d.||i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Jangka Waktu Paten</center> <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. |- |valign=top|(2)||Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 9</center> Paten Sederhana diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Subjek Paten</center> <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau yang menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan. |- |valign=top|(2)||Jika suatu Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas Invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan. |} <center>Pasal 11</center> Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam Permohonan. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pihak yang berhak memperoleh Paten atas suatu Invensi yang dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan lain. |- |valign=top|(2)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan Invensi. |- |valign=top|(3)||Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut. |- |valign=top|(4)||Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan: |- |valign=top|&nbsp;|| # dalam jumlah tertentu dan sekaligus; # persentase; # gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus; # gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau # bentuk lain yang disepakati para pihak; # yang besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. |- |valign=top|(5)||Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(6)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) sama sekali tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten. |} <center>Pasal 13</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan tunduk kepada ketentuan-ketentuan lain dalam Undang-undang ini, pihak yang melaksanakan suatu Invensi pada saat Invensi yang sama dimohonkan Paten tetap berhak melaksanakan Invensi tersebut sebagai pemakai terdahulu sekalipun terhadap Invensi yang sama tersebut kemudian diberi Paten. |- |valign=top|(2)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap Permohonan yang diajukan dengan Hak Prioritas. |} <center>Pasal 14</center> Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tidak berlaku apabila pihak yang melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu melakukannya dengan menggunakan pengetahuan tentang Invensi tersebut dari uraian, gambar, atau keterangan lainnya dari Invensi yang dimohonkan Paten. <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pihak yang melaksanakan suatu Invensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 hanya dapat diakui sebagai pemakai terdahulu apabila setelah diberikan Paten terhadap Invensi yang sama, ia mengajukan permohonan untuk itu kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Permohonan pengakuan sebagai pemakai terdahulu wajib disertai bukti bahwa pelaksanaan Invensi tersebut tidak dilakukan dengan menggunakan uraian, gambar, contoh, atau keterangan lainnya dari Invensi yang dimohonkan Paten. |- |valign=top|(3)||Pengakuan sebagai pemakai terdahulu diberikan oleh Direktorat Jenderal dalam bentuk surat keterangan pemakai terdahulu dengan membayar biaya. |- |valign=top|(4)||Surat keterangan pemakai terdahulu berakhir pada saat yang bersamaan dengan saat berakhirnya Paten atas Invensi yang sama tersebut. |- |valign=top|(5)||Tata cara untuk memperoleh pengakuan pemakai terdahulu diatur dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>Bagian Keempat</center> <center>Hak dan Kewajiban Pemegang Paten</center> <center>Pasal 16</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten; |- |valign=top|b.||dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a. |} |- |valign=top|(2)||Dalam hal Paten-proses, larangan terhadap pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan Paten-proses yang dimilikinya. |- |valign=top|(3)||Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) apabila pemakaian Paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten. |} <center>Pasal 17</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1), Pemegang Paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang diberi Paten di Indonesia. |- |valign=top|(2)||Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila pembuatan produk atau penggunaan proses tersebut hanya layak dilakukan secara regional. |- |valign=top|(3)||Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat disetujui oleh Direktorat Jenderal apabila Pemegang Paten telah mengajukan permohonan tertulis dengan disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang. |- |valign=top|(4)||Syarat-syarat mengenai pengecualian dan tata-cara pengajuan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>Pasal 18</center> Untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya Paten dan pencatatan lisensi, Pemegang Paten atau penerima lisensi suatu Paten wajib membayar biaya tahunan. <center>Bagian Kelima</center> <center>Upaya Hukum terhadap Pelanggaran Paten</center> <center>Pasal 19</center> Dalam hal suatu produk diimpor ke Indonesia dan proses untuk membuat produk yang bersangkutan telah dilindungi Paten yang berdasarkan Undang-undang ini, Pemegang Paten-proses yang bersangkutan berhak atas dasar ketentuan dalam Pasal 16 ayat (2) melakukan upaya hukum terhadap produk yang diimpor apabila produk tersebut telah dibuat di Indonesia dengan menggunakan proses yang dilindungi Paten. <center>'''BAB III'''</center> <center>'''PERMOHONAN PATEN'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Umum</center> <center>Pasal 20</center> Paten diberikan atas dasar Permohonan. <center>Pasal 21</center> Setiap Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi. <center>Pasal 22</center> Permohonan diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jenderal. <center>Pasal 23</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila Permohonan diajukan oleh Pemohon yang bukan Inventor, Permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang bersangkutan. |- |valign=top|(2)||Inventor dapat meneliti surat Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bukan Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen Permohonan tersebut. |} <center>Pasal 24</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Permohonan harus memuat: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||tanggal, bulan, dan tahun Permohonan; |- |valign=top|b.||alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon; |- |valign=top|c.||nama lengkap dan kewarganegaraan Inventor; |- |valign=top|d.||nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; |- |valign=top|e.||surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan oleh Kuasa; |- |valign=top|f.||pernyataan permohonan untuk dapat diberi Paten; |- |valign=top|g.||judul Invensi; |- |valign=top|h.||klaim yang terkandung dalam Invensi; |- |valign=top|i.||deskripsi tentang Invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara melaksanakan Invensi; |- |valign=top|j.||gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan |- |valign=top|k.||untuk memperjelas Invensi; dan |- |valign=top|l.||abstrak Invensi. |} |- |valign=top|(3)||Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengajuan Permohonan diatur dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Konsultan Hak Kekayaan Intelektual</center> <center>Pasal 25</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan dapat diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(2)||Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(3)||Terhitung sejak tanggal penerimaan kuasanya, Kuasa wajib menjaga kerahasiaan Invensi dan seluruh dokumen Permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya Permohonan yang bersangkutan. |- |valign=top|(4)||Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden. |} <center>Pasal 26</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan yang diajukan oleh Inventor atau Pemohon yang tidak bertempat tinggal atau tidak berkedudukan tetap di wilayah Negara Republik Indonesia harus diajukan melalui Kuasanya di Indonesia. |- |valign=top|(2)||Inventor atau Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyatakan dan memilih tempat tinggal atau kedudukan hukum di Indonesia untuk kepentingan Permohonan tersebut. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Permohonan dengan Hak Prioritas</center> <center>Pasal 27</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas sebagaimana diatur dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property harus diajukan paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan Paten yang pertama kali diterima di negara mana pun yang juga ikut serta dalam konvensi tersebut atau yang menjadi anggota Agreement Establishing the World Trade Organization. |- |valign=top|(2)||Dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Undang-undang ini mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam Permohonan, Permohonan dengan Hak Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi dokumen prioritas yang disahkan oleh pejabat yang berwenang di negara yang bersangkutan paling lama 16 (enam belas) bulan terhitung sejak tanggal prioritas. |- |valign=top|(3)||Apabila syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dipenuhi, Permohonan tidak dapat diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas. |} <center>Pasal 28</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 berlaku secara mutatis mutandis terhadap Permohonan yang menggunakan Hak Prioritas. |- |valign=top|(2)||Direktorat Jenderal dapat meminta agar Permohonan yang diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas tersebut dilengkapi: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||salinan sah surat-surat yang berkaitan dengan hasil |- |valign=top|b.||pemeriksaan substantif yang dilakukan terhadap permohonan Paten yang pertama kali di luar negeri; salinan sah dokumen Paten yang telah diberikan sehubungan dengan permohonan Paten yang pertama kali di luar negeri; |- |valign=top|c.||salinan sah keputusan mengenai penolakan atas permohonan Paten yang pertama kali di luar negeri bilamana permohonan Paten tersebut ditolak; |- |valign=top|d.||salinan sah keputusan pembatalan Paten yang bersangkutan yang pernah dikeluarkan di luar negeri bilamana Paten tersebut pernah dibatalkan; |- |valign=top|e.||dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian bahwa Invensi yang dimintakan Paten memang merupakan Invensi baru dan benar-benar mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri. |} |- |valign=top|(3)||Penyampaian salinan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disertai tambahan penjelasan secara terpisah oleh Pemohon. |} <center>Pasal 29</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan bukti Hak Prioritas dari Direktorat Jenderal dan Permohonan yang diajukan dengan Hak Prioritas diatur dengan Keputusan Presiden. <center>Bagian Keempat</center> <center>Waktu Penerimaan Permohonan</center> <center>Pasal 30</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Tanggal Penerimaan adalah tanggal Direktorat Jenderal menerima surat Permohonan yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, huruf b, huruf f, huruf h, dan huruf i, serta huruf j jika Permohonan tersebut dilampiri gambar, serta setelah dibayarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. |- |valign=top|(2)||Dalam hal deskripsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf h dan huruf i ditulis dalam bahasa Inggris, deskripsi tersebut harus dilengkapi dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan harus disampaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Tanggal Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |- |valign=top|(3)||Apabila terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak diserahkan dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Permohonan tersebut dianggap ditarik kembali. |- |valign=top|(4)||Tanggal Penerimaan dicatat oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 31</center> Dalam hal terdapat kekurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2), Tanggal Penerimaan adalah tanggal diterimanya seluruh persyaratan minimum tersebut oleh Direktorat Jenderal. <center>Pasal 32</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila ternyata syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 telah dipenuhi, tetapi ketentuan-ketentuan lain dalam Pasal 24 belum dipenuhi, Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan tersebut dipenuhi paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman permintaan pemenuhan seluruh persyaratan tersebut oleh Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Berdasarkan alasan yang disetujui oleh Direktorat Jenderal, jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan atas permintaan Pemohon. |- |valign=top|(3)||Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhirnya jangka waktu tersebut dengan ketentuan bahwa Pemohon dikenai biaya. |} <center>Pasal 33</center> Apabila seluruh persyaratan dengan batas jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 tidak dipenuhi, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon bahwa Permohonan dianggap ditarik kembali. <center>Pasal 34</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila untuk satu Invensi yang sama ternyata diajukan lebih dari satu Permohonan oleh Pemohon yang berbeda, Permohonan yang diajukan pertama yang dapat diterima. |- |valign=top|(2)||Apabila beberapa Permohonan untuk Invensi yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan pada tanggal yang sama, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada para Pemohon untuk berunding guna memutuskan Permohonan mana yang diajukan dan menyampaikan hasil keputusan itu kepada Direktorat Jenderal paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan tersebut. |- |valign=top|(3)||Apabila tidak tercapai persetujuan atau keputusan di antara para Pemohon, tidak dimungkinkan dilakukannya perundingan, atau hasil perundingan tidak disampaikan kepada Direktorat Jenderal dalam waktu yang ditentukan pada ayat (2), Permohonan itu ditolak dan Direktorat Jenderal memberitahukan penolakan tersebut secara tertulis kepada para Pemohon. |} <center>Bagian Kelima</center> <center>Perubahan Permohonan</center> <center>Pasal 35</center> Permohonan dapat diubah dengan cara mengubah deskripsi dan/atau klaim dengan ketentuan bahwa perubahan tersebut tidak memperluas lingkup Invensi yang telah diajukan dalam Permohonan semula. <center>Pasal 36</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemohon dapat mengajukan pemecahan Permohonan semula apabila suatu Permohonan terdiri atas beberapa Invensi yang tidak merupakan satu kesatuan Invensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. |- |valign=top|(2)||Permohonan pemecahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan secara terpisah dalam satu Permohonan atau lebih dengan ketentuan bahwa lingkup perlindungan yang dimohonkan dalam setiap Permohonan tersebut tidak memperluas lingkup perlindungan yang telah diajukan dalam Permohonan semula. |- |valign=top|(3)||Permohonan pemecahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan paling lama sebelum Permohonan semula tersebut diberi keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) atau Pasal 56 ayat (1). |- |valign=top|(4)||Permohonan pemecahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 24, dianggap diajukan pada tanggal yang sama dengan Tanggal Penerimaan semula. |- |valign=top|(5)||Dalam hal Pemohon tidak mengajukan Permohonan pemecahan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemeriksaan substantif atas Permohonan hanya dilakukan terhadap Invensi sebagaimana dinyatakan dalam urutan klaim yang pertama dalam Permohonan semula. |} <center>Pasal 37</center> Permohonan dapat diubah dari Paten menjadi Paten Sederhana atau sebaliknya oleh Pemohon dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Undang-undang ini. <center>Pasal 38</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, Pasal 36, dan Pasal 37 diatur dengan Keputusan Presiden. <center>Bagian Keenam</center> <center>Penarikan Kembali Permohonan</center> <center>Pasal 39</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan dapat ditarik kembali oleh Pemohon dengan mengajukannya secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Ketentuan lebih lanjut mengenai penarikan kembali Permohonan diatur dengan Keputusan Presiden. |} <center>Bagian Ketujuh</center> <center>Larangan Mengajukan Permohonan dan Kewajiban Menjaga Kerahasiaan</center> <center>Pasal 40</center> Selama masih terikat dinas aktif hingga selama satu tahun sesudah pensiun atau sesudah berhenti karena alasan apa pun dari Direktorat Jenderal, pegawai Direktorat Jenderal atau orang yang karena tugasnya bekerja untuk dan atas nama Direktorat Jenderal, dilarang mengajukan Permohonan, memperoleh Paten, atau dengan cara apa pun memperoleh hak atau memegang hak yang berkaitan dengan Paten, kecuali apabila pemilikan Paten itu diperoleh karena pewarisan. <center>Pasal 41</center> Terhitung sejak Tanggal Penerimaan, seluruh aparat Direktorat Jenderal atau orang yang karena tugasnya terkait dengan tugas Direktorat Jenderal wajib menjaga kerahasiaan Invensi dan seluruh dokumen Permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya Permohonan yang bersangkutan. <center>'''BAB IV'''</center> <center>'''PENGUMUMAN DAN PEMERIKSAAN SUBSTANTIF'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Pengumuman Permohonan</center> <center>Pasal 42</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Direktorat Jenderal mengumumkan Permohonan yang telah memenuhi ketentuan Pasal 24. |- |valign=top|(2)||Pengumuman dilakukan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||dalam hal Paten, segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak Tanggal Penerimaan atau segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas; atau |- |valign=top|b.||dalam hal Paten Sederhana, segera setelah 3 (tiga) bulan sejak Tanggal Penerimaan. |} |- |valign=top|(3)||Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan lebih awal atas permintaan Pemohon dengan dikenai biaya. |} <center>Pasal 43</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pengumuman dilakukan dengan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal; dan/atau |- |valign=top|b.||menempatkannya pada sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat. |} |- |valign=top|(2)||Tanggal mulai diumumkannya Permohonan dicatat oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 44</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pengumuman dilaksanakan selama: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten; |- |valign=top|b.||3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten Sederhana. |} |- |valign=top|(2)||Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||nama dan kewarganegaraan Inventor; |- |valign=top|b.||nama dan alamat lengkap Pemohon dan Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; |- |valign=top|c.||judul Invensi; |- |valign=top|d.||Tanggal Penerimaan; dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas, tanggal prioritas, nomor, dan negara tempat Permohonan yang pertama kali diajukan; |- |valign=top|e.||abstrak; |- |valign=top|f.||klasifikasi Invensi; |- |valign=top|g.||gambar, jika ada; |- |valign=top|h.||nomor pengumuman; dan |- |valign=top|i.||nomor Permohonan. |} |} <center>Pasal 45</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Setiap pihak dapat melihat pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan dapat mengajukan secara tertulis pandangan dan/atau keberatannya atas Permohonan yang bersangkutan dengan mencantumkan alasannya. |- |valign=top|(2)||Dalam hal terdapat pandangan dan/atau keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal segera mengirimkan salinan surat yang berisikan pandangan dan/atau keberatan tersebut kepada Pemohon. |- |valign=top|(3)||Pemohon berhak mengajukan secara tertulis sanggahan dan penjelasan terhadap pandangan dan/atau keberatan tersebut kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(4)||Direktorat Jenderal menggunakan pandangan dan/atau keberatan, sanggahan, dan/atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) sebagai tambahan bahan pertimbangan dalam tahap pemeriksaan substantif. |} <center>Pasal 46</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Setelah berkonsultasi dengan instansi Pemerintah yang tugas dan wewenangnya berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara, apabila diperlukan, Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dapat menetapkan untuk tidak mengumumkan Permohonan apabila menurut pertimbangannya, pengumuman Invensi tersebut diperkirakan akan dapat mengganggu atau bertentangan dengan kepentingan pertahanan keamanan Negara. |- |valign=top|(2)||Ketetapan untuk tidak mengumumkan Permo honan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(3)||Konsultasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk penyampaian informasi mengenai Invensi yang dimohonkan yang kemudian berakhir dengan ketetapan tidak diumumkannya Permohonan, tidak dianggap sebagai pelanggaran kewajiban untuk menjaga kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41. |- |valign=top|(4)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap mewajibkan instansi Pemerintah yang bersangkutan beserta aparatnya untuk tetap menjaga kerahasiaan Invensi dan dokumen Permohonan yang dikonsultasikan kepadanya terhadap pihak ketiga. |} <center>Pasal 47</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Terhadap Permohonan yang tidak diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dilakukan pemeriksaan substantif setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal penetapan Direktorat Jenderal mengenai tidak diumumkannya Permohonan yang bersangkutan. |- |valign=top|(2)||Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenai biaya. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pemeriksaan Substantif</center> <center>Pasal 48</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan pemeriksaan substantif diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(2)||Tata cara dan syarat-syarat permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. |} <center>Pasal 49</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) diajukan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan. |- |valign=top|(2)||Apabila permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap ditarik kembali. |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis Permohonan yang dianggap ditarik kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(4)||Apabila permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman yang dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), pemeriksaan itu dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman. |- |valign=top|(5)||Apabila permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman yang dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), pemeriksaan substantif dilakukan setelah tanggal diterimanya permohonan pemeriksaan substantif tersebut. |} <center>Pasal 50</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk keperluan pemeriksaan substantif, Direktorat Jenderal dapat meminta bantuan ahli dan/atau menggunakan fasilitas yang diperlukan dari instansi Pemerintah terkait atau Pemeriksa Paten dari kantor Paten negara lain. |- |valign=top|(2)||Penggunaan bantuan ahli, fasilitas, atau Pemeriksa Paten dari kantor Paten negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai kewajiban untuk menjaga kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41. |} <center>Pasal 51</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh Pemeriksa. |- |valign=top|(2)||Pemeriksa pada Direktorat Jenderal berkedudukan sebagai pejabat fungsional yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |- |valign=top|(3)||Kepada Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan jenjang dan tunjangan fungsional di samping hak-hak lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |} <center>Pasal 52</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila Pemeriksa melaporkan bahwa Invensi yang dimintakan Paten terdapat ketidakjelasan atau kekurangan lain yang dinilai penting, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis adanya ketidakjelasan atau kekurangan tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya guna meminta tanggapan atau kelengkapan atas kekurangan tersebut. |- |valign=top|(2)||Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan rinci serta mencantumkan hal yang dinilai tidak jelas atau kekurangan lain yang dinilai penting dengan disertai alasan dan acuan yang digunakan dalam pemeriksaan substantif, berikut jangka waktu pemenuhannya. |} <center>Pasal 53</center> Apabila setelah pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) Pemohon tidak memberikan tanggapan, atau tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, atau tidak melakukan perbaikan terhadap Permohonan yang telah diajukannya dalam waktu yang telah ditentukan Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2), Permohonan tersebut dianggap ditarik kembali dan diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Persetujuan atau Penolakan Permohonan</center> <center>Pasal 54</center> Direktorat Jenderal berkewajiban memberikan keputusan untuk menyetujui atau menolak Permohonan: {|border=0 |- |valign=top|a.||Paten, paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 atau terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) apabila permohonan pemeriksaan itu diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman tersebut. |- |valign=top|b.||Paten Sederhana, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak Tanggal Penerimaan. |} <center>Pasal 55</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila hasil pemeriksaan substantif yang dilaporkan oleh Pemeriksa menyimpulkan bahwa Invensi tersebut memenuhi ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5, dan ketentuan lain dalam Undang-undang ini, Direktorat Jenderal memberikan Sertifikat Paten kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(2)||Apabila hasil pemeriksaan substantif yang dilaporkan oleh Pemeriksa menyimpulkan bahwa Invensi tersebut memenuhi ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 5, Pasal 6, dan ketentuan lain dalam Undang-undang ini, Direktorat Jenderal memberikan Sertifikat Paten Sederhana kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(3)||Paten yang telah diberikan dicatat dan diumumkan, kecuali Paten yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara. |- |valign=top|(4)||Direktorat Jenderal dapat memberikan salinan dokumen Paten kepada pihak yang memerlukannya dengan membayar biaya, kecuali Paten yang tidak diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46. |} <center>Pasal 56</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila hasil pemeriksaan substantif yang dilaporkan oleh Pemeriksa menunjukkan bahwa Invensi yang dimohonkan Paten tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 35, Pasal 52 ayat (1), Pasal 52 ayat (2), atau yang dikecualikan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 7, Direktorat Jenderal menolak Permohonan tersebut dan memberitahukan penolakan itu secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(2)||Direktorat Jenderal juga dapat menolak Permohonan yang dipecah jika pemecahan tersebut memperluas lingkup Invensi atau diajukan setelah lewat batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) atau Pasal 36 ayat (3). |- |valign=top|(3)||Apabila hasil pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh Pemeriksa menunjukkan bahwa Invensi yang dimohonkan Paten tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2), Direktorat Jenderal menolak sebagian dari Permohonan tersebut dan memberitahukannya secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(4)||Surat pemberitahuan penolakan Permohonan harus dengan jelas mencantumkan alasan dan pertimbangan yang menjadi dasar penolakan. |} <center>Pasal 57</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Sertifikat Paten merupakan bukti hak atas Paten. |- |valign=top|(2)||Surat penolakan dicatat oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 58</center> Paten mulai berlaku pada tanggal diberikan Sertifikat Paten dan berlaku surut sejak Tanggal Penerimaan. <center>Pasal 59</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Sertifikat Paten, bentuk dan isinya, dan ketentuan lain mengenai pencatatan serta Permohonan salinan dokumen Paten diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Keempat</center> <center>Permohonan Banding</center> <center>Pasal 60</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) atau Pasal 56 ayat (3). |- |valign=top|(2)||Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(3)||Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan serta alasannya terhadap penolakan Permohonan sebagai hasil pemeriksaan substantif. |- |valign=top|(4)||Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak merupakan alasan atau penjelasan baru sehingga memperluas lingkup Invensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35. |} <center>Pasal 61</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan banding diajukan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan penolakan Permohonan. |- |valign=top|(2)||Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat tanpa adanya permohonan banding, penolakan Permohonan dianggap diterima oleh Pemohon. |- |valign=top|(3)||Dalam hal penolakan Permohonan telah dianggap diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkannya. |} <center>Pasal 62</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Banding mulai diperiksa oleh Komisi Banding paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding. |- |valign=top|(2)||Keputusan Komisi Banding ditetapkan paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |- |valign=top|(3)||Dalam hal Komisi Banding menerima dan menyetujui permohonan banding, Direktorat Jenderal wajib melaksanakan keputusan Komisi Banding. |- |valign=top|(4)||Dalam hal Komisi Banding menolak permohonan banding, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas keputusan tersebut ke Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut. |- |valign=top|(5)||Terhadap putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), hanya dapat diajukan kasasi. |} <center>Pasal 63</center> Tata cara permohonan, pemeriksaan, serta penyelesaian banding diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. <center>Bagian Kelima</center> <center>Komisi Banding Paten</center> <center>Pasal 64</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Komisi Banding Paten adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan departemen yang membidangi Hak Kekayaan Intelektual. |- |valign=top|(2)||Komisi Banding Paten terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang diperlukan serta Pemeriksa senior. |- |valign=top|(3)||Anggota Komisi Banding Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun. |- |valign=top|(4)||Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Banding Paten. |- |valign=top|(5)||Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Paten membentuk majelis yang berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, satu di antaranya adalah seorang Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan. |} <center>Pasal 65</center> Susunan organisasi, tugas dan fungsi Komisi Banding Paten diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. <center>'''BAB V'''</center> <center>'''PENGALIHAN DAN LISENSI PATEN'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Pengalihan</center> <center>Pasal 66</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pewarisan; |- |valign=top|b.||hibah; |- |valign=top|c.||wasiat; |- |valign=top|d.||perjanjian tertulis; atau |- |valign=top|e.||sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. |} |- |valign=top|(2)||Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten itu. |- |valign=top|(3)||Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(4)||Pengalihan Paten yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal ini tidak sah dan batal demi hukum. |- |valign=top|(5)||Syarat dan tata cara pencatatan pengalihan Paten diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. |} <center>Pasal 67</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kecuali dalam hal pewarisan, hak sebagai pemakai terdahulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tidak dapat dialihkan. |- |valign=top|(2)||Pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. |} <center>Pasal 68</center> Pengalihan hak tidak menghapus hak Inventor untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya dalam Paten yang bersangkutan. <center>Bagian Kedua</center> <center>Lisensi</center> <center>Pasal 69</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. |- |valign=top|(2)||Kecuali jika diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. |} <center>Pasal 70</center> Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Paten tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. <center>Pasal 71</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Perjanjian Lisensi tidak boleh memuat ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan Invensi yang diberi Paten tersebut pada khususnya. |- |valign=top|(2)||Permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditolak oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 72</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Perjanjian Lisensi harus dicatat dan diumumkan dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(2)||Dalam hal perjanjian Lisensi tidak dicatat di Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perjanjian Lisensi tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. |} <center>Pasal 73</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian Lisensi diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Lisensi-wajib</center> <center>Pasal 74</center> Lisensi-wajib adalah Lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal atas dasar permohonan. <center>Pasal 75</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi-wajib kepada Direktorat Jenderal untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal pemberian Paten dengan membayar biaya. |- |valign=top|(2)||Permohonan lisensi-wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dengan alasan bahwa Paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau dilaksanakan tidak sepenuhnya di Indonesia oleh Pemegang Paten. |- |valign=top|(3)||Permohonan lisensi-wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah Paten diberikan atas alasan bahwa Paten telah dilaksanakan oleh Pemegang Paten atau Penerima Lisensi dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat. |} <center>Pasal 76</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selain kebenaran alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2), lisensi-wajib hanya dapat diberikan apabila: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Pemohon dapat menunjukkan bukti yang meyakinkan bahwa ia: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri Paten yang bersangkutan secara penuh; |- |valign=top|2.||mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan Paten yang bersangkutan dengan secepatnya; dan |- |valign=top|3.||telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang cukup untuk mendapatkan Lisensi dari Pemegang Paten atas dasar persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak memperoleh hasil; dan |} |- |valign=top|b.||Direktorat Jenderal berpendapat bahwa Paten tersebut dapat dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan manfaat kepada sebagian besar masyarakat. |} |- |valign=top|(2)||Pemeriksaan atas permohonan lisensi-wajib dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mendengarkan pula pendapat dari instansi dan pihak-pihak terkait, serta Pemegang Paten bersangkutan. |- |valign=top|(3)||Lisensi-wajib diberikan untuk jangka waktu yang tidak lebih lama daripada jangka waktu perlindungan Paten. |} <center>Pasal 77</center> Apabila berdasarkan bukti serta pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 Direktorat Jenderal memperoleh keyakinan bahwa jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) belum cukup bagi Pemegang Paten untuk melaksanakannya secara komersial di Indonesia atau dalam lingkup wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), Direktorat Jenderal dapat menunda keputusan pemberian lisensi-wajib tersebut untuk sementara waktu atau menolaknya. <center>Pasal 78</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pelaksanaan lisensi-wajib disertai pembayaran royalti oleh penerima lisensi-wajib kepada Pemegang Paten. |- |valign=top|(2)||Besarnya royalti yang harus dibayarkan dan cara pembayarannya ditetapkan oleh Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(3)||Penetapan besarnya royalti dilakukan dengan memperhatikan tata cara yang lazim digunakan dalam perjanjian Lisensi Paten atau perjanjian lain yang sejenis. |} <center>Pasal 79</center> Keputusan Direktorat Jenderal mengenai pemberian lisensi-wajib, memuat hal-hal sebagai berikut: {|border=0 |- |valign=top|a.||lisensi-wajib bersifat non-eksklusif; |- |valign=top|b.||alasan pemberian lisensi-wajib; |- |valign=top|c.||bukti, termasuk keterangan atau penjelasan yang diyakini untuk dijadikan dasar pemberian lisensi-wajib; |- |valign=top|d.||jangka waktu lisensi-wajib; |- |valign=top|e.||besarnya royalti yang harus dibayarkan penerima lisensi-wajib kepada Pemegang Paten dan cara pembayarannya; |- |valign=top|f.||syarat berakhirnya lisensi-wajib dan hal yang dapat membatalkannya; |- |valign=top|g.||lisensi-wajib terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri; dan |- |valign=top|h.||lain-lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak yang bersangkutan secara adil. |} <center>Pasal 80</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkan pemberian lisensi-wajib. |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan lisensi-wajib dianggap sebagai pelaksanaan Paten. |} <center>Pasal 81</center> Keputusan pemberian lisensi-wajib dilakukan oleh Direktorat Jenderal paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak diajukannya permohonan lisensi-wajib yang bersangkutan. <center>Pasal 82</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Lisensi-wajib dapat pula sewaktu-waktu dimintakan oleh Pemegang Paten atas alasan bahwa pelaksanaan Patennya tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melanggar Paten lain yang telah ada. |- |valign=top|(2)||Permohonan lisensi-wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dipertimbangkan apabila Paten yang akan dilaksanakan benar-benar mengandung unsur pembaharuan yang nyata-nyata lebih maju dari pada Paten yang telah ada tersebut. |- |valign=top|(3)||Dalam hal lisensi-wajib diajukan atas dasar alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2): |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Pemegang Paten berhak untuk saling memberikan Lisensi untuk menggunakan Paten pihak lainnya berdasarkan persyaratan yang wajar. |- |valign=top|b.||Penggunaan Paten oleh penerima Lisensi tidak dapat dialihkan kecuali bila dialihkan bersama-sama dengan Paten lain. |} |- |valign=top|(4)||Untuk pengajuan permohonan lisensi-wajib kepada Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku ketentuan Bab V Bagian Ketiga Undang-undang ini, kecuali ketentuan mengenai jangka waktu pengajuan permohonan lisensi-wajib sebagaimana diatur dalam Pasal 75 ayat (1). |} <center>Pasal 83</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Atas permohonan Pemegang Paten, Direktorat Jenderal dapat membatalkan keputusan pemberian lisensi-wajib sebagaimana dimaksud dalam Bab V Bagian Ketiga Undang-undang ini apabila: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||alasan yang dijadikan dasar bagi pemberian lisensi-wajib tidak ada lagi; |- |valign=top|b.||penerima lisensi-wajib ternyata tidak melaksanakan lisensi-wajib tersebut atau tidak melakukan usaha persiapan yang sepantasnya untuk segera melaksanakannya; |- |valign=top|c.||penerima lisensi-wajib tidak lagi mentaati syarat dan ketentuan lainnya termasuk pembayaran royalti yang ditetapkan dalam pemberian lisensi-wajib. |} |- |valign=top|(2)||Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 84</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal lisensi-wajib berakhir karena selesainya jangka waktu yang ditetapkan atau karena pembatalan, penerima lisensi-wajib menyerahkan kembali lisensi yang diperolehnya. |- |valign=top|(2)||Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkan lisensi-wajib yang telah berakhir. |} <center>Pasal 85</center> Berakhirnya lisensi-wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 atau Pasal 84 berakibat pulihnya hak Pemegang atas Paten yang bersangkutan terhitung sejak tanggal pencatatannya. <center>Pasal 86</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Lisensi-wajib tidak dapat dialihkan, kecuali karena pewarisan. |- |valign=top|(2)||Lisensi-wajib yang beralih karena pewarisan tetap terikat oleh syarat pemberiannya dan ketentuan lain terutama mengenai jangka waktu, dan harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 87</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai lisensi-wajib diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>'''BAB VI'''</center> <center>'''PEMBATALAN PATEN'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Batal Demi Hukum</center> <center>Pasal 88</center> Paten dinyatakan batal demi hukum apabila Pemegang Paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Undang-undang ini. <center>Pasal 89</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten yang batal demi hukum diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten serta penerima Lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut. |- |valign=top|(2)||Paten yang dinyatakan batal dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 dicatat dan diumumkan. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Batal atas Permohonan Pemegang Paten</center> <center>Pasal 90</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal untuk seluruh atau sebagian atas permohonan Pemegang Paten yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Pembatalan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dilakukan jika penerima Lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut. |- |valign=top|(3)||Keputusan pembatalan Paten diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada penerima Lisensi. |- |valign=top|(4)||Keputusan pembatalan Paten karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan diumumkan. |- |valign=top|(5)||Pembatalan Paten berlaku sejak tanggal ditetapkannya keputusan Direktorat Jenderal mengenai pembatalan tersebut. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Batal Berdasarkan Gugatan</center> <center>Pasal 91</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Gugatan pembatalan Paten dapat dilakukan apabila: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan; |- |valign=top|b.||Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan kepada pihak lain untuk Invensi yang sama berdasarkan Undang-undang ini; |- |valign=top|c.||pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pemberian lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak tanggal pemberian lisensi-wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib. |} |- |valign=top|(2)||Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan oleh pihak ketiga kepada Pemegang Paten melalui Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(3)||Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat diajukan oleh Pemegang Paten atau penerima Lisensi kepada Pengadilan Niaga agar Paten lain yang sama dengan Patennya dibatalkan. |- |valign=top|(4)||Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat diajukan oleh jaksa terhadap Pemegang Paten atau penerima lisensi-wajib kepada Pengadilan Niaga. |} <center>Pasal 92</center> Jika gugatan pembatalan Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 hanya mengenai satu atau beberapa klaim atau bagian dari klaim, pembatalan dilakukan hanya terhadap klaim yang pembatalannya digugat. <center>Pasal 93</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Isi putusan Pengadilan Niaga tentang pembatalan Paten disampaikan ke Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari sejak putusan diucapkan. |- |valign=top|(2)||Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkan putusan tentang pembatalan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |} <center>Pasal 94</center> Tata cara gugatan sebagaimana dimaksud dalam Bab XII Undang-undang ini berlaku secara mutatis mutandis terhadap Pasal 91 dan Pasal 92. <center>Bagian Keempat</center> <center>Akibat Pembatalan Paten</center> <center>Pasal 95</center> Pembatalan Paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan Paten dan hal-hal lain yang berasal dari Paten tersebut. <center>Pasal 96</center> Kecuali jika ditentukan lain dalam putusan Pengadilan Niaga, Paten batal untuk seluruh atau sebagian sejak tanggal putusan pembatalan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap. <center>Pasal 97</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Penerima Lisensi dari Paten yang dibatalkan karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf b tetap berhak melaksanakan Lisensi yang dimilikinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian Lisensi. |- |valign=top|(2)||Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukan kepada Pemegang Paten yang Patennya dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu Lisensi yang dimilikinya kepada Pemegang Paten yang berhak. |- |valign=top|(3)||Dalam hal Pemegang Paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima Lisensi, Pemegang Paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka waktu penggunaan Lisensi kepada Pemegang Paten yang berhak. |} <center>Pasal 98</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Lisensi dari Paten yang dinyatakan batal oleh sebab-sebab sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf b yang diperoleh dengan iktikad baik, sebelum diajukan gugatan pembatalan atas Paten yang bersangkutan, tetap berlaku terhadap Paten lain. |- |valign=top|(2)||Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap berlaku dengan ketentuan bahwa penerima Lisensi tersebut untuk selanjutnya tetap wajib membayar royalti kepada Pemegang Paten yang tidak dibatalkan, yang besarnya sama dengan jumlah yang dijanjikan sebelumnya kepada Pemegang Paten yang Patennya dibatalkan. |} <center>'''BAB VII'''</center> <center>'''PELAKSANAAN PATEN OLEH PEMERINTAH'''</center> <center>Pasal 99</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila Pemerintah berpendapat bahwa suatu Paten di Indonesia sangat penting artinya bagi pertahanan keamanan Negara dan kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan masyarakat, Pemerintah dapat melaksanakan sendiri Paten yang bersangkutan. |- |valign=top|(2)||Keputusan untuk melaksanakan sendiri suatu Paten ditetapkan dengan Keputusan Presiden setelah Presiden mendengarkan pertimbangan Menteri dan menteri atau pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang terkait. |} <center>Pasal 100</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Ketentuan Pasal 99 berlaku secara mutatis mutandis bagi Invensi yang dimohonkan Paten, tetapi tidak diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Pemerintah tidak atau belum bermaksud untuk melaksanakan sendiri Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan Paten serupa itu hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Pemerintah. |- |valign=top|(3)||Pemegang Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebaskan dari kewajiban pembayaran biaya tahunan sampai dengan Paten tersebut dapat dilaksanakan. |} <center>Pasal 101</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal Pemerintah bermaksud melaksanakan suatu Paten yang penting artinya bagi pertahanan keamanan Negara dan bagi kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan masyarakat, Pemerintah memberitahukan secara tertulis hal tersebut kepada Pemegang Paten dengan mencantumkan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Paten yang dimaksudkan disertai nama Pemegang Paten dan nomornya; |- |valign=top|b.||alasan; |- |valign=top|c.||jangka waktu pelaksanaan; |- |valign=top|d.||hal-hal lain yang dipandang penting. |} |- |valign=top|(2)||Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah dilakukan dengan pemberian imbalan yang wajar kepada Pemegang Paten. |} <center>Pasal 102</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Keputusan Pemerintah bahwa suatu Paten akan dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah bersifat final. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Pemegang Paten tidak setuju terhadap besarnya imbalan yang ditetapkan oleh Pemerintah, ketidaksetujuan tersebut dapat diajukan dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(3)||Proses pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghentikan pelaksanaan Paten oleh Pemerintah. |} <center>Pasal 103</center> Tata cara pelaksanaan Paten oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>'''BAB VIII'''</center> <center>'''PATEN SEDERHANA'''</center> <center>Pasal 104</center> Semua ketentuan yang diatur di dalam Undang-undang ini berlaku secara mutatis mutandis untuk Paten Sederhana, kecuali yang secara tegas tidak berkaitan dengan Paten Sederhana. <center>Pasal 105</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten Sederhana hanya diberikan untuk satu Invensi. |- |valign=top|(2)||Permohonan pemeriksaan substantif atas Paten Sederhana dapat dilakukan bersamaan dengan pengajuan Permohonan atau paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(3)||Apabila permohonan pemeriksaan substantif tidak dilakukan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap ditarik kembali. |- |valign=top|(4)||Terhadap Permohonan Paten Sederhana, pemeriksaan substantif dilakukan setelah berakhir jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) huruf b. |} <center>Pasal 106</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Paten Sederhana yang diberikan oleh Direktorat Jenderal dicatat dan diumumkan. |- |valign=top|(2)||Sebagai bukti hak, kepada Pemegang Paten Sederhana diberikan Sertifikat Paten Sederhana. |} <center>Pasal 107</center> Paten Sederhana tidak dapat dimintakan lisensi-wajib. <center>Pasal 108</center> Ketentuan lebih lanjut mengenai Paten Sederhana diatur dengan Peraturan Pemerintah. <center>'''BAB IX'''</center> <center>'''PERMOHONAN MELALUI PATENT COOPERATION TREATY (TRAKTAT KERJA SAMA PATEN)'''</center> <center>Pasal 109</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan dapat diajukan melalui Patent Cooperation Treaty. |- |valign=top|(2)||Ketentuan lebih lanjut mengenai Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>'''BAB X'''</center> <center>'''ADMINISTRASI PATEN'''</center> <center>Pasal 110</center> Penyelenggaraan administrasi Paten sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal dengan memperhatikan kewenangan instansi lain sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. <center>Pasal 111</center> Direktorat Jenderal menyelenggarakan dokumentasi dan pelayanan informasi Paten dengan membentuk suatu sistem dokumentasi dan jaringan informasi Paten yang bersifat nasional sehingga mampu menyediakan informasi seluas mungkin kepada masyarakat mengenai teknologi yang diberi Paten. <center>Pasal 112</center> Dalam melaksanakan administrasi Paten, Direktorat Jenderal memperoleh pembinaan dari dan bertanggung jawab kepada Menteri. <center>'''BAB XI'''</center> <center>'''B I A Y A'''</center> <center>Pasal 113</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Semua biaya yang wajib dibayar dalam Undang-undang ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. |- |valign=top|(2)||Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat, jangka waktu, dan tata cara pembayaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden. |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |} <center>Pasal 114</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembayaran biaya tahunan untuk pertama kali harus dilakukan paling lambat setahun terhitung sejak tanggal pemberian Paten. |- |valign=top|(2)||Untuk pembayaran tahun-tahun berikutnya, selama Paten itu berlaku harus dilakukan paling lambat pada tanggal yang sama dengan tanggal pemberian Paten atau pencatatan Lisensi yang bersangkutan. |- |valign=top|(3)||Pembayaran biaya tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak tahun pertama Permohonan. |} <center>Pasal 115</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut Pemegang Paten tidak membayar biaya tahunan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 dan Pasal 114, Paten dinyatakan batal demi hukum terhitung sejak tanggal akhir batas waktu kewajiban pembayaran untuk tahun ketiga tersebut. |- |valign=top|(2)||Apabila kewajiban pembayaran biaya tahunan tersebut berkaitan dengan kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun kedelapan belas dan untuk tahun-tahun berikutnya tidak dipenuhi, Paten dianggap batal demi hukum pada akhir batas waktu kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun tersebut. |- |valign=top|(3)||Batalnya Paten karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 116</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 ayat (3) dan Pasal 115 ayat (2), atas keterlambatan pembayaran biaya tahunan dari batas waktu yang ditentukan dalam Undang-undang ini dikenai biaya tambahan sebesar 2,5% (dua setengah perseratus) untuk setiap bulan dari biaya tahunan pada tahun keterlambatan. |- |valign=top|(2)||Keterlambatan pembayaran biaya tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten yang bersangkutan paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewat batas waktu yang ditentukan. |- |valign=top|(3)||Tidak diterimanya surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh yang bersangkutan tidak mengurangi berlakunya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |} <center>'''BAB XII'''</center> <center>'''PENYELESAIAN SENGKETA'''</center> <center>Pasal 117</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Jika suatu Paten diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak berdasarkan Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, pihak yang berhak atas Paten tersebut dapat menggugat kepada Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(2)||Hak menggugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku surut sejak Tanggal Penerimaan. |- |valign=top|(3)||Pemberitahuan isi putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada para pihak oleh Pengadilan Niaga paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan. |- |valign=top|(4)||Isi putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat dan diumumkan oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 118</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga setempat terhadap siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16. |- |valign=top|(2)||Gugatan ganti rugi yang diajukan terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diterima apabila produk atau proses itu terbukti dibuat dengan menggunakan Invensi yang telah diberi Paten. |- |valign=top|(3)||Isi putusan Pengadilan Niaga tentang gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direktorat Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal putusan diucapkan untuk dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 119</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal pemeriksaan gugatan terhadap Paten-proses, kewajiban pembuktian bahwa suatu produk tidak dihasilkan dengan menggunakan Paten-proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b dibebankan kepada pihak tergugat apabila: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||produk yang dihasilkan melalui Paten-proses tersebut merupakan produk baru; |- |valign=top|b.||produk tersebut diduga merupakan hasil dari Paten-proses dan sekalipun telah dilakukan upaya pembuktian yang cukup untuk itu, Pemegang Paten tetap tidak dapat menentukan proses apa yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. |} |- |valign=top|(2)||Untuk kepentingan pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengadilan berwenang: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||memerintahkan kepada Pemegang Paten untuk terlebih dahulu menyampaikan salinan Sertifikat Paten bagi proses yang bersangkutan dan bukti awal yang menjadi dasar gugatannya; dan |- |valign=top|b.||memerintahkan kepada pihak tergugat untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkannya tidak menggunakan Paten-proses tersebut. |} |- |valign=top|(3)||Dalam pemeriksaan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pengadilan wajib mempertimbangkan kepentingan tergugat untuk memperoleh perlindungan terhadap rahasia proses yang telah diuraikannya dalam rangka pembuktian di persidangan. |} <center>Pasal 120</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Gugatan didaftarkan kepada Pengadilan Niaga dengan membayar biaya gugatan. |- |valign=top|(2)||Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah pendaftaran gugatan, Pengadilan Niaga menetapkan hari sidang. |- |valign=top|(3)||Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak pendaftaran gugatan. |} <center>Pasal 121</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 14 (empat belas) hari sebelum sidang pemeriksaan pertama diselenggarakan. |- |valign=top|(2)||Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari setelah tanggal gugatan didaftarkan. |- |valign=top|(3)||Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. |- |valign=top|(4)||Pengadilan Niaga wajib menyampaikan isi putusan kepada para pihak yang tidak hadir paling lambat 14 (empat belas) hari sejak putusan diucapkan dalam sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum. |} <center>Pasal 122</center> Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) hanya dapat diajukan kasasi. <center>Pasal 123</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 diajukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal diucapkan atau diterimanya putusan yang dimohonkan kasasi dengan mendaftarkan kepada pengadilan yang telah memutus gugatan tersebut. |- |valign=top|(2)||Panitera mendaftarkan permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh panitera pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. |- |valign=top|(3)||Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). |- |valign=top|(4)||Panitera wajib memberitahukan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pihak termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah memori kasasi diterima oleh panitera. |- |valign=top|(5)||Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterimanya. |- |valign=top|(6)||Panitera wajib mengirimkan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5). |- |valign=top|(7)||Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(8)||Sidang pemeriksaan atas berkas perkara kasasi dimulai dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah tanggal berkas perkara kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(9)||Putusan kasasi harus diucapkan paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari setelah tanggal berkas perkara kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(10)||Putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. |- |valign=top|(11)||Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan isi putusan kasasi kepada panitera Pengadilan Niaga paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan kasasi itu diucapkan. |- |valign=top|(12)||Juru sita wajib menyampaikan isi putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah putusan kasasi diterima. |- |valign=top|(13)||Isi putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) disampaikan pula kepada Direktorat Jenderal paling lama 2 (dua) hari sejak isi putusan kasasi diterima oleh Pengadilan Niaga untuk dicatat dan diumumkan. |} <center>Pasal 124</center> Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. <center>'''BAB XIII'''</center> <center>'''PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN'''</center> <center>Pasal 125</center> Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelaksanaan Paten, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat penetapan yang segera dan efektif untuk: {|border=0 |- |valign=top|a.||mencegah berlanjutnya pelanggaran Paten dan hak yang berkaitan dengan Paten, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Paten dan hak yang berkaitan dengan Paten ke dalam jalur perdagangan termasuk tindakan importasi; |- |valign=top|b.||menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Paten dan hak yang berkaitan dengan Paten tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti; |- |valign=top|c.||meminta kepada pihak yang merasa dirugikan agar memberikan bukti yang menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas Paten dan hak yang berkaitan dengan Paten, serta hak Pemohon tersebut memang sedang dilanggar. |} <center>Pasal 126</center> Dalam hal penetapan sementara tersebut telah dilakukan, para pihak harus segera diberi tahu mengenai hal itu, termasuk mengenai hak untuk didengar bagi pihak yang dikenai penetapan sementara tersebut. <center>Pasal 127</center> Dalam hal Pengadilan Niaga menerbitkan penetapan sementara, Pengadilan Niaga harus memutuskan apakah mengubah, membatalkan, atau menguatkan surat penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara tersebut. <center>Pasal 128</center> Dalam hal penetapan sementara dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh penetapan tersebut. <center>'''BAB XIV'''</center> <center>'''PENYIDIKAN'''</center> <center>Pasal 129</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Hak Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Paten. |- |valign=top|(2)||Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Paten; |- |valign=top|b.||melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Paten berdasarkan aduan sebagaimana dimaksud pada huruf a; |- |valign=top|c.||meminta keterangan dan barang bukti dari pihak yang terkait sehubungan dengan tindak pidana di bidang Paten; |- |valign=top|d.||melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Paten; |- |valign=top|e.||melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, catatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Paten; dan |- |valign=top|f.||meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Paten. |} |- |valign=top|(3)||Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. |- |valign=top|(4)||Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. |} <center>'''BAB XV'''</center> <center>'''KETENTUAN PIDANA'''</center> <center>Pasal 130</center> Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). <center>Pasal 131</center> Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). <center>Pasal 132</center> Barangsiapa dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), Pasal 40, dan Pasal 41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun. <center>Pasal 133</center> Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130, Pasal 131, dan Pasal 132 merupakan delik aduan. <center>Pasal 134</center> Dalam hal terbukti adanya pelanggaran Paten, hakim dapat memerintahkan agar barang-barang hasil pelanggaran Paten tersebut disita oleh Negara untuk dimusnahkan. <center>Pasal 135</center> Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini adalah: {|border=0 |- |valign=top|a.||mengimpor suatu produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dan produk tersebut telah dimasukkan ke pasar di suatu negara oleh Pemegang Paten yang sah dengan syarat produk itu diimpor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; |- |valign=top|b.||memproduksi produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya perlindungan Paten dengan tujuan untuk proses perizinan kemudian melakukan pemasaran setelah perlindungan Paten tersebut berakhir. |} <center>'''BAB XVI'''</center> <center>'''KETENTUAN PERALIHAN'''</center> <center>Pasal 136</center> Dengan berlakunya Undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang Paten yang telah ada pada tanggal berlakunya Undang-undang ini, tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan perundang-undangan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. <center>Pasal 137</center> Terhadap Permohonan yang diajukan sebelum diberlakukannya Undang-undang ini, tetap diberlakukan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten. <center>'''BAB XVII'''</center> <center>'''KETENTUAN PENUTUP'''</center> <center>Pasal 138</center> Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3398) dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3680) dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 139</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 1 Agustus 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>MEGAWATI SOEKARNOPUTRI</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 1 Agustus 2001<br> SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> MUHAMMAD M. BASYUNI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 109'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 1490 1691 2005-12-03T14:22:49Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001|< Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001]]</small> ---- <b><center>PENJELASAN</center> <center>ATAS</center> <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA</center> <center>NOMOR 14 TAHUN 2001</center> <center>TENTANG</center> <center>PATEN</center></b> '''I. UMUM''' Pengaruh perkembangan teknologi sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari dan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, perkembangan tersebut sangat pesat. Perkembangan itu tidak hanya di bidang teknologi tinggi, seperti komputer, elektro, telekomunikasi, dan bioteknologi, tetapi juga di bidang mekanik, kimia, atau lainnya. Bahkan, sejalan dengan itu, makin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pendayagunaan teknologi yang sederhana. Bagi Indonesia, sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, pentingnya peranan teknologi merupakan hal yang tidak terbantah. Namun, perkembangan teknologi tersebut belum mencapai sasaran yang diinginkan. Hal ini telah dirumuskan secara jelas dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis -garis Besar Haluan Negara, antara lain seperti yang tercantum dalam Bab II yang menyatakan bahwa pengembangan teknologi belum dimanfaatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya sehingga belum memperkuat kemampuan Indonesia dalam rangka menghadapi persaingan global. Untuk meningkatkan perkembangan teknologi, diperlukan adanya suatu sistem yang dapat merangsang perkembangan teknologi dalam wujud perlindungan terhadap karya intelektual, termasuk Paten yang sepadan. Dalam kaitan itu, walaupun Indonesia telah memiliki Undang-undang Paten, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 39) jo Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 30) (selanjutnya disebut Undang-undang Paten-lama) dan pelaksanaan Paten telah berjalan, dipandang perlu melakukan perubahan terhadap Undang-undang Paten-lama itu. Di samping itu, masih ada beberapa aspek dalam Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (selanjutnya disebut Persetujuan TRIPs) yang belum ditampung dalam Undang-undang Paten tersebut. Seperti diketahui, Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing the World Trade Organization (Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), selanjutnya disebut World Trade Organization, dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57) dan Persetujuan TRIPs merupakan salah satu lampiran dari perjanjian ini. Mengingat lingkup perubahan serta untuk memudahkan penggunaannya oleh masyarakat, Undang-undang Paten ini disusun secara menyeluruh dalam satu naskah (single text) pengganti Undang-undang Paten-lama. Dalam hal ini, ketentuan dalam Undang-undang Paten-lama, yang substansinya tidak diubah dituangkan kembali ke dalam Undang-undang ini. Secara umum perubahan yang dilakukan terhadap Undang-undang Paten-lama meliputi penyempurnaan, penambahan, dan penghapusan. Di antara perubahan-perubahan yang menonjol dalam Undang-undang ini, dibandingkan dengan Undang-undang Paten-lama adalah sebagai berikut : {|border=0 |- |valign=top|1.||Penyempurnaan |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Terminologi |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|i.||Istilah Invensi digunakan untuk Penemuan dan istilah Inventor digunakan untuk Penemu. Istilah penemuan diubah menjadi Invensi, dengan alasan istilah invensi berasal dari invention yang secara khusus dipergunakan dalam kaitannya dengan Paten. Dengan ungkapan lain, istilah Invensi jauh lebih tepat dibandingkan penemuan sebab kata penemuan memiliki aneka pengertian. Termasuk dalam pengertian penemuan, misalnya menemukan benda yang tercecer, sedangkan istilah Invensi dalam kaitannya dengan Paten adalah hasil serangkaian kegiatan sehingga terciptakan sesuatu yang baru atau tadinya belum ada (tentu dalam kaitan hubungan antarmanusia, dengan kesadaran bahwa semuanya tercipta karena Tuhan). Dalam bahasa Inggris juga dikenal antara lain kata-kata to discover, to find, dan to get. Kata-kata itu secara tajam berbeda artinya dari to invent dalam kaitannya dengan Paten. Istilah Invensi sudah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, edisi kedua tahun 1999, halaman 386. Secara praktis pun istilah Indonesia yang merupakan konversi dari bahasa asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, seperti Invensi ini banyak kita temukan antara lain kata eksklusif (dari exclusive), kata investasi (investment), kata reformasi (reform atau reformation), atau kata riset (research) yang sudah dipergunakan secara umum atau resmi. Bahkan, beberapa kata-kata tersebut merupakan bagian nama instansi Pemerintah, seperti Kantor Menteri Negara Investasi, atau Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Sejalan dengan itu, kata penemu menjadi Inventor. |- |valign=top|ii.||Invensi tidak mencakup: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|(1)||kreasi estetika; |- |valign=top|(2)||skema; |- |valign=top|(3)||aturan dan metode untuk melakukan kegiatan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||yang melibatkan kegiatan mental, |- |valign=top|b.||permainan, |- |valign=top|c.||bisnis; |} |- |valign=top|(4)||aturan dan metode mengenai program komputer; |- |valign=top|(5)||presentasi mengenai suatu informasi. |} |- |valign=top|iii.||Nama Kantor Paten yang dinyatakan dalam Undang-undang Paten-lama diubah menjadi Direktorat Jenderal, perubahan istilah ini dimaksudkan untuk menegaskan dan memperjelas institusi hak kekayaan intelektual sebagai satu kesatuan sistem. |} |- |valign=top|b.||Paten Sederhana<br>Dalam Undang-undang ini objek Paten Sederhana tidak mencakup proses, penggunaan, komposisi, dan produk yang merupakan product by process. Objek Paten Sederhana hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat kasat mata (tangible), bukan yang tidak kasat mata (intangible). Di beberapa negara, seperti di Jepang, Amerika Serikat, Filipina, dan Thailand, pengertian Paten Sederhana disebut utility model, petty patent, atau simple patent, yang khusus ditujukan untuk benda (article) atau alat (device). Berbeda dari Undang-undang Paten-lama, dalam Undang-undang ini perlindungan Paten Sederhana dimulai sejak Tanggal Penerimaan karena Paten Sederhana yang semula tidak diumumkan sebelum pemeriksaan substantif diubah menjadi diumumkan. Permohonan Paten Sederhana diumumkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Tanggal Penerimaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas guna mengetahui adanya Permohonan atas suatu Invensi serta menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut. Selain itu dengan pengumuman tersebut, dokumen Permohonan yang telah diumumkan tersebut segera dapat digunakan sebagai dokumen pembanding, jika diperlukan dalam pemeriksaan substantif tanpa harus melanggar kerahasiaan Invensi. Di samping itu, konsep perlindungan bagi Paten Sederhana yang diubah menjadi sejak Tanggal Penerimaan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada Pemegang Paten Sederhana mengajukan gugatan ganti rugi akibat pelanggaran terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Gugatan ganti rugi baru dapat diajukan setelah Paten Sederhana diberikan. Sifat baru dari Paten Sederhana dalam Undang-undang Paten-lama tidak begitu jelas. Dalam Undang-undang ini ditegaskan kebaruan bersifat universal. Di samping tidak jelas, ketentuan dalam Undang-undang Paten-lama memberikan kemungkinan banyaknya terjadi peniruan Invensi dari luar negeri untuk dimintakan Paten Sederhana. Jangka waktu pemeriksaan substantif atas Paten Sederhana yang semula sama dengan Paten, yakni dari 36 (tiga puluh enam) bulan diubah menjadi 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Hal itu dimaksudkan untuk mempersingkat jangka waktu pemeriksaan substantif agar sejalan dengan konsep Paten dalam rangka meningkatkan layanan kepada masyarakat. |- |valign=top|c.||Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden<br>Terdapat beberapa pengaturan yang dalam Undang-undang Paten-lama ditetapkan dengan Keputusan Menteri, di dalam Undang-undang ini ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan yang di dalam Undang-undang Paten-lama ditetapkan dengan Keputusan Presiden, di dalam Undang-undang ini diubah dengan Peraturan Pemerintah, atau sebaliknya. |- |valign=top|d.||Pemberdayaan Pengadilan Niaga<br>Mengingat bidang Paten sangat terkait erat dengan perekonomian dan perdagangan, penyelesaian perkara perdata yang berkaitan dengan Paten harus dilakukan secara cepat dan segera. Hal itu berbeda dari Undang-undang Paten-lama yang penyelesaian perdata di bidang Paten dilakukan di Pengadilan Negeri. |- |valign=top|e.||Lisensi-wajib<br>Dengan Undang-undang ini, instansi yang ditugasi untuk memberikan lisensi-wajib adalah Direktorat Jenderal. Berbeda dari Undang-undang Paten-lama yang menugaskan pemberian lisensi-wajib kepada Pengadilan Negeri. Hal itu dimaksudkan untuk penyederhanaan prosedur dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, serta sejalan dengan yang dilakukan di berbagai negara, seperti Thailand, Filipina, Brazil, dan Cina. |} |- |valign=top|2.||Penambahan |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Penegasan mengenai istilah hari<br>Mengingat bahwa istilah hari dapat mengandung beberapa pengertian, dalam Undang-undang ini ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan istilah hari adalah hari kerja. |- |valign=top|b.||Invensi yang Tidak Dapat Diberi Paten<br>Penambahan Pasal 7 huruf d dimaksudkan untuk mengakomodasi usulan masyarakat agar bagi Invensi tentang makhluk hidup (yang mencakup manusia, hewan, atau tanaman) tidak dapat diberi Paten. Sikap tidak dapat dipatenkannya Invensi tentang manusia karena hal itu bertentangan dengan moralitas agama, etika, atau kesusilaan. Di samping itu, makhluk hidup mempunyai sifat dapat mereplikasi dirinya sendiri. Pengaturan di berbagai negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan teknologi masing-masing. Persetujuan TRIPs hanya meletakkan persyaratan minimum pengaturan mengenai kegiatan-kegiatan yang boleh atau tidak boleh dipatenkan. Paten diberikan terhadap Invensi mengenai jasad renik atau proses non-biologis serta proses mikrobiologis untuk memproduksi tanaman atau hewan dengan pertimbangan bahwa perkembangan bioteknologi yang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini telah secara nyata menghasilkan berbagai Invensi yang cukup besar manfaatnya bagi masyarakat. Dengan demikian perlindungan hak kekayaan intelektual dalam bidang Paten diperlukan sebagai penghargaan (rewards) terhadap berbagai Invensi tersebut. |- |valign=top|c.||Penetapan Sementara Pengadilan<br>Penambahan Bab XIII tentang Penetapan Sementara Pengadilan dimaksudkan sebagai upaya awal untuk mencegah kerugian yang lebih besar akibat pelaksanaan Paten oleh pihak yang tidak berhak. |- |valign=top|d.||Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak<br>Berbeda dari Undang-undang Paten-lama, dalam Undang-undang ini diatur ketentuan mengenai kemungkinan menggunakan sebagian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Direktorat Jenderal yang berasal dari semua biaya yang berhubungan dengan Paten. Yang dimaksud dengan menggunakan adalah menggunakan PNBP berdasarkan sistem dan mekanisme yang berlaku. Dalam hal ini, seluruh PNBP disetorkan langsung ke kas negara sebagai PNBP. Kemudian, Direktorat Jenderal mengajukan permohonan melalui Menteri kepada Menteri Keuangan untuk diizinkan menggunakan sebagian PNBP sesuai dengan keperluan yang dibenarkan oleh undang-undang, yang saat ini hal itu diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 43) yang mengatur penggunaan PNBP. |- |valign=top|e.||Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan<br>Penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan pada umumnya akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Mengingat sengketa Paten akan berkaitan erat dengan masalah perekonomian dan perdagangan yang harus tetap berjalan, penyelesaian sengketa di luar pengadilan, seperti Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimungkinkan dalam Undang-undang ini, selain relatif lebih cepat, biayanya pun lebih ringan. |- |valign=top|f.||Pengecualian dari Ketentuan Pidana<br>Undang-undang ini mengatur hal-hal yang tidak dikategorikan tindak pidana, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat. Pengaturan semacam ini terdapat dalam legislasi di berbagai negara. |} |- |valign=top|3.||Penghapusan<br>Di samping penyempurnaan dan penambahan seperti tersebut di atas, dengan Undang-undang ini, dilakukan penghapusan terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-undang Paten-lama yang dinilai tidak sejalan dengan Persetujuan TRIPs, misalnya ketentuan yang berkaitan dengan penundaan pemberian Paten dan lingkup hak eksklusif Pemegang Paten. |} '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas<br> Pasal 2<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas adalah Permohonan yang telah diajukan untuk pertama kali di negara lain yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota World Trade Organization. Indonesia meratifikasi Paris Convention sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997.<br> Pasal 3<br> Ayat (1)<br> Padanan istilah teknologi yang diungkapkan sebelumnya adalah state of the art atau prior art, yang mencakup baik berupa literatur Paten maupun bukan literatur Paten. Yang dimaksud dengan tidak sama pada ayat ini adalah bukan sekadar beda, tetapi harus dilihat sama atau tidak samanya fungsi ciri teknis (features) Invensi tersebut dengan ciri teknis Invensi sebelumnya.<br> Ayat (2)<br> Dalam Undang-undang ini, ketentuan mengenai uraian lisan atau melalui peragaan atau dengan cara lain tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga terhadap hal-hal tersebut yang dilakukan di luar negeri dengan ketentuan bahwa bukti tertulis harus tetap pula disampaikan.<br> Ayat (3)<br> Dalam Undang-undang Paten-lama, kelompok kata merupakan bagian Invensi terdahulu dapat menimbulkan salah tafsir sehingga dalam Undang-undang ini kelompok kata tersebut dihilangkan. Yang dimaksud dengan pemeriksaan substantif pada ayat ini dan dalam pasal-pasal selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap Invensi yang dinyatakan dalam Permohonan, dalam rangka menilai pemenuhan atas syarat: baru, langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri, serta memenuhi ketentuan kesatuan Invensi, diungkapkan secara jelas, dan tidak termasuk dalam kategori Invensi yang tidak dapat diberi Paten. Yang dimaksud dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya pada ayat ini mencakup dokumen Permohonan yang diajukan di Indonesia dan dipublikasikan pada atau setelah Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas dari Permohonan yang sedang diperiksa substantifnya. Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas dokumen yang dipublikasikan tersebut lebih awal dari pada Tanggal Penerimaan atau tanggal prioritas dari Permohonan yang substantifnya sedang diperiksa. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan yang muncul akibat adanya invensi yang sama yang diajukan oleh Pemohon lain dalam waktu yang tidak bersamaan (conflicting application).<br> Pasal 4<br> Ayat (1)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan pameran yang resmi adalah pameran yang diselenggarakan oleh Pemerintah; sedangkan pameran yang diakui sebagai pameran resmi adalah pameran yang diselenggarakan oleh masyarakat tetapi diakui atau memperoleh persetujuan Pemerintah.<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 5<br> Jika Invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika Invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik.<br> Pasal 6<br> Paten sederhana hanya diberikan untuk Invensi yang berupa alat atau produk yang bukan sekadar berbeda ciri teknis -nya, tetapi harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih praktis daripada Invensi sebelumnya dan bersifat kasat mata atau berwujud (tangible). Adapun Invensi yang sifatnya tidak kasat mata (intangible), seperti metode atau proses, tidak dapat diberikan perlindungan sebagai Paten Sederhana.<br> Pasal 7<br> Huruf a<br> Cukup jelas<br> Huruf b<br> Dalam hal pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan tersebut menggunakan peralatan kesehatan, ketentuan ini hanya berlaku bagi Invensi metodenya saja, sedangkan peralatan kesehatan termasuk alat, bahan, maupun obat, tidak termasuk dalam ketentuan ini.<br> Huruf c<br> Cukup jelas.<br> Huruf d butir i<br> Yang dimaksud dengan makhluk hidup dalam huruf d butir i ini mencakup manusia, hewan, atau tanaman, sedangkan yang dimaksud dengan jasad renik adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara kasat mata melainkan harus dengan bantuan mikroskop, misalnya amuba, ragi, virus, dan bakteri.<br> Huruf d butir ii<br> Yang dimaksud dengan proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan dalam butir ii adalah proses penyilangan yang bersifat konvensional atau alami, misalnya melalui teknik stek, cangkok, atau penyerbukan yang bersifat alami, sedangkan proses non-biologis atau proses mikrobiologis untuk memproduksi tanaman atau hewan adalah proses memproduksi tanaman atau hewan yang biasanya bersifat transgenik/rekayasa genetika yang dilakukan dengan menyertakan proses kimiawi, fisika, penggunaan jasad renik, atau bentuk rekayasa genetika lainnya.<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud dengan dicatat dan diumumkan pada ayat ini dan dalam ketentuan-ketentuan selanjutnya dalam Undang-undang ini adalah dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Yang dimaksud dengan Daftar Umum Paten adalah suatu daftar yang berisi data mengenai bibliografi dan status Permohonan dan Paten yang dicatat oleh Direktorat Jenderal dan dapat dilihat oleh masyarakat umum. Yang dimaksud dengan Berita Resmi Paten adalah bentuk pengumuman yang berisi informasi mengenai status Permohonan dan Paten yang dapat dilihat oleh masyarakat umum yang dapat digunakan untuk memantau kegiatan Direktorat Jenderal. Materi Permohonan dan Paten yang akan diumumkan mencakup informasi tentang bibliografi, spesifikasi, pengalihan, lisensi, pelanggaran, perubahan alamat Pemohon atau Pemegang Paten yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal. Berita Resmi Paten dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain: dalam bentuk buku (saat ini) dan pada masa yang akan datang dibuat dalam format digital. dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain: dalam bentuk buku (saat ini) dan pada masa yang akan datang dibuat dalam format digital.<br> Pasal 9<br> Secara umum produk atau alat yang dilindungi, diperoleh dalam waktu yang relatif singkat, dengan cara yang sederhana, dengan biaya yang relatif murah, dan secara teknologi juga bersifat sederhana sehingga jangka waktu perlindungan selama 10 (sepuluh) tahun dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar.<br> Pasal 10<br> Cukup jelas<br> Pasal 11<br> Cukup jelas<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Ayat (6)<br> Pencantuman nama Inventor dalam sertifikat pada dasarnya adalah lazim. Hal itu dikenal sebagai hak moral (moral right).<br> Pasal 13<br> Ayat (1)<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada pemakai terdahulu yang beriktikad baik, tetapi tidak mengajukan Permohonan. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukannya dan merupakan pelaksanaan Invensi tersebut tetap dapat dilaksanakan olehnya sebagai pemakai terdahulu sampai dengan batas masa perlindungan Paten.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 14<br> Cukup jelas<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Invensi tersebut harus benar-benar merupakan hasil kegiatan yang dilakukan dengan iktikad baik oleh orang yang pertama kali memakai Invensi tersebut.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Pasal 16<br> Ayat (1)<br> Hak eksklusif artinya hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak lebih lanjut untuk itu kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten. Yang dimaksud dengan produk mencakup alat, mesin, komposisi, formula, product by process, sistem, dan lain-lain. Contohnya adalah alat tulis, penghapus, komposisi obat, dan tinta. Yang dimaksud dengan proses mencakup proses, metode atau penggunaan. Contohnya adalah proses membuat tinta, dan proses membuat tisu. Yang dimaksud dengan pihak adalah orang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum yang disesuaikan dengan konteks naskah masing-masing.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang betul-betul memerlukan penggunaan Invensi semata-mata untuk penelitian dan pendidikan. Di samping itu, yang dimaksud dengan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis, mencakup juga kegiatan untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk pengujian lainnya. Yang dimaksud dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten adalah agar pelaksanaan atau penggunaan Invensi tersebut tidak digunakan untuk kepentingan yang mengarah kepada eksploitasi untuk kepentingan komersial sehingga dapat merugikan bahkan dapat menjadi kompetitor bagi Pemegang Paten.<br> Pasal 17<br> Ayat (1)<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk menunjang adanya alih teknologi, penyerapan investasi, penyediaan lapangan kerja dengan dilaksanakannya Paten melalui pembuatan produk.<br> Ayat (2)<br> Ketentuan pada ayat (2) ini dimaksudkan untuk mengakomodasi rasionalitas ekonomi dari pelaksanaan Paten sebab tidak semua jenis Invensi yang diberi Paten dapat secara ekonomi menguntungkan apabila skala pasar bagi produk yang bersangkutan tidak seimbang dengan investasi yang dilakukan. Beberapa cabang industri menghadapi persoalan ini, misalnya industri di bidang farmasi. Di cabang industri seperti itu skala kelayakan ekonomi seringkali meliputi pasar yang berskala regional misalnya kawasan Asia Tenggara. Untuk itu, kelonggaran diberikan atas dasar penilaian objektif. Apabila Paten tidak akan dilaksanakan di Indonesia, Pemegang Paten harus mengajukan permintaan kelonggaran yang disertai alasan dan bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang. Misalnya di bidang obat atau farmasi bukti serupa diberikan oleh Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, sedangkan di bidang elektronik diberikan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Apabila Invensi tersebut menyangkut teknologi untuk keperluan di bidang eksplorasi, keterangan diberikan oleh Departemen Pertambangan dan Energi. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat pengecualian yang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah diharapkan tetap memperhatikan upaya untuk menunjang alih teknologi yang efektif dan dapat meningkatkan devisa Negara.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 18<br> Yang dimaksud dengan biaya tahunan (annual fee) adalah biaya yang harus dibayarkan oleh Pemegang Paten secara teratur untuk setiap tahun. Istilah itu dikenal juga di beberapa negara sebagai biaya pemeliharaan (maintenance fee).<br> Pasal 19<br> Cukup jelas<br> Pasal 20<br> Cukup jelas<br> Pasal 21<br> Yang dimaksud dengan satu kesatuan Invensi adalah beberapa Invensi yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yang erat. Misalnya, suatu Invensi yang berupa alat tulis yang baru dengan tintanya yang baru. Dalam kasus tersebut jelas bahwa tinta tersebut merupakan satu kesatuan Invensi untuk dipergunakan pada alat tulis, yang merupakan suatu Invensi yang baru sehingga alat tulis dan tintanya tersebut dapat diajukan dalam satu Permohonan. Contoh lain, Invensi berupa suatu produk yang baru dan proses untuk membuat produk tersebut. Setiap Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau satu kesatuan Invensi yang terdiri dari beberapa Invensi yang saling berkaitan.<br> Pasal 22<br> Cukup jelas<br> Pasal 23<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan bukan Inventor adalah pihak lain yang menerima pengalihan Invensi dari Inventor. Yang dimaksud dengan bukti yang cukup, misalnya dapat berupa pernyataan dari perusahaan bahwa Inventor adalah karyawannya atau pengalihan Invensi dari Inventor kepada perusahaan tempatnya bekerja.<br> Ayat (2)<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi Inventor dari kemungkinan yang merugikannya.<br> Pasal 24<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Cukup jelas<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Huruf d<br> Cukup jelas<br> Huruf e<br> Cukup jelas<br> Huruf f<br> Cukup jelas<br> Huruf g<br> Cukup jelas<br> Huruf h<br> Klaim adalah bagian dari Permohonan yang menggambarkan inti Invensi yang dimintakan perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas dan harus didukung oleh deskripsi.<br> Huruf i<br> Cukup jelas<br> Huruf j<br> Yang dimaksud dengan gambar dalam huruf ini adalah gambar teknik.<br> Huruf k<br> Abstrak adalah ringkasan dari deskripsi yang menggambarkan inti Invensi.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 25<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Sejalan dengan konsep/pengertian bahwa Paten merupakan bagian dari sistem hak kekayaan intelektual yang komprehensif, Konsultan Paten yang dalam Undang-undang Paten-lama disebut Konsultan Paten, dalam Undang-undang ini disebut Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 26<br> Ayat (1)<br> Maksud ketentuan ini adalah untuk membantu proses pengajuan Permohonan dari Inventor atau yang berhak atas Invensi yang berdomisili di luar wilayah Negara Republik Indonesia sebab hal ini antara lain menyangkut bahasa dan pemenuhan persyaratan yang harus dipenuhi.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 27<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud dengan dokumen prioritas adalah dokumen Permohonan yang pertama kali diajukan di suatu negara anggota Paris Convention atau World Trade Organization yang digunakan untuk mengklaim tanggal prioritas atas Permohonan ke negara tujuan, yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di kantor Paten temp at permohonan Paten yang pertama kali diajukan. Pihak berwenang yang mengesahkan salinan permohonan pertama kali adalah pejabat Kantor Paten di negara tempat permohonan Paten pertama kali diajukan. Bila permohonan tersebut diajukan melalui Patent Cooperation Treaty (PCT), pihak yang berwenang tersebut adalah pejabat World Intellectual Property Organization (WIPO), yaitu badan PBB yang bertugas mengadministrasikan perjanjian internasional mengenai intellectual property. Indonesia meratifikasi PCT dengan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 28<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan salinan sah pada huruf a sampai huruf d ayat ini adalah salinan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan, keputusan pemberian Paten, penolakan Paten, atau pembatalan Paten untuk Invensi yang sama di luar negeri yang dikeluarkan oleh pihak yang berhak.<br> Huruf b<br> Yang dimaksud dokumen Paten adalah dokumen Permohonan yang sudah diberi Paten dan telah diumumkan; dokumen tersebut diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat penilaian terhadap sifat kebaruan (novelty) dan langkah inventif dari Invensi.<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Huruf d<br> Cukup jelas<br> Huruf e<br> Yang dimaksud dengan dokumen lain dalam huruf ini, antara lain, adalah dokumen pembanding, hasil penelusuran, hasil pemeriksaan awal dan korespondensi hasil pemeriksaan di luar negeri.<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan tambahan penjelasan dalam ayat ini dapat berupa keterangan mengenai adanya amendemen yang dilakukan oleh Pemohon terhadap dokumen permohonan Paten berdasarkan hasil penelusuran atau hasil pemeriksaan awal dan hal ini bersifat sebagai kelengkapan informasi yang mungkin diperlukan dalam pemeriksaan.<br> Pasal 29<br> Cukup jelas<br> Pasal 30<br> Ayat (1)<br> Ketentuan ini merupakan syarat-syarat yang disebut sebagai persyaratan minimum (minimum requirements). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan Pemohon dalam memperoleh Tanggal Penerimaan yang sangat penting bagi status Permohonan karena sistem yang digunakan adalah first to file. Selain itu, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian mengenai Tanggal Penerimaan (filing date) oleh Direktorat Jenderal. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan bagi masyarakat dengan memperhatikan serta menyesuaikan dengan syarat minimum Tanggal Penerimaan bagi Permohonan yang diajukan melalui Patent Cooperation Treaty.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 31<br> Cukup jelas<br> Pasal 32<br> Cukup jelas<br> Pasal 33<br> Cukup jelas<br> Pasal 34<br> Cukup jelas<br> Pasal 35<br> Yang dimaksud dengan memperluas lingkup Invensi dalam suatu amendemen adalah menambah inti/subjek, informasi baru, atau mengurangi ciri-teknis Invensi, baik di dalam deskripsi, gambar maupun klaim, yang dapat berakibat lebih luasnya lingkup Invensi. Pasal ini menekankan bahwa amendemen yang diperbolehkan hanya untuk memperjelas lingkup Invensi.<br> Pasal 36<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Yang dimaksud dengan Invensi sebagaimana dinyatakan dalam urutan klaim yang pertama pada ayat (5) ini adalah sebagai berikut. Jika suatu Permohonan berisi 12 klaim yang terdiri atas: {|border=0 |- |valign=top|1.||Invensi A yang dinyatakan dalam klaim 1 sampai 5, |- |valign=top|2.||Invensi B yang dinyatakan dalam klaim 6 sampai 10 yang merupakan Invensi yang berbeda dan tidak terkait dengan Invensi A, |- |valign=top|3.||Invensi C yang dinyatakan dalam klaim 11 sampai 12 yang merupakan Invensi yang berkaitan dengan Invensi A. Dari ketiga Invensi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Invensi A merupakan satu kesatuan Invensi dengan Invensi C, sedangkan Invensi B tidak merupakan satu kesatuan Invensi dengan Invensi A atau pun Invensi C. Berdasarkan ketentuan pada ayat (5) ini Invensi yang akan diperiksa hanya klaim 1 sampai 5 (Invensi A) dan klaim 11 sampai 12 (Invensi C). Sedangkan klaim 6 sampai 10 (Invensi B) tidak akan diperiksa, dan disarankan untuk diajukan sebagai Permohonan pecahan. |} Pasal 37<br> Yang dimaksud dengan memperhatikan ketentuan dalam Undang-undang ini adalah memperhatikan ketentuan perubahan Paten menjadi Paten Sederhana atau sebaliknya tidak boleh menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 dan Pasal 36.<br> Pasal 38<br> Cukup jelas<br> Pasal 39<br> Cukup jelas<br> Pasal 40<br> Cukup jelas<br> Pasal 41<br> Cukup jelas<br> Pasal 42<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Ketentuan ini dibuat untuk memberikan kesempatan apabila Pemohon yang karena kepentingannya ingin diumumkan lebih awal. Hal itu juga selaras dengan ketentuan dalam Permohonan yang diajukan melalui Patent Cooperation Treaty (PCT).<br> Pasal 43<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal mencakup papan pengumuman dan jika keadaan memungkinkan microfilm, microfiche, CD-ROM, Internet, dan media lainnya.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 44<br> Ayat (1)<br> Dalam jangka waktu tersebut, pengumuman dilakukan secara terus-menerus.<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Cukup jelas<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Huruf d<br> Cukup jelas<br> Huruf e<br> Cukup jelas<br> Huruf f<br> Klasifikasi dimaksudkan untuk mengelompokkan Invensi dalam Permohonan sesuai dengan bidang teknologi yang terkait. Dengan cara ini, kegiatan penelusuran terhadap Invensi sejenis (untuk mencari dokumen pembanding) yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan substantif atas Permohonan dapat dilakukan secara lebih mudah dan cepat. Walaupun Indonesia belum/tidak meratifikasi International Patent Classification (IPC), dalam praktiknya Indonesia menggunakan IPC sebagaimana yang banyak diterapkan oleh berbagai negara. Dalam sistem itu, Invensi dikelompokkan ke dalam kurang-lebih 60.000 sub-grup, yang dapat dikategorikan ke dalam 8 (delapan) kelompok besar (section) dan dibagi lebih lanjut ke dalam kelas, sub-kelas, grup, dan subgrup.<br> Huruf g<br> Cukup jelas<br> Huruf h<br> Cukup jelas<br> Huruf i<br> Cukup jelas<br> Pasal 45<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pandangan mencakup informasi yang disampaikan oleh pihak lain tanpa disertai permintaan apa pun, sedangkan keberatan merupakan informasi yang disampaikan oleh pihak lain yang disertai dengan permintaan untuk tidak memberikan Paten terhadap Invensi yang diumumkan tersebut.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 46<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan penyampaian informasi mengenai Invensi yang tidak dianggap sebagai pelanggaran kewajiban menjaga kerahasiaan adalah pemberian suatu informasi mengenai Invensi, baik oleh Direktorat Jenderal maupun oleh Instansi terkait yang menerima informasi Invensi tersebut.<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 47<br> Cukup jelas<br> Pasal 48<br> Cukup jelas<br> Pasal 49<br> Cukup jelas<br> Pasal 50<br> Ayat (1)<br> Mungkin sekali, bidang keahlian yang diperlukan bagi pelaksanaan pemeriksaan substantif suatu invensi yang dimintakan Paten ternyata tidak atau kurang dikuasai oleh Pemeriksa Paten. Begitu pula fasilitas yang diperlukan untuk mengadakan pemeriksaan secara baik, dimiliki oleh instansi atau lembaga lain. Dalam hal demikian itu, Direktorat Jenderal melalui program kerja sama antar negara dapat meminta bantuan ahli dalam wujud penggunaan fasilitas dari instansi atau lembaga lain, misalnya European Patent Office (Kantor Paten Eropa), Japanese Patent Office (Kantor Paten Jepang), United States Patent and Trademark Office (Kantor Paten Amerika Serikat).<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 51<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Karena sifat keahlian serta lingkup kerja yang bersifat khusus, sudah sepantasnya jabatan Pemeriksa Paten diberi status sebagai jabatan fungsional karena pada dasarnya mereka bekerja berdasarkan keahlian. Status itu diberikan dalam rangka pembinaan kariernya sehingga tidak tertinggal oleh rekannya dalam satuan organisasi yang memiliki jenjang jabatan yang bersifat struktural. Dalam rangka pembinaan itu pula kepada Pemeriksa Paten diberikan penjenjangan jabatan fungsional dan tunjangan yang bersifat khusus, di samping hak-hak lainnya yang lazim diterima oleh pegawai negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br> Pasal 52<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan ketidakjelasan atau kekurangan lain yang dinilai penting mencakup, antara lain adanya uraian dalam deskripsi atau klaim yang tidak jelas dan uraian dalam deskripsi yang tidak mendukung klaim yang dinyatakan. Selain itu termasuk pula ketidakterkaitan dan ketidakkonsistensian uraian dalam klaim dan deskripsi.<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud dengan acuan adalah referensi yang diperoleh dari hasil penelusuran baik literatur Paten maupun non-paten (majalah, dll).<br> Pasal 53<br> Cukup jelas<br> Pasal 54<br> Cukup jelas<br> Pasal 55<br> Cukup jelas<br> Pasal 56<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud dengan pemecahan tersebut memperluas lingkup Invensi adalah Permohonan hasil pemecahan yang lingkup perlindungan Invensinya lebih luas daripada lingkup perlindungan Invensi semula.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 57<br> Cukup jelas<br> Pasal 58<br> Cukup jelas<br> Pasal 59<br> Cukup jelas<br> Pasal 60<br> Ayat (1)<br> Permohonan banding tidak dapat diajukan dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 61<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud tanggal pengiriman surat pemberitahuan adalah tanggal stempel pos.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 62<br> Cukup jelas<br> Pasal 63<br> Cukup jelas<br> Pasal 64<br> Cukup jelas<br> Pasal 65<br> Cukup jelas<br> Pasal 66<br> Ayat (1)<br> Sebagaimana halnya dengan hak kekayaan intelektual yang lain seperti Hak Cipta dan Merek, Paten pada dasarnya adalah hak milik perseorangan yang tidak berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual manusia. Sebagai hak milik, Paten dapat dialihkan oleh Inventornya atau oleh yang berhak atas Invensi itu kepada perorangan atau kepada badan hukum. Adapun sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya pemilikan Paten karena pembubaran badan hukum yang semula merupakan Pemegang Paten. Dalam hal yang menjadi sebab peralihan Paten didasarkan atas peraturan di bawah undang-undang, peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang ini.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Pasal 67<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan hak sebagai pemakai terdahulu dalam ayat ini adalah hak untuk melaksanakan suatu Invensi sebagaimana halnya dengan hak Pemegang Paten. Walaupun demikian, hak tersebut tidak dapat dialihkan, kecuali melalui pewarisan. Hal itu tidak lain karena hak sebagai pemakai terdahulu bukan merupakan hak yang bersifat sepenuhnya eksklusif, seperti halnya Paten, melainkan diberikan dalam keadaan khusus.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 68<br> Hak ini disebut sebagai hak moral. Lihat juga Pasal 12 ayat (6).<br> Pasal 69<br> Ayat (1)<br> Berbeda dari pengalihan Paten yang pemilikan haknya juga beralih, Lisensi melalui suatu perjanjian pada dasarnya hanya bersifat pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari Paten dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu pula.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 70<br> Cukup jelas<br> Pasal 71<br> Cukup jelas<br> Pasal 72<br> Cukup jelas<br> Pasal 73<br> Cukup jelas<br> Pasal 74<br> Cukup jelas<br> Pasal 75<br> Cukup jelas<br> Pasal 76<br> Cukup jelas<br> Pasal 77<br> Cukup jelas<br> Pasal 78<br> Ayat (1)<br> Royalti adalah imbalan yang diberikan oleh penerima/pemegang Lisensi kepada Pemegang Paten atas pelaksanaan Invensinya. Imbalan tersebut dapat berupa uang atau bentuk lainnya yang disepakati para pihak.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan perjanjian lain yang sejenis adalah perjanjian yang lazim dibuat dalam rangka pengalihan kemampuan atau pengalihan pengetahuan tentang teknologi yang tidak dipatenkan (know how and technology transfer).<br> Pasal 79<br> Cukup jelas<br> Pasal 80<br> Cukup jelas<br> Pasal 81<br> Cukup jelas<br> Pasal 82<br> Ayat (1)<br> Keadaan ini biasanya terjadi dalam pelaksanaan Paten yang merupakan hasil penyempurnaan atau pengembangan Invensi yang lebih dahulu telah dilindungi Paten. Oleh karenanya pelaksanaan Paten yang baru tersebut berarti melaksanakan sebagian atau seluruh Invensi yang telah dilindungi Paten yang dimiliki oleh pihak lain. Apabila Pemegang Paten terdahulu memberi Lisensi kepada Pemegang Paten berikutnya, yang memungkinkan terlaksananya Paten berikutnya tersebut, maka dalam hal ini tidak ada masalah pelanggaran Paten. Tetapi kalau Lisensi untuk itu tidak diberikan, semestinya Undang-undang ini menyediakan jalan keluarnya. Oleh karenanya agar Paten yang diberikan belakangan dapat dilaksanakan, sudah sewajarnya bila yang terakhir ini juga dimungkinkan untuk melaksanakannya tanpa melanggar Paten yang terdahulu. Hal ini hanya dapat terlaksana apabila lisensi-wajib diberikan oleh Direktorat Jenderal. Contoh mengenai hal ini adalah sebagai berikut: Paten A terdiri atas empat klaim yang seluruhnya merupakan satu kesatuan. Paten B yang diperoleh sesudah Paten A, pada dasarnya berisikan tiga klaim yang pada hakekatnya merupakan penyempurnaan dan pengembangan tiga klaim di antara empat klaim pada Paten A. Sebagai hasil penyempurnaan dan pengembangan, sudah barang tentu Paten B memiliki basis teknologi yang ada pada Paten A. Seandainya Pemegang Paten B bermaksud akan melaksanakan Patennya hal tersebut akan sulit tanpa melanggar salah satu klaim dalam Paten A. Bila Pemegang Paten A memberikan Lisensi kepada Pemegang Paten B untuk melaksanakan satu klaim miliknya, jelas tidak akan timbul masalah. Tetapi kalau Pemegang Paten A tidak bersedia memberikan Lisensi maka satu-satunya jalan bagi Pemegang Paten B adalah meminta lisensi-wajib ke Direktorat Jenderal.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 83<br> Cukup jelas<br> Pasal 84<br> Cukup jelas<br> Pasal 85<br> Cukup jelas<br> Pasal 86<br> Cukup jelas<br> Pasal 87<br> Cukup jelas<br> Pasal 88<br> Cukup jelas<br> Pasal 89<br> Cukup jelas<br> Pasal 90<br> Cukup jelas<br> Pasal 91<br> Ayat (1)<br> Huruf a<br> Cukup jelas<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Huruf c<br> Yang dimaksud dengan ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan masyarakat adalah bahwa walaupun telah diberikan lisensi-wajib, pemberian lisensi-wajib tersebut tidak diikuti dengan pelaksanaannya sehingga produk yang sangat dibutuhkan masyarakat tersebut tidak terpenuhi dan maksud pemberian lisensi-wajib tersebut tidak terlaksana. Misalnya, pemberian lisensi-wajib untuk memproduksi obat tetapi tidak dilaksanakan secara efektif sehingga jumlah yang diproduksi tetap sedikit dan harga obat tetap mahal.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 92<br> Cukup jelas<br> Pasal 93<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan putusan Pengadilan Niaga pada ayat ini adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 94<br> Cukup jelas<br> Pasal 95<br> Cukup jelas<br> Pasal 96<br> Cukup jelas<br> Pasal 97<br> Cukup jelas<br> Pasal 98<br> Ayat (1)<br> Penerima Lisensi Paten yang dibatalkan, pada dasarnya dapat terus melaksanakan hak yang diperolehnya. Lisensi tersebut menjadi Lisensi atas Paten lain yang tidak dibatalkan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 99<br> Ayat (1)<br> Karena masalah pertahanan dan keamanan Negara, dan kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan nasional merupakan hal yang mendasar, wajarlah apabila Pemerintah atau pihak ketiga yang diberi izin oleh Pemerintah untuk melaksanakan Paten yang terkait. Pengaturan ini pun dimungkinkan menurut ketentuan dalam Article 31 Persetujuan TRIPs. Contoh Invensi yang terkait dengan pertahanan dan keamanan Negara, antara lain bahan peledak, senjata api, dan amunisi. Yang dimaksud dengan kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan nasional mencakup, antara lain bidang kesehatan seperti obat-obat yang masih dilindungi Paten di Indonesia yang diperlukan untuk menanggulangi penyakit yang berjangkit secara luas (endemi); bidang pertanian misalnya pestisida yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi gagalnya hasil panen secara nasional yang disebabkan oleh hama. Sebagaimana diketahui, salah satu fungsi suatu Paten adalah untuk menjamin kelangsungan hidup perekonomian negara serta mengupayakan makin meningkatnya kesejahteraan masyarakat di negara yang bersangkutan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 100<br> Cukup jelas<br> Pasal 101<br> Cukup jelas<br> Pasal 102<br> Cukup jelas<br> Pasal 103<br> Cukup jelas<br> Pasal 104<br> Cukup jelas<br> Pasal 105<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan satu Invensi adalah suatu Invensi yang berupa satu produk atau alat yang kasat mata. Walaupun demikian, dapat dicakup beberapa klaim.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Yang dimaksud dengan kebaruan adalah bukan sekadar berbeda ciri teknis -nya, melainkan juga harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih praktis dari Invensi sebelumnya.<br> Pasal 106<br> Cukup jelas<br> Pasal 107<br> Cukup jelas<br> Pasal 108<br> Cukup jelas<br> Pasal 109<br> Ayat (1)<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan kecepatan kepada seorang Pemohon di Indonesia dalam mengajukan Permohonan Patennya ke beberapa negara lain (yang juga merupakan anggota Patent Cooperation Treaty (PCT)), dan sebaliknya Pemohon yang berasal dari negara lain yang juga merupakan anggota PCT dapat dengan mudah dan cepat mengajukan Permohonannya ke Indonesia.<br> Ayat (2)<br> Hal-hal yang akan dimuat dalam Peraturan Pemerintah antara lain mencakup: {|border=0 |- |valign=top|a.||persyaratan administratif tambahan yang harus dipenuhi oleh Pemohon seperti: penggunaan bahasa asing yang dimungkinkan, penunjukan kantor Paten yang akan ditugaskan sebagai institusi penelusur internasional (international search authority) dan institusi pemeriksaan pendahuluan internasional (international preliminary examination authority) oleh Pemohon, dan sebagainya; |- |valign=top|b.||kewajiban Direktorat Jenderal sebagai kantor penerima (receiving office) atau sebagai kantor tujuan (designated office) dari sistem ini, dan sebagainya. |} Pasal 110<br> Cukup jelas<br> Pasal 111<br> Sebagai salah satu sumber informasi teknologi, Paten merupakan sarana bagi peningkatan penguasaan dan kemampuan bangsa di bidang teknologi. Oleh karena itu, dokumentasi dan informasi Paten memiliki arti dan peran yang sangat penting, bahkan strategis. Untuk itu, Direktorat Jenderal perlu diberi dorongan untuk menyusun sistem dokumentasi, khususnya sistem jaringan informasi yang saling terkait dan kuat. Dalam kerangka itu, Direktorat Jenderal dapat memanfaatkan kemampuan dan fasilitas yang dimiliki instansi lain, baik milik Pemerintah maupun swasta, dengan kerja sama sebaik-baiknya dalam mewujudkan sistem itu. Selain itu, terbinanya dokumentasi dan sistem informasi yang baik dan tangguh, juga bermanfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal itu sendiri, terutama dalam melakukan pemeriksaan Paten. Masih dalam rangka pembangunan dan pengembangan sistem dokumentasi dan informasi Paten secara nasional, Direktorat Jenderal dapat memanfaatkan kesempatan bantuan teknik dan kerja sama luar negeri.<br> Pasal 112<br> Cukup jelas<br> Pasal 113<br> Cukup jelas<br> Pasal 114<br> Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan biaya tahunan untuk pertama kali adalah biaya tahunan sebelum Paten diberikan. Untuk keperluan penghitungan, tahun pertama Permohonan dihitung sejak Tanggal Penerimaan. Contoh penghitungan biaya tahunan yang perlu dibayarkan adalah sebagai berikut. Permohonan yang diajukan pada tanggal 1 April 1997 dinyatakan dapat diberi Paten pada tanggal 5 Januari 2000. Kewajiban Pemegang Paten untuk membayar biaya tahunan pertama kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat harus dilakukan pada tanggal 4 Januari 2001. Adapun besarnya biaya yang harus dibayarkan untuk pertama kali, yang terutama dimaksudkan untuk membayar biaya tahunan sebelum diberikannya Paten adalah sebagai berikut. <br> Tahun Periode Biaya (rupiah) I (1 April 1997 – 30 Maret 1998) A<br> II (1 April 1998 – 30 Maret 1999) B<br> III (1 April 1999 – 30 Maret 2000) C<br> Untuk 3 (tiga) tahun pertama (sejak 1 April 1997 sampai dengan 30 Maret 2000) adalah sebesar A+B+C rupiah. Pembayaran biaya tahunan berikutnya diperhitungkan sebagai berikut. Untuk biaya tahunan IV (1 April 2000 – 30 Maret 2001) sebesar D rupiah dapat dibayarkan paling lambat tanggal 5 Januari 2002; dan untuk biaya tahunan V (1 April 2001 – 30 Maret 2002) sebesar E rupiah dapat dibayarkan paling lambat tanggal 5 Januari 2003, dan seterusnya.<br> Pasal 115<br> Ayat (1)<br> Jangka waktu 3 (tiga) tahun tersebut didasarkan atas pertimbangan untuk memberikan kesempatan yang cukup kepada Pemegang Paten untuk mempertimbangkan sendiri kelangsungan Patennya. Pembatalan Paten karena tidak membayar biaya tahunan diberitahukan oleh Direktorat Jenderal kepada Pemegang Paten secara tertulis. Dalam pemberitahuan tersebut dimuat tanggal berakhirnya Paten yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan Pasal ini. Biaya yang tidak dibayar selama 3 (tiga) tahun tersebut merupakan utang yang harus tetap dibayar/dilunasi oleh Pemegang Paten yang bersangkutan.<br> Ayat (2)<br> Untuk biaya tahunan XVIII, pembayarannya harus dilakukan paling lambat pada akhir tahun XVIII tersebut. Uraian ini melanjutkan contoh penjelasan pada Pasal 114. Pembayaran biaya tahunan XVIII (1 April 2014 – 30 Maret 2015) harus dilakukan paling lambat tanggal 5 Januari 2016. Pembayaran biaya tahunan XIX (1 April 2015 – 30 Maret 2016) harus dilakukan paling lambat tanggal 5 Januari 2017. Pembayaran biaya tahunan XX (1 April 2016 – 30 Maret 2017) harus dilakukan paling lambat tanggal 5 Januari 2018. Pembayaran biaya tahunan XVIII yang tidak dibayarkan pada tanggal 5 Januari 2016 mengakibatkan Paten yang bersangkutan dinyatakan batal demi hukum terhitung sejak tanggal 5 Januari 2016. Walaupun demikian, biaya yang tidak dibayar selama 1 (satu) tahun tersebut merupakan utang yang harus tetap dibayar/dilunasi oleh Pemegang Paten yang bersangkutan. Demikian pula halnya dengan pembayaran biaya tahunan pada tahun-tahun berikutnya.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 116<br> Ayat (1)<br> Merujuk kepada uraian penjelasan Pasal 114: {|border=0 |- |valign=top|a.||Dalam hal biaya tahunan pertama dilakukan setelah tanggal 4 Januari 2001 (misalnya pada 1 Mei 2001), maka besarnya total biaya yang harus dibayar pada saat itu oleh Pemegang Paten adalah (A + B + C) + {2,5% x 4 x (A + B + C)}. |- |valign=top|b.||Dalam hal keterlambatan pembayaran biaya tahunan pada tahun-tahun berikutnya (misalkan biaya tahunan V yang baru dibayar pada 1 Juni 2003) setelah biaya tahunan pada tahun-tahun sebelumnya (A + B + C + D) dibayar secara tepat waktu, maka total biaya yang harus dibayarkan adalah E + (2,5% x 5 x E). |} Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 117<br> Cukup jelas<br> Pasal 118<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan putusan Pengadilan Niaga pada ayat ini adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.<br> Pasal 119<br> Ayat (1) dan Ayat (2)<br> Pembuktian terbalik diterapkan mengingat sulitnya penanganan sengketa Paten untuk proses. Sekalipun demikian, untuk menjaga keseimbangan kepentingan yang wajar di antara para pihak, hakim tetap diberi kewenangan memerintahkan kepada pemilik Paten untuk terlebih dahulu menyampaikan bukti salinan Sertifikat Paten bagi proses yang bersangkutan serta bukti awal yang memperkuat dugaan itu. Selain itu, hakim juga wajib mempertimbangkan kepentingan pihak tergugat untuk memperoleh perlindungan terhadap kerahasiaan proses yang telah diuraikannya dalam rangka pembuktian yang harus dilakukannya di persidangan. Pengertian proses yang dipatenkan atau Paten bagi proses, pada dasarnya mengacu pada istilah yang sama, yaitu Paten-proses (process patent).<br> Ayat (3)<br> Perlindungan terhadap kerahasiaan tersebut sangat penting mengingat sifat suatu proses yang pada umumnya sangat mudah dimanipulasi atau disempurnakan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang umum di bidang teknik atau teknologi tertentu. Dengan demikian, atas permintaan para pihak, hakim dapat menetapkan agar persidangan dinyatakan tertutup untuk umum.<br> Pasal 120<br> Cukup jelas<br> Pasal 121<br> Ayat (1)<br> Kecuali ditentukan lain, yang dimaksud dengan juru sita dalam Undang-undang ini adalah juru sita Pengadilan Negeri/Niaga .<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 122<br> Cukup jelas<br> Pasal 123<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Kecuali ditentukan lain, yang dimaksud dengan panitera pada ayat ini adalah panitera Pengadilan Negeri/Niaga.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Ayat (6)<br> Yang dimaksud dengan berkas perkara kasasi dalam Pasal ini adalah permohonan kasasi, memori kasasi, dan/atau kontra memori kasasi serta dokumen lainnya.<br> Ayat (7)<br> Cukup jelas<br> Ayat (8)<br> Cukup jelas<br> Ayat (9)<br> Cukup jelas<br> Ayat (10)<br> Cukup jelas<br> Ayat (11)<br> Cukup jelas<br> Ayat (12)<br> Cukup jelas<br> Ayat (13)<br> Cukup jelas<br> Pasal 124<br> Yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.<br> Pasal 125<br> Huruf a<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar sehingga atas permintaan pemohon, Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar Paten ke jalur perdagangan termasuk tindakan importasi.<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Pasal 126<br> Cukup jelas<br> Pasal 127<br> Cukup jelas<br> Pasal 128<br> Cukup jelas<br> Pasal 129<br> Cukup jelas<br> Pasal 130<br> Cukup jelas<br> Pasal 131<br> Cukup jelas<br> Pasal 132<br> Cukup jelas<br> Pasal 133<br> Cukup jelas<br> Pasal 134<br> Cukup jelas<br> Pasal 135<br> Huruf a<br> Dikecualikannya importasi produk farmasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a pada Pasal ini adalah untuk menjamin adanya harga yang wajar dan memenuhi rasa keadilan dari produk farmasi yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan manusia. Ketentuan ini dapat digunakan apabila harga suatu produk di Indonesia sangat mahal dibandingkan dengan harga yang telah beredar secara sah di pasar internasional. <br> Huruf b<br> Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam huruf b pada Pasal ini adalah untuk menjamin tersedianya produk farmasi oleh pihak lain setelah berakhirnya masa perlindungan Paten. Dengan demikian, harga produk farmasi yang wajar dapat diupayakan. Yang dimaksud dengan proses perizinan dalam huruf ini adalah proses untuk pengurusan izin edar dan izin produksi atas suatu produk farmasi pada instansi terkait.<br> Pasal 136<br> Cukup jelas<br> Pasal 137<br> Cukup jelas<br> Pasal 138<br> Cukup jelas<br> Pasal 139<br> Cukup jelas<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4130'''</center> Deklarasi Balfour 1491 2573 2006-05-28T18:52:30Z Borgx 2 tpl {{process header |title = Deklarasi Balfour |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Deklarasi Balfour adalah surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri [[w:Inggris|Inggris]], [[w:Arthur James Balfour|Arthur James Balfour]], kepada [[w:Lord Rothschild|Lord Rothschild]], pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk dikirimkan kepada [[w:Federasi Zionis|Federasi Zionis]]. {{Wikipedia|artikel=Deklarasi Balfour 1917}} }} Departemen Luar Negeri 2 November 1917 Lord Rothschild yang terhormat, Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet. :"Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya ." Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis. Salam, Arthur James Balfour [[Kategori:Lain-lain]] [[en:Balfour Declaration]] Bicara Pengguna:AGUS ILHAM PRIBADI 1492 1709 2005-12-06T07:45:17Z Borgx 2 selamat datang! Halo selamat datang di Wikisource bahasa Indonesia. [[Pengguna:Borgx|Borgx]] 07:45, 6 Desember 2005 (UTC) Templat:Rapikan 1494 2356 2006-05-26T15:41:17Z IvanLanin 30 {{info}} {{info|scheme=red|logotype=warning|pesan=Artikel ini perlu [[{{SITENAME}}:Merapikan artikel|dirapikan]] agar memenuhi standar '''{{SITENAME}}'''. "Merapikan" bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau mewikifisasi artikel. Setelah dirapikan, Anda boleh menghapus pesan ini.}}<includeonly>[[kategori:Artikel yang perlu dirapikan]]</includeonly><noinclude>[[Kategori:Templat pemeliharaan|{{PAGENAME}}]]</noinclude> MediaWiki:Common.css 1495 2625 2006-06-02T05:09:25Z Borgx 2 +tabelcantik dari wp /* Common CSS for all skins */ /*<pre><nowiki>*/ /* wikitable/prettytable class for skinning normal tables */ table.wikitable, table.prettytable { margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; border-collapse: collapse; } table.wikitable th, table.wikitable td, table.prettytable th, table.prettytable td { border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; } table.wikitable th, table.prettytable th { background: #f2f2f2; text-align: center; } table.wikitable caption, table.prettytable caption { margin-left: inherit; margin-right: inherit; } /* Style for "notices" */ .notice { text-align: justify; margin: 1em; padding: 0.2em; } #disambig { border-top: 3px double #cccccc; border-bottom: 3px double #cccccc; } #spoiler { border-top: 2px solid #ddd; border-bottom:2px solid #ddd; } /* Standard talk template style */ .Talk-Notice { border: 1px solid #C0C090; background-color: #F8EABA; margin-bottom: 3px; width: 85%; border-spacing: 3px; margin-left: auto; margin-right: auto; } /* Make template background appear correctly on all browsers */ .Talk-Notice td { background: inherit; } /* Choose whether to have AD/BC dates or CE/BCE dates*/ /* First, the default : display both : See templates ADCE and BCEBC for how these are used*/ .Use_Default_Date_Convention { display: inline; } .Use_AD_and_BC { display: none; } .Use_BCE_and_CE { display: none; } /* If you want to display AD and BC add the following to User:You/monobook.css page */ /* .Use_Default_Date_Convention { display: none; } .Use_AD_and_BC { display:inline; } .Use_BCE_and_CE { display:none; } */ /*If you want to display CE and BCE add the following to User:You/monobook.css page */ /* .Use_Default_Date_Convention { display: none; } .Use_AD_and_BC { display:none; } .Use_BCE_and_CE {display:inline; } */ /*Add formatting to make sure that "external references" from [[Template:Ref]] do not get URL expansion, not even when printed. The mechanism up to MediaWiki 1.4 was that the HTML code contained a SPAN following the anchor A; this SPAN had the class "urlexpansion", which was not displayed on screen, but was shown when the medium was "print". The rules below ensure (a) that there is no extra padding to the right of the anchor (displayed as "[<number>]"), (b) that there is no "external link arrow" for the link, and (c) that this SPAN of class "urlexpansion" is never shown. ~~~~ */ .plainlinksneverexpand { background: none ! important; padding: 0 ! important; } .plainlinksneverexpand .urlexpansion { display : none ! important; } /* Make sure that ext links displayed within "plainlinksneverexpand" don't get the arrow... */ .plainlinksneverexpand a { background: none !important; padding: 0 !important } /* With MediaWiki 1.5, the mechanism has changed: instead of a SPAN of class "urlexpansion" following the anchor A, the anchor itself now has class "external autonumber" and the expansion is inserted when printing (see the common printing style sheet at http://en.wikipedia.org/skins-1.5/common/commonPrint.css) using the ":after" pseudo- element of CSS. We have to switch this off for links due to Template:Ref! ~~~~ */ .plainlinksneverexpand a.external.text:after { display: none !important; } .plainlinksneverexpand a.external.autonumber:after { display: none !important; } /* Merge template style */ .messagebox { border: 1px solid #aaaaaa; background-color: #f9f9f9; width: 85%; margin: 0 auto 1em auto; padding: .2em; text-align: justify; } .messagebox.merge { border: 1px solid #cf9fff; background-color: #f5edf5; text-align: center; } .messagebox.cleanup { border: 1px solid #9f9fff; background-color: #efefff; text-align: center; } .messagebox.standard-talk { border: 1px solid #c0c090; background-color: #f8eaba; } .infobox { border: 1px solid #aaaaaa; background-color: #f9f9f9; color: black; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 1em; padding: .2em; float: right; clear: right; } .infobox tr { vertical-align: top; } .infobox caption { margin-left: inherit; } .infobox.bordered { border-collapse: collapse; } .infobox.bordered td, .infobox.bordered th { border: 1px solid #aaaaaa; } .infobox.sisterproject { width: 22em; } /* Support for Template:IPA, Template:Unicode and Template:Polytonic. The inherit declaration resets the font for all browsers except MSIE6. The empty comment must remain. */ .IPA { font-family: Chrysanthi Unicode, Doulos SIL, Gentium, GentiumAlt, Code2000, TITUS Cyberbit Basic, DejaVu Sans, Bitstream Vera Sans, Bitstream Cyberbit, Arial Unicode MS, Lucida Sans Unicode, Hiragino Kaku Gothic Pro, Matrix Unicode; font-family /**/:inherit; } .Unicode { font-family: TITUS Cyberbit Basic, Code2000, Doulos SIL, Chrysanthi Unicode, Bitstream Cyberbit, Bitstream CyberBase, Bitstream Vera, Thryomanes, Gentium, GentiumAlt, Visual Geez Unicode, Lucida Grande, Arial Unicode MS, Microsoft Sans Serif, Lucida Sans Unicode; font-family /**/:inherit; } .polytonic { font-family: Athena, Gentium, Palatino Linotype, Arial Unicode MS, Lucida Sans Unicode, Lucida Grande, Code2000; font-family /**/:inherit; } #wpSave { font-weight: bold; } /* CSS for testing a new Main Page design, see [[Wikipedia:WikiProject Usability/Main Page]] */ #EnWpMainPage { width: 100%; margin-top: 1em; } #EnWpMainPage h2 { font-size: 130%; font-weight: bold; margin: 0; padding: 0; border: 0; } #EnWpMpMargin { margin-right: 13.8em; } #EnWpMpCol1 { float: left; clear: left; width: 50%; } #EnWpMpCol2 { width: 49.9%; float: left; } #EnWpMpBrowse { background: #f8fcff url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/9/9f/MP-three-books.png) no-repeat 180% 9%; border: 1px solid #c7c7c7; } #EnWpMpBrowseCats li { font-size: 85%; margin-left: 1em; line-height: 1.5; } #EnWpMpBrowseCats h3 { font-size: 120%; margin: .2em 0 .1em -.8em; padding: 0; font-weight: normal; } #EnWpMpBrowseCats h3 a { font-weight: bold; } #EnWpMpBook { background-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/7/7e/MP-open-book.png); } #EnWpMpFeaturedPic { text-align: center; margin: 0 0 .5em; font-size: 85%; font-weight: bold; } #EnWpMpFeaturedPic h2 { font-size: 145%; text-align: left; } .EnWpMpBrowseRight { float: right; width: 12.7em; } .EnWpMpBrowseBottom { margin: 1em 0; } .EnWpMpBrowseBottom #EnWpMpBrowseCats li, .EnWpMpBrowseBottom #EnWpMpUsefulLinks, .EnWpMpBrowseBottom #EnWpMpFeaturedPic { float: left; width: 24%; margin: 0; line-height: auto; } .EnWpMpBrowseBottom #EnWpMpBrowseCats h3 { margin-left: 0; } #EnWpMpUsefulLinks { clear: left; } #EnWpMpSearch { background: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/a/ae/MP-magnifying-glass.png) no-repeat top right; } #EnWpMpSearch input { vertical-align: middle; } #EnWpMpSearchInner { float: right; width: 20em; text-align: center; } #bodySearchMP { margin: 0; padding: 0; } #bodySearchMP .bodySearchWrap { float: right; width: 17.5em; text-align: left; padding: .8em 0; } #bodySearchMP label { display: block; font-size: 95%; font-weight: bold; margin-bottom: -.2em; } #bodySearchMP .bodySearchIput { opacity: .85; filter: alpha(opacity=85); } #bodySearchMP .bodySearchBtnGo { font-weight: bold; padding-left: .3em; padding-right: .3em; margin-left: .5em; } .EnWpMpContentBox { border: 1px solid; margin-bottom: .9em; } #EnWpMpCol2 .EnWpMpContentBox { margin-left: .9em; } .EnWpMpImage { float: right; margin: 0 0 .2em .2em; } .EnWpMpImage img { position: relative; z-index: 3; } #EnWpMpSisterProjects { float: left; width: 49%; } .EnWpMpSisterProject { float: left; width: 17em; margin: 0; height: 5.5em; margin: 0; } .EnWpMpSisterImg { float: left; width: 40px; height: 100%; } #EnWpMpOtherLangs { margin-left: 50%; } #EnWpMainPageNoCSS { display: none; } #info-naskah { border: solid 1px #ccccff; background: #efefff; font-style: italic; padding: 5px; margin-bottom: 10px; } /*</nowiki></pre>*/ /* -------------------------------------------------------------------- */ /* Class "tabelcantik" digunakan dengan Stripe di Monobook.js */ /* -------------------------------------------------------------------- */ table.tabelcantik { margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; border-collapse: collapse; } table.tabelcantik th, table.tabelcantik td { border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; } table.tabelcantik th { background: #e8e8e8; text-align: center; } table.tabelcantik caption { margin-left: inherit; margin-right: inherit; } tbody tr.even td { background: #eee; } tbody tr.odd td { background: #f9f9f9; } /* -------------------------------------------------------------------- */ /* Tabelcantikcyan */ /* -------------------------------------------------------------------- */ table.tabelcantikcyan { margin: 1em 1em 1em 0; background: LightCyan border: 1px Turquoise solid; border-collapse: collapse; } table.tabelcantikcyan th, table.tabelcantikcyan td { border: 1px Turquoise solid; padding: 0.2em; } table.tabelcantikcyan th { background: #e8e8e8; text-align: center; } table.tabelcantikcyan caption { margin-left: inherit; margin-right: inherit; } tbody tr.evencyan td { background: PaleTurquoise } tbody tr.oddcyan td { background: LightCyan } /* -------------------------------------------------------------------- */ /* Tabelcantikmerah */ /* -------------------------------------------------------------------- */ table.tabelcantikmerah { margin: 1em 1em 1em 0; background: Seashell border: 1px LightSalmon; border-collapse: collapse; } table.tabelcantikmerah th, table.tabelcantikmerah td { border: 1px LightSalmon solid; padding: 0.2em; } table.tabelcantikmerah th { background: #e8e8e8; text-align: center; } table.tabelcantikmerah caption { margin-left: inherit; margin-right: inherit; } tbody tr.evenmerah td { background: MistyRose } tbody tr.oddmerah td { background: Seashell } /* -------------------------------------------------------------------- */ /* End of tabelcantik */ /* -------------------------------------------------------------------- */ Kategori:Artikel yang perlu dirapikan 1496 2233 2006-05-25T13:41:16Z IvanLanin 30 ~kat [[Kategori:Pemeliharaan Wikisource]] Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 1498 2522 2006-05-28T17:34:50Z Borgx 2 ~kat {{Kotak Produk hukum |jenis=Undang-undang |nomor = 3 |tahun = 2002 |tentang = Pertahanan Negara |tanggal = 8 Januari |sumber = }} Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : :a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; :b. bahwa pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang merupakan usaha untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan negara guna mencapai tujuan nasional, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial; :c. bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara sebagai pencerminan kehidupan kebangsaan yang menjamin hak-hak warga negara untuk hidup setara, adil, aman, damai, dan sejahtera; :d. bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan dengan membangun, memelihara, mengembangkan, dan menggunakan kekuatan pertahanan negara berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai; :e. bahwa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3368) tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia dan perubahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia yang didorong oleh perkembangan kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat sehingga Undang-Undang tersebut perlu diganti; :f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d, dan e perlu dibentuk Undang-Undang tentang Pertahanan Negara; Mengingat : :1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945; :2. Ketetapan MPR-RI Nomor: VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Ketetapan MPR-RI Nomor: VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia; Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERTAHANAN NEGARA. == BAB I KETENTUAN UMUM == === Pasal 1 === Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: :1. Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. :2. Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. :3. Penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk melaksanakan kebijakan pertahanan negara. :4. Pengelolaan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pertahanan negara. :5. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan. :6. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. :7. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. :8. Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan. :9. Sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara. :10. Sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan dayagunanya untuk kepentingan pertahanan negara. :11. Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budi daya manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan negara dalam rangka mendukung kepentingan nasional. :12. Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia. :13. Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. :14. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertahanan. :15. Panglima adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia. :16. Kepala Staf Angkatan adalah Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, dan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. == BAB II HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI == === Pasal 2 === Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. === Pasal 3 === :(1) Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai. :(2) Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. === Pasal 4 === Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. === Pasal 5 === Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan. == BAB III PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA == === Pasal 6 === Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. === Pasal 7 === :(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara. :(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. :(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. === Pasal 8 === :(1) Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama. :(2) Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumberdaya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. :(3) Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan undang-undang. === Pasal 9 === :(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. :(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: ::a. pendidikan kewarganegaraan; ::b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; ::c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; ::d. pengabdian sesuai dengan profesi. :(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang. === Pasal 10 === :(1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. :(2) Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. :(3) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk: ::a. Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah; ::b. Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa; ::c. Menjalankan Operasi Militer Selain Perang; ::d. Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. === Pasal 11 === Susunan organisasi, tugas dan fungsi Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara diatur dengan undang-undang. == BAB IV PENGELOLAAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA == === Pasal 12 === Pengelolaan sistem pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional dan mendukung kebijakan nasional di bidang pertahanan. === Pasal 13 === :(1) Presiden berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pertahanan negara. :(2) Dalam pengelolaan sistem pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Presiden menetapkan kebijakan umum pertahanan negara yang menjadi acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara. === Pasal 14 === :(1) Presiden berwenang dan bertanggung jawab atas pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia. :(2) Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. :(3) Dalam keadaan memaksa untuk menghadapi ancaman bersenjata, Presiden dapat langsung mengerahkan kekuatan Tentara Nasional Indonesia. :(4) Pengerahan langsung kekuatan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Presiden dalam waktu paling lambat 2 X 24 (dua kali dua puluh empat) jam harus mengajukan persetujuan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. :(5) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui pengerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Presiden menghentikan pengerahan operasi militer. === Pasal 15 === :(1) Dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Presiden dibantu oleh Dewan Pertahanan Nasional. :(2) Dewan Pertahanan Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berfungsi sebagai penasihat Presiden dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara. :(3) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, Dewan Pertahanan Nasional mempunyai tugas: ::a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara agar departemen pemerintah, lembaga pemerintah nondepartemen, dan masyarakat beserta Tentara Nasional Indonesia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan pertahanan negara. ::b. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen pertahanan negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi. ::c. Menelaah dan menilai resiko dari kebijakan yang akan ditetapkan. :(4) Dewan Pertahanan Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh Presiden dengan keanggotaan terdiri atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan kewajiban yang sama. :(5) Anggota tetap, terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Panglima. :(6) Anggota tidak tetap, terdiri atas pejabat pemerintah dan nonpemerintah yang dianggap perlu sesuai dengan masalah yang dihadapi. :(7) Anggota tidak tetap dari unsur pemerintah diusulkan dan diangkat oleh Presiden, sedangkan dari unsur nonpemerintah diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan diangkat oleh Presiden. :(8) Susunan organisasi dan tata kerja Dewan Pertahanan Nasional, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. === Pasal 16 === :(1) Menteri memimpin Departemen Pertahanan. :(2) Menteri membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan umum pertahanan negara. :(3) Menteri menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden. :(4) Menteri menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan kerja sama bilateral, regional, dan internasional di bidangnya. :(5) Menteri merumuskan kebijakan umum penggunaan kekuatan Tentara Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lainnya. :(6) Menteri menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh Tentara Nasional Indonesia dan komponen kekuatan pertahanan lainnya. :(7) Menteri bekerjasama dengan pimpinan departemen dan instansi pemerintah lainnya serta menyusun dan melaksanakan perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan. === Pasal 17 === :(1) Presiden mengangkat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. :(2) Pengangkatan Panglima, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diangkat dari perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan. :(3) Presiden mengangkat dan memberhentikan Kepala Staf Angkatan atas usul Panglima. :(4) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Panglima dan Kepala Staf Angkatan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. === Pasal 18 === :(1) Panglima memimpin Tentara Nasional Indonesia. :(2) Panglima menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional. :(3) Panglima berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang. :(4) Panglima bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan bekerja sama dengan Menteri dalam pemenuhan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia. === Pasal 19 === Dalam menghadapi bentuk dan sifat ancaman nonmiliter di luar wewenang instansi pertahanan, penanggulangannya dikoordinasikan oleh pimpinan instansi sesuai bidangnya. == BAB V PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN == === Pasal 20 === :(1) Pembinaan kemampuan pertahanan negara ditujukan untuk terselenggaranya sebuah sistem pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. :(2) Segala sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam dan buatan, nilai-nilai, teknologi, dan dana dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. :(3) Pembangunan di daerah harus memperhatikan pembinaan kemampuan pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 21 === Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, keragaman, dan produktivitas lingkungan hidup. === Pasal 22 === :(1) Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan pertahanan dengan memperhatikan hak masyarakat dan peraturan perundang-undangan. :(2) Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer yang strategis dan permanen ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 23 === :(1) Dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan negara, pemerintah melakukan penelitian dan pengembangan industri dan teknologi di bidang pertahanan. :(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri mendorong dan memajukan pertumbuhan industri pertahanan. == BAB VI PENGAWASAN == === Pasal 24 === :(1) Dewan Perwakilan Rakyat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum pertahanan negara :(2) Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta keterangan tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pertahanan negara == BAB VII PEMBIAYAAN == === Pasal 25 === :(1) Pertahanan negara dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. :(2) Pembiayaan pertahanan negara ditujukan untuk membangun, memelihara, mengembangkan, dan menggunakan Tentara Nasional Indonesia serta komponen pertahanan lainnya. == BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN == === Pasal 26 === Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan pelaksanaan tentang pertahanan negara yang sudah ada dinyatakan tetap berlaku selama peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini belum dikeluarkan dan sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini. === Pasal 27 === Organisasi atau badan yang merupakan unsur penyelenggaraan pertahanan negara yang sudah ada tetap berlaku sampai dengan diubah atau diganti dengan organisasi atau badan baru berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini. == BAB IX KETENTUAN PENUTUP == === Pasal 28 === Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, maka Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3368), dinyatakan tidak berlaku. === Pasal 29 === Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta 8 Januari 2002 pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 8 Januari 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAMBANG KESOWO [[Kategori:Undang-undang]] Produk hukum Indonesia lainnya 1499 2656 2006-06-25T04:03:50Z Sentausa 33 Pedoman Umum EYD (akan dibuat) {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Produk hukum]] |next = |shortcut = |notes = }} * [[Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia]] * [[Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 75 Tahun 2005]] * [[Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan]] Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia 1500 2570 2006-05-28T18:48:40Z Borgx 2 +tpl, kat {{process header |title = |section = |previous = [[Produk hukum Indonesia lainnya]] |next = |shortcut = |notes = }} '''<center>PANDUAN PEMBAKUAN ISTILAH</center>''' '''<center>PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2001</center>''' '''<center>TENTANG</center>''' '''<center>PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN APLIKASI KOMPUTER</center>''' '''<center>BERBAHASA INDONESIA</center>''' '''<center>KIAT PEMBAKUAN PERISTILAHAN PERKOMPUTERAN DALAM</center>''' '''<center>BAHASA INDONESIA</center>''' '''DAFTAR ISI''' * Daftar Perubahan * Lembar Pengesahan * Daftar Isi * Landasan Umum * PEDOMAN KHUSUS PEMBENTUKAN ISTILAH KOMPUTER *# Landasan *# Bahasa Sumber *# Tata Cara Penyerapan Istilah Asing * PEDOMAN KHUSUS PEMAKAIAN ISTILAH KOMPUTER *# Kepoliglotan orang Indonesia *# Istilah Resmi dan Istilah Baku *# Pengefektifan Penggunaan Istilah * SENARAI PADANAN ISTILAH '''<center>PANDUAN PEMBAKUAN ISTILAH</center>''' '''<center>PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2001</center>''' '''<center>TENTANG</center>''' '''<center>PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN APLIKASI KOMPUTER</center>''' '''<center>BERBAHASA INDONESIA</center>''' '''<center>KIAT PEMBAKUAN PERISTILAHAN PERKOMPUTERAN DALAM</center>''' '''<center>BAHASA INDONESIA</center>''' '''<center>Landasan Umum</center>''' Penguasaan teknologi komunikasi dan informasi dengan menggunakan kemudahan komputer dan jaringannya di Indonesia masih tersendat-sendat. Terbatasnya kepemilikan komputer, digunakannya komputer hanya sebagai sarana terisolasi, dan kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan komputer oleh adanya keterbatasan penguasaan bahasa merupakan faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab kelambatan tadi. Bahasa Inggris yang dipergunakan dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah melalui Inpres No. 2 Tahun 2001 menginstruksikan penggunaan komputer dengan aplikasi berbahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan upaya pengindonesiasian istilah yang digunakan dalam komputer. Untuk menindaklanjuti dikeluarkannya Inpres tersebut, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 44/M/Kp/IV/2001 dibentuk Tim Pelaksana Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2001 yang, antara lain, bertugas menyediakan perangkat istilah bahasa Indonesia yang berkaitan dengan perkomputeran. Untuk memenuhi tugas tersebut, diputuskan pendekatan secara bertahap. Berpedoman pada panduan UNESCO, pada tahap awal dipersiapkan sekitar 700 istilah yang paling banyak dipakai dalam mengoperasikan dan membicarakan segala sesuatunya tentang komputer untuk keperluan sehari-hari. Tahap ini lebih ditujukan kepada pengguna umum (pemula) yang merupakan kelompok kaum terpelajar yang setara dengan sekolah menengah umum. Selanjutnya, akan dipersiapkan sekitar 4.000 istilah yang diperlukan untuk mendalami komputer sebagai suatu disiplin keilmuan pada tingkat pendidikan strata satu berdasarkan suatu klasifikasi perkomputeran. Kiat Pembakuan Peristilahan Perkomputeran Bahasa Indonesia yang berisi Panduan Praktis Pembentukan Istilah Komputer, Panduan Khusus Penggunaan Istilah Komputer dan Senarai Istilah Komputer Bahasa Indonesia ini merupakan salah satu sarana yang dikeluarkan oleh Tim Pelaksana Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2001 untuk digunakan, baik oleh para pengguna maupun pengembang pihak komputer. Diharapkan bahwa sarana ini akan membantu upaya nasional dalam (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia Indonesia melalui penggunaan teknologi komputer dan (2) meningkatkan pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi, sehingga dapat menjadi salah satu pemicu industri perangkat lunak dan perangkat keras komputer. Maksud disusunnya buku Kiat Pembakuan Istilah Perkomputeran dalam Bahasa Indonesia ini adalah untuk memberikan kemudahan, baik bagi para pengguna Indonesia dalam berkomunikasi mengoperasikan perangkat lunak dan perangkat keras komputer, maupun bagi pihak pengembangan dalam merancang dan mendesain aplikasi komputer berbahasa Indonesia. Sementara itu, untuk lebih memantapkan hasil yang dicapai, suatu kamus istilah komputer sedang disiapkan pula. '''<center>PEDOMAN KHUSUS PEMBENTUKAN ISTILAH KOMPUTER</center>''' {|border=0 |- |1.||Landasan |- |&nbsp;||Dalam membentuk istilah komputer Indonesia, kumpulan patokan dan saran dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta pedoman-pedoman khusus istilah terkait lainnya hendaklah digunakan sebagai penuntun utama. Di samping itu, perlu pula dipakai ketentuan berikut yang merupakan pelengkap khusus Pedoman Umum Pembentukan Istilah. |- |2.||Bahasa Sumber |- |&nbsp;||Bahasa sumber pembentukan istilah komputer adalah bahasa Inggris yang dipakai sebagai bahasa dasar pengembangan perkomputeran. Mengingat pentingnya peran komputer dalam teknologi komunikasi dan informasi sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antarbangsa supaya mendapat perhatian khusus dalam membentuk peristilahan komputer Indonesia.<br><br>Untuk itu, penentuan prioritas dalam mempertimbangkan dan menentukan pemilihan istilah yang akan diterima tidak membedakan prioritas alternatif langkah 1 (bahasa Indonesia lazim), langkah 2 (bahasa Indonesia tidak lazim), langkah 3 (bahasa serumpun lazim), langkah 4 (bahasa serumpun tidak lazim), langkah 5 (penerjemahan bahasa asing), langkah 6 (penyerapan dengan/tanpa penyesuaian ejaan/lafal), dan langkah 7 (penerjemahan dan penyerapan). |- |3.||Tata Cara Penyerapan Istilah Asing |- |&nbsp;||Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan beberapa ketentuan sebagai berikut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |1.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang umum. |- |&nbsp;||Contoh: * delete - hapus<br> * exit - keluar<br> * cancel - batal |- |2.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa Indonesia yang tidak lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * scan - pindai<br> * scanner - pemindai<br> * hacker - peretas |- |3.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * batch - tumpak<br> * homepage - laman |- |4.||Istilah asing dipadankan dengan bahasa serumpun yang tidak lazim. |- |&nbsp;||Contoh: * discharge - luah<br> * download - unduh<br> * upload - unggah |- |5.||Istilah asing diserap ke dalam bahasa Indonesia: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |a.||tanpa melalui proses penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * monitor - monitor<br> * internet - internet |- |b.||melalui penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * access - akses<br> * computer - komputer |- |c.||melalui penyesuaian lafal |- |&nbsp;||Contoh: * design - desain<br> * manager - manajer |- |d.||melalui penyesuaian ejaan dan lafal |- |&nbsp;||Contoh: * management - manajemen<br> * architecture - arsitektur |- |e.||melalui penambahan vokal pada akhir kata yang hanya berupa satu suku kata, sekaligus dengan penyesuaian ejaan |- |&nbsp;||Contoh: * fact - fakta<br> * norm - norma<br> * byte - bita |} |} |} '''<center>PEDOMAN KHUSUS PEMAKAIAN ISTILAH KOMPUTER</center>''' {|border=0 |- |1.||Kepoliglotan orang Indonesia |- |&nbsp;||Bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat poliglot. Oleh karena itu, penggunaan istilah yang berasal dari bahasa asing asal 'tampak' seperti bahasa Indonesia tidak akan merupakan masalah.<br><br>Dalam percakapan lisan 'didel' dibenarkan dipakai di samping 'dihapus'. Akan tetapi, untuk bahasa tulis sebaiknya dipakai istilah 'dihapus'. |- |2.||Istilah Resmi dan Istilah Baku |- |&nbsp;||Seranai istilah yang dihasilkan berdasarkan Pedoman Khusus Pembentukan Istilah Komputer ini merupakan istilah resmi, sehingga harus dipakai dalam setiap tulisan dan dokumen resmi. Adapun pemapanan pembakuan dan pemakaiannya ditentukan berdasarkan keberterimaannya oleh masyarakat umum. |- |3.||Pengefektifan Penggunaan Istilah |- |&nbsp;||Senarai Istilah Komputer menyediakan seperangkat kosakata bahasa Indonesia untuk digunakan dalam upaya kebahasaan untuk mengefektifkan penyusunan karya tulis bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan persyaratan pola penyajian yang bersifat tepat, singkat, lugas, dan jelas.<br><br>Sehubungan dengan itu, upaya penggunaan bahasa Indonesia untuk menurunkan perangkat istilah bersistem amat dianjurkan. Dari istilah akses (access) dapat diturunkan pengakses (accessor), terakseskan (accessible), keteraksesan (accessibility), aksesi (accession), dan seterusnya.<br><br>Selanjutnya, nila akan dipadankan ' … new forms of computers will proliferate, including biological computers …' dalam bahasa Indonesia baku, dikatakan ' … bentuk baru komputer akan berprolifrasi, termasuk komputer biologis …' bukan '… bentuk-bentuk baru komputer-komputer, termasuk komputer-komputer biologis …'. Bentuk terakhir betul menurut tata bahasa Inggris, tetapi menyalahi tata kaidah kalimat bahasa Indonesia baku. Oleh karena itu, istilah Indonesia yang dibakukan adalah bentuk tunggal. Jadi, ada 'data' sebagai padanan datum yang dianggap tunggal, dan baru kalau diperlukan, ada bentuk 'data-data' untuk padanan data. Begitu pula hanya ada virus untuk virus, sedangkan bentuk jamak viri dipadankan dengan 'virus-virus ' bukan 'viri'. |} '''<center>SENARAI PADANAN ISTILAH</center>''' <pre> No. Istilah Padanan --------------------------------------------------------------------- 1 abort gugurkan 2 access akses 3 access management manajemen akses 4 access unit unit akses 5 account akun; rekening 6 action button tombol tindak, tombol aksi 7 action setting penataan tindak, penataan aksi 8 active desktop destop aktif 9 add-ins tertambah 10 address alamat 11 address book buku alamat 12 administration administrasi 13 administration domain ranah administrasi 14 advisory system sistem penasihat 15 affirmation penegasan 16 agenda agenda 17 algorithm algoritma 18 alias alias 19 align left rata kiri 20 align right rata kanan 21 alignment perataan 22 alternate silih 23 alternate recipient penerima pilihan 24 animation animasi 25 anonymous remailer penyurat-balik anonim 26 append bubuh 27 application aplikasi 28 apply terapkan 29 apply design desain terapan 30 arrange susun 31 array larik 32 artificial intelligence kecerdasan buatan, intelegensi buatan 33 ascending menanjak, urut naik 34 attribute atribut 35 auto clip art gambar klip otomatis 36 auto-correct pembetulan otomatis, otokoreksi 37 auto-forward maju otomatis 38 auto-replay putar ulang otomatis 39 auto-reply balasan otomatis 40 autofit otofit 41 autoformat format otomatis, otoformat 42 automatic learning pemelajaran otomatis 43 autoshapes bentuk otomatis 44 autosum total otomatis; jumlah otomatis 45 back balik; belakang 46 back slash garis miring kiri 47 back space spasi mundur 48 back up (rekam) cadangan 49 background latar belakang 50 backtracking lacak balik 51 backward chaining perantaian balik 52 band pita 53 bandwidth lebar pita 54 bar batang 55 bar-code kode batang 56 bar-code reader pembaca kode batang 57 bar-code scanner pemindai kode batang 58 base basis 59 batch tumpak 60 best-first search telusur pertama terbaik 61 binary biner 62 bit bit 63 bit map peta bit 64 blackboard model model papan tulis 65 blind copy recipient penerima kopi buntu; penerima salin buntu 66 body bodi; badan 67 body text teks tubuh 68 bold tebal 69 border batas 70 bps bps 71 breadth-first search telusur pertama lebar 72 break putus 73 broadcast mail surat siaran 74 broadcast videography videografi siaran 75 browse ramban; jelajah 76 browsers peramban; penjelajah 77 buffer penyangga 78 bug kutu 79 bullet bulet 80 button tombol 81 byte bita 82 cache memory memori tembolok, memori singgahan 83 cancel batal 84 capacity kapasitas 85 capslock kancing kapital 86 caption takarir 87 card kartu 88 cartridge kartrid, selongsong, patrun 89 cartridge disk disket kartu 90 cascade riam 91 cell sel 92 center tengah 93 central processing unit (CPU) unit pengolah pusat (UPP) 94 change case ubah karakter 95 channel saluran, kanal 96 character aksara; karakter 97 chart bagan 98 chatting rumpi 99 clear bersih; bersihkan 100 click klik 101 client klien 102 close tutup 103 closed file berkas tertutup 104 cluster gugus; rumpun 105 coding pengodean 106 color warna 107 color monitor monitor warna 108 column kolom 109 comments komentar 110 common name nama umum 111 computer komputer 112 computer aided berbantuan komputer 113 computer aided design (CAD) desain berbantuan komputer (DBK) 114 computer aided instruction instruksi berbantuan komputer 115 computer aided manufacturing pemanufakturan berbantuan komputer 116 computer conference konferensi komputer 117 computer memory memori komputer 118 computer network jaringan komputer 119 conclusion part bagian kesimpulan 120 content isi 121 content type tipe isi 122 control(ctrl) kontrol (ktrl), kendali 123 convert ubah 124 copy salinan; kopi 125 copy recipient penerima salinan 126 count cacah 127 country name nama negara 128 crack rengkah 129 cracker perengah 130 create new buat baru 131 cursor kursor 132 custom views tilik pesanan, tilik suai 133 customizes sesuai 134 cut potong 135 cut-off putus 136 daemon jurik 137 data data 138 data analysis display tampilan analisis data 139 data anaysis analisis data 140 data bank bank data 141 data interchange saling tukar data 142 data logging pencatatan data 143 data processing pemrosesan data, pengolahan data 144 data processor pemroses data 145 database pangkalan data, basis data 146 datasheet lembar data 147 date tanggal 148 debug awakutu 149 decimal desimal 150 declarative knowledge pengetahuan deklaratif 151 decoding pengawasandian 152 decrease kurang; susut 153 deduction deduksi 154 deductive inference inferensi deduksi 155 deferred delivery pengiriman tertunda 156 delete hapus 157 delete item butir hapus 158 delivery pengiriman 159 delivery notification pemberitahuan pengiriman 160 depth-first search telusur pertama kedalaman 161 descending menurun, urut turun 162 design desain; rancangan 163 desk application aplikasi meja 164 digit digit 165 digital digital 166 digital computer komputer digital 167 direct submission submisi langsung 168 direct user pengguna langsung 169 directory direktori 170 directory information informasi direktori 171 directory management manajemen direktori 172 directory name nama direktori 173 directory system sistem direktori 174 directory system agent agen sistem direktori 175 directory user pengguna direktori 176 directory user agent agen pengguna direktori 177 disc disket; cakram; diska 178 disclosure of other penyingkapan lain 179 disconnected network drive pemacu jaringan tak-tersambung 180 discuss diskusi 181 disk drive penggerak disket; penggerak cakram 182 disk memory memori disket; memori cakram 183 diskette disket 184 display tayangan 185 display station monitor peraga 186 distribution list senarai distribusi 187 document dokumen 188 document delivery pengiriman dokumen 189 document interchange saling tukar dokumen 190 domain ranah 191 domain knowledge pengetahuan ranah 192 domain model model ranah 193 domain name server server nama ranah; peladen nama ranah 194 down anjlok 195 download unduh 196 drag seret 197 draw gambar; lukis 198 draw table buat tabel 199 drawing penggambaran 200 drive penggerak 201 dummy tiruan 202 edit edit 203 electronic data proccessing pemrosesan data elektronik (PDE) (EDP) 204 electronic archive arsip elektronik 205 electronic data data elektronik 206 electronic document dokumen elektronik 207 electronic mail surat elektronik 208 electronic mailbox kotak surat elektronik 209 electronic messaging pemesanan elektronik 210 emoticon ikon emosi 211 encoded information informasi tersandi 212 encoding penyandian 213 encryption enkripsi 214 end selesai; tamat 215 enter enter 216 entry entri 217 envelope amplop 218 episode episode 219 erase hapus 220 eraser penghapus 221 error galat 222 esc(ape) hindar; keluar balik 223 evaluation function fungsi evaluasi 224 exit keluar 225 expert system (ES) sistem pakar (SP) 226 expiration date tanggal ekspirasi 227 expiry date indication indikasi tanggal kedaluwarsa 228 explorer penjelajah 229 export ekspor 230 facsimile faksimile 231 facsimile machine mesin faksimile 232 fax faks 233 fax board papan faks 234 fax machine mesin faks 235 fax modem modem faks 236 feedback balikan; umpan balik 237 fetch jemput; ambil 238 field ruas 239 field length panjang ruas 240 file berkas 241 file name nama berkas 242 filing pemberkasan 243 fill isi 244 fill character isi karakter 245 filter tapis; filter 246 filtering penapisan 247 find cari; temukan 248 firmware peranti tegar, perangkat tegar 249 floppy disk disket liuk; cakram liuk 250 folder pelipat 251 font huruf; fonta 252 font size ukuran huruf 253 footer kaki halaman 254 foreground latar depan 255 format format 256 format painter pewarna format 257 formula formula, rumus 258 forward depan 259 forward chaining perantaian maju 260 frame bingkai 261 front-end ujung depan 262 full screen layar penuh 263 gateway gerbang 264 general umum 265 generate bangkitkan 266 get dapatkan 267 gigabyte gigabita 268 go to menuju 269 gridlines garis kisi 270 hack retas 271 hacker peretas 272 hang macet 273 hanging indent inden macet 274 hard disk cakram keras 275 hardware perangkat keras 276 header tajuk 277 heading penajukan 278 help bantuan 279 heuristic search telusur heuristik 280 hide tersembunyi 281 highlight sorot 282 history sejarah 283 home pangkal 284 home base basis pangkal 285 horizontal horizontal 286 hub hub 287 hyperlink hipertaut 288 identity (ID) identitas (ID); tanda kenal 289 If-then rule kaidah jika-maka 290 If-then statement pernyataan jika-maka 291 image interpretation inteprestasi citra 292 image understanding pemahaman citra 293 image recognition rekognisi citra 294 import masuk; impor 295 in-basket masuk keranjang 296 inbox kotak masuk 297 indent inden 298 index indeks 299 inference engine mesin inferensi 300 informatics informatika 301 information informasi 302 information object objek informasi 303 information system sistem informasi 304 information technology (IT) teknologi informasi (TI) 305 input masukan 306 input data data masukan 307 input/output (I/O) masukan/keluaran (M/K) 308 insert sisip, sisipan 309 install instal 310 instruction pembelajaran, instruksi 311 integrated software perangkat keras terpadu 312 interactive videography videografi interaktif 313 interface antarmuka 314 intranet intranet 315 IP (identification personal) alamat PI (personal address identifikasi) 316 italic italik; miring 317 joining penggabungan 318 key kunci; tombol 319 key field medan kunci; medan tombol 320 key lock terkunci 321 keyboard papan ketik; papan tombol 322 keyboard entry entri papan ketik; entri papan tombol 323 keyboard printer pencetak papan ketik 324 keypad bantalan kunci 325 keyword kata kunci; kata sandi 326 kilobyte kilobita 327 knowledge acquisition persyaratan pengetahuan 328 knowledge base basis pengetahuan 329 knowledge engineer insinyur pengetahuan 330 knowledge engineering rekayasa pengetahuan 331 label label 332 landscape lanskap 333 launch luncur 334 launching peluncuran 335 leased line jalur sewaan 336 left kiri 337 legal pleadings pembelaan legal 338 letters and fax surat dan faks 339 line garis; jalur 340 links taut 341 list senarai 342 load muat 343 lock kancing 344 log in log masuk 345 log off log keluar 346 log on log masuk 347 log out log keluar 348 lower case sosok (huruf) bawah 349 macro makro 350 macro instructions instruksi makro 351 macroprocessor makroprosesor; pemroses makro 352 magnetic disc storage penyimpan disket magnetik 353 mail surat 354 mail broadcaster penyiar surat 355 mailbox kotak surat 356 mainframe bingkai induk; kerangka induk 357 management domain ranah manajemen 358 map network drive pemacu jaringan peta 359 master data data utama; data induk 360 master file berkas induk 361 means-end analysis analisis rerata-akhir 362 media player penggelar media 363 megabyte megabita 364 memo memo 365 memory memori 366 memory cache memori tembolok 367 memory capacity kapasitas memori 368 menu menu 369 merge gabung 370 message pesan 371 message handling penanganan pesan 372 message retrieval temu kembali pesan 373 message storage penyimpanan pesan 374 message transfer transfer pesan 375 message transfer agent agen transfer pesan 376 microcomputer mikrokomputer; komputer mikro 377 microprocessor mikroprosesor; prosesor mikro 378 minicomputer minikomputer 379 missing penghilangan 380 modem modem 381 moderated conference konferensi terpadu 382 monitor monitor 383 monitor display tampilan monitor 384 motherboard papan induk 385 mouse tetikus 386 movie film 387 multi-tasking penugasan ganda 388 multimedia multimedia 389 multiple of firing ganda penyalaan 390 name resolution resolusi nama 391 naming authority otoritas penamaan 392 natural language bahasa alami 393 network jaringan 394 networking jejaring 395 new mail surat baru 396 nondelivery takterkirim 397 numbering penomoran 398 numlock kancing angka 399 O/R address alamat O/R 400 object objek 401 off padam 402 office automation otomasi kantor 403 offline terputus 404 ok oke 405 on hidup, on 406 on line terhubung; tersambung 407 open buka 408 operating system (OS) sistem operasi (SO) 409 operator operator 410 optical disk disket optik 411 option opsi; pilihan 412 originator originator 413 originator/recipient originator/penerima 414 other documents dokumen lain 415 out-basket keranjang luar 416 outline kerangka, ragangan 417 output keluaran 418 pack and go kemas dan jalankan 419 page default standar halaman 420 page down (PgDn) turun halaman 421 page number nomor halaman 422 page preview pratilik halaman 423 page set up tata halaman 424 page up (PgUp) naik halaman 425 page width lebar halaman 426 paragraph paragraf 427 password sandi lewat 428 paste pasta, rekat 429 paste special spesial pasta 430 pause jeda 431 percent style gaya persentase 432 physical delivery pengiriman fisik 433 physical delivery access akses pengiriman fisik 434 picture gambar 435 pixel piksel 436 port pangkalan 437 portrait potret 438 power daya 439 preview pratilik 440 preview not available pratilik taktersedia 441 primary storage penyimpan utama 442 print cetak 443 print area wilayah cetak 444 print out cetakan 445 print preview pratilik cetak 446 print screen cetak layar 447 printer pencetak 448 private domain name nama ranah pribadi 449 private management manajemen pribadi 450 probe kuar 451 process proses 452 processor pemroses; prosesor 453 program program 454 programmer pemrogram, programer 455 programmer analyst analis pemrogram; analis programer 456 programming pemrograman 457 programming language bahasa pemrograman 458 prompt siap ketik 459 proof of delivery service kedap layanan pengiriman 460 properties properti 461 protect proteksi; perlindungan 462 protocol protokol 463 publications publikasi 464 query permintaan, kueri 465 quit keluar 466 random access akses acak 467 random access memory (RAM) memori akses acak 468 read only memory (ROM) memori baca-saja 469 reader pembaca 470 ready siap 471 receipt menerima 472 received diterima 473 recipient penerima 474 record utas; rekam 475 redo jadi lagi 476 redundancy kelewahan; redundansi 477 refresh segar 478 release luncuran; terbitan 479 remove hapus 480 rename ganti judul, nama ulang 481 repeat ulang 482 replace ganti 483 replication replikasi 484 reply jawab 485 reply all jawab semua 486 reports laporan 487 reset tata ulang 488 resource sumber daya 489 restart start ulang 490 restore simpan ulang 491 resume teruskan lagi 492 retrieval temu kembali 493 retry coba lagi 494 return kembali 495 rewrite tulis ulang 496 right kanan 497 row baris 498 ruler mistar 499 run jalankan 500 save simpan 501 save as simpan sebagai 502 save as HTML (hyper markup simpan sebagai bahasa markah language) hiper teks (BMHT) 503 scan pindai 504 scanner pemindai 505 screen layar 506 scroll menggulung 507 scroll lock kunci gulung 508 search telusur 509 secondary recipient penerima sekunder 510 sector sektor 511 secure access akses aman 512 security keamanan 513 segment segmen 514 select pilih 515 select all pilih semua 516 send kirim 517 send to kirim kepada 518 sent item surat/butir terkirim 519 series seri 520 server peladen; server 521 set up show tata tampilan 522 setting penataan 523 setup tata 524 shading pembayangan 525 share workbook buku kerja bersama 526 shareable directory direktori terbagi 527 sheet lembar 528 shift alih 529 shut down tutup padam 530 signature tanda tangan 531 slash garis miring 532 sleep pudar 533 slide salindia 534 slide colour scheme skema warna salindia 535 slide from files salindia dari berkas 536 slide from outlines salindia dari ragangan 537 slide layout tata letak salindia 538 slide miniature miniatur salindia 539 slide number nomor salindia 540 slide show tampil salindia 541 slide sorter penyortir salindia; pemilah salindia 542 slot slot 543 software perangkat lunak 544 sort sortir; pilah 545 sound suara 546 source sumber 547 space spasi 548 spacebar batang spasi 549 speaker noter pencatat pembicara 550 spelling ejaan 551 split belah 552 splitting pembelahan 553 spread sheet lembar sebar 554 standby siaga 555 start mulai; star 556 start up hidupkan 557 status bar batang status 558 stop stop 559 stored message alert siaga pesan tersimpan 560 style gaya 561 style checker pemeriksa gaya 562 subdirectory subdirektori 563 subject subjek 564 submission submisi 565 subscriber penika bawah 566 subscript tika bawah 567 subtotals subtotal 568 superscript tika atas 569 symbol simbol 570 synchronize menyelaraskan; selaras 571 tab tab 572 table tabel 573 tape pita 574 taskbar batang tugas 575 teleconferencing telekonferensi 576 telecopy telekopi 577 telefax telefaks 578 teletext teleteks 579 telex teleks 580 template templat 581 terminal terminal 582 text (voice, image, video) teks (suara, citra, video) 583 text box kotak teks 584 theme tema 585 thread ulir 586 throughput terobosan 587 tile ubinan 588 time waktu 589 to fax ke faks 590 toolbars batang alat; batang perkakas 591 tools alat; perkakas 592 top-level domain name nama ranah aras puncak 593 trace runut 594 tracing facility fasilitas perunutan 595 track lintas, jalur 596 transfer transfer 597 transmission transmisi 598 transmittal event peristiwa transmital 599 underline garis bawah 600 undo tak jadi 601 unhide tak tersembunyi 602 up ungguh 603 up level naik aras 604 update mutakhir 605 upload unggah 606 upper case sosok (huruf) atas 607 user pengguna 608 user agent agen pengguna 609 user friendly akrab pengguna 610 user group kelompok pengguna 611 user interface antarmuka pengguna 612 utilities kegunaan 613 version versi 614 vertical vertikal 615 video conferencing konferensi video 616 videotext teks video 617 view tilik 618 viewdata data tilik 619 viewing screen layar penilikan 620 voice mail surat suara 621 wake up bangun 622 web pages halaman web 623 whole page halaman utuh 624 window jendela 625 wizard cekatan 626 word kata 627 work load beban kerja 628 work station anjungan kerja 629 zoom zum </pre> [[Kategori:Produk hukum lain]] Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 1501 1748 2005-12-17T23:44:33Z Borgx 2 +rapikan <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- {{rapikan}} <center>UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA<br> NOMOR 31 REPUBLIK INDONESIA<br> TENTANG<br> PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI<br> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> Menimbang: :a. bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; :b. bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi; :c. bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan labih efektif dalam mencegah dan momberantas tindak pidana korupsi;<br> :d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a. b, dan c perlu dibentuk Undang-undang.yang baru tentang Pomberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mengingat: # Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;<br> # Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/ 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. <center>Dengan persetujuan<br> DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA<br> M e m u t u s k a n :</center> Menetapkan: :UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. ::BAB I<br> ::KETENTUAN UMUM<br> :Pasal 1 Dalam Undang-undang Ini yang dimaksud dengan:<br> # Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. # Pegawai Negeri adalah meliputi: ##pegawai negeri sebagaimana undang-undang tentang Kepegawaian;<br> ##pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana; ##orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; ##orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau ##orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. # Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BAB II<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; TINDAK PIDANA KORUPSI<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 2<br> <br> (1)&nbsp; Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; negara atau perekonornian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).<br> (2)&nbsp; Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 3<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain <br> atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada<br> padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan kouangan negara atau <br> perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana <br> penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 dua puluh) tahun dan atau<br> denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak<br> Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 4<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak <br> menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2<br> dan Pasal 3.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 5<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal <br> 209 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling <br> singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (rima) tahun dan atau denda paling <br> Sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp <br> 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 6<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 210 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjarm paling <br> singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling <br> sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus km puiuh jute ruplah) dan paling banyak <br> Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima pulufl juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 7<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap oranq yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 387 atau Pasal 388 Kitab Undang-undanq Hukum Pidana, dipidana dengan pidana <br> penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau<br> denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak<br> Rp 350.000.000,00 (tige ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 8<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 415 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling <br> singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling <br> sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak<br> Rp 750.000.000,00 -(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 9<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 416 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling <br> singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit <br> Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 <br> (dua ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 10<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagalmana dimaksud dalam Pasal<br> 417 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling <br> singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit<br> Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 <br> (tiga ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 11<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 418 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dipidana dengan pidana penjara paling <br> singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (Nma) tahun dan atau denda paling <br> sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak <br> Rp 250.000.000.00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 12<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal<br> 419. Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum<br> Pidana dipidana (3) dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara <br> Paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda <br> paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak <br> Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 13<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan <br> mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, <br> atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan<br> tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda<br> paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 14<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas <br> menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai<br> tindak pidana korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 15<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang melakukan percobaan pembantuan atau permufakatan jahat<br> untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama <br> sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 16<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang di dalam wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan <br> bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana <br> korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi<br> sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal (7)<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 17<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 3<br> Pasal 5 sampai dengan pasal 14 terdakwa dapat dijatuhi tambahan sebagaimana<br> dimaksud dalam.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 18.<br> <br> (1)&nbsp; Selain pidana tambahan dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebagai pidana tambahan adalah :<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud barang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tidak bergerak yang digunakan untuk yang diperoleh dari tindak pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korupsi dilakukan, begitu pun harga dari barang yang menggantikan barang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tersebut;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya dengan harta<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; C. penutupan usaha atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tahun;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pemerintah kepada terpidana;<br> (2)&nbsp; Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.<br> (3)&nbsp; Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b , maka<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; karenanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 19<br> <br> (1)&nbsp; Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan kepunyaan terdakwa<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dirugikan.<br> (2)&nbsp; Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; juga barang pihak ke yang mempunyai itikad baik maka pihak ketiga tersebut <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dapat mengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan dalam <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; waktu paling lambat 2 (dun) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sidang terbuka untuk umum.<br> (3)&nbsp; Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; menangguhkan atau merighentikan pelaksanaan putusan pengadilan.<br> (4)&nbsp; Dalam kaadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keterangan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penuntut umum dan pihak yang berkepentingan.<br> (5)&nbsp; Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dapat dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung oleh pemohon atau penuntut umum.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 20<br> <br> (1)&nbsp; Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korporasi dan atau pengurusnya.<br> (2)&nbsp; Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tersebut dilakukan oieh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; baik sendiri maupun bersama-sama.<br> (3)&nbsp; Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi maka korporasi terus<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diwakili oleh pengurus.<br> (4)&nbsp; Penqurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diwakili oleh orang lain<br> (5)&nbsp; Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sidang pengadilan.<br> (6)&nbsp; Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan ke pengurus di<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor.<br> (7)&nbsp; Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; TINDAK PIDANA BAB III<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; LAIN YANG BERKAITAN<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 21<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan <br> secara Langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan <br> disidang terdakwa maupun para saksi dalam perkara korupsi dipidana dengan pidana<br> penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan <br> atau denda paling sedikit Rp 150.000.000.00 (seratus lima puluh juta rupiah)<br> dan paling banyak Rp 600.000.000.00 (enam ratus juta rupiah).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 22<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, Pasal 29, Pasal 35 atau <br> Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan <br> yang tidak benar, dipidana dengan pidana paling singkat 3 (tiga) tahun dan<br> paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000.00 <br> (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000.00 (enam ratus<br> juta rupiah).<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 23<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud <br> dalam pasal 220, pasal 231, Pasal 421, pasal 442, pasal 429 atau pasal 430 Kitab<br> Undang-undang Hukum Pidana,&nbsp; dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 <br> (satu) Tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling sedikit <br> Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 <br> (Tiga ratus juta rupiah)<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 24<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31<br> dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak<br> Rp 150.000.000,00 (Seratus lima puluh juta rupiah)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BAB IV<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; PENYIDIKAN, PENUNTUTAN,&nbsp; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; DAN PEMERIKSAAN Di SIDANG PENGADILAN <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 25<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang segera menyerahkan salinan<br> berkas berita acara sidang tersebut pengadilan dalam perkara tindak pidana korupsi<br> didahulukan dari perkara lain guna penyelesaian secepatnya.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 26<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap <br> tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, <br> kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 27 <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam hal ditemukan tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya, maka <br> dapat dibentuk tim gabungan di bawah koordinasi Jaksa Agung. <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 28<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan beri keterangan <br> tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta<br> benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau yang diduga <br> mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan tersangka.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 29&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; <br> <br> (1)&nbsp; Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan di sidang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang meminta keterangan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kepada bank tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa.<br> (2)&nbsp; Permintaan keterangan kepada bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diajukan kepada Gubernur Bank Indonesia melakukan tindak pidana korupsi, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; maka keterangan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berlaku.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; <br> (3)&nbsp; Gubernur Bank Indonesia berkewajiban untuk memenuhi permintaan sebagaimana<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; terhitung sejak dokumen permintaan diterima secara lengkap.<br> (4)&nbsp; Penyidik, penuntut umum, atau hakim dapat meminta kepada bank untuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memblokir rekening simpanan milik tersangka atau terdakwa yang diduga hasil<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dari korupsi .<br> (5)&nbsp; Dalam hal hasil pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa tidak diperoleh<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; bukti yang cukup atas permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim, bank<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pada hari itu juga mencabut pernblokiran. <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 30<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui<br> pos, telekomunikasi, atau alat lainnya yang dicurigai mempunyai hubungan dengan<br> perkara tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 31<br> <br> (1)&nbsp; Dalam penyidikan den pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi dan orang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; lain yang bersangkutan dengan tindak pidana korupsi dilarang menyebut nama<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; atau alamat pelapor, atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan dapat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diketahuinya identitas pelapor.<br> (2)&nbsp; Sebelum perneriksaan dilakukan, larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; (1) diberitahukan kepada saksi dan orang lain tersebut.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 32<br> <br> (1)&nbsp; Dalam hal ponyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; untuk mengajukan gugatan.<br> (2)&nbsp; Putusan bebas dalam perkara tindak pidana korupsi tidak menghapuskan hak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; untuk menuntut kerugian terhadap keuangan negara.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 33<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan, <br> sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera<br> menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara <br> Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan <br> perdata terhadap ahli warisnya.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 34<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di <br> sidang pengadilan, sedangkan secara nyata telah, ada kerugian keuangan negara,<br> maka penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara sidang<br> tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang<br> dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 35<br> <br> (1)&nbsp; Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau ahli, kecuali <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung. Istri atau suami, anak, dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; cucu dari terdakwa.<br> (2)&nbsp; Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dapat diperiksa sebagai saksi apabila mereka menghendaki dan disetujui<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; secara tegas oleh terdakwa.<br> (3)&nbsp; Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), mereka dapat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memberikan keterangan sebagai, saksi, tanpa disumpah.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 36<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kewajiban memberikan kesaksian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 <br> berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat <br> atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, kecuali petugas agama yang<br> menurut keyakinannya harus menyimpan rahasia.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 37<br> <br> (1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana korupsi.<br> (2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana korupsi, maka keterangan tersebut dipergunakan sebagai hal yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; menguntungkan baginya.<br> (3) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan.<br> (4) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya, maka <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; keterangan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.<br> (5) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dan ayat (4), penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dakwaannya.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 38<br> <br> (1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak hadir di sidang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan tanpa alasan yang sah maka perkara dapat diperiksa dan diputus <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; tanpa kehadirannya.<br> (2) Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dijatuhkan, maka terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dan surat-surat yang dibacakan dalam sidang sebelumnya dlanggap sebagai<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; diucapkan dalam sidang yang sekarang.<br> (3) Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntut <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; umum pada papan pengumuman pengadilan, kantor Pemerintah Daerah, atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; diberitahukan kepada kuasanya.<br> (4) Terdakwa atau kuasanya dapat mengajukan banding atas putusan sebagaimana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dimaksud dalam ayat (1).<br> (5) Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana korupsi, maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; perampasan barang-barang yang telah disita.<br> (6) Penetapan perampasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; dimohonkan upaya banding.<br> (7) Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatan kepada <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan yang telah menjatuhkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; ayat (5), dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 39<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Jaksa Agung mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelidikan, penyidikan, <br> dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang <br> yang tunduk pada Peradilan Umum dan Peradilan Militer.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 40<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam hal terdapat cukup alasan untuk mengajukan perkara korupsi di <br> lingkungan Peradilan Militer, maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam <br> Pasal 123 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang <br> Peradilan Militer tidak dapat diberlakukan.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BAB V<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; PERAN SERTA MASYARAKAT<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 41<br> <br> (1)&nbsp; Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya pencegahan dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pemberantasan tindak pidana korupsi.<br> (2)&nbsp; Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dalam bentuk :<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; a. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; telah terjadi tindak pidana korupsi;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; C. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; d. hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; puluh) hari;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; e. hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal :<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 1) melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 2) diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 3) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tanggung jawab dalam upaya mencegah dan pemberantasan tindak <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana korupsi;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 4) Hak dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ayat (3) dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berlaku dan dengan menaati norma agama dan norma sosial lainnya;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur lebih lanjut dengan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Peraturan Pemerintah.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 42<br> <br> (1)&nbsp; Pemerintah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang telah <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berjasa membantu upaya pencegahan, pemberantasan, atau pengungkapan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana korupsi.<br> (2)&nbsp; Ketentuan mengenai penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BAB VI<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; KETENTUAN LAIN-LAIN&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 43<br> <br> (1)&nbsp; Dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-undang ini mulai <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berlaku, dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.<br> (2)&nbsp; Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas dan wewenang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakukan penyelidikan,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penyidikan, dan penuntutan sesuai dengan ketentuan peraturan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perundang-undangan yang berlaku.<br> (3)&nbsp; Keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.<br> (4)&nbsp; Ketentuan mengenai pembentukan, susunan organisasi, tata kerja, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pertanggungjawaban, tugas dan wewenang, serta keanggotaan Komisi <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebagaimana dmaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dengan Undang-undang.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BAB VII<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; KETENTUAN PENUTUP<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 44<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor<br> 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara <br> Tahun 1971 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2958), dinyatakan tidak<br> berlaku.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 45<br> <br> Undang-undang Ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.<br> <br> Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang <br> ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.<br> <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Disahkan di Jakarta<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pada tanggal 16 Agustus 1999<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ttd.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE<br> <br> <br> &nbsp;&nbsp; Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 16 Agustus 1999<br> MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; REPUBLIK INDONESIA,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ttd.<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; M U L A D I<br> <br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 140 </font> </p> <hr> <p align="center"><basefont size =3 color=#000000 face="courier new"> <font face="Arial" size="2"><br> PENJELASAN<br> ATAS<br> UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA<br> NOMOR 31 TAHUN 1999<br> TENTANG<br> PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI </font> </p> <p><basefont size =3 color=#000000 face="courier new"> <font face="Arial" size="2"> <br> 1.&nbsp; U M U M<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp; Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya <br> dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera, dan <br> tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan<br> masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera tersebut, perlu secara <br> terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan tindak <br> pidana pada umumnya serta tindak pidana korupsi pada khususnya.<br> Di tengah upaya pembangunan nasional di berbagai bidang, aspirasi masyarakat<br> untuk memberantas korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya semakin meningkat, <br> karena dalam kenyataan adanya perbuatan korupsi telah menimbulkan kerugian<br> negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya <br> krisis di berbagai bidang. Untuk itu, upaya pencegahan dan pemberantasan <br> korupsi perlu semakin ditingkatkan dan diintensifkan dengan tetap <br> menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat.<br> Undang-undang ini dimaksudkan untuk menggantikan Undang-undang No. 3 Tahun <br> 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diharapkan mampu <br> memenuhi dan mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dalam<br> rangka mencegah dan memberantas secara lebih efektif setiap bentuk tindak <br> pidana korupsi yang sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian <br> negara pada khususnya serta masyarakat pada umumnya.<br> Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk <br> apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya <br> segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul <br> karena: <br> (a)&nbsp; berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;<br> (b)&nbsp; berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara. <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Sedangkan yang dimaksud dengan Perekonomian Negara adalah kehidupan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pada kebijakan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kepada seluruh kehidupan rakyat.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Agar dapat menjangkau berbagai modus operandi penyimpangan keuangan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; negara atau perekonomian negara yang semakin canggih dan rumit, maka<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana yang diatur dalam Undang-undang ini dirumuskan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-perbuatan memperkaya diri <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara &quot;melawan hukum&quot; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dalam pengertian formil dan materiil. Dengan perumusan tsb, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat pula <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menurut perasaan keadilan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; masyarakat harus dituntut dan dipidana.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam Undang-undang ini, tindak pidana korupsi dirumuskan secara <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tegas sebagai tindak pidana formil. Hal ini sangat penting uantuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pembuktian. Dengan rumusan secara formil yang dianut dalam <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Undang-undang ini, meskipun hasil korupsi telah dikembalikan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kepada negara, pelaku tindak pidana korupsi tetap diajukan ke <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengadilan dan tetap dipidana.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Perkembangan baru yang diatur dalam Undang-undang ini adalah <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korporasi Sebagai subyek tindak pidana korupsi yang dapat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dikenakan sanksi. Hal ini tidak diatur dalam Undang-undang No. 3<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Tahun 1971.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untuk mencegah <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dan memberantas tindak pidana korupsi, Undang-undang ini memuat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ketentuan pidana yang berbeda dengan Undang-undang sebelumnya, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yaitu menentukan ancaman pidana minimum khusus, pidana denda yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; lebih tinggi, dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana. Selain itu, Undang-undang ini memuat juga pidana penjara<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; bagi pelaku tindak pidana korupsi yang tidak dapat membayar pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tambahan berupa uang pengganti kerugian negara.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Undang-undang ini juga memperluas pengertian Pegawai Negeri, yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; a.l. adalah orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang mempergunakan modal atau fasilitas dari Negara atau masyarakat.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan fasilitas adalah perlakuan istimewa yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya bunga pinjaman yang tidak<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; wajar, harga yang tidak wajar, pemberian izin yang eksklusif, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; termasuk keringanan bea masuk atau pajak yang bertentangan dengan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Hal baru lainnya adalah dalam hal terjadi tindak pidana korupsi yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sulit pembuktiannya, maka dibentuk tim gabungan yang dikoordinasikan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; oleh Jaksa Agung, sedangkan proses penyidikan dan penuntutan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Hal ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan efisiensi waktu <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penanganan tindak pidana korupsi dan sekaligus perlindungan hak<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; asasi manusia dari tersangka atau terdakwa.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Untuk memperlancar proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana korupsi, Undang-undang ini mengatur kewenangan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penyidik, penuntut umum, atau hakim sesuai dengan tingkat penanganan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perkara untuk dapat langsung meminta keterangan tentang keadaan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; keuangan tersangka atau terdakwa kepada bank dengan mengajukan hal <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tersebut kepada Gubernur Bank Indonesia.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Di samping itu, Undang-undang ini juga menerapkan pembuktian terbalik<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang bersifat terbatas atau berimbang, yakni terdakwa mempunyai hak<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara ybs., dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penuntut umum tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Undang-undang ini juga memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; masyarakat berperan serta untuk membantu upaya pencegahan dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pemberantasan tindak pidana korupsi, dan terhadap anggota masyarakat<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang berperan serta tsb diberikan perlindungan hukurn dan penghargaan.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Selain memberikan peran serta masyarakat tsb, Undang-undang ini juga <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; mengamanatkan pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang akan diatur dalam Undang-undang tersendiri dalam jangka waktu<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan. <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Keanggotaan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; unsur Pemerintah dan unsur masyarakat.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Berdasarkan pertimbangan tsb di atas, Undang-undang Nomor 3 Tahun <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi perlu diganti <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dengan Undang-undang ini.<br> <br> II. PASAL DEMI PASAL<br> <br> Pasal 1<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 2<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;secara melawan hukum&quot; dalam Pasal ini mencakup <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yakni meskipun perbuatan tsb tidak diatur dalam peraturan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perundang-undangan. <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Namun apabila perbuatan tsb dianggap tercela karena tidak sesuai<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Maka perbuatan tsb dapat dipidana. Dalam ketentuan ini, kata &quot;dapat&quot;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebelum frasa &quot;merugikan keuangan atau perekonomian negara&quot; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur- <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;keadaan tertentu&quot; dalam ketentuan ini <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dimaksudkan sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; apabila tindak pidana tsb dilakukan pada waktu negara dalam keadaan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter.<br> Pasal 3<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kata &quot;dapat&quot; dalam ketentuan ini diartikan sama dengan Penjelasan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 2.<br> Pasal 4<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam hal pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 2 dan Pasal 3 telah memenuhi unsur-unsur pasal dimaksud, maka<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tidak menghapuskan pidana terhadap pelaku tindak pidana tsb.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; hanya merupakan salah satu faktor yang meringankan.<br> Pasal 5 dan Pasal 6<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 7<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Dalam ketentuan ini, frasa &quot;Angkatan Laut atau Angkatan Darat yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dimuat dalam Pasal 388 KUHP harus dibaca &quot;Tentara Nasional Indonesia&quot;.<br> Pasal 8 s/d Pasal 13<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 14<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;ketentuan yang berlaku dalam Undang-undang ini&quot;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; adalah baik hukum pidana materiil maupun hukum pidana formil.<br> Pasal 15<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan ini merupakan aturan khusus karena ancaman pidana pada <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; percobaan dan pembantuan tindak pidana pada umumnya dikurangi 1/3 <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; (satu pertiga) dari ancaman pidananya.<br> Pasal 16<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan ini bertujuan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korupsi yang bersifat transnasional atau lintas batas teritorial <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sehingga segala bentuk transfer keuangan/harta kekayaan hasil tindak<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pidana korupsi antar negara dapat dicegah secara optimal dan efektif.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan&quot;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang berlaku dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br> Pasal 17<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 18<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; huruf a dan huruf b<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; huruf c<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;penutupan seluruh atau sebagian perusahaan&quot; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; adalah pencabutan izin usaha atau penghentian kegiatan untuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sementara waktu sesuai dengan putusan pengadilan.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; huruf d<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2) dan Ayat (3)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 19<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1) dan Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (3)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Apabila keberatan pihak ketiga diterima oleh hakim setelah eksekusi,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; maka negara berkewajiban mengganti kerugian kepada pihak ketiga <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebesar nilai hasil lelang atas barang tsb.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (4) dan Ayat (5)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 20<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;pengurus&quot; adalah organ korporasi yang menjalankan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kepengurusan korporasi ybs. Sesuai dengan anggaran dasar, termasuk <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; mereka yang dalam kenyataannya memiliki kewenangan dan ikut memutuskan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kebijakan korporasi yang dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korupsi.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2) s/d Ayat (7)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 21 s/d Pasal 24<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 25<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Apabila terdapat 2 (dua) atau lebih perkara yang oleh Undang-undang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ditentukan untuk didahulukan maka mengenai penentuan prioritas perkara <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tsb diserahkan pada tiap lembaga yang berwenang di setiap proses <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; peradilan.<br> Pasal 26<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kewenangan penyidik dalam Pasal ini termasuk wewenang untuk melakukan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penyadapan (wiretaping).<br> Pasal 27<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya&quot;,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; a.l tindak pidana korupsi di bidang perbankan perpajakan pasar modal,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; perdagangan dan industri. Komoditi berjangka, atau di bidang moneter<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dan keuangan yang:<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; a. bersifat lintas sektoral;<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; b. dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih atau<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; c. dilakukan oleh tersangkal terdakwa yang berstatus sebagai<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Penyelenggara Negara sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.<br> Pasal 28<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 29<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas penyidikan, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penuntutan pemberantasan tindak pidana korupsi dengan tetap <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memperhatikan koordinasi lintas sektoral dengan Instansi terkait.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2) dan Ayat (3)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (4)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;rekening simpanan&quot; adalah dana yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penyimpanan dana dalam bentuk giro deposito, sertifikat deposito, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; termasuk penitipan (custodian) dan penyimpanan barang atau surat <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; berharga (safe-deposit box).<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Rekening simpanan yang diblokir adalah termasuk bunga deviden,<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; bunga obligasi, atau keuntungan lain yang diperoleh darisimpanan tsb.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (5)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 30<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kewenangan kepada penyidik <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dalam rangka mempercepat proses penyidikan yang pada dasarnya di dalam<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk membuka, memeriksa atau <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; menyita surat harus memperoleh izin teriebih dahuiu dari Ketua <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pengadilan Negeri.<br> Pasal 31<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;pelapor&quot; dalam ketentuan ini adalah orang yang<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memberi informasi kepada penegak hukum mengenai terjadinya suatu <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana korupsi dan bukan pelapor sebagaimana dimaksud dalam <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pasal 1 angka 24 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Pidana.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 32<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;secara nyata telah ada kerugian keuangan negara&quot; <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; adalah kerugian negara yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;putusan bebas&quot; adalah putusan pengadilan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (1) dan ayat (2) <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.<br> Pasal 33<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;ahli waris&quot; dalam Pasal ini adalah sesuai dengan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br> Pasal 34<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 35<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 36<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;petugas agama&quot; dalam Pasal ini adalah hanya<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; petugas Agama Katholik yang dimintakan bantuan kejiwaan, yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dipercayakan untuk menyimpan rahasia.<br> Pasal 37<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan Kitab <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menentukan bahwa jaksa yang wajib<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; membuktikan dilakukannya tindak pidana, bukan terdakwa. Menurut <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; ketentuan ini terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tindak pidana korupsi. Apabila terdakwa dapat membuktikan hal tsb <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; tidak berarti ia tidak terbukti melakukan korupsi, sebab penuntut <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; umum masih tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan pasal ini merupakan pembuktian terbalik yang terbatas, <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; karena jaksa masih tetap wajib membuktikan dakwaannya.<br> Pasal 38<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk menyelamatkan kekayaan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; negara sehingga tanpa kehadiran terdakwa pun, perkara dapat diperiksa<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; dan diputus oleh hakim.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (3)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;Putusan&quot; yang diumumkan atau diberitahukan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; adalah petikan surat putusan pengadilan.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (4)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (5)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan pula untuk menyelamatkan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; kekayaan negara.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (6)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (7) <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk melindungi pihak ketiga<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; yang beritikad baik. Batasan waktu 30 (tiga puluh) hari dimaksudkan<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; untuk menjamin dilaksanakannya eksekusi terhadap barang-barang yang <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; memang berasal dari tindak pidana korupsi.<br> Pasal 39<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Yang dimaksud dengan &quot;mengkoordinasikan&quot; adalah kewenangan Jaksa <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Agung sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; undang No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan.<br> Pasal 40<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> Pasal 41<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ketentuan dalam pasal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Huruf a s/d Huruf d<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Huruf e<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Perlindungan hukum terhadap Pelapor dimaksudkan untuk memberikan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; rasa aman bagi pelapor yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; peraturan perundang-undangan.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (3) s/d Ayat (5)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas.<br> Pasal 42<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (1)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; penghargaan kepada masyarakat yang berjasa dalam tindak pidana <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; korupsi dengan disertai bukti-bukti, diberikan penghargaan baik berupa<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; piagam maupun premi.<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Ayat (2)<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas <br> Pasal 43 s/d Pasal 45<br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Cukup jelas<br> <br> &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3874 Bantuan:Templat 1502 2311 2006-05-25T19:39:14Z IvanLanin 30 prn kat '''Templat''' adalah halaman-halaman yang sudah dibuat dan siap dipakai secara berulang kali. Templat digunakan untuk menghindari mengetik teks-teks tertentu yang sama pada beberapa halaman sehingga dapat menyingkat waktu penyuntingan. Dengan menyunting templat, maka halaman-halaman yang menggunakan templat itu secara otomatis juga berubah isinya sesuai dengan isi dari templat. Templat juga berguna untuk mempercantik isi suatu halaman dan berfungsi juga sebagai navigasi halaman. Templat menggunakan namespace tersendiri di {{SITENAME}}. Pola untuk judul halaman templat adalah <b><nowiki>Templat:Namatemplat</nowiki></b>. ==Bagaimana menggunakan templat?== Petunjuk dalam menggunakan templat: #Pastikan Anda mengetahui nama templat yang ingin Anda gunakan. #Klik '''sunting''' pada bagian atas halaman yang ingin Anda tambahkan templat. #Tambahkan templat dengan mengetik nama templat diapit oleh kurung kurawal buka ganda dan kurung kurawal buka tutup di bagian yang sesuai. Contoh: jika Anda ingin menambahkan templat '''stub''' maka ketikkan <nowiki>'''{{stub}}'''</nowiki>. #Klik '''simpan halaman''' pada bagian bawah halaman untuk menyimpan hasil suntingan. #Teks templat akan muncul di halaman. ==Bagaimana menyunting templat?== Anda harus mengetikkan Templat:Namatemplat di kotak cari dan tekan '''Cari''' atau tekan '''enter''' di ''keyboard'' Anda. Ini akan memunculkan halaman templat tersebut. Selanjutnya klik '''sunting''' pada bagian atas halaman untuk memulai menyunting templat. <u>'''Catatan:'''</u> Ini akan mempengaruhi setiap halaman yang menggunakan templat tersebut. Anda harus memikirkan secara cermat sebelum menyimpan suntingan Anda. ==Lihat pula== * [[:Kategori:Templat]] * [{{SERVER}}{{localurl:Special:Allpages|namespace=10}} Semua templat di {{SITENAME}} ini] [[Kategori:Bantuan|{{PAGENAME}}]] Templat 1503 2652 2006-06-13T17:58:34Z IvanLanin 30 prn2 #REDIRECT [[Bantuan:Templat]] Template 1504 2653 2006-06-13T17:58:40Z IvanLanin 30 prn 2 #REDIRECT [[Bantuan:Templat]] Templat:Message box 1506 1746 2005-12-17T23:43:06Z Borgx 2 {| align=center class="{{{id}}}" style="background: {{{backgroundcolor}}}; border: 1px solid #aaa; padding: .2em; margin-bottom: 3px; font-size: 95%; width: auto;" | style="padding-right: 4px; padding-left: 4px;" | [[Image:{{{image}}}|60px|]] | '''{{{heading}}}'''<br><small>{{{message}}}</small> |} Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 1508 1881 2006-02-22T16:51:19Z 193.10.176.20 memperbaiki nomor <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- <center>'''UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA'''</center> <center>'''NOMOR 15 TAHUN 2001'''</center> <center>'''TENTANG'''</center> <center>'''MEREK'''</center> <center>'''DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA'''</center> <center>'''PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,'''</center> '''Menimbang :''' {|border=0 |- |valign=top|a.||bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat; |- |valign=top|b.||bahwa untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat; |- |valign=top|c.||bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, serta memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Merek yang ada, dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek; |} '''Mengingat :''' # Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; # Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); <center>'''Dengan persetujuan'''</center> <center>'''DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA'''</center> <center>'''MEMUTUSKAN :'''</center> <center>'''Menetapkan :'''</center> <center>'''UNDANG UNDANG TENTANG MEREK.'''</center> <center>'''BAB I'''</center> <center>'''KETENTUAN UMUM'''</center> <center>Pasal 1</center> Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: # Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. # Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. # Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya. # Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. # Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. # Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan. # Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek yaitu pejabat yang karena keahliannya diangkat dengan Keputusan Menteri, dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Permohonan pendaftaran Merek. # Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual. # Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang hak kekayaan intelektual, termasuk Merek. # Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri. # Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administratif. # Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di bidang hak kekayaan intelektual dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan Permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta bidang-bidang hak kekayaan intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal. # Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu. # Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property. # Hari adalah hari kerja. <center>'''BAB II'''</center> <center>'''LINGKUP MEREK'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Umum</center> <center>Pasal 2</center> Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa. <center>Pasal 3</center> Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. <center>Bagian Kedua</center> <center>Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan yang Ditolak</center> <center>Pasal 4</center> Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik. <center>Pasal 5</center> Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: {|border=0 |- |valign=top|a.||bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; |- |valign=top|b.||tidak memiliki daya pembeda; |- |valign=top|c.||telah menjadi milik umum; atau |- |valign=top|d.||merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. |} <center>Pasal 6</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; |- |valign=top|b.||mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis; |- |valign=top|c.||mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal. |} |- |valign=top|(2)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. |- |valign=top|(3)||Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; |- |valign=top|b.||merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; |- |valign=top|c.||merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. |} <center>'''BAB III'''</center> <center>'''PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Syarat dan Tata Cara Permohonan</center> <center>Pasal 7</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||tanggal, bulan, dan tahun; |- |valign=top|b.||nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon; |- |valign=top|c.||nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; |- |valign=top|d.||warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna; |- |valign=top|e.||nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas. |} |- |valign=top|(2)||Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(3)||Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum. |- |valign=top|(4)||Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. |- |valign=top|(5)||Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. |- |valign=top|(6)||Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan. |- |valign=top|(7)||Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas Merek tersebut. |- |valign=top|(8)||Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual. |- |valign=top|(9)||Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden. |} <center>Pasal 8</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu Permohonan. |- |valign=top|(2)||Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya. |- |valign=top|(3)||Kelas barang atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>Pasal 9</center> Ketentuan mengenai syarat dan tata cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. <center>Pasal 10</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasanya di Indonesia. |- |valign=top|(2)||Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyatakan dan memilih tempat tinggal Kuasa sebagai domisili hukumnya di Indonesia. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas</center> <center>Pasal 11</center> Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Establishing the World Trade Organization. <center>Pasal 12</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali yang menimbulkan Hak Prioritas tersebut. |- |valign=top|(2)||Bukti Hak Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. |- |valign=top|(3)||Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dipenuhi dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya hak mengajukan Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa menggunakan Hak Prioritas. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek</center> <center>Pasal 13</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12. |- |valign=top|(2)||Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut. |- |valign=top|(3)||Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas. |} <center>Pasal 14</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa Permohonannya dianggap ditarik kembali. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. |} <center>Bagian Keempat</center> <center>Waktu Penerimaan Permohonan Pendaftaran Merek</center> <center>Pasal 15</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal seluruh persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 telah dipenuhi, terhadap Permohonan diberikan Tanggal Penerimaan. |- |valign=top|(2)||Tanggal Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh Direktorat Jenderal. |} <center>Bagian Kelima</center> <center>Perubahan dan Penarikan Kembali Permohonan Pendaftaran Merek</center> <center>Pasal 16</center> Perubahan atas Permohonan hanya diperbolehkan terhadap penggantian nama dan/atau alamat Pemohon atau Kuasanya. <center>Pasal 17</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selama belum memperoleh keputusan dari Direktorat Jenderal, Permohonan dapat ditarik kembali oleh Pemohon atau Kuasanya. |- |valign=top|(2)||Apabila penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kuasanya, penarikan itu harus dilakukan berdasarkan surat kuasa khusus untuk keperluan penarikan kembali tersebut. |- |valign=top|(3)||Dalam hal Permohonan ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. |} <center>'''BAB IV'''</center> <center>'''PENDAFTARAN MEREK'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Pemeriksaan Substantif</center> <center>Pasal 18</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Tanggal Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan. |- |valign=top|(2)||Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6. |- |valign=top|(3)||Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dalam waktu paling lama 9 (sembilan) bulan. |} <center>Pasal 19</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh Pemeriksa pada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Pemeriksa adalah pejabat yang karena keahliannya diangkat dan diberhentikan sebagai pejabat fungsional oleh Menteri berdasarkan syarat dan kualifikasi tertentu. |- |valign=top|(3)||Pemeriksa diberi jenjang dan tunjangan fungsional di samping hak lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |} <center>Pasal 20</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa Permohonan dapat disetujui untuk didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa Permohonan tidak dapat didaftar atau ditolak, atas persetujuan Direktur Jenderal, hal tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya. |- |valign=top|(3)||Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon atau Kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya dengan menyebutkan alasan. |- |valign=top|(4)||Dalam hal Pemohon atau Kuasanya tidak menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktorat Jenderal menetapkan keputusan tentang penolakan Permohonan tersebut. |- |valign=top|(5)||Dalam hal Pemohon atau Kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan bahwa tanggapan tersebut dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan itu diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(6)||Dalam hal Pemohon atau Kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan bahwa tanggapan tersebut tidak dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, ditetapkan keputusan tentang penolakan Permohonan tersebut. |- |valign=top|(7)||Keputusan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6) diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan. |- |valign=top|(8)||Dalam hal Permohonan ditolak, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali. |} <center>Bagian Kedua</center> <center>Pengumuman Permohonan</center> <center>Pasal 21</center> Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya Permohonan untuk didaftar, Direktorat Jenderal mengumumkan Permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek. <center>Pasal 22</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pengumuman berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan dilakukan dengan: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||menempatkannya dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal; dan/atau |- |valign=top|b.||menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat yang disediakan oleh Direktorat Jenderal. |} |- |valign=top|(2)||Tanggal mulai diumumkannya Permohonan dicatat oleh Direktorat Jenderal dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 23</center> Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan: {|border=0 |- |valign=top|a.||nama dan alamat lengkap Pemohon, termasuk Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; |- |valign=top|b.||kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi Merek yang dimohonkan pendaftarannya; |- |valign=top|c.||Tanggal Penerimaan; |- |valign=top|d.||nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal Permohonan diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas; dan |- |valign=top|e.||contoh Merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket Merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin. |} <center>Bagian Ketiga</center> <center>Keberatan dan Sanggahan</center> <center>Pasal 24</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selama jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, setiap pihak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal atas Permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(2)||Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti bahwa Merek yang dimohonkan pendaftarannya adalah Merek yang berdasarkan Undang-undang ini tidak dapat didaftar atau ditolak. |- |valign=top|(3)||Dalam hal terdapat keberatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan mengirimkan salinan surat yang berisikan keberatan tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya. |} <center>Pasal 25</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemohon atau Kuasanya berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan salinan keberatan yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal . |} <center>Bagian Keempat</center> <center>Pemeriksaan Kembali</center> <center>Pasal 26</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal terdapat keberatan dan/atau sanggahan, Direktorat Jenderal menggunakan keberatan dan/atau sanggahan tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam pemeriksaan kembali terhadap Permohonan yang telah selesai diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. |- |valign=top|(2)||Pemeriksaan kembali terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman. |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang mengajukan keberatan mengenai hasil pemeriksaan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). |- |valign=top|(4)||Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa keberatan dapat diterima, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon bahwa Permohonan tidak dapat didaftar atau ditolak; dan dalam hal demikian itu, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan banding. |- |valign=top|(5)||Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa keberatan tidak dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan dinyatakan dapat disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek. |} <center>Pasal 27</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Dalam hal tidak ada keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman. |- |valign=top|(2)||Dalam hal keberatan tidak dapat diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5), Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Permohonan tersebut disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek. |- |valign=top|(3)||Sertifikat Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||nama dan alamat lengkap pemilik Merek yang didaftar; |- |valign=top|b.||nama dan alamat lengkap Kuasa, dalam hal Permohonan diajukan berdasarkan Pasal 10; |- |valign=top|c.||tanggal pengajuan dan Tanggal Penerimaan; |- |valign=top|d.||nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila permohonan tersebut diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas; |- |valign=top|e.||etiket Merek yang didaftarkan, termasuk keterangan mengenai macam warna apabila Merek tersebut menggunakan unsur warna, dan apabila Merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia disertai terjemahannya dalam bahasa |- |valign=top|f.||Indonesia, huruf Latin dan angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin; nomor dan tanggal pendaftaran; |- |valign=top|g.||kelas dan jenis barang dan/atau jasa yang Mereknya didaftar; dan |- |valign=top|h.||jangka waktu berlakunya pendaftaran Merek. |} |- |valign=top|(4)||Setiap pihak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh petikan resmi Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan membayar biaya. |} <center>Bagian Kelima</center> <center>Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar</center> <center>Pasal 28</center> Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. <center>Bagian Keenam</center> <center>Permohonan Banding</center> <center>Pasal 29</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6. |- |valign=top|(2)||Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Merek dengan tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(3)||Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan serta alasan terhadap penolakan Permohonan sebagai hasil pemeriksaan substantif. |- |valign=top|(4)||Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus tidak merupakan perbaikan atau penyempurnaan atas Permohonan yang ditolak. |} <center>Pasal 30</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan banding diajukan paling lama dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan penolakan Permohonan. |- |valign=top|(2)||Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat tanpa adanya permohonan banding, penolakan Permohonan dianggap diterima oleh Pemohon. |- |valign=top|(3)||Dalam hal penolakan Permohonan telah dianggap diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkan penolakan itu. |} <center>Pasal 31</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Keputusan Komisi Banding Merek diberikan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan banding. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding, Direktorat Jenderal melaksanakan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, kecuali terhadap Permohonan yang telah diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(3)||Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan banding, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas putusan penolakan permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut. |- |valign=top|(4)||Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat diajukan kasasi. |} <center>Pasal 32</center> Tata cara permohonan, pemeriksaan serta penyelesaian banding diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. <center>Bagian Ketujuh</center> <center>Komisi Banding Merek</center> <center>Pasal 33</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Komisi Banding Merek adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan departemen yang membidangi hak kekayaan intelektual. |- |valign=top|(2)||Komisi Banding Merek terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang diperlukan, serta Pemeriksa senior. |- |valign=top|(3)||Anggota Komisi Banding Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun. |- |valign=top|(4)||Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Banding Merek. |- |valign=top|(5)||Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Merek membentuk majelis yang berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, satu di antaranya adalah seorang Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan. |} <center>Pasal 34</center> Susunan organisasi, tugas, dan fungsi Komisi Banding Merek diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. <center>Bagian Kedelapan</center> <center>Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar</center> <center>Pasal 35</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemilik Merek terdaftar setiap kali dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk jangka waktu yang sama. |- |valign=top|(2)||Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh pemilik Merek atau Kuasanya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi Merek terdaftar tersebut. |- |valign=top|(3)||Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Direktorat Jenderal. |} <center>Pasal 36</center> Permohonan perpanjangan disetujui apabila: {|border=0 |- |valign=top|a.||Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek tersebut; dan |- |valign=top|b.||barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan diperdagangkan. |} <center>Pasal 37</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila permohonan tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36. |- |valign=top|(2)||Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek terkenal milik orang lain, dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2). |- |valign=top|(3)||Penolakan permohonan perpanjangan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya. |- |valign=top|(4)||Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(5)||Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diajukan kasasi. |} <center>Pasal 38</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(2)||Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya. |} <center>Bagian Kesembilan</center> <center>Perubahan Nama dan/atau Alamat Pemilik Merek Terdaftar</center> <center>Pasal 39</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan pencatatan perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek dengan disertai salinan yang sah mengenai bukti perubahan tersebut. |- |valign=top|(2)||Perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar yang telah dicatat oleh Direktorat Jenderal diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>'''BAB V'''</center> <center>'''PENGALIHAN HAK ATAS MEREK TERDAFTAR'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Pengalihan Hak</center> <center>Pasal 40</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||pewarisan; |- |valign=top|b.||wasiat; |- |valign=top|c.||hibah; |- |valign=top|d.||perjanjian; atau |- |valign=top|e.||sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. |} |- |valign=top|(2)||Pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek. |- |valign=top|(3)||Permohonan pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang mendukungnya. |- |valign=top|(4)||Pengalihan hak atas Merek terdaftar yang telah dicatat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(5)||Pengalihan hak atas Merek terdaftar yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. |- |valign=top|(6)||Pencatatan pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai biaya sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. |} <center>Pasal 41</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pengalihan hak atas Merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan Merek tersebut. |- |valign=top|(2)||Hak atas Merek Jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa. |} <center>Pasal 42</center> Pengalihan hak atas Merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa Merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/atau jasa. <center>Bagian Kedua</center> <center>Lisensi</center> <center>Pasal 43</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemilik Merek terdaftar berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain dengan perjanjian bahwa penerima Lisensi akan menggunakan Merek tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa. |- |valign=top|(2)||Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali bila diperjanjikan lain, untuk jangka waktu yang tidak lebih lama dari jangka waktu perlindungan Merek terdaftar yang bersangkutan. |- |valign=top|(3)||Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan perjanjian Lisensi berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. |- |valign=top|(4)||Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat oleh Direktorat Jenderal dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 44</center> Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) tetap dapat menggunakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk menggunakan Merek tersebut, kecuali bila diperjanjikan lain. <center>Pasal 45</center> Dalam perjanjian Lisensi dapat ditentukan bahwa penerima Lisensi bisa memberi Lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga. <center>Pasal 46</center> Penggunaan Merek terdaftar di Indonesia oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan penggunaan Merek tersebut di Indonesia oleh pemilik Merek. <center>Pasal 47</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya. |- |valign=top|(2)||Direktorat Jenderal wajib menolak permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis penolakan beserta alasannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemilik Merek atau Kuasanya, dan kepada penerima Lisensi. |} <center>Pasal 48</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Penerima Lisensi yang beriktikad baik, tetapi kemudian Merek itu dibatalkan atas dasar adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek lain yang terdaftar, tetap berhak melaksanakan perjanjian Lisensi tersebut sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian Lisensi. |- |valign=top|(2)||Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti kepada pemberi Lisensi yang dibatalkan, melainkan wajib melaksanakan pembayaran royalti kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan. |- |valign=top|(3)||Dalam hal pemberi Lisensi sudah terlebih dahulu menerima royalti secara sekaligus dari penerima Lisensi, pemberi Lisensi tersebut wajib menyerahkan bagian dari royalti yang diterimanya kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan, yang besarnya sebanding dengan sisa jangka waktu perjanjian Lisensi. |} <center>Pasal 49</center> Syarat dan tata cara permohonan pencatatan perjanjian Lisensi dan ketentuan mengenai perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. <center>'''BAB VI'''</center> <center>'''MEREK KOLEKTIF'''</center> <center>Pasal 50</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan pendaftaran Merek Dagang atau Merek Jasa sebagai Merek Kolektif hanya dapat diterima apabila dalam Permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa Merek tersebut akan digunakan sebagai Merek Kolektif. |- |valign=top|(2)||Selain penegasan mengenai penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Permohonan tersebut wajib disertai salinan ketentuan penggunaan Merek tersebut sebagai Merek Kolektif, yang ditandatangani oleh semua pemilik Merek yang bersangkutan. |- |valign=top|(3)||Ketentuan penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat : |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||sifat, ciri umum, atau mutu barang atau jasa yang akan diproduksi dan diperdagangkan; |- |valign=top|b.||pengaturan bagi pemilik Merek Kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif atas penggunaan Merek tersebut; dan |- |valign=top|c.||sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan Merek Kolektif. |} |- |valign=top|(4)||Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 51</center> Terhadap permohonan pendaftaran Merek Kolektif dilakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 50. <center>Pasal 52</center> Pemeriksaan substantif terhadap Permohonan Merek Kolektif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20. <center>Pasal 53</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Perubahan ketentuan penggunaan Merek Kolektif wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal dengan disertai salinan yang sah mengenai bukti perubahan tersebut. |- |valign=top|(2)||Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(3)||Perubahan ketentuan penggunaan Merek Kolektif berlaku bagi pihak ketiga setelah dicatat dalam Daftar Umum Merek. |} <center>Pasal 54</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Hak atas Merek Kolektif terdaftar hanya dapat dialihkan kepada pihak penerima yang dapat melakukan pengawasan efektif sesuai dengan ketentuan penggunaan Merek Kolektif tersebut. |- |valign=top|(2)||Pengalihan hak atas Merek Kolektif terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya. |- |valign=top|(3)||Pencatatan pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 55</center> Merek Kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain. <center>'''BAB VII'''</center> <center>'''INDIKASI-GEOGRAFIS DAN INDIKASI-ASAL'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Indikasi-Geografis</center> <center>Pasal 56</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. |- |valign=top|(2)||Indikasi-geografis mendapat perlindungan setelah terdaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, yang terdiri atas: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|1.||pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan alam; |- |valign=top|2.||produsen barang hasil pertanian; |- |valign=top|3.||pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil industri; atau |- |valign=top|4.||pedagang yang menjual barang tersebut; |} |- |valign=top|b.||lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau |- |valign=top|c.||kelompok konsumen barang tersebut. |} |- |valign=top|(3)||Ketentuan mengenai pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 berlaku secara mutatis mutandis bagi pengumuman permohonan pendaftaran indikasi-geografis. |- |valign=top|(4)||Permohonan pendaftaran indikasi-geografis ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila tanda tersebut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau dapat memperdayakan atau menyesatkan masyarakat mengenai sifat, ciri, kualitas, asal sumber, proses pembuatan, dan/atau kegunaannya; |- |valign=top|b.||tidak memenuhi syarat untuk didaftar sebagai indikasi-geografis. |} |- |valign=top|(5)||Terhadap penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dimintakan banding kepada Komisi Banding Merek. |- |valign=top|(6)||Ketentuan mengenai banding dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34 berlaku secara mutatis mutandis bagi permintaan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (5). |- |valign=top|(7)||Indikasi-geografis terdaftar mendapat perlindungan hukum yang berlangsung selama ciri dan/atau kualitas yang menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas indikasi-geografis tersebut masih ada. |- |valign=top|(8)||Apabila sebelum atau pada saat dimohonkan pendaftaran sebagai indikasi-geografis, suatu tanda telah dipakai dengan iktikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak mendaftar menurut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang beriktikad baik tersebut tetap dapat menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai indikasi-geografis. |- |valign=top|(9)||Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran indikasi-geografis diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. |} <center>Pasal 57</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemegang hak atas indikasi-geografis dapat mengajukan gugatan terhadap pemakai indikasi-geografis yang tanpa hak berupa permohonan ganti rugi dan penghentian penggunaan serta pemusnahan etiket indikasi geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut. |- |valign=top|(2)||Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pembuatan, perbanyakan, serta memerintahkan pemusnahan etiket indikasi-geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut. |} <center>Pasal 58</center> Ketentuan mengenai penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam BAB XII Undang-undang ini berlaku secara mutatis mutandis terhadap pelaksanaan hak atas indikasi-geografis. <center>Bagian Kedua</center> <center>Indikasi-Asal</center> <center>Pasal 59</center> Indikasi-asal dilindungi sebagai suatu tanda yang: {|border=0 |- |valign=top|a.||memenuhi ketentuan Pasal 56 ayat (1), tetapi tidak didaftarkan; atau |- |valign=top|b.||semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa. |} <center>Pasal 60</center> Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dan Pasal 58 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemegang hak atas indikasi-asal. <center>'''BAB VIII'''</center> <center>'''PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN PENDAFTARAN MEREK'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Penghapusan</center> <center>Pasal 61</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang bersangkutan. |- |valign=top|(2)||Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau |- |valign=top|b.||Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar. |} |- |valign=top|(3)||Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah karena adanya: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||larangan impor; |- |valign=top|b.||larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berwenang yang bersifat sementara; atau |- |valign=top|c.||larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. |} |- |valign=top|(4)||Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(5)||Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga. |} <center>Pasal 62</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemilik Merek atau Kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(2)||Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih terikat perjanjian Lisensi, penghapusan hanya dapat dilakukan apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh penerima Lisensi. |- |valign=top|(3)||Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dimungkinkan apabila dalam perjanjian Lisensi, penerima Lisensi dengan tegas menyetujui untuk mengesampingkan adanya persetujuan tersebut. |- |valign=top|(4)||Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 63</center> Penghapusan pendaftaran Merek berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga. <center>Pasal 64</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 hanya dapat diajukan kasasi. |- |valign=top|(2)||Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera disampaikan oleh panitera pengadilan yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal melaksanakan penghapusan Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap. |} <center>Pasal 65</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Penghapusan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut. |- |valign=top|(2)||Penghapusan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan penghapusan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. |- |valign=top|(3)||Penghapusan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas Merek yang bersangkutan. |} <center>Pasal 66</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Direktorat Jenderal dapat menghapus pendaftaran Merek Kolektif atas dasar: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||permohonan sendiri dari pemilik Merek Kolektif dengan persetujuan tertulis semua pemakai Merek Kolektif; |- |valign=top|b.||bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak dipakai selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak tanggal pendaftarannya atau pemakaian terakhir kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; |- |valign=top|c.||bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jenis jasa yang dimohonkan pendaftarannya; atau |- |valign=top|d.||bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak digunakan sesuai dengan peraturan penggunaan Merek Kolektif. |} |- |valign=top|(2)||Permohonan penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(3)||Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |} <center>Pasal 67</center> Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d. <center>Bagian Kedua</center> <center>Pembatalan</center> <center>Pasal 68</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6. |- |valign=top|(2)||Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal. |- |valign=top|(3)||Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga. |- |valign=top|(4)||Dalam hal penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta. |} <center>Pasal 69</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran Merek. |- |valign=top|(2)||Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila Merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. |} <center>Pasal 70</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. |- |valign=top|(2)||Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera disampaikan oleh panitera yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. |- |valign=top|(3)||Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap. |} <center>Pasal 71</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pembatalan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut. |- |valign=top|(2)||Pembatalan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. |- |valign=top|(3)||Pencoretan pendaftaran suatu Merek dari Daftar Umum Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Resmi Merek. |- |valign=top|(4)||Pembatalan dan pencoretan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas Merek yang bersangkutan. |} <center>Pasal 72</center> Selain alasan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1), terhadap Merek Kolektif terdaftar dapat pula dimohonkan pembatalannya kepada Pengadilan Niaga apabila penggunaan Merek Kolektif tersebut bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1). <center>'''BAB IX'''</center> <center>'''ADMINISTRASI MEREK'''</center> <center>Pasal 73</center> Administrasi atas Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. <center>Pasal 74</center> Direktorat Jenderal menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi Merek yang bersifat nasional, yang mampu menyediakan informasi tentang Merek seluas mungkin kepada masyarakat. <center>'''BAB X'''</center> <center>'''BIAYA'''</center> <center>Pasal 75</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Untuk setiap pengajuan Permohonan atau permohonan perpanjangan Merek, permohonan petikan Daftar Umum Merek, pencatatan pengalihan hak, perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar, pencatatan perjanjian Lisensi, keberatan terhadap Permohonan, permohonan banding serta |- |valign=top|(2)||lain-lainnya yang ditentukan dalam Undang-undang ini, wajib dikenai biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. |- |valign=top|(3)||Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden. |- |valign=top|(4)||Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. |} <center>'''BAB XI'''</center> <center>'''PENYELESAIAN SENGKETA'''</center> <center>Bagian Pertama</center> <center>Gugatan atas Pelanggaran Merek</center> <center>Pasal 76</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||gugatan ganti rugi, dan/atau |- |valign=top|b.||penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut. |} |- |valign=top|(2)||Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga. Pasal 77 Gugatan atas pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dapat diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pemilik Merek yang bersangkutan. |} <center>Pasal 78</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, atas permohonan pemilik Merek atau penerima Lisensi selaku penggugat, hakim dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi, peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa hak. |- |valign=top|(2)||Dalam hal tergugat dituntut juga menyerahkan barang yang menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan barang atau nilai barang tersebut dilaksanakan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap. |} <center>Pasal 79</center> Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi. <center>Bagian Kedua</center> <center>Tata Cara Gugatan pada Pengadilan Niaga</center> <center>Pasal 80</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Gugatan pembatalan pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat. |- |valign=top|(2)||Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. |- |valign=top|(3)||Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan. |- |valign=top|(4)||Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan. |- |valign=top|(5)||Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang. |- |valign=top|(6)||Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan. |- |valign=top|(7)||Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan pembatalan didaftarkan. |- |valign=top|(8)||Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. |- |valign=top|(9)||Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum. |- |valign=top|(10)||Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan. |} <center>Pasal 81</center> Tata cara gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 80 berlaku secara mutatis mutandis terhadap gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 76. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Kasasi</center> <center>Pasal 82</center> Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (8) hanya dapat diajukan kasasi. <center>Pasal 83</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 diajukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut. |- |valign=top|(2)||Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. |- |valign=top|(3)||Pemohon kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). |- |valign=top|(4)||Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pihak termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan. |- |valign=top|(5)||Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh panitera. |- |valign=top|(6)||Panitera wajib menyamp aikan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5). |- |valign=top|(7)||Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(8)||Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(9)||Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. |- |valign=top|(10)||Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. |- |valign=top|(11)||Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan isi putusan kasasi kepada panitera paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan. |- |valign=top|(12)||Juru sita wajib menyampaikan isi putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah putusan kasasi diterima. |} <center>Bagian Keempat</center> <center>Alternatif Penyelesaian Sengketa</center> <center>Pasal 84</center> Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. <center>'''BAB XII'''</center> <center>'''PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN'''</center> <center>Pasal 85</center> Berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat meminta hakim Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat penetapan sementara tentang: {|border=0 |- |valign=top|a.||pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak Merek; |- |valign=top|b.||penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Merek tersebut. |} <center>Pasal 86</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga dengan persyaratan sebagai berikut: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||melampirkan bukti kepemilikan Merek; |- |valign=top|b.||melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya pelanggaran Merek; |- |valign=top|c.||keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan dan diamankan untuk keperluan pembuktian; |- |valign=top|d.||adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan pelanggaran Merek akan dapat dengan mudah menghilangkan barang bukti; dan |- |valign=top|e.||membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank. |} |- |valign=top|(2)||Dalam hal penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 telah dilaksanakan, Pengadilan Niaga segera memberitahukan kepada pihak yang dikenai tindakan dan memberikan kesempatan kepada pihak tersebut untuk didengar keterangannya. |} <center>Pasal 87</center> Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surat penetapan sementara, hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara tersebut. <center>Pasal 88</center> Dalam hal penetapan sementara: {|border=0 |- |valign=top|a.||dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan kepada pemohon penetapan dan pemohon penetapan dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud Pasal 76; |- |valign=top|b.||dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera diserahkan kepada pihak yang dikenai tindakan sebagai ganti rugi akibat adanya penetapan sementara tersebut. |} <center>'''BAB XIII'''</center> <center>'''PENYIDIKAN'''</center> <center>Pasal 89</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat Jenderal, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Merek. |- |valign=top|(2)||Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: |- |&nbsp;|| {|border=0 |- |valign=top|a.||melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; |- |valign=top|b.||melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Merek berdasarkan aduan tersebut pada huruf a; |- |valign=top|c.||meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang Merek; |- |valign=top|d.||melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; |- |valign=top|e.||melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Merek; dan |- |valign=top|f.||meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Merek. |} |- |valign=top|(3)||Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. |- |valign=top|(4)||Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. |} <center>'''BAB XIV'''</center> <center>'''KETENTUAN PIDANA'''</center> <center>Pasal 90</center> Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). <center>Pasal 91</center> Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). <center>Pasal 92</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasigeografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). |- |valign=top|(2)||Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis |- |valign=top|(3)||milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). |- (4) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). |} <center>Pasal 93</center> Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah). <center>Pasal 94</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). |- |valign=top|(2)||Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. |} <center>Pasal 95</center> Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan delik aduan. <center>'''BAB XV'''</center> <center>'''KETENTUAN PERALIHAN'''</center> <center>Pasal 96</center> {|border=0 |- |valign=top|(1)||Permohonan, perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar, pencatatan pengalihan hak, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat, permintaan penghapusan atau pembatalan pendaftaran Merek yang diajukan berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek tetapi belum selesai pada tanggal berlakunya undang-undang ini, diselesaikan berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut. |- |valign=top|(2)||Semua Merek yang telah didaftar berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek dan masih berlaku pada saat diundangkannya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-undang ini untuk selama sisa jangka waktu pendaftarannya. |} <center>Pasal 97</center> Terhadap Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (2) tetap dapat diajukan gugatan pembatalan kepada Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 atau Pasal 6. <center>Pasal 98</center> Sengketa Merek yang masih dalam proses di pengadilan pada saat Undang-undang ini berlaku tetap diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek sampai mendapat putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. <center>Pasal 99</center> Semua peraturan pelaksanaan yang dibuat berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek yang telah ada pada tanggal berlakunya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. <center>'''BAB XVI'''</center> <center>'''KETENTUAN PENUTUP'''</center> <center>Pasal 100</center> Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek dinyatakan tidak berlaku. <center>Pasal 101</center> Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. {{clr}} {|border=0 align=right |- |<center>Disahkan di Jakarta</center> <center>pada tanggal 1 Agustus 2001</center> <center>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,</center> <center>ttd</center> <center>MEGAWATI SOEKARNOPUTRI</center> |width=50px|&nbsp; |} {{clr}} Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 1 Agustus 2001<br> SEKRETARIS NEGARA<br> REPUBLIK INDONESIA,<br> ttd<br> MUHAMMAD M. BASYUNI<br> <center>'''LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 110'''</center> ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 1509 1751 2005-12-18T10:26:28Z Borgx 2 <small>[[Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001|< Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001]]</small> ---- <center>'''PENJELASAN'''</center> <center>'''UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA'''</center> <center>'''NOMOR 15 TAHUN 2001'''</center> <center>'''TENTANG'''</center> <center>'''MEREK'''</center> '''I. UMUM''' Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian saksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang kehidupan lainnya. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat secara pesat dan bahkan telah menempatkan dunia sebagai pasar tunggal bersama. Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini Merek memegang peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi Indonesia serta pengalaman melaksanakan administrasi Merek, diperlukan penyempurnaan Undang-undang Merek yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 81) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31) selanjutnya disebut Undang-undang Merek-lama, dengan satu Undang-undang tentang Merek yang baru. Beberapa perbedaan yang menonjol dalam Undang-undang ini dibandingkan dengan Undang-undang Merek-lama antara lain menyangkut proses penyelesaian Permohonan. Dalam Undang-undang ini pemeriksaan substantif dilakukan setelah Permohonan dinyatakan memenuhi syarat secara administratif. Semula pemeriksaan substantif dilakukan setelah selesainya masa pengumuman tentang adanya Permohonan. Dengan perubahan ini dimaksudkan agar dapat lebih cepat diketahui apakah Permohonan tersebut disetujui atau ditolak, dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan terhadap Permohonan yang telah disetujui untuk didaftar. Sekarang jangka waktu pengumuman dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, lebih singkat dari jangka waktu pengumuman berdasarkan Undang-undang Merek-lama. Dengan dipersingkatnya jangka waktu pengumuman, secara keseluruhan akan dipersingkat pula jangka waktu penyelesaian Permohonan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Berkenaan dengan Hak Prioritas, dalam Undang-undang ini diatur bahwa apabila Pemohon tidak melengkapi bukti penerimaan permohonan yang pertama kali menimbulkan Hak Prioritas dalam jangka waktu tiga bulan setelah berakhirnya Hak Prioritas, Permohonan tersebut diproses seperti Permohonan biasa tanpa menggunakan Hak Prioritas. Hal lain adalah berkenaan dengan ditolaknya Permohonan yang merupakan kerugian bagi Pemohon. Untuk itu, perlu pengaturan yang dapat membantu Pemohon untuk mengetahui lebih jelas alasan penolakan Permohonannya dengan terlebih dahulu memberitahukan kepadanya bahwa Permohonan akan ditolak. Selain perlindungan terhadap Merek Dagang dan Merek Jasa, dalam Undang-undang ini diatur juga perlindungan terhadap indikasi-geografis, yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam atau faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Selain itu juga diatur mengenai indikasi-asal. Selanjutnya, mengingat Merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian/dunia usaha, penyelesaian sengketa Merek memerlukan badan peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga sehingga diharapkan sengketa Merek dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Sejalan dengan itu, harus pula diatur hukum acara khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa Merek seperti juga bidang hak kekayaan intelektual lainnya. Adanya peradilan khusus untuk masalah Merek dan bidang-bidang hak kekayaan intelektual lain, juga dikenal di beberapa negara lain, seperti Thailand. Dalam Undang-undang ini pun pemilik Merek diberi upaya perlindungan hukum yang lain, yaitu dalam wujud Penetapan Sementara Pengadilan untuk melindungi Mereknya guna mencegah kerugian yang lebih besar. Di samping itu, untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penyelesaian sengketa, dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan tentang Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan Undang-undang ini terciptalah pengaturan Merek dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat menggunakannya. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Merek-lama, yang substansinya tidak diubah, dituangkan kembali dalam Undang-undang ini. '''II. PASAL DEMI PASAL''' Pasal 1<br> Cukup jelas<br> Pasal 2<br> Cukup jelas<br> Pasal 3<br> Kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya dalam Undang-undang ini adalah seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum.<br> Pasal 4<br> Pemohon yang beriktikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, Merek Dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek Dagang A tersebut. Dalam contoh itu sudah terjadi iktikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru Merek Dagang yang sudah dikenal tersebut.<br> Pasal 5<br> Huruf a<br> Termasuk dalam pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketenteraman, atau keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu.<br> Huruf b<br> Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas.<br> Huruf c<br> Salah satu contoh Merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai Merek.<br> Huruf d<br> Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, contohnya Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi.<br> Pasal 6<br> Ayat (1)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.<br> Huruf b<br> Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam Daftar Umum Merek.<br> Huruf b<br> Yang dimaksud dengan lembaga nasional termasuk organisasi masyarakat ataupun organisasi sosial politik.<br> Huruf c<br> Cukup jelas<br> Pasal 7<br> Cukup jelas<br> Pasal 8<br> Ayat (1)<br> Pada prinsipnya Permohonan dapat dilakukan untuk lebih dari satu kelas barang dan/atau kelas jasa sesuai dengan ketentuan Trademark Law Treaty yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik Merek yang akan menggunakan Mereknya untuk beberapa barang dan/atau jasa yang termasuk dalam beberapa kelas yang semestinya tidak perlu direpotkan dengan prosedur administrasi yang mengharuskan pengajuan Permohonan secara terpisah bagi setiap kelas barang dan/atau kelas jasa yang dimaksud.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 9<br> Cukup jelas<br> Pasal 10<br> Ayat (1)<br> Ketentuan ini berlaku pula bagi Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 11<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk menampung kepentingan negara yang hanya menjadi salah satu anggota dari Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883 (sebagaimana telah beberapa kali diubah) atau Agreement Establishing the World Trade Organization.<br> Pasal 12<br> Ayat (1)<br> Bukti Hak Prioritas berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permohonan. Dalam hal yang disampaikan berupa salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal apabila Permohonan diajukan untuk pertama kali.<br> Ayat (2)<br> Terjemahan dilakukan oleh penerjemah yang disumpah.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 13<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud dengan tanggal pengiriman adalah tanggal pengiriman berdasarkan stempel pos.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 14<br> Cukup jelas<br> Pasal 15<br> Ayat (1)<br> Tanggal Penerimaan dikenal dengan filing date. Tanggal Penerimaan mungkin sama dengan tanggal pengajuan Permohonan apabila seluruh persyaratan dipenuhi pada saat pengajuan Permohonan. Kalau pemenuhan kelengkapan persyaratan baru terjadi pada tanggal lain sesudah tanggal pengajuan, tanggal lain tersebut ditetapkan sebagai Tanggal Penerimaan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 16<br> Cukup jelas<br> Pasal 17<br> Cukup jelas<br> Pasal 18<br> Cukup jelas<br> Pasal 19<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Yang dimaksud dengan jenjang adalah jenjang kepangkatan pejabat fungsional sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br> Pasal 20<br> Cukup jelas<br> Pasal 21<br> Cukup jelas<br> Pasal 22<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal mencakup antara lain papan pengumuman. Jika keadaan memungkinkan, sarana khusus itu akan dikembangkan dengan antara lain, mikrofilm, mikrofiche, CD-ROM, internet dan media lainnya.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 23<br> Cukup jelas<br> Pasal 24<br> Cukup jelas<br> Pasal 25<br> Cukup jelas<br> Pasal 26<br> Cukup jelas<br> Pasal 27<br> Cukup jelas<br> Pasal 28<br> Cukup jelas<br> Pasal 29<br> Ayat (1)<br> Permohonan banding hanya terbatas pada alasan atau pertimbangan yang bersifat substantif, yang menjadi dasar penolakan tersebut. Dengan demikian banding tidak dapat diminta karena alasan lain, misalnya karena dianggap ditariknya kembali Permohonan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Alasan, penjelasan, atau bukti yang disertakan dalam permohonan banding harus bersifat pendalaman atas alasan, penjelasan atau bukti yang telah atau yang seharusnya telah disampaikan. Ketentuan ini perlu untuk mencegah timbulnya kemungkinan banding digunakan sebagai alat untuk melengkapi kekurangan dalam Permohonan karena untuk melengkapi persyaratan telah diberikan dalam tahap sebelumnya.<br> Pasal 30<br> Cukup jelas<br> Pasal 31<br> Cukup jelas<br> Pasal 32<br> Cukup jelas<br> Pasal 33<br> Ayat (1)<br> Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Banding bekerja secara mandiri (independen) berdasarkan keahlian dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun.<br> Ayat (2)<br> Ahli yang dapat diangkat sebagai anggota Komisi Banding dapat berasal dari kalangan pemerintah ataupun swasta. Yang dimaksud dengan Pemeriksa senior adalah Pemeriksa yang telah memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan pemeriksaan Permohonan.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Ketentuan bahwa jumlah anggota majelis Komisi Banding berjumlah ganjil agar apabila terjadi perbedaan pendapat, putusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak.<br> Pasal 34<br> Cukup jelas<br> Pasal 35<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Berbeda dari Undang-undang Merek-lama, dalam Undang-undang ini jangka waktu untuk mengajukan permohonan perpanjangan paling cepat 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan Merek tersebut sampai dengan tanggal berakhirnya perlindungan Merek. Hal itu dimaksudkan sebagai kemudahan bagi pemilik Merek.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Pasal 36<br> Cukup jelas<br> Pasal 37<br> Cukup jelas<br> Pasal 38<br> Cukup jelas<br> Pasal 39<br> Cukup jelas<br> Pasal 40<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, misalnya kepemilikan Merek karena pembubaran badan hukum yang semula pemilik Merek.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Dokumen yang dimaksud antara lain Sertifikat Merek dan bukti lainnya yang mendukung pemilikan hak tersebut.<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Penentuan bahwa akibat hukum tersebut baru berlaku setelah pengalihan hak atas Merek dicatat dalam Daftar Umum Merek dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan kepastian hukum.<br> Ayat (6)<br> Cukup jelas<br> Pasal 41<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Pengalihan hak atas Merek Jasa pada ayat ini hanya dapat dilakukan apabila ada jaminan, baik dari pemilik Merek maupun pemegang Merek atau penerima Lisensi, untuk menjaga kualitas jasa yang diperdagangkannya. Untuk itu, perlu suatu pedoman khusus yang disusun oleh pemilik Merek (pemberi Lisensi atau pihak yang mengalihkan Merek tersebut) mengenai metode atau cara pemberian jasa yang dilekati Merek tersebut.<br> Pasal 42<br> Cukup jelas<br> Pasal 43<br> Cukup jelas<br> Pasal 44<br> Cukup jelas<br> Pasal 45<br> Cukup jelas<br> Pasal 46<br> Dalam hal pemilik Merek terdaftar tidak menggunakan sendiri Mereknya dalam perdagangan barang atau jasa di Indonesia, penggunaan Merek tersebut oleh penerima Lisensi sama dengan penggunaan oleh pemilik Merek terdaftar yang bersangkutan. Hal itu berkaitan dengan kemungkinan penghapusan pendaftaran Merek yang tidak digunakan dalam perdagangan barang atau jasa dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a.<br> Pasal 47<br> Cukup jelas<br> Pasal 48<br> Cukup jelas<br> Pasal 49<br> Cukup jelas<br> Pasal 50<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Dengan adanya ketentuan antara lain mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya, terkandung pengertian adanya persyaratan yang harus diikuti oleh pihak yang ikut menggunakan Merek Kolektif yang bersangkutan.<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 51<br> Cukup jelas<br> Pasal 52<br> Cukup jelas<br> Pasal 53<br> Cukup jelas<br> Pasal 54<br> Cukup jelas<br> Pasal 55<br> Cukup jelas<br> Pasal 56<br> Ayat (1)<br> Indikasi-geografis adalah suatu indikasi atau identitas dari suatu barang yang berasal dari suatu tempat, daerah atau wilayah tertentu yang menunjukkan adanya kualitas, reputasi dan karakteristik termasuk faktor alam dan faktor manusia yang dijadikan atribut dari barang tersebut. Tanda yang digunakan sebagai indikasi-geografis dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Pengertian nama tempat dapat berasal dari nama yang tertera dalam peta geografis atau nama yang karena pemakaian secara terus-menerus sehingga dikenal sebagai nama tempat asal barang yang bersangkutan. Perlindungan indikasi-geografis meliputi barang-barang yang dihasilkan oleh alam, barang hasil pertanian, hasil kerajinan tangan; atau hasil industri tertentu lainnya.<br> Ayat (2)<br> Yang dimaksud lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang adalah lembaga yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan indikasi-geografis dan lembaga itu merupakan lembaga Pemerintah atau lembaga resmi lainnya seperti koperasi, asosiasi dan lain-lain.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Ayat (6)<br> Cukup jelas<br> Ayat (7)<br> Cukup jelas<br> Ayat (8)<br> Cukup jelas<br> Ayat (9)<br> Cukup jelas<br> Pasal 57<br> Cukup jelas<br> Pasal 58<br> Cukup jelas<br> Pasal 59<br> Cukup jelas<br> Pasal 60<br> Cukup jelas<br> Pasal 61<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan pemakaian terakhir adalah penggunaan Merek tersebut pada produksi barang atau jasa yang diperdagangkan. Saat pemakaian terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir pemakaian sekalipun setelah itu barang yang bersangkutan masih beredar di masyarakat.<br> Huruf b<br> Ketidaksesuaian dalam penggunaan meliputi ketidaksesuaian dalam bentuk penulisan kata atau huruf atau ketidaksesuaian dalam penggunaan warna yang berbeda.<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Pasal 62<br> Cukup jelas<br> Pasal 63<br> Cukup jelas<br> Pasal 64<br> Cukup jelas<br> Pasal 65<br> Cukup jelas<br> Pasal 66<br> Cukup jelas<br> Pasal 67<br> Cukup jelas<br> Pasal 68<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan antara lain: jaksa, yayasan/ lembaga di bidang konsumen, dan majelis/lembaga keagamaan.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Pasal 69<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum adalah sama dengan pengertian sebagaimana terdapat dalam penjelasan Pasal 5 huruf a. Termasuk pula dalam pengertian yang bertentangan dengan ketertiban umum adalah adanya iktikad tidak baik.<br> Pasal 70<br> Cukup jelas<br> Pasal 71<br> Cukup jelas<br> Pasal 72<br> Cukup jelas<br> Pasal 73<br> Cukup jelas<br> Pasal 74<br> Cukup jelas<br> Pasal 75<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Dalam Undang-undang ini diatur ketentuan mengenai kemungkinan menggunakan sebagian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Direktorat Jenderal yang berasal dari semua biaya yang berhubungan dengan Merek. Yang dimaksud dengan menggunakan penerimaan adalah pemakaian PNBP berdasarkan sistem dan mekanisme yang berlaku. Dalam hal ini seluruh penerimaan disetorkan langsung ke kas negara sebagai PNBP. Kemudian Direktorat Jenderal melalui Menteri mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk menggunakan sebagian PNBP sesuai dengan keperluan yang dibenarkan oleh undang-undang, yang saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43)<br> Pasal 76<br> Cukup jelas<br> Pasal 77<br> Cukup jelas<br> Pasal 78<br> Cukup jelas<br> Pasal 79<br> Cukup jelas<br> Pasal 80<br> Ayat (1)<br> Yang dimaksud dengan Ketua Pengadilan Niaga adalah Ketua Pengadilan Negeri di tempat Pengadilan Niaga itu berada.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan panitera dalam Undang-undang ini adalah panitera pada Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Ayat (6)<br> Cukup jelas<br> Ayat (7)<br> Yang dimaksud dengan juru sita adalah juru sita pada Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.<br> Ayat (8)<br> Cukup jelas<br> Ayat (9)<br> Cukup jelas<br> Ayat (10)<br> Cukup jelas<br> Pasal 81<br> Cukup jelas<br> Pasal 82<br> Cukup jelas<br> Pasal 83<br> Ayat (1)<br> Cukup jelas<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Ayat (3)<br> Cukup jelas<br> Ayat (4)<br> Cukup jelas<br> Ayat (5)<br> Cukup jelas<br> Ayat (6)<br> Yang dimaksud dengan berkas perkara kasasi adalah permohonan kasasi, memori kasasi, dan/atau kontra memori kasasi serta dokumen lain.<br> Ayat (7)<br> Cukup jelas<br> Ayat (8)<br> Cukup jelas<br> Ayat (9)<br> Cukup jelas<br> Ayat (10)<br> Cukup jelas<br> Ayat (11)<br> Cukup jelas<br> Ayat (12)<br> Cukup jelas<br> Pasal 84<br> Cukup jelas<br> Pasal 85<br> Huruf a<br> Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar sehingga Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar Hak atas Merek ke jalur perdagangan termasuk tindakan importasi. Terhadap penetapan sementara tersebut, tidak dapat dilakukan upaya hukum banding atau kasasi.<br> Huruf b<br> Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pihak pelanggar menghilangkan barang bukti.<br> Pasal 86<br> Ayat (1)<br> Huruf a<br> Yang dimaksud dengan bukti kepemilikan Merek adalah Sertifikat Merek. Dalam hal pemohon penetapan adalah penerima Lisensi, bukti tersebut dapat berupa surat pencatatan perjanjian Lisensi.<br> Huruf b<br> Cukup jelas<br> Huruf c<br> Keterangan tersebut berupa uraian jenis barang atau jenis jasa yang diduga sebagai produk hasil pelanggaran Merek.<br> Huruf d<br> Cukup jelas<br> Huruf e<br> Besarnya jaminan sebanding dengan nilai barang atau nilai jasa yang dikenai penetapan sementara.<br> Ayat (2)<br> Cukup jelas<br> Pasal 87<br> Cukup jelas<br> Pasal 88<br> Huruf a<br> Cukup jelas<br> Huruf b<br> Dalam hal uang jaminan berupa jaminan bank, hakim memerintahkan agar jaminan tersebut dicairkan dalam bentuk uang tunai.<br> Pasal 89<br> Cukup jelas<br> Pasal 90<br> Cukup jelas<br> Pasal 91<br> Cukup jelas<br> Pasal 92<br> Cukup jelas<br> Pasal 93<br> Cukup jelas<br> Pasal 94<br> Cukup jelas<br> Pasal 95<br> Cukup jelas<br> Pasal 96<br> Cukup jelas<br> Pasal 97<br> Cukup jelas<br> Pasal 98<br> Cukup jelas<br> Pasal 99<br> Cukup jelas<br> Pasal 100<br> Cukup jelas<br> Pasal 101<br> Cukup jelas<br> <center>'''TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4131'''</center> MediaWiki:Newmessagesdifflink 1513 sysop 1870 2006-02-08T02:09:19Z Borgx 2 terjemahkan lihat perbedaan dari revisi sebelumnya Pengguna:Korg 1527 1795 2005-12-29T03:38:15Z Korg 10 Hello! I'm mainly contributing to the [[w:fr:Accueil|French Wikipedia]]. <div style="border:1px solid #c6c9ff; background-color:#f0f0ff; padding:3px;">&nbsp;'''>''' [[w:fr:Utilisateur:Korg]] &bull; [[m:User:Korg]]</div> Pengguna:Korg/monobook.js 1528 1796 2005-12-29T03:39:57Z Korg 10 document.write('<SCRIPT SRC="http://meta.wikimedia.org/w/index.php?title=User:Korg/monobook.js&action=raw&ctype=text/javascript"><\/SCRIPT>'); Pengguna:Gangleri 1529 1797 2006-01-01T02:27:16Z Gangleri 12 [{{SERVER}}{{localurl:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|action=purge}} ↺] [{{SERVER}}{{localurl:{{NAMESPACE}}:{{PAGENAME}}|oldid={{REVISIONID}}}} rev-ID : {{REVISIONID}}]<br /> [{{SERVER}}{{localurl:special:Prefixindex|from=Gangleri&namespace=2}} special:Prefixindex|from=Gangleri&namespace=2] <br clear="all" /> __NOTOC____NOEDITSECTION__ ===== [[commons:User:Gangleri]] ===== [[Image:Redirect arrow without text.png|left]] ::* '''irc://irc.freenode.net/wikimedia''' ::* [[wikipedia:de:Benutzer:Gangleri]] ::* [[wikipedia:en:User:Gangleri]] ::* [[wikipedia:eo:Vikipediisto:Gangleri]] ::* [[wikipedia:is:Notandi:Gangleri]] ::* [[wikipedia:ro:Utilizator:Gangleri]] ::* [[wikipedia:yi:באַניצער:Gangleri]] ::* '''[[meta:User:Gangleri]]''' [[de:Benutzer:Gangleri]] [[en:User:Gangleri]] [[eo:Vikipediisto:Gangleri]] [[is:Notandi:Gangleri]] [[ro:Utilizator:Gangleri]] [[yi:באַניצער:Gangleri]] Bicara Pengguna:Gangleri 1530 1798 2006-01-01T02:27:27Z Gangleri 12 __TOC__ MediaWiki:Istemplate 1532 sysop 1814 2006-01-05T06:19:28Z Borgx 2 terjemahkan keyword baru dengan templat Laporan resmi 1533 2548 2006-05-28T18:07:09Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = }} * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] [[Kategori:Dokumen resmi| ]] Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998 1534 2589 2006-05-28T19:13:02Z Borgx 2 typo {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Laporan resmi]] |next = |shortcut = |notes = Sumber: [http://semanggipeduli.com/tgpf/laporan.html semanggipeduli.com] }} * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pengantar|Bab 1 - Pengantar]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Organisasi dan Tata Kerja|Bab 2 - Organisasi dan Tata Kerja]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pelaksanaan Kegiatan|Bab 3 - Pelaksanaan Kegiatan]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Temuan|Bab 4 - Temuan]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Analisa|Bab 5 - Analisa]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Kesimpulan|Bab 6 - Kesimpulan]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Rekomendasi|Bab 7 - Rekomendasi]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Status Hukum|Bab 8 - Status Hukum]] * [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Penutup|Bab 9 - Penutup]] [[Kategori:Laporan resmi]] Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pengantar 1535 2581 2006-05-28T19:05:16Z Borgx 2 +bab {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 1 - Pengantar |previous = |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Organisasi dan Tata Kerja|Organisasi dan Tata Kerja]] |shortcut = |notes = }} '''1.1. Umum''' Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri, Menteri Negara Peranan Wanita, dan Jaksa Agung, telah dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada tanggal 23 Juli 1998. Tim Gabungan ini bekerja dalam rangka menemukan dan mengungkap fakta, pelaku dan latar belakang peristiwa 13-15 Mei. 1998. TGPF terdiri dari unsur-unsur pemerintah, Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia (Komnas HAM), LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Sejak dibentuk dalam masa tiga bulan TGPF telah melaksanakan tugas-tugasnya yang berakhir pada tanggal 23 Oktober 1998. Ringkasan Eksekutif ini merupakan ringkasan dari Laporan Akhir, sedangkan Laporan Akhir terdiri dari Ringkasan Eksekutif ini dengan semua lampiran yang terdiri dari Seri 2: Data-data Kerusuhan, Seri 3: Foto-foto dan Laporan Kemajuan (Progress Report), Seri 4: Fakta Korban, Seri 5: Testimoni dan Seri 6: Verifikasi Dalam Laporan Akhir, bahan-bahan disusun dan dianalisa menurut wilayah peristiwa (Jakarta, Solo, Surabaya, Medan, Palembang, Lampung), kecuali laporan mengenai kekerasan seksual (sexual violence), yang disusun secara tersendiri, Laporan Akhir ini merupakan dokumen aktual sebagai pertanggungjawaban TGPF. '''1.2. Abstraksi''' TGPF berkeyakinan, bahwa peristiwa tanggal 13-15 Mei 1998 tidak dapat dilepaskan dari konteks keadaan dan dinamika sosial-politik masyarakat Indonesia pada periode waktu itu, serta dampak ikutannya. Peristiwa-peristiwa sebelumnya seperti Pemilu 1997, penculikan sejumlah aktivis, krisis ekonomi, Sidang Umum MPR-RI 1998, unjukrasa/demonstrasi mahasiswa yang terus-menerus, serta tewas tertembaknya mahasiswa Universitas Trisakti, semuanya berkaitan erat dengan peristiwa tanggal 13-15 Mei 1998. Kejadian-kcjadian tersebut nerupakan rangkaian tindakan kekerasan yang menuju pada pecahnya peristiwa kerusuhan yang menyeluruh pada tangga1 13-15 Mei 1998. TGPF berkeyakinan, bahwa salah satu dampak utama peristiwa kerusuhan tersebut adalah terjadinya pergantian kepemimpinan nasional pada tanggal 21 Mei 1998. Dampak ikutan lainnya ialah berlanjutnya kekerasan berupa intimidasi dan kekerasan seksual termasuk perkosaan yang berhubungan dengan kerusuhan 13-15 Mei 1998. Di semua wilayah yang dikaji oleh TGPF didapat adanya kesamaan waktu pecahnya kerusuhan. Kedekatan, bahkan kesamaan pola kejadian mengindikasikan kondisi dan situasi sosial-ekonomi-politik yang potensial memungkinkan pecahnya suatu kerusuhan, Kondisi objektif tersebut pada gilirannya sebagian memang pecah secara alamiah dan sebagian lagi dipecahkan melalui sarana-sarana pemicu. Pola kerusuhan bervariasi, mulai dari yang bersifat spontan, lokal, sporadis, hingga yang terencana dan terorganisir. Para pelakunya pun beragam, mulai dari massa ikutan yang mula-mula pasif tetapi kemudian menjadi pelaku aktif kerusuhan, provokator, termasuk ditemukannya anggota aparat keamanan. '''1.3. Skala Kerusuhan''' TGPF mendefinisikan bahwa kerusuhan adalah keseluruhan bentuk dan rangkaian tindak kekerasan yang meluas, kompleks, mendadak dan eskalatif dengan dimensi-dimensi kuantitatif dan kualitatif. Skala kerusuhan 13-15 Mei 1998 mencakup aspek-aspek sosial, politik, keamanan, ekonomi bahkan kultural. Dilihat dari kerangka waktu (time frame), kerusuhan ini membawa dampak ikutan. Dengan demikian, rentang kerusuhan harus dirujuk pada dinamika krisis nasional, hingga dampak-dampak pasca kerusuhan, dalam lingkup geografis yang berskala nasional. Enam kota yang dikaji merupakan contoh dari skala nasional kerusuhan yang terjadi. Secara ringkas, kerusuhan 13-15 Mei 1998 harus diletakkan dalam rentang waktu sebelum dan sesudahnya, dimensinya menyeluruh dan multi aspek, serta wilayah cakupannya bersifat nasional. Dari sudut aktivitas, klasifikasi kerusuhan yang ditetapkan TGPF mencakup rangkaian tindak perusakan, penjarahan, pembakaran, kekerasan seksual, penganiayaan, pembunuhan, penculikan, dan intimidasi yang menjurus menjadi teror. '''1.4. Prosedur dan Arah Penyelidikan''' Penyelidikan TGPF diawali dugaan pengumpulan informasi, fakta, dan data lapangan (pada aras massa), guna menemukan kembali jejak-jejak rangkaian peristiwa dan hubungan antar subjek dalam peristiwa itu berikut waktu (tempus) dan tempat (locus) peristiwanya. Dengan prosedur ini dapat ditemukan kembali, dan direkonstruksi, kronologi peristiwa di setiap lokasi. Tahap tersebut dilanjutkan dengan rekonstruksi makro (pada aras pengambilan keputusan) melalui serangkaian wawancara dan temu konsultasi dengan para pejabat terkait pada saat kerusuhan, lembaga masyarakat, dan organisasi profesi. Tahap berikutnya berupa pemetaan hubungan, jika ada, antara kedua arah penyelidikan. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Organisasi dan Tata Kerja 1536 2580 2006-05-28T19:05:00Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 2 - Organisasi dan Tata Kerja |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pengantar|Pengantar]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pelaksanaan Kegiatan|Pelaksanaan Kegiatan]] |shortcut = |notes = }} '''2.1. Organisasi''' '''2.1.1. Organisasi''' TGPF dirancang bersifat fungsioal dan masing-masing bagian, termasuk setiap anggota, tidak berkedudukan subordinat terhadap bagian atau anggota lainnya. Struktur dan susunan organisiasi adalah sebagai berikut: # Ketua/Anggota : Marzuki Darusman SH (Komnas HAM) # Wakil Ketua I/Anggota : Mayjen Pol Drs Marwan Paris MBA (Mabes ABRI) # Wakil Ketua II/Anggota : K.H. Dr Said Aqiel Siradj (NU) # Sekretaris/Anggota : Dr Rosita Sofyan Noer MA (Bakom-PKB) # Wakil Sekretaris I/Anggota : Zulkarnain Yunus SH (Depkeh) # Wakil Sekretaris II/Anggota : Asmara Nababan SH (Komnas HAM) # Anggota : Sri hardjo SE (Kantor Menperta) # Anggota : Drs Bambang W. Soeharto (Komnas HAM) # Anggota : Prof Dr Saparinah Sadli (Komnas HAM) # Anggota : Mayjen TNI Syamsu D Sh (Mabes ABRI) # Anggota : Mayjen Pol Drs Da'i Bachtiar (Mabes ABRI) # Anggota : Abdul Ghani SE (Deplu) # Anggota : I Made Gelgel SH (Kejakgung) # Anggota : Dunidja D (Depdagri) # Anggota : Romo I Sandyawan Sumardi SJ (Tim Relawan) # Anggota : Nursyahbani Katajsungkana SH (LBH-APIK) # Anggota : Abdul Hakim Garuda Nusantara SH, LLM (Elsam) # Anggota : Bambang Widjojanto SH (YLBHI) # Anggota : Ita F. Nadya (Tim Relawan, mengundurkan diri sejak permulaan) '''2.1.2. Dalam rangka penyelidikan,''' TGPF membentuk 3 Subtim, sebagai berikut: # Subtim Verifikasi : Sri Hardjo SE (Ketua) # Subtim Testimoni : Dr Bambang W Suharto (Ketua) # Subtim Fakta Korban : Prof Dr Saparinah Sadli (Ketua) '''2.2. Sekretariat''' Untuk memperlancar tugas-tugas, TGPF membuka 3 sekretariat sebagai berikut: # Departemen Kehakiman Jalan Rasuna Said Kav 4-5, Kuningan Sekretariat ini dikoordinasi oleh Sulkarnain Yunus SH dibantu Muljanto SH, K. Suparlan SH, Demak Lubis dan Bambang Pamungkas. # Jalan Hang Tuah Raya No.3 Kebayoran baru, Jakarta Sel;atan Sekretariat inbi dikoordinasi oleh Dr Rosita Sofyan Noer MA dibantu Dra Hetty S, Indra Kusuma SH, dan Sri Rahajeng SH. # Komnas HAM Jalan Latuharhary 4 B, Jakarta Pusat Sekretariat ini dikoordinasi oleh Asmara Nababan SH '''2.3. Tim Asistensi''' Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, TGPF dibantu oleh satu Tim Asistensi sebagai berikut: # Ketua/Anggota : Hermawan Sulistyo PhD # Wakil Ketua/Anggota : Letkol Pol Drs Rusbagio Ishak # Anggota : Drs M. Riefqy Muna M. Def,Stud # Anggota : Drs Mohammad Rum # Anggota : Dra Hargyaning Tyas # Anggota : Lettu Pol Andi Nurlia # Anggota : Lettu Pol Pandra Arsyad SH # Anggota : Robertus Robert S.Sos # Anggota : Juliadi Karmandito S.Sos # Anggota : Moch. Nurhasim S.Ip # Anggota : Ir Sri Palupi # Anggota : Dra Ruth Indiah Rahayu '''2.4. Tatakerja''' Dalam rangka membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi, TGPF membuka satu kotak pos dan 5 hotlines. Selain itu, TGPF membangun komunikasi untuk penyampaian hasil kepada masyarakat melalui media massa. TGPF juga membangun kerja sama dengan beberapa lembaga/instansi pemerintah maupun pihak lain. Proses kerja TGPF mengikuti tahapan sebagai berikut: # Pengumpulan dan pengolahan data dari berbagai sumber. # Melakukan verifikasi atas data dari berbagai sumber tersebut. # Mengadakan wawancara dengan sejumlah pejabat dan mantan pejabat, baik sipil maupun ABRI. # Mengadakan pertemuan konsultatif dengan lembaga profesi dan saksi ahli. # Melakukan kunjungan lapangan ke daerah-daerah. # Menyusun ulang gambaran alur peristiwa serta melakukan analisis. # Menyimpulkan temuan-temuan dan mengungkapkan duduk perkara sebenarnya. # Menyusun rekomeodasi kebijakan dan kelembagaan Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pelaksanaan Kegiatan 1537 2582 2006-05-28T19:06:56Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 3 - Pelaksanaan Kegiatan |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Organisasi dan Tata Kerja|Organisasi dan Tata Kerja]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Temuan|Temuan]] |shortcut = |notes = }} '''3.1. Mengumpulkan dan mengolah data dari sumber-sumber:''' # Tim Relawan: Data korban kerusuhan dan analisisnya (korban jiwa, luka-luka, penjarahan, kekerasan seksual) di Jakarta, Palembang, Solo dan Surabaya. Pola kerusuhan yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya, status penjarah dalam kerusuhan, pengaduan, dokumentasi, informasi, video dab lain-lain. # Bakom PKB: Data penyerangan seksual, foto, video, transkript hot-line berupa informasi dan pengaduan. # Komnas HAM: Data dan analisa kerusuhan di Jakarta dan sekitarnya. # YLBHI: Data penculikan pada waktu kerusuhan. # Polri: Data korban kerusuhan, berupa korban jiwa dan material. '''3.2. Kotak Pos dan Hotlines yang dibuka untuk menampung informasi sebagai berikut:''' # Kotak Pos menerima 146 surat berisi informasi, pengaduan, opini dan lain-lain. # Hotlines ## Departemen Kehakiman (Jl. Rasuna Said): 32 kontak berupa pengaduan dan informasi, isi bervariasi. ## Sekretariat Tim Relawan (Jl. Arus Dalam I): 41 kontak berupa informasi, pengaduan, ancaman dan pertanyaan seputar eksistensi serta hasil temuan TGPF. ## Mabes Polri: 12 kontak berupa pengaduan dan informasi ## Jl. Hang Tuah Raya No.3: 33 kontak berupa pengaduan dan informasi, ## YLBHI: 5 kontak berupa pengaduan dan informasi. '''3.3. Dalam rangka penyelidikan, tiga subtim TGPF melaksanakan kegiatan sebagai berikut:''' # Subtim Verifikasi: ## Menyelenggarakan Verifikasi data korban hasil pengolahan oleh Tim Asistensi, Sub Tim Verifikasi telah meminta kesaksian dan keterangan dari saksi mata, saksi ahli, korban, keluarga korban, dan pendamping korban sebanyak 24 orang di Jakarta dan lebih dari 100 orang yang dimintakan keterangannya di lapangan baik oleh TGPF maupun Tim Asistensi. ## Menyelenggarakan wawancara untuk memperoleh testimoni dengan pejabat dan tokoh masyarakat di Surakarta, Surabaya, Lampung, Palembang, dan Medan, para pejabat dan tokoh masyarakat yang dapat dimintai keterangan adalah Gubernur KDH Tk. I, Panglima Daerah Militer, Kepala Daerah Kepolisian, Komandan Korem, Kepala Kepolisian Wilayah, Komandan Kodim, Kepala Kepolisian Tabes/Resort, Walikotamadya, Camat, LBH, Bakom PKB, Pimpinan Parpol/Ormas. '''2. Subtim Testimoni:''' Hingga tugas-tugas TGPF berakhir, Subtim Testimoni telah meminta keterangan/kesaksian sepuluh pejabat (sebagian bersama atau beserta stafnya) terkait yang bertanggung jawab pada saat kerusuhan 13-15 Mei 1998 terjadi di Jakarta. Mereka adalah: * Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin (Pangdam Jaya pada saat kerusuhan). * Mayjen Pol Hamami Nata (Kapolda Metro Jaya pada saat kerusuhan) * Mayjen TNI Sutiyoso (Gubernur KDKI Jakarta) * Mayjen TNl Zacky Anwar Makarim (Ka BIA) * Mayjen TNI (Mar) Soeharto(Dankormar) * Letjen TNI Prabowo Subianto (Pangkostrad pada saat kerusuhan) * Fahmi Idris (Tokoh Masyarakat) * Brigjen TNI Sudi Silalahi (Kastaf Kodam Jaya) * Kolonel Inf Tri Tamtomo (Asops Kodam Jaya) * Jenderal TNI Subagyo H.S. (KASAD/Mantan Ketua DKP) '''3. Subtim Fakta Korban:''' Subtim Fakta Korban tidak hanya menyajikan ulang, data kerugian fisik akibat kerusuhan, tetapi memberikan penekanan khusus pada korban manusia. Perspektif Subtim Fakta Korban adalah sisi penderitaan manusia akibat kerusuhan tersebut, sekalipun bukan berarti mengabaikan atau tidak menghitung aspek kerugian fisiknya. Subtim Fakta Korban juga memberi perhatian dan perlakuan secara khusus atas laporan-laporan kekerasan seksual termasuk perkosaan selama kerusuhan berlangsung. Dalam proses melakukan verifikasi, Subtim telah meminta keterangan dari saksi korban sebanyak 25 orang, saksi ahli 20 orang, saksi mata/keluarga, 36 Rohaniawan/Pendamping 10 orang. Kecuali itu Subtim juga meminta keterangan dari aparat keamanan tentang korban. TGPF juga menggunakan prosedur yang disebut Protokol Minesota yang disesuaikan dengan ruang lingkup korban kerusuhan. Prosedur ini dinyatakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang melaksanakan protokol ini sebagai Protokol Jakarta. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Temuan 1538 2583 2006-05-28T19:08:32Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 4 - Temuan |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Pelaksanaan Kegiatan|Pelaksanaan Kegiatan]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Analisa|Analisa]] |shortcut = |notes = }} '''4.1. Pola Umum Kerusuhan''' Kerusuhan mempunyai pola umum yang dimulai dengan berkumpulnya massa pasif yang terdiri dari massa lokal dan massa pendatang (tak dikenal), kemudian muncul sekelompok provokator yang memancing massa dengan berbagai modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian, meneriakkan yel-yel yang memanasi situasi, merusak rambu-ratnbu lalu lintas, dan sebagainya. Setelah itu, provokator mendorong massa untuk mulai melakukan pengrusakan barang dan bangunan, disusul dengan tindakan menjarah barang, dan di beberapa tempat diakhiri dengan membakar gedung atau barang-barang lain. Di beberapa lokasi ditemukan juga variasi, di mana kelompok provokator secara langsung melakukan perusakan, baru kemudian mengajak massa untuk ikut merusak lebih lanjut. Para pelaku kerusuhan 13-15 Mei 1998 terdiri dari dua golongan yakni, pertama, masa pasif (massa pendatang) yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif, dan kedua, provokator. Provokator umumnya bukan dari wilayah setempat, secara fisik tampak terlatih, sebagian memakai seragam sekolah seadanya (tidak lengkap), tidak ikut menjarah, dan segera meninggalkan lokasi setelah gedung atau barang terbakar. Para provokator ini juga yang membawa dan menyiapkan sejumlah barang untuk keperluan merusak dan membakar, seperti jenis logam pendongkel, bahan bakar cair, kendaraan, bom molotov, dan sebagainya. Dari sudut urutan peristiwa, TGPF menemukan bahwa titik picu paling awal kerusuhan di Jakarta terletak di wilayah Jakarta Barat, tepatnya wilayah seputar Universitas Trisakti pada tanggal 13 Mei 1998. Sementara pada tanggal 14 Mei 1998, kerusuhan meluas dengan awalan titik waktu hampir bersamaan, yakni rentang antara pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Dengan demikian untuk kasus Jakarta, jika semata-mata dilihat dari urutan waktu, ada semacam aksi serentak. TGPF mendapatkan, bahwa faktor pemicu (triggering factor) terutama untuk kasus Jakarta ialah tertembak matinya mahasiswa Trisakti pada sore hari tanggal 12 Mei 1998. Dalam derajat yang lebih rendah, tertembaknnya mahasiswa Trisakti tersebut juga menjadi faktor pemicu kerusuhan di lima daerah yang dipilih TGPF, terkecuali kerusuhan Medan dan sekitarnya yang telah terjadi sebelumnya. Sasaran kerusuhan adalah pertokoan, fasilitas umum (pompa bensin, tanda-tanda lalulintas dan lain-lain), kantor pemerintah (termasuk kantor polisi) yang menimbulkan kerusakan berat termasuk pembakaran gedung, rumah dan toko, serta kendaraan bermotor umum dan pribadi. Sasaran kerusuhan kebanyakan etnis Cina. '''4.2. Pelaku''' Para pelaku kerusuhan dapat dibagi atas tiga kelompok sebagai berikut: '''4.2.1. Kelompok Provakator''' Kelompok inilah yang menggerakkan massa, dengan memancing keributan, memberikan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan pengrusakan awal, pembakaran, mendorong penjarahan. Kelompok ini datang dari luar tidak berasal dari penduduk setempat, dalam kelompok kecil (lebih kurang belasan orang), terlatih (yang mempunyai kemampuan terbiasa menggunakan alat kekerasan), bergerak dengan mobilitas tinggi, menggunakan sarana transport (sepeda motor, mobil/Jeep) dan sarana komunikasi (HT/HP). Kelompok ini juga menyiapkan alat-alat perusak seperti batu, bom molotov, cairan pembakar, linggis dan lain-lain. Pada umumnya kelompok ini sulit dikenal, walaupun di beberapa kasus dilakukan oleh kelompok dari organisasi pemuda (contoh di Medan ditemukan keterlibatan langsung Pemuda Pancasila). Diketemukan fakta keterlibatan anggota aparat keamanan, seperti di Jakarta, Medan, dan Solo. '''4.2.2. Massa Aktif''' Massa dalam jumlah puluhan hingga ratusan, yang mulanya adalah massa pasif pendatang, yang sudah terprovokasi sehingga menjadi agresif, melakukan perusakan lebih luas termasuk pembakaran. Massa ini juga melakukan penjarahan pada toko-toko dan rumah. Mereka bergerak secara terorganisir. '''4.2.3. Massa Pasif''' Pada awalnya massa pasif lokal berkumpul untuk menonton dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Sebagian dari mereka terlibat ikut-ikutan merusak dan menjarah setelah dimulainya kerusuhan, tetapi tidak sedikit pula yang hanya menonton sampai akhir kerusuhan. Sebagian dari mereka menjadi korban kebakaran. '''4.3. Korban dan Kerugian''' '''4.3.1. Kategori''' Tentang korban, selama ini dirasakan adanya kecenderungan dari pemerintah, masyarakat termasuk mass media memusatkan perhatian pada korban akibat kekerasan seksual semata-mata. Fakta menunjukkan bahwa yang disebut korban dalam kerusuhan Mei 1998 adalah orang-orang yang telah menderita secara fisik dan psikis karena hal-hal berikut, yaitu: kerugian fisik/material (rumah atau tempat usaha dirusak atau dibakar dan hartanya dijarah), meninggal dunia saat terjadinya kerusuhan karena berbagai sebab (terbakar, tertembak, teraniaya, dan lain-lain), kehilangan pekerjaan, penganiayaan, penculikan dan rnenjadi sasaran tindak kekerasan seksual. Dengan demikian, korban dalam kerusuhan Mei lalu dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut: 1. Kerugian Material: Adalah kerugian bangunan, seperti toko, swalayan, atau rumah yang dirusak, termasuk harta benda berupa mobil, sepeda motor, barang-barang dagangan dan barang-barang lainnya yang dijarah dan/atau dibakar massa. Temuan tim menunjukkan bahwa korban material ini bersifat lintas kelas sosial, tidak hanya menirnpa etnis Cina, tetapi juga warga lainnya. Namun yang paling banyak menderita kerugian material adalah dari etnis Cina. 2. Korban kehilangan pekerjaan: Adalah orang-orang yang akibat terjadinya kerusuhan, karena gedung atau tempat kerjanya dirusak, dijarah dan dibakar, membuat mereka kehilangan pekerjaan atau sumber kehidupan. Yang paling banyak kehilangan pekerjaan adalah anggota masyarakat biasa. 3. Korban meninggal dunia dan luka-luka: Adalah orang-orang yang meninggal dunia dan luka-luka saat terjadinya kerusuhan. Mereka adalah korban yang terjebak dalam gedung yang terbakar, korban penganiayaan, korban tembak dan kekerasan lainnya. 4. Korban Penculikan: Adalah mereka yang hilang/diculik pada saat kerusuhan yang dilaporkan ke YLBHI/Kontras dan hingga kini belum diketemukan, mereka adalah: # Yadin Muhidin (23 tahun) hilang di daerah Senen. # Abdun Nasir (33 tahun) hilang di daerah Lippo Karawaci; # Hendra Hambali (19 tahun), hilang di daerah Glodok Plaza; # Ucok Siahaan (22 tahun), hilang tidak diketahui di mana; '''4.3.2. Jumlah Korban dan Kerugian''' Sulit ditemukan angka pasti jumlah korban dan kerugian dalam kerusuhan. Untuk Jakarta, TGPF menemukan variasi jumlah korban meninggal dunia dan luka-luka sebagai berikut: # data Tim Relewan 1190 orang akibat ter/dibakar, 27 orang akibat senjata/dan lainnya, 91 luka-luka; # data Polda 451 orang meninggal, korban luka-luka tidak tercatat; # data Kodam 463 orang meninggal termasuk aparat keamanan, 69 orang luka-luka; # data Pemda DKI meninggal dunia 288 , dan luka-luka 101 . Untuk kota-kota lain di luar Jakarta variasi angkanya adalah sebagai berikut: # data Polri 30 orang meninggal dunia, luka-luka 131 orang, dan 27 orang luka bakar; # data Tim Relawan 33 meninggal dunia, dan 74 luka-luka. Opini yang selama ini terbentuk adalah bahwa mereka yang meninggal akibat kesalahannya sendiri, padahal ditemukan banyak orang meninggal bukan karena kesalahannya sendiri. Perbedaan jumlah korban jiwa antara yang ditemukan tim dengan angka resmi yang dikeluarkan pemerintah terjadi karena pada kenyataannya begitu banyak korban yang telah dievakuasi sendiri oleh masyarakat, sebelum ada evakuasi resmi dari pemerintah. Korban-korban ini tidak tercatat dalam laporan resmi pemerintah. '''4.4. Kekerasan Seksual''' '''4.4.1. Kategori Korban''' Dengan mengacu Deklarasi PBB tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, kekerasan seksual didefinisikan sebagai setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang. Sementara bila dipakai rujukan dari hukum positif Indonesia maka semua peristiwa kekerasan seksual tak dapat dijelaskan secara memadai dan adil. Bentuk-bentuk kekerasan seksual yang ditemukan dalam kerusuhan Mei 1998 lalu, dapat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu: perkosaan, perkosaan dengan penganiayaan, penyerangan seksual/penganiayaan dan pelecehan seksual. '''4.4.2. Jumlah Korban''' Dari hasil verifikasi dan uji silang terhadap data yang ada, menjadi nyata bahwa tidak mudah memperoleh data yang akurat untuk menghitung jumlah korban kekerasan seksual, termasuk perkosaan. TGPF menemukan adanya tindak kekerasan seksual di Jakarta dan sekitarnya, Medan dan Surabaya. Dari jumlah korban kekerasan seksual yang dilaporkan yang rinciannya adalah: # Yang didengar langsung: 3 orang korban # Yang diperiksa dokter secara medis: 9 orang korban; # Yang diperoleh keterangan dari orang tua korban: 3 orang korban; # Yang diperoleh melalui saksi (perawat, psikiater, psikolog): 10 orang korban; # Yang diperoleh melalui kesaksian rokhaniawan/pendamping (konselor): 27 orang korban; '''4.4.2.1. Korban perkosaaan dengan penganiayaan: 14 orang korban:''' # Yang diperoleh dari keterangan dokter: 3 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan saksi mata (keluarga): 10 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan konselor: 1 orang korban; '''4.4.2.2. Korban penyerangan/penganiayaan seksual: 10 orang korban:''' # Yang diperoleh dari keterangan korban: 3 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan rohaniawan: 3 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan saksi (keluarga): 3 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan dokter: 1 orang korban; '''4.4.2.3. Korban pelecehan seksual: 9 orang korban:''' # Yang diperoleh dari keterangan korban; 1 orang korban; # Yang diperoleh dari keterangan saksi: 8 orang korban (dari Jakarta dan Surabaya) Selain korban-korban kekerasan seksual yang terjadi dalam kerusuhan Mei, TGPF juga menemukan korban-korban kekerasan seksual yang terjadi sebelum dan setelah kerusuhan Mei. Kasus-kasus kekerasan seksual ini ada kaitannya dengan kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi selama kerusuhan. Dalam kunjungan ke daerah Medan TGPF telah mendapatkan laporan tentang ratusan korban pelecehan seksual yang terjadi pada kerusuhan tanggal 4-8 Mei l998 di antara mana 5 (lima) telah melapor. Setelah kerusuhan Mei, 2 (dua) kasus terjadi di Jakarta pada tanggal 2 Juli 1998 dan 2 (dua) terjadi di Solo pada tanggal 8 Juli l998. Kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 terjadi di dalam rumah, di jalan dan di tempat usaha. Mayoritas kekerasan seksual terjadi di dalam rumah/bangunan. TGPF juga menemukan bahwa sebagian besar kasus perkosaan adalah gang rape, di mana korban diperkosa oleh sejumlah orang secara bergantian pada waktu yang sama dan di tempat yang sama. Kebanyakan kasus perkosaan juga dilakukan di hadapan orang lain. Meskipun korban kekerasan seksual tidak semuanya berasal dari etnis Cina, namun sebagian besar kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei l998 lalu diderita oleh perempuan dari etnis Cina. Korban kekerasan seksual ini pun bersifat lintas kelas sosial. '''4.5. Aspek Pertanggungjawaban Keamanan''' Dari hasil verifikasi saksi dan korban, testimoni para pejabat ABRI dan mantan pejabat terkait, dari aspek keamanan TGPF menemukan fakta bahwa koordinasi antara satuan keamanan kurang mamadai, adanya keterlambatan antisipasi, adanya aparat keamanan di berbagai tempat tertentu membiarkan kerusuhan terjadi, ditemukan adanya di beberapa wilayah clash (bentrokan) antarpasukan dan adanya kesimpangsiuran penerapan perintah dari masing-masing satuan pelaksana. Di beberapa tempat didapatkan bukti bahwa jasa-jasa keamanan dikomersilkan. Begitu pula TGPF menemukan adanya kesenjangan persepsi antara masyarakat dan aparat keamanan. Masyarakat beranggapan bahwa di beberapa lokasi telah terjadi vakum kehadiran aparat keamanan, atau bila ada tidak berbuat apa-apa untuk mencegah atau meluasnya kerusuhan. Sebaliknya, para pejabat keamanan berkeyakinan tidak terjadi vakum kehadiran aparat keamanan, meskipun disadari kenyataan menunjukkan bahwa untuk lokasi tertentu masih tetap terjadi kerusuhan (di luar prioritias pengamanan), hal ini disebabkan oleh karena terbatasnya kekuatan pasukan. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Analisa 1539 2584 2006-05-28T19:09:28Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 5 - Analisa |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Temuan|Temuan]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Kesimpulan|Kesimpulan]] |shortcut = |notes = }} '''5.1. Aras Makro''' Peristiwa kerusuhan tanggal 13-l5 Mei 1998 tidak dapat dilepaskan dari konteks dinamika sosial politik masyarakat Indonesia pada masa itu, yang ditandai dengan rentetan peristiwa Pemilu 1997, krisis ekonomi, Sidang Umum MPR RI Tahun 1998, demonstrasi simultan mahasiswa, penculikan para aktivis dan tertembaknya mahasiswa Trisakti. Pada peristiwa inilah rangkaian kekerasan yang berpola dan beruntun yang terjadi secara akumulatif dan menyeluruh, dapat dilihat sebagai titik api bertemunya dua proses pokok yakni proses pergumulan elit politik yang intensif yang terpusat pada pertarungan politik tentang kelangsungan rezim Orde Baru dan kepemimpian Presiden Suharto yang telah kehilangan kepercayaan rakyat dan proses cepat pemburukan ekonomi. Di bidang politik terjadi gejala yang mengindikasikan adanya pertarungan faksi-faksi intra elit yang melibatkan kekuatan-kekuatan yang ada dalam pemerintahan maupun masyarakat yang terpusat pada isu penggantian kepemimpinan nasional. Hal ini tampak dari adanya faktor dinamika politik seperti yang tampak dalam pertemuan di Makostrad tanggal 14 Mei 1998 antara beberapa pejabat ABRI dengan beberapa tokoh masyarakat, yang menggambarkan bagian integral dari pergumulan elit politik. Di samping itu dinamika pergumulan juga tampak pada tanggung jawab Letjen TNI Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis. Analisa ini semakin dikuatkan dengan fakta terjadinya pergantian kepemimpinan nasional satu minggu setelah kerusuhan terjadi, yang sebelumnya telah didahului dengan adanya langkah-langkah ke arah diberlakukannya TAP MPR No. V /MPR/1998. Di bidang ekonomi terjadi krisis moneter yang telab mengakibatkan membesarnya kesenjangan sosial ekonomi, menguatnya persepsi tentang ketikdakadilan yang semakin akut dan menciptakan dislokasi sosial yang luas yang amat rentan terhadap konflik vertikal (antarkelas) dan horizontal (antargolongan). Di bidang sosial, akibat krisis bidang politik dan ekonomi, nampak jelas gejala kekerasan massa yang eksesif yang cenderung dipilih sebagai solusi penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk penjarahan di antara sesama penduduk di daerah. Begitu pula adanya sentimen ras yang laten dalam masyarakat telah merebak menjadi rasialisme terutama di kota-kota besar. Di samping itu identitas keagamaan telah terpaksa digunakan oleh sebagian penduduk sebagai sarana untuk melindungi diri sehingga menciptakan perasaan diperlakukan secara diskriminstif pada golongan agama lain. Mudah dipahami bahwa latar belakang kekerasan-kekerasan itu telah menjadikan peristiwa penembakan mahawiswa Universitas Trisakti sebagai pemicu kerusuhan berskala nasional. '''5.2. Aras Mikro''' Pada aras mikro (massa) dapat dianalisis bahwa dari satuan unit wilayah (enam lokasi kota yang dipilih TGPF), terdapat beberapa kesamaan, kemiripan, maupun variasi pola kerusuhan. Pertama, di Jakarta pola umum kerusuhan terjadi dalam empat tahap, yaitu: # tahap persiapan/pra perusakan meliputi aktivitas memancing reaksi dengan cara membakar material tertentu (ban, kayu, tong sampah, barang bekas) dan atau dengan cara membuat perkelahian antar kelompok/pelajar juga dengan meneriakan yel-yel tertentu untuk memanasi massa/menimbulkan rasa kebencian seperti: "mahasiswa pengecut", "polisi anjing;" # tahap perusakan meliputi aktivitas seperti: melempar batu, botol, mendobrak pintu, memecahkan kaca, membongkar sarana umum dengan alat-alat yang dipersiapkan sebelumnya; # tahap penjarahan meliputi seluruh aktivitas untuk mengambil barang atau benda-banda lain dalam gedung yang telah dirusak; # tahap pembakaran yang merupakan puncak kerusuhan yang memberikan dampak korban dan kerugian yang paling besar. Kedua, di Solo, TGPF menemukan fakta yang selain memberi petunjuk jelas mengenai keterlibatan para preman termasuk organisasi pemuda setempat, juga dari kelompok yang berbaju loreng dan baret merah sebagaimana yang digunakan kesatuan Kopassus, dalam mengkondisikan terjadinya kerusuhan. Kasus-kasus Solo, mengindikasikan keterkaitan antara kekerasan massa di tingkat bawah dengan pertarungan elite di tingkat atas. Penumpangan kasus Solo melalui provokator lokal dipermudah oleh kenyataan, bahwa aksi-aksi mahasiswa Solo sebelum kerusuhan sudah menimbulkan bentrokan dan korban fisik, bahkan pada masa-masa sebelum mahasiswa di kota lain berdemontrasi. Ketiga, Surabaya dan Lampung dan dikelompakkan menjadi satu kategori, karena beberapa ciri yang serupa. Di kedua kota ini, kerusuhan relatif berlangsung cepat dan segara dapat diatasi, skalanya relatif kecil dengan korban dan kerugian yang tidak begitu parah. Sekalipun pada kasus kedua kota ini juga didapati "penumpang gelap" (free rider) dan provokator lokal tetapi keduanya menunjukkan lebih menonjol sifat lokal, sporadis, terbatas, dan spontan. Keempat, kasus Palembang lebih tidak bersifat spontan dibanding Surabaya dan Lampung. Para "penumpang gelap" atau provokator lokal lebih berperan dan mengarah pada kerusuhan terencana dan terorganisir dalam skala yang lebih besar. Kelima, sedangkan kasus Medan, unsur-unsur penggerak lokal dengan ciri preman kota lebih menonjol lagi. patut diingat, bahwa kerusuhan di Medan sudah terjadi sepekan sebelum kerusuhan tanggal 13-15 Mei 1998 di lima kota lainnya, namun Medan merupakan titik awal rangkaian munculnya secara nasional. Dari uraian di atas, TGPF menemukan bahwa kerusuhan di Jakarta, Solo, Medan mempunyai kesamaan pola. Sedangkan kerusuhan di Palembang secara umum memiliki kesamaan dengan kerusuhan di Jakarta, Solo, Medan namun memiliki ciri spesifik di mana provokator dan "penumpang gelap" sukar dibedakan. Adapun kerusuhan yang terjadi di Lampung dan Surabaya, pada hakekatnya menunjukkan sifat-sifat yang lokal, sporadis, terbatas dan spontan. '''5.2.1. Korban Kekerasan Seksual''' # Besarnya jumlah korban jiwa selama kerusuhan disebabkan oleh telah terkumpulnya secara berpola terlebih dahulu jumlah massa yang besar disekitar gedung-gedung pusat pertokoan yang kemudian pada awalnya didorong memasuki gedung-gedung tersebut meninggal di dalam gedung yang terbakar. Bahwa jumlah korban jiwa yang besar juga diakibatkan oleh sangat lemahnya upaya penyelamatan, baik oleh masyarakat maupun instansi/aparatur. Faktor kebakaran dan skala kerusuhan yang telah terjadi merupakan penyebab utama dari kerugian materiil yang sangat besar. # Dari segi intensitas kekerasan terhadap sebagian korban yang menjadi sasaran serangan, dimensi sentimen anti rasial terhadap golongan etnik Cina yang latent merupakan faktor penyebab dominan yang mudah diekspolitir untuk menciptakan kerusuhan. Faktor lain yang telah menyebabkan penyerangan terhadap kelompok etnis Cina karena penyerangan awal yang ditujukan terhadap toko-toko dan rumah- rumah milik golongan etnis tersebut yang terkonsentrasi di beberapa wilayah tertentu. # Kekerasan seksual telah terjadi selama kerusuhan dan merupkan satu bentuk serangan terhadap martabat manusia yang telah menimbulkan penderitaan yang dalam serta rasa takut dan trauma yang luas. Kekerasan seksual terjadi karena adanya niat tertentu, paluang, serta pembentukan psikologi massa yang seolah-olah membolehkan tindakan tersebut dilakukan sehingga melipatgandakan terjadinya perbuatan tersebut. # Sosial Ekonomi. Tekanan dan kesenjangan sosial ekonomi yang diperparah oleh kelangkaan bahan pokok yang dialami masyarakat, rawan terhadap pengeksploatasian sehingga melahirkan dorongan-dorongan destruktif untuk melakukan tindak-tindak kekerasan (perusakan, pembakaran, penjarahan dan lain-lain). Sebagian besar mereka yang terlibat ikut- ikutan dalam kerusuhan pada dasarnya adalah korban dari keadaan serta struktur yang tidak adil. Mereka berasal dari lapisan rakyat kebanyakan. # Adanya kesimpangsiuran di masyarakat tentang ada tidaknya serta jumlah korban perkosaan timbul dari pendekatan yang didasarkan kepada hukum positif yang mensyaratkan adanya laporan korban, ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan dan atau tanda-tanda kekerasan serta saksi dan petunjuk. Di pihak lain, keadaan traumatis, rasa takut yang mendalam serta aib yang dialami oleh korban dan keluarganya, membuat mereka tidak dapat mengungkapkan segala hal yang mereka alami. Dari korban kekerasan seksual, khususnya korban perkosaan yang berjumlah 14 orang, setelah diverifikasi terdapat dua kelompok korban ditinjau dari sudut pendekatan positif dan empirik yaitu: # Fakta yang berasal dari korban langsung dan IDI yang berdasarkan sumpah jabatan dan Protokol Jakarta sebanyak 3 orang. # Fakta yang berasal dari keluarga korban, saksi, psikater/psikolog maupun rohaniwan/pendamping sebanyak 11 orang. '''5.2.2. Aspek Pertanggungjawaban Keamanan''' Kurang memadainya koordinasi antar satuan pengaman, adanya keterlambatan antisipasi, adanya aparat keamanan yang membiarkan kerusuhan terjadi dan adanya kesimpangsiuran penerapan perintah dari masing-masing satuan pelaksana, begitu juga perbedaan persepsi tentang adanya vakum kehadiran aparat keamanan dimungkinkan karena: # Adanya kelemahan komando dan pengendalian yang berakibat pada ketidaksamaan , ketidakjelasan/kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh satuan/pasukan di lapangan. # Pemilihan penetapan prioritas penempatan pasukan pengaman sentra-sentra ekonomi dan perdagangan yang tidak memadai untuk dapat segara meredakan keadaan telah menyebabkan banyak korban, bertalian dngan kondisi keterbatasan pasukan di wilayah jakarta serta dihadapkan dengan ekskalasi kerusuhan yang tidak mampu diantisipasi. # Komunikasi antar pasukan pengamanan tidak lancar yang disebabkan oleh keanekaragaman spesifikasi alat-alat komunikasi yang digunakan , yang semakin dipersulit oleh banyaknya gedung bertingkat tinggi. # Sesuai dengan doktrin ABRI rakyat bukanlah musuh, sehingga secara hukum aparat keamanan tidak boleh mengambil tindakan berupa penembakan terhadap rakyat/masyarakat. Secara psikologi aparat keamanan menghadapi dilema untuk mengambil tindakan efektif oleh karena banyaknya anggota masyarakat dan adanya pasukan lain yang berada di sekitar lokasi. # Adanya perbedaan pola tindak dan bentrokan di lapangan antara yang mencerminkan kondisi kurangnya koordinasi dan saling kepercayaan akan tugas untuk menghadapi tekanan arus massa yang besar. Kurang/terbatasnya satuan operasi Polda maupun Kodam Jaya dihadapkan pada luasnya wilayah tanggung jawab serta banyaknya tempat-tempat yang bernilai strategis (obyek wisata), Seharusnya Kapolda ataupun Pangdam Jaya mengambil skala prioritas dalam mengalokasikan atau menempatkan satuan/pasukan pengaman, sehingga ada beberapa tempat/wilayah terpaksa tidak dialokasikan satuan/pasukan pengaman. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Kesimpulan 1540 2585 2006-05-28T19:10:09Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 6 - Kesimpulan |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Analisa|Analisa]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Rekomendasi|Rekomendasi]] |shortcut = |notes = }} # Sebab pokok peristiwa Kerusuhan 13-14 mei 1998 adalah terjadinya persilangan ganda antara dua proses pokok yakni proses pergumulan elit politik yang bertalian dengan masalah kelangsungan kekuasaan kepemimpinan nasional dan proses pemburukan ekonomi moneter yang cepat. Di dalam proses pergumulan elit politik itu, ada pemeran-pemeran Makostrad tanggal 14 Mei 1998, patut diduga dapat mengungkap peranan pelaku dan pola pergumulan yang menuju pada kerusuhan yang terjadi. # Peristiwa kerusuhan 14 Mei 1998 adalah puncak dari rentetan kekerasan yang terjadi dalam berbagai peristiwa sebelumnya, seperti penculikan yang sesunguhnya sudah berlangsung lama dalam wujud kegiatan inteljen yang tidak dapat diawasi secara efektif dan peristiwa Trisakti. Dapat disimpulkan bahwa peristiwa penembakan mahasiswa di Trisakti telah menciptakan faktor martir yang telah menjadi pemicu (triggering factor) kerusuhan. # Dari fakta di lapangan terdapat tiga pola kerusuhan, yaitu: #* Pertama, kerusuhan bersifat lokal, sporadis, terbatas dan spontan, berlangsung dalam waktu relatif singkat dan dengan skala kerugian serta korban yang relatif kecil. Kerusuhan dengan pola seperti ini terjadi karena situasi sosial-ekonomi-politik yang secara obyektif sudah tidak mungkin dicegah. #* Kedua, Kerusuhan bersifat saling terkait antar-lokasi, dengan model yang mirip Provokator dalam jenis kerusuhan ini berperan lebih menonjol dibanding jenis kerusuhan pertama. Mereka bukan berasal dari lokasi yang bersangkutan. Kemudian, ada kemiripan, atau bahkan keseragaman waktu dan urutan-urutan kejadian. Karena jenis kerusuhan ini skalanya besar, dan beberapa tempat, bahkan mengindikasikan berlangsung secara berurutan secara sistematik. Namun, belum ditemukan indikasi bahwa kerusuhan jenis ini direncakan dan pecah secara lebih luas daripada sekedar bersifat lokal yang berurutan. Terdapat mata rantai yang terputus (missing link) bagi pembuktian bahwa kerusuhan ini terjadi kondisi objektif. Kerusuhan jenis ini skalanya besar dan didapati semua tempat. #* Ketiga, terdapat indikasi bahwa kerusuhan terjadi karena sengaja. Unsur kesengajaan lebih besar, dengan kondisi objektif yang sudah tercipta. Jenis kerusuhan ini umumnya mirip dengan jenis kedua, tetapi unsur penumpangan situasi jauh lebih jelas. Pada jenis atau pola ketiga ini, diduga kerusuhan diciptakan sebagai bagian dari pertarungan politik di tingkat elite. Sebagaimana halnya pada kerusuhan jenis kedua, terdapat sejumlah mata rantai yang hilang (missing link) yaitu bukti-bukti atau informasi yang merujuk pada hubungan secara jelas antara pertarungan antar elite dengan aras massa. # Dari temuan lapangan, banyak pihak yang berperan di semua tingkat, baik sebagai massa aktif maupun provokator unytuk mendapatkan keuntungn pribadi maupun kelompok atau golongan, atas terjadinya kerusuhan. Kesimpulan ini merupakan penegasan bahwa terdapat keterlibatan banyak pihak, mulai dari preman lokal, organisasi politik dan massa, hingga adanya keterlibatan sejumlah anggota dan unsur di dalam ABRI yang di luar kendali dalam kerisuhan ini. Mereka mendapatkan keuntungan bukan saja dari upaya secara sengaja untuk menumpangi kerusuhan, melainkan juga dengan cara tidak melakukan tindakan apa-apa. Dalam konteks inilah, ABRI tidak cukup bertindak untuk mencegah terjadinya kerusuhan, padahal memiliki tanggung jawab untuk itu. Di lain pihak, kemampuan masyarakat belum mendukung untuk turut mencegah terjadinya kerusuhan. # Angka pasti korban jiwa secara nasional tidak dapat diungkapkan, karena adanya kelemahan dalam sistem pemantauan serta prosedur pelaporan. Korban jiwa terbesar diderita oleh rakyat kebanyakan. Mereka sebagian besar meninggal karena terbakar. Mereka tak dapat dipersalahkan begitu saja dengan stigma penjarah. Begitu juga nilai kerugian material secara pasti tak dapat dihitung, hanya dapat diperkirakan. # Bedasarkan fakta yang ditemukan dan informasi dari saksi-saksi ahli, telah terjadi kekerasan seksual, termasuk perkosaan, dalam peristiwa Kerusuhan tanggal 13- 14 mei 1998. Dari sejumlah kasus yang dapat diverifikasi dapt disimpulkan telah terjadi perkosaan yang dilakukan terhadap sejumlah perempuan oleh sejumlah pelaku di bebagai tempat yang berbeda dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan, dapat terjadi secara spontan karena situasinya mendukung atau direkayasa oleh kelompok tertentu untuk tujuan tertentu. Korban adalah penduduk indonesia dengan berbagai latar belakang, yang diantarannya kebanyakan adalah etnis Cina. # Belum dapat dipastikan bahwa kekerasan seksual yang terjadi merupakan kegiatan yang terencana atau semata ekses dari kerusuhan. Tidak ditemukan fakta tentang adanya aspek agama dalam kasus kekerasan seksual. Juga disimpulkan, bahwa perangkat hukum positif tidak memadai dan oleh karena itu tiadak responsif untuk memungkinkan semua kasus perkosaan yang ditemukan atau dilaporkan dapat diproses secara hukum dengan segera. # Peristiwa kerusuhan ini semakin meluas oleh karena kurang mamadainya tindakan-tindakan pengamanan guna mencegah, membatasi dan menanggulangi pecahnya rangkaian perbuatan kekerasan yang seharusnya dapat diantisipasi dan yang kemudian berproses secara eskalatif. Dapat disimpulkan bahwa adanya kerawanan dan kelemahan operasi keamanan di Jakarta khususnya bertalian erat dengan kerusuhan pengembangan tanggung jawab Pangkoops Jaya yang tidak menjalankan tugasnya sebagaimana yang seharusnya. Gejala kerawanan dan kelemahan keamanan dalam gradasi yang berbeda-beda di berbagai kota lain di mana terjadi kerusuhan, juga bertalian dengan masalah pergumulan elit politik pada tingkat Nasional. # Ditegaskan korelasi sebab-akibat dari peristiwa-peristiwa kekerasan yang memuncak pada peristiwa kerusuhan 13-14 mei 1998, dapat dipersepsi sebagai suatu upaya ke arah penciptaan situasi darurat yang memerlukan tindakan pembentukan kekuasaan konstitusional yang ekstra, guna mengendalikan keadaan, yang persiapan-persiapan ke arah itu telah dimulai pada tingkat pengambilan keputusan tertinggi. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Rekomendasi 1541 2586 2006-05-28T19:10:55Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 7 - Rekomendasi |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Kesimpulan|Kesimpulan]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Status Hukum|Status Hukum]] |shortcut = |notes = }} Dari kesimpulan di atas TGPF menyampaikan rekomendasi kebijakan dan kelembagaan sebagi berikut: # Pemerintah perlu melakukan penyelidikan lanjutan terhadap sebab-sebab pokok dan pelaku utama peristiwa kerusuhan 13-14 Mei 1998, dan kemudian menyusun serta mengumumkan buku putih mengenai peranan dan tanggung jawab serta keterkaitan satu sama lain dari semua pihak yang bertalian dengan kerusuhan tersebut. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan penyelidikan terhadap pertemuan di Makostrad pada tanggal 14 Mei 1998 guna mengetahui dan mengungkap serta memastikan peran Letjen. Prabowo dan pihak-pihak lainya, dalan seluruh proses yang menimbulkan terjadinya kerusuhan. # Pemerintah perlu sesegera mungkin menindaklanjuti kasus-kasus yang diperkirakan terkait dengan rangkaian tindakan kekerasan yang memuncak pada kerusuhan 13-14 Mei 1998, yang dapat diungkap secara yuridis baik terhadap warga sipil maupun militer yang terlibat dengan seadil-adilnya, guna menegakkan wibawa hukum, termasuk mempercepat proses Yudisial yang sedang berjalan. Dalam rangkaian ini Pangkoops Jaya Mayjen Syafrie Syamsoeddin perlu dimintakan pertanggung jawabannya. Dalam kasus penculikan Letjen Prabowo dan semua pihak yang terlibat harus dibawa ke pengadilan militer. Demikian juga dalam kasus Trisakti, perlu dilakukan berbagai tindakan lanjutan yang sungguh-sungguh untuk mengungkapkan peristiwa penembakan mahasiswa. # Pemerintah harus segera memberikan jaminan keamanan bagi saksi dan korban dengan membuat undang-undang dimaksud. Sementara undang-undang tersebut belum terbentuk, pemerintah segera membuat badan permanen untuk melaksanakan program perlindungan terhadap para korban dan saksi (victim and witness protection program). # Pemerintah harus memberikan rehabilitas dan kompensasi bagi semua korban dan keluarga kerusuhan. Pemerintah juga untuk mengurus surat-surat berharga milik korban. Terhadap gedung-gedung yang terbakar, pemerintah perlu segera membantu pembangunan kembali gedung-gedung tersebut, terutama sentra-sentra ekonomi dan perdagangan serta fasilitas-fasilitas sosial. # Pemerintah perlu segera meratifikasi konvensi internasional mengenai anti-diskriminasi rasial dan merealisasikan pelaksanaanya dalam produk hukum positif, termasuk implementasi konvensi anti penyiksaan. # Pemerintah perlu segera membersihkan segala bentuk premanisme yang berkembang di semua lingkungan, lapisan dan profesi masyarakat sesuai dengan hukum yang berlaku, dan menetapkan secara hukum pelarangan penggunaan seragam-seragam militer atau yang menyerupai seragam militer bagi organisasi massa yang cenderung menjadikannya sensasi organisasi para militer. # Pemerintah perlu segera menyusun undang-undang tentang intelejen negara yang menegaskan tanggung jawab pokok, fungsi dan batas ruang lingkup pelaksanaan operasi intelejen pada badan pemerintah/negara yang berwenang, sehingga kepentingan keamanan negara dapat dilindungi dan di pihak lain hak asasi manusia dapat dihormati. Yang tak kurang penting adalah bahwa kegiatan operasi intelejen dapat diawasi secara efektif oleh lembaga-lembaga pengawas, sehingga tidak berubah menjadi instrumen kekuasaan bagi kepentingan politik dari pihak tertentu. # Pemerintah perlu membentuk mekanisme pendataan lanjutan yang dapat menampung proses pemuktahiran data-data tentang semua aspek yang menyangkut kerusuhan tanggal 13-15 Mei 1998. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Status Hukum 1542 2587 2006-05-28T19:11:46Z Borgx 2 tpl {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 8 - Status Hukum |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Rekomendasi|Rekomendasi]] |next = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Penutup|Penutup]] |shortcut = |notes = }} # Keseluruhan bahan-bahan dan dukomentasi serta Laporan Akhir Tim Gabungan Pencari Fakta diserahterimakan kepada pemerintah cq Menteri Kehakiman pada saat berakhirnya tugas TGPF. # Dengan Selesainya tugas Tim Gabungan Pencari Fakta, maka secara hukum segala hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota berakhir. Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Penutup 1543 2590 2006-05-28T19:13:08Z Borgx 2 typo {{process header |title = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998]] |section = Bab 9 - Penutup |previous = [[Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Peristiwa Tanggal 13-15 Mei 1998/Status Hukum|Status Hukum]] |next = |shortcut = |notes = }} Peristiwa kerusuhan 13-15 Mei 1998 adalah tragedi nasional yang sangat menyedihkan dan merupakan satu aib terhadap martabat dan kehormatan manusia, bangsa dan negara secara keseluruhan. Pemerintah maupun masyarakat harus secara sungguh-sungguh mengambil segala tindakan untuk mencegah terulangnya peristiwa semacam kerusuhan tersebut. Adalah mendesak bahwa perhatian dan solidaritas semua pihak diwujudkan secara nyata kepada para korban dan keluarga korban, sehingga pemulihan hak-hak sebagai satu bangsa yang beradab juga ditentukan sejauh mana bangsa kita dapat mengkoreksi kelemahan dan kekurangannya, secepat apa kita menghilangkan rasa takut dan mewujudkan rasa tenteram dan aman untuk setiap orang tanpa terkecuali. Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia 1544 2618 2006-05-29T09:37:53Z IvanLanin 30 tpl, toc {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Naskah bersejarah]] |next = |shortcut = |notes = Sumber: [http://www.unhchr.ch/udhr/lang/inz.htm Terjemahan di situs resmi UNHCHR] {{wikipedia|artikel=Hak Asasi Manusia}} }}{{TOCright}} ===Mukadimah=== Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia, Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah hak-hak asasi manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan hati nurani umat manusia, dan terbentuknya suatu dunia tempat manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan beragama serta kebebasan dari ketakutan dan kekurangan telah dinyatakan sebagai cita-cita tertinggi dari rakyat biasa, Menimbang bahwa hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum supaya orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang kelaliman dan penindasan, Menimbang bahwa pembangunan hubungan persahabatan antara negara-negara perlu digalakkan, Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sekali lagi telah menyatakan di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa kepercayaan mereka akan hak-hak dasar dari manusia, akan martabat dan nilai seseorang manusia dan akan hak-hak yang sama dari pria maupun wanita, dan telah bertekad untuk menggalakkan kemajuan sosial dan taraf hidup yang lebih baik di dalam kemerdekaan yang lebih luas, Menimbang bahwa Negara-Negara Anggota telah berjanji untuk mencapai kemajuan dalam penghargaan dan penghormatan umum terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan asasi, dengan bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Menimbang bahwa pengertian umum tentang hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut sangat penting untuk pelaksanaan yang sungguh-sungguh dari janji ini, maka, Majelis Umum dengan ini memproklamasikan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat dengan senantiasa mengingat Pernyataan ini, akan berusaha dengan jalan mengajar dan mendidik untuk menggalakkan penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-tindakan progresif yang bersifat nasional maupun internasional, menjamin pengakuan dan penghormatannya secara universal dan efektif, baik oleh bangsa-bangsa dari Negara-Negara Anggota sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan hukum mereka. ===Pasal 1=== Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. ===Pasal 2=== Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Di samping itu, tidak diperbolehkan melakukan perbedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain. ===Pasal 3=== Setiap orang berhak atas penghidupan, kebebasan dan keselamatan individu. ===Pasal 4=== Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan, perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun mesti dilarang. ===Pasal 5=== Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau direndahkan martabatnya. ===Pasal 6=== Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai pribadi di mana saja ia berada. ===Pasal 7=== Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu. ===Pasal 8=== Setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dari pengadilan nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau hukum. ===Pasal 9=== Tak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang. ===Pasal 10=== Setiap orang, dalam persamaan yang penuh, berhak atas pengadilan yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak dan kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan kepadanya. ===Pasal 11=== #Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu pelanggaran hukum dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuk pembelaannya. #Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran hukum karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran hukum menurut undang-undang nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman lebih berat daripada hukuman yang seharusnya dikenakan ketika pelanggaran hukum itu dilakukan. ===Pasal 12=== Tidak seorang pun dapat diganggu dengan sewenang-wenang urusan pribadinya, keluarganya, rumah-tangganya atau hubungan surat-menyuratnya, juga tak diperkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau pelanggaran seperti itu. ===Pasal 13=== #Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di dalam batas-batas setiap negara. #Setiap orang berhak meninggalkan sesuatu negeri, termasuk negerinya sendiri, dan berhak kembali ke negerinya. ===Pasal 14=== #Setiap orang berhak mencari dan menikmati suaka di negeri lain untuk melindungi diri dari pengejaran. #Hak ini tidak berlaku untuk kasus pengejaran yang benar-benar timbul karena kejahatan-kejahatan yang tak berhubungan dengan politik, atau karena perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. ===Pasal 15=== #Setiap orang berhak atas sesuatu kewarga-negaraan. #Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarga-negaraannya atau ditolak haknya untuk mengganti kewarga-negaraan. ===Pasal 16=== #Pria dan wanita yang sudah dewasa, dengan tidak dibatasi kebangsaan, kewarga-negaraan atau agama, berhak untuk nikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan, di dalam masa perkawinan dan pada saat perceraian. #Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai. #Keluarga adalah kesatuan alamiah dan fundamental dari masyarakat dan berhak mendapat perlindungan dari masyarakat dan Negara. ===Pasal 17=== #Setiap orang berhak memiliki harta, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. #Tak seorang pun boleh dirampas hartanya dengan semena-mena. ===Pasal 18=== Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya, mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri. ===Pasal 19=== Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas (wilayah). ===Pasal 20=== #Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat secara damai. #Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki sesuatu perkumpulan. ===Pasal 21=== #Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan negerinya, secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas. #Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya. #Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala dan jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan yang tidak membeda-bedakan, dan dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang menjamin kebebasan memberikan suara. ===Pasal 22=== Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas jaminan sosial dan berhak melaksanakan dengan perantaraan usaha-usaha nasional dan kerjasama internasional, dan sesuai dengan organisasi serta sumber-sumber kekayaan dari setiap Negara, hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan yang sangat diperlukan untuk martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya. ===Pasal 23=== #Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta baik, dan berhak atas perlindungan dari pengangguran. #Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama. #Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil dan baik yang menjamin kehidupannya dan keluarganya, suatu kehidupan yang pantas untuk manusia yang bermartabat, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya. #Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat pekerja untuk melindungi kepentingannya. ===Pasal 24=== Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan hari libur berkala, dengan menerima upah. ===Pasal 25=== #Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata pencarian yang lain karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya. #Para ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat perlindungan sosial yang sama. ===Pasal 26=== #Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus gratis, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan jurusan secara umum harus terbuka bagi semua orang, dan pengajaran tinggi harus secara adil dapat diakses oleh semua orang, berdasarkan kepantasan. #Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan asasi. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi dan persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian. #Orang-tua mempunyai hak utama untuk memilih jenis pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anak mereka. ===Pasal 27=== #Setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam kehidupan kebudayaan masyarakat, untuk mengecap kenikmatan kesenian dan berbagi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan manfaatnya. #Setiap orang berhak untuk memperoleh perlindungan atas kepentingan-kepentingan moril dan material yang diperoleh sebagai hasil dari sesuatu produksi ilmiah, kesusasteraan atau kesenian yang diciptakannya. ===Pasal 28=== Setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan internasional di mana hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang termaktub di dalam Pernyataan ini dapat dilaksanakan sepenuhnya. ===Pasal 29=== #Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat tempat satu-satunya di mana ia memperoleh kesempatan untuk mengembangkan pribadinya dengan penuh dan leluasa. #Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan yang layak terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis. #Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dengan jalan bagaimana pun sekali-kali tidak boleh dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. ===Pasal 30=== Tidak satu pun di dalam Pernyataan ini boleh ditafsirkan memberikan sesuatu Negara, kelompok ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa pun atau melakukan perbuatan yang bertujuan untuk merusak hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang mana pun yang termaktub di dalam Pernyataan ini. [[Kategori:Naskah bersejarah]] [[en:Universal Declaration of Human Rights]] Pengguna:Zigger 1545 1838 2006-01-13T14:44:48Z Zigger 13 en [[wikipedia:User:Zigger]] Bicara Pengguna:Zigger 1546 1839 2006-01-13T14:44:57Z Zigger 13 en [[wikipedia:User talk:Zigger]] MediaWiki:Captcha-createaccount 1550 1854 2006-02-03T06:35:01Z Borgx 2 terjemahkan Sebagai perlindungan melawan spam, Anda diharuskan untuk mengetikkan kata-kata yang muncul di dalam gambar di bawah ini di kotak yang tersedia untuk dapat mendaftarkan pengguna baru: <br />([[Special:Captcha/help|Apa ini?]]) MediaWiki:Captcha-createaccount-fail 1551 1855 2006-02-03T06:45:52Z Borgx 2 terjemahkan Kode konfirmasi salah atau belum diisi. MediaWiki:Captchahelp-title 1552 1856 2006-02-03T06:56:27Z Borgx 2 terjemahkan Mengenai Captcha MediaWiki:Captchahelp-text 1553 1857 2006-02-03T07:16:16Z Borgx 2 terjemahkan Situs web yang menerima masukan data dari publik seperti Wikisource bahasa Indonesia ini kerapkali disalahgunakan oleh pengguna-pengguna yang tidak bertanggungjawab untuk mengirimkan spam menggunakan program-program otomatis. Walaupun spam-spam tersebut dapat dibuang, tetapi tetap saja menimbulkan gangguan berarti. Ketika menambahkan pranala web baru ke satu halaman, wikipedia akan menampilkan sebuah gambar tulisan yang rusak dan meminta Anda untuk mengetikkan kata dimaksud. Karena ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit diotomatisasi, sehingga memerlukan campur tangan seseorang. Dengan demikian dapat mengatasi kebanyakan aksi spam dan penyerangan menggunakan bot lainnya. Fitur ini hanya digunakan apabila seseorang pengguna tidak menggunakan ''account'' (pengguna anon). Akan tetapi ini dapat membuat tidak nyaman beberapa pengguna yang memiliki keterbatasan penglihatan atau yang menggunakan browser berbasis teks atau ucapan. Sekarang ini kami tidak memiliki alternatif lainnya. MediaWiki:Anonnotice 1554 2449 2006-05-28T15:18:08Z Borgx 2 koreksi pranala <div style="text-align:right; font-style:normal; font-size:80%" class="plainlinks"> <b><font color="blue">[http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Special:Userlogin&type=signup&returnto=Halaman_Utama Daftarkan pengguna baru]</font></b> atau <b><font color="green">[http://id.wikisource.org/w/index.php?title=Special:Userlogin&returnto=Halaman_Utama masuk log jika sudah terdaftar sebelumnya]</font></b></div> Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 75 Tahun 2005 1556 2571 2006-05-28T18:50:11Z Borgx 2 tpl, +kat {{process header |title = |section = |previous = [[Produk hukum Indonesia lainnya]] |next = |shortcut = |notes = Sumber: http://bplhd.jakarta.go.id/uupp/PERGUB_NO_75_TH_2005.pdf }} <center>'''PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH'''</center> <center>'''KHUSUS IBUKOTA JAKARTA'''</center> <center>'''NOMOR 75 TAHUN 2005'''</center> <br> <center>'''TENTANG'''</center> <br> <center>'''KAWASAN DILARANG MEROKOK'''</center> <br> <br> <center>'''DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA'''</center><br> <center>'''GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,'''</center> Menimbang:<br> :a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif maupun perokok pasif, oleh sebab itu diperlukan perlindungan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan;<br> :b. bahwa untuk udara yang sehat dan bersih hak bagi setiap orang, maka diperlukan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk mencegah dampak penggunaan rokok baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan, guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal;<br> :c. bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 13 dan Pasal 24 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, perlu dilakukan pengaturan kawasan dilarang merokok sebagai upaya menciptakan udara yang sehat dan bersih;<br> :d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Kawasan Dilarang Merokok.<br> Mengingat: #Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; #Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; #Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; #Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentana Perlindungan Konsumen; #Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; #Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia; #Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; #Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; #Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; #Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; #Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; #Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; #Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan; #Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Seseorang dan/atau Badan yang Berjasa Kepada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; #Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; #Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukola Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; #Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; #Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; #Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 2004 tentang Pengendalian Rokok di Tempat Kerja di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. <center>MEMUTUSKAN:</center> <center>Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK.</center> <center>BAB I</center> <center>KETENTUAN UMUM</center> <center>Pasal 1</center> Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: #Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Asisten Kesejahteraan Masyarakat adalah Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah yang seianjutnya disingkat BPLHD adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provins Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Ketenteraman dan Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Dinas Tramtib dan Linmas adalah Dinas Ketenteraman dan Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; #Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Pendidikan Dasar adalah Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi adalah Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial adalah Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Walikotamadya adalah Walikotamadya di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Bupati adalah Bupati Kabupaten Auministratif Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. #Pimpinan atau penanggung jawab adalah orang dan/atau badan hukum yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha di tempat atau kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang merokok baik milik pemerintah maupun swasta. #Masyarakat adalah orang perorangan dan/atau kelompok orang. #Pencemaran udara di ruang tertutup adalah pencemaran udara yang terjadi di dalam ruang dan/atau angkutan umum akibat paparan sumber pencemaran yang memiliki dampak kesehatan kepada manusia. #Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis. #Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai pada suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. #Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan. #Kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok. #Tempat atau ruangan adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan dan/atau usaha. #Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat termasuk tempat umum milik Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, gedung perkantoran umum, tempat pelayanan umum antara lain terminal termasuk terminal busway, bandara, stasiun, mall, pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel, restoran, dan sejenisnya. #Tempat kerja adalah ruang tertutup yang bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja atau tempat yang seeing dimasuki tenaga kerja dan tempat sumber-sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat, ruang sidang/seminar, dan sejenisnya. #Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara termasuk di dalamnya taksi, bus umum, busway, mikrolet, angkutan kota, Kopaja, Kancil, dan sejenisnya. #Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti mesjid termasuk mushola, gereja termasuk kapel, pura, wihara, dan kelenteng; #Arena kegiatan anak-anak adalah tempat atau arena yang diperuntukkan untuk kegiatan anak-anak, seperti Tempat Penitipan Anak (TPA), tempat pengasuhan anak, arena bermain anak-anak, atau sejenisnya. #Tempat proses belajar mengajar adalah tempat proses belajar-mengajar atau pendidikan dan pelatihan termasuk perpustakaan, ruang praktik atau laboratorium, musium, dan sejenisnya. #Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, praktik dokter, praktik bidan, toko obat atau apotek, pedagang farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, dan tempat kesehatan lainnya, antara lain pusat dan/atau balai pengobatan, rumah bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). <center>BAB II</center> <center>TUJUAN DAN SASARAN</center> <center>Pasal 2</center> Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok, adalah: :a. menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat; :b. meningkatkan produktivitas kerja yang optimal; :c. mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok; :d. menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula; :e. mewujudkan generasi muda yang sehat. <center>Pasal 3</center> Sasaran kawasan dilarang merokok adalah tempat umum, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan, arena kegiatan anak-anak, tempat ibadah, dan angkutan umum. <center>BAB III</center> <center>PIMPINAN DAN ATAU PENANGGUNG JAWAB</center> <center>Pasal 4</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat atau Kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib menetapkan Kawasan Dilarang Merokok. #Penetapan Kawasan Dilarang Merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara teknis ditetapkan oleh pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat yang bersangkutan. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memasang larangan merokok di tempat yang dinyatakan "Kawasan Dilarang Merokok". <center>Pasal 5</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus memberi contoh dan teladan di tempat yang tanggung jawabnya di kawasan dilarang merokok. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat menampilkan data dan informasi bahaya rokok kepada masyarakat di Kawasan Dilarang Merokok. <center>BAB IV</center> <center>KAWASAN DILARANG MEROKOK</center> <center>Bagian Kesatu Tempat Umum</center> <center>Pasal 6</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, wajib melarang kepada pengguna tempat umum dan/atau pengunjung untuk tidak rnerokok di tempat umum. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umurn sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan kepada pengguna tempat umum dan/atau pengunjung apabila terbukti merokok di tempat umum. #Pengguna tempat dan/atau pengunjung dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum apabila ada yang merokok di tempat umum. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pengguna tempat dan/atau pengunjung sebagaimana dimaksud pada ayat (3). #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat umum, dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok sebagai Kawasan merokok. <center>Bagian Kedua</center> <center>Tempat Kerja</center> <center>Pasal 7</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, wajib melarang kepada staf dan/atau pegawainya untuk tidak merokok cli tempat kerja. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan apabila terbukti staf dan/atau pegawainya merokok di tempat kerja. #Staf dan/atau pegawai dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, apabila ada yang merokok di tempat Kerja, #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh staf dan/atau pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (3). #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja, dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok sebagai Kawasan merokok. <center>Bagian Ketiga</center> <center>Tempat Proses Belajar Mengajar</center> <center>Pasal 8</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib melarang kepada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur sekolah lainnya untuk tidak merokok di tempat proses belajar mengajar. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan kepada peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta unsur sekolah lainnya apabila terbukti merokok di tempat proses belajar mengajar. #Peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur sekolah lainnya dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar apabila terbukti ada yang merokok di tempat proses belajar mengajar. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oieh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruh unsur sekolah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3). <center>Bagian Keempat</center> <center>Tempat Pelayanan Kesehatan</center> <center>Pasal 9</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, wajib melarang kepada setiap pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis untuk tidak merokok di tempat pelayanan kesehatan. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengambil tindakan, apabila terbukti pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis merokok di tempat pelayanan kesehatan. #Pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, apabila ada yang merokok di tempat pelayanan kesehatan. #Pimpinan atau penanggung jawab tempat pelayanan kesehatan, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pasien dan/atau pengunjung serta tenaga medis dan non medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3). <center>Bagian Kelima</center> <center>Arena Kegiatan Anak-anak</center> <center>Pasal 10</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan anak-anak, wajib melarang kepada pengguna dan/atau pengunjung untuk tidak merokok di arena kegiatan anak-anak. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan anak-anak wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengampi tindakan, apabila terbukti pengguna dan/atau pengunjung ada merokok di arena kegiatan anak-anak. #Pengguna dan/atau pengunjung arena kegiatan anak-anak, dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan anak-anak, apabila ada yang merokok di arena kegiatan anak-anak. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab arena kegiatan anak-anak, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh pengguna dan/atau pengunjung sebagaimana dimaksud pada ayat (3). <center>Bagian Keenam</center> <center>Tempat Ibadah</center> <center>Pasal 11</center> #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat ibadah. wajib melarang kepada masyarakat atau jemaahnya untuk tidak merokok di tempat ibadah. #Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat ibadan, wajib menegur dan/atau memperingatkan dan/atau mengarnbil tindakan apabila terdapat masyarakat atau jemaahnya merokok di tempat ibadah. #Masyarakat atau jemaah berkewajiban menegur atau melaporkan kepada pimpinan dan atau penanggung jawab tempat ibadah apabila ada yang merokok di tempat ibadah. #Pimpinan dan/atau penanggung tempat ibadah, wajib mengambil tindakan atas laporan yang disampaikan oleh masyarakat atau jemaahnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3). <center>Bagian Ketujuh</center> <center>Angkutan Umum</center> <center>Pasal 12</center> #Pengemudi dan/atau kondektur wajib memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih. bebas dari asap atau bau rokok di dalam kendaraannya. #Penandaan atau petunjuk berupa tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, di tempat yang dinyatakan tidak boleh merokok adalah "KAWASAN DILARANG MEROKOK", sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Gubernur ini. #Penandaan atau petunjuk berupa tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, di tempat khusus untuk merokok berupa "KAWASAN MEROKOK", sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Gubernur ini. #Penandaan atau petunjuk berupa gambar dan/atau simbol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, memberikan pengertian Kawasan Dilarang Merokok atau Kawasan merokok, sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan Gubernur ini. <center>Pasal 16</center> Penandaan atau petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, meliputi: :a. karakteristik dan latar belakang penandaan atau petunjuk terbuat dari bahan yang tidak silau serta karakteristik dari simbol harus kontras dengan latar belakangnya, dengan karakterterang, di atas gelap atau sebaliknya; :b. tinggi atau besar karakter huruf sesuai dengan jarak pandang dari tempat penandaan atau petunjuk agar mudah terlihat dan dibaca. <center>Pasal 17</center> Penempatan penandaan atau petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: :a. penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandangan tanpa penghalang; :b. satu kesatuan sistem dengan lingkungan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang merokok; :c. mendapat pencahayaan yang cukup termasuk penambahan lampu pada kondisi gelap atau pada malam hari; :d. tidak menggangu aktivitas lain atau mobilitas orang. <center>BAB V</center> <center>TEMPAT KHUSUS/KAWASAN MEROKOK</center> <center>Pasal 18</center> Tempat khusus atau Kawasan merokok harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: :a. tempatnya terpisah secara fisik atau tidak bercampur dengan kawasan dilarang merokok; :b. dilengkapi alat penghisap udara atau memiliki sistem sirkulasi udara; :c. dilengkapi asbak atau tempat pembuangan puntung rokok. :d. dapat dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi kesehatan. <center>BAB VI</center> <center>PERAN SERTA MASYARAKAT</center> <center>Pasal 19</center> #Peran serta masyarakat dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok, badan hukum atau badan usaha, dan lembaga atau organisasi yang diselenggarakan oleh masyarakat. #Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: ::a. melakukan pengawasan pelaksanaan Peraturan Gubernur ini. ::b. memberikan bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan data dan/atau informasi dampak rokok bagi kesehatan. <center>Pasal 20</center> #Setiap warga masyarakat berkewajiban ikut serta memberikan bimbingan dan penyuluhan dampak rokok bagi kesehatan kepada keluarganya dan/atau lingkungannya. #Setiap warga masyarakat berkewajiban memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok. <center>BAB VI I</center> <center>PEMBINAAN DAN PENGAWASAN</center> <center>Bagian Kesatu</center> <center>Pembinaan</center> <center>Pasal 21</center> Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial, Walikotamadya/Bupati, merupakan perangkat Daerah yang berkewajiban melakukan pembinaan untuk: :a. menyelenggarakan kawasan dilarang merokok di setiap tempat yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang merokok. :b. mengusahakan agar masyarakat terhindar dari penyakit akibat penggunaan rokok. <center>Pasal 22</center> #Pembinaan pelaksanaan kawasan dilarang merokok dalam rangka pengembangan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. #Pembinaan pelaKsanaan Kawasan dilarang merokok dilaksanakan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sesuai bidang tugasnya dan/atau wewenangnya di bawah koordinasi BPLHD. <center>Pasal 23</center> Pembinaan pelaksanaan rokok di kawasan dilarang merokok, berupa: :a. bimbingan dan/atau penyuluhan; :b. pemberdayaan masyarakat; :c. menyiapkan petunjuk teknis. <center>Pasal 24</center> :1.&nbsp;&nbsp;Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, dapat dilakukan oleh: ::a. masing-masing porangkat Daerah dengan melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan dalam rangka pembinaan pelaksanaan kawasan dilarang merokok; ::b. bekerja sama dengan masyarakat dan/atau badan/atau lembaga atau organisasi kemasyarakatan; ::c. Gubernur dapat memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa dalam rangka memotivasi membantu pelaksanaan kawasan dilarang merokok. :2.&nbsp;&nbsp;Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. <center>Bagian Kedua</center> <center>Pengawasan</center> <center>Pasal 25</center> Perangkat Daerah bersama-sama masyarakat dan/atau badan/atau lembaga dan/atau organisasi kemasyakatan, melakukan pengawasan pelaksanaan kawasan dilarang merokok. <center>Pasal 26</center> #Pengawasan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan oleh BPLHD, Dinas Kesehatan, Dinas Tramtib dan Limas, Dinas Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial, Walikotamadya/Bupati, dan Perangkat Daerah lain sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. #Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaporkan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing kepada Gubernur melalui Asisten Kesejahteraan Masyarakat setiap 3 bulan sekali atau sesuai dengan kebutuhan. #Apabila dari hasil pengawasan terdapat atau diduga terjadi pelanggaran ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Gubernur ini, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dapat mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB VIII</center> <center>SANKSI</center> <center>Pasal 27</center> :1.&nbsp;&nbsp;Pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang merokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, apabila terbukti membiarkan orang merokok di kawasan dilarang merokok, dapat dikenakan sanksi administrasi berupa: ::a. peringatan tertulis; ::b. penghentian sementara kegiatan atau usaha; ::c. pencabutan izin. :2.&nbsp;&nbsp;Setiap orang yang terbukti merokok di kawasan dilarang merokok, dapat dikenakan sanksi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan/atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. <center>BAB IX</center> <center>KETENTUAN PENUTUP</center> <center>Pasal 28</center> Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.<br> Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahksn pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. ::::::::::::::::::Ditetapkan di Jakarta ::::::::::::::::::pada tanggal 20 Juni 2005 ::::::::::::::::::GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ::::::::::::::::::SUTIYOSO Diundangkan di Jakarta<br> pada tanggal 23 Juni 2005 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, RITOLATA TASMAYA<br> NIP 140091657 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2005 NOMOR 66 [[Kategori:Produk hukum lain]] Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 13 Februari 2006 1557 2484 2006-05-28T15:56:06Z Borgx 2 fix redirect <small>[[Pidato|< Pidato]]</small> ---- Istana Negara, Senin, 13 Februari 2006<br> Sambutan pada Pelantikan Panglima TNI dan Kepala Staf TNI AU Transkripsi<br> Sambutan Presiden Republik Indonesia<br> Pada Acara<br> Pelantikan Panglima Tentara Nasional Indonesia<br> Dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara<br> Istana Negara, 13 Februari 2006<br> Bismillahirahmanirahim,<br> Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,<br> Selamat Pagi,<br> Salam sejahtera untuk kita semua,<br> Yang saya hormati, Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia,<br> Para Pimpinan Lembaga-Lembaga Negara,<br> Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,<br> Saudara Jenderal TNI Endriartono Sutarto yang akan segera menyerahterimakan tugas dan jabatan sebagai jabatan Panglima TNI dan para pimpinan TNI, para sesepuh TNI, Saudara Panglima TNI dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Hadirin sekalian yang saya muliakan,<br> Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan rahmat dan karunia-Nya, kita semua dapat hadir dalam acara pelantikan Panglima TNI dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara. Atas nama negara dan pemerintah, dan selaku pribadi, saya mengucapkan selamat kepada Marsekal TNI Djoko Suyanto dan Marsekal Madya TNI, Herman Prayitno, sebagai Panglima TNI dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara. Sebagaimana saudara ketahui, jabatan adalah amanah, kepercayaan dan kehormatan. Junjung tinggi amanah, kepercayaan dan kehormatan yang telah diberikan oleh negara kepada saudara. Di sisi lain, jabatan adalah tugas dan pengabdian, laksanakan tugas dengan pengabdian itu sebaik-baiknya, dengan berbuat yang terbaik dalam setiap pelaksanaan tugas yang saudara emban. Saudara akan memimpin Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Kasau akan memimpin Prajurit TNI Angkatan Udara, pimpin mereka dengan baik, bina, didik dan latihlah dengan baik agar mereka dapat mengemban tugas dengan baik pula dan tingkatkan serta majukan kesejahteraan prajurit yang para Marsekal pimpin. Hadirin sekalian yang saya hormati,<br> Kurun waktu, awal reformasi, 5 tahun pertama, 1998 sampai dengan 2003, pelibatan TNI sangat tinggi. TNI mengerahkan kekuatan yang maksimal dengan intensitas, frekuensi dan rotasi penugasan yang tinggi karena memang keadaan negara memerlukan untuk itu. Dua tahun setelah itu, 2004 sampai dengan 2005, intensitas itu mulai berkurang tetapi masih relatif tinggi. Kita menyadari bahwa pada periode seperti itu, hampir seluruh waktu digunakan oleh TNI untuk mengemban tugas yang berat tapi mulia untuk bangsa dan negara. Oleh karena itu, pembinaan kekuatan, pendidikan dan latihan, memodernisasi dan membangun kekuatan yang semestinya, tidak dapat dilaksanakan dengan penuh karena konsentrasi dan prioritas yang dilaksanakan oleh jajaran TNI, sekali lagi adalah untuk mengemban tugas negara. Kita saksikan bersama pada kurun waktu yang penting itu, TNI mengemban tugas-tugas yang disebut dengan operasi militer selain perang. Kita ketahui, menghadapi separatisme, menghadapi gangguan keamanan dan lain-lain dalam tugas bersamanya dengan jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kini dengan telah berubahnya situasi keamanan dalam negeri, meskipun belum pulih benar maka saatnya telah tiba bagi Pimpinan TNI termasuk Pimpinan TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk lebih meningkatkan kegiatan pembinaan, baik untuk mengembangkan doktrin, meningkatkan pendidikan dan latihan, memodernisasi perlengkapan, peralatan dan sistem senjata dan hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan TNI sebagai tentara profesional. Dalam hal alat utama sistem persenjataan, peralatan dan perlengkapan militer sudah saatnya untuk dilakukan modernisasi serta penambahan kekuatan. Dalam hal ini, saya meminta betul agar peningkatan itu dilakukan sejalan dengan kemampuan anggaran pemerintah. Kemudian sesuai dengan kepentingan pengguna melalui mekanisme dan prosedur yang tepat dan benar dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa pengambil kebijakan tingkat puncak adalah atas nama, Presiden, Menteri Pertahanan, dalam pengadaan sistem persenjataan ini. Ikuti mekanisme dan prosedur itu, laksanakan secara transparan, akuntabel dan bersih dari penyimpangan serta utamakan penggunaan produksi dalam negeri yang telah dapat diproduksi oleh industri-industri pertahanan kita, menjadi prioritas sebelum kita melakukan pengadaan dari negara lain atau dari segi lain, dari sisi lain, pengadaan alat persenjataan dari negara lain dilakukan apabila di dalam negeri tidak tersedia untuk itu. Pendidikan dan latihan agar ditingkatkan dan digalakkan. Kita tidak boleh kalah dengan tentara dari negara manapun, dalam hal pengetahuan dan keterampilan kita. Dalam teknologi militer yang makin modern, dalam yang disebut revolusi dalam urusan militer, kita harus bisa mengimbangi. Dan saya yakin dengan pendidikan dan latihan yang tepat, yang gigih, kita akan menjadi tentara yang profesional dan tidak kalah dengan profesionalitas tentara negara-negara lain. Dalam hal kesejahteraan prajurit, saya minta perhatian para Marsekal dan seluruh Pimpinan TNI untuk dari waktu ke waktu meningkatkan kesejahteraan mereka, resiko yang dihadapi oleh prajurit kita dalam tugas mengemban amanah rakyat, bangsa dan negara sangat tinggi. Oleh karena itu, perlu dipikirkan tingkat kesejahteraan yang layak, yang mampu didukung oleh anggaran negara kita. Saudara-saudara,<br> Dalam kesempatan yang baik ini, saya mengingatkan kembali, apa yang saya sampaikan pada tanggal 5 Oktober 2005 yang lalu dalam peringatan Hari TNI. Saya sampaikan waktu itu agar kalian terus melanjutkan reformsi karena agar TNI menghormati demokrasi. Reformasi telah membuahkan hasil, yang kita rasakan tetapi reformasi itu belum selesai dan harus terus berlanjut. Ruh dan jiwa dari reformasi adalah berhentinya TNI dari kegiatan politik, politik praktis. Kembalinya TNI pada jati diri dan profesionalismenya dan TNI lebih meningkatkan upayanya untuk meningkatkan postur dan kemampuannya. Saya menyadari dalam masa transisi ini, masih ada godaan-godaan kepada para Jenderal, Laksamana, Marsekal untuk memasuki wilayah politik, sadar atau tidak sadar, mari kita ukir sejarah, jangan sampai itu terjadi dan terulang kembali. Ada masa-masa yang memerlukan ketegaran dan netralitas segenap Pimpinan TNI untuk tidak terseret kembali atau main-main api dalam kegiatan politik. Tetaplah netral, selamatkan prajurit dan satuan TNI yang kita cintai. Dewasa ini, banyak berlangsung kegiatan pemilihan kepala daerah, gubernur, bupati dan walikota. Kita setiap 5 tahun sekali ada pemilihan legislatif, pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah dan pemilihan Presiden serta Wakil Presiden, menghadapi semua ini tetaplah pada jati diri, netral, tidak berpihak, bebaskan sekali lagi TNI dari politik praktis karena itu memang tujuan dan jiwa reformasi. Saya berharap dan saya percaya, reformasi TNI yang telah membuahkan hasil dan kita syukuri sekarang ini akan lebih berhasil lagi mana kala itu dikelola dengan benar dan mendapatkan dukungan dari semua pihak di negeri ini. Perihal demokrasi, saya ingatkan sekali lagi bahwa kita semua tunduk pada sistem ketatanegaraan, sistem politik dan demokrasi yang kita anut sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang lain yang berkaitan dengan itu. Hubungan TNI, pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain haruslah dikaitkan kembali dan merujuk kepada ketentuan dalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang yang berlaku. Sebagai contoh, penggunaan kekuatan militer dalam perang dengan negara lain itu adalah domain atau wilayah politik. Keputusan untuk itu berada pada Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Tentu tidak boleh menjadi kemauan TNI sendiri, untuk mengerahkan kekuatannya, untuk melakukan perang dengan negara lain, misalnya. Demikian juga, ketika TNI telah mendapatkan amanah sesuai keputusan politik menurut Undang-Undang mereka menjalankan tugas maka wilayah itu sepenuhnya berada pada tanggung jawab para Pimpinan TNI, para Jenderal, para Laksanama, para Marsekal yang tentunya politisi tidak boleh mengintervensi, mencampuri pelaksanaan tugas itu. Demikian juga, dalam Undang-Undang sudah sangat jelas, operasi militer selain perang misalnya, menghadapi separatisme, menghadapi gerakan bersenjata, tentu harus ada keputusan politik yang memayungi langkah-langkah TNI untuk melaksanakan tugas yang fundamental dan mendasar itu. Marilah kita pahami, dengan demikian sistem akan berjalan dengan baik dan semua akan bisa bertanggung jawab sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang yang berlaku. Ini semua menjadi bagian dari reformasi, ini juga menjadi bagian dari penghormatan, kepatuhan dan langkah-langkah TNI dalam meletakkan dirinya dalam proses demokrasi. Dengan demikian, ini adalah sistem, ini adalah aturan main dan tidak boleh dikatakan sebagai sesuatu yang mengobok-obok misalnya atau yang mengotak-atik TNI sebagai kekuatan yang sangat gamblang aturan mainnya dalam Undang-Undang Dasar maupun Undang-Undang. Akhirnya, atas nama negara dan pemerintah dan selaku pribadi, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Saudara Jenderal TNI Endriartono Sutarto atas pelaksanaan tugas dan pengabdiannya selama ini. Jenderal melaksanakan tugas pada masa-masa yang sulit, masa-masa yang tidak mudah dan penuh dengan tantangan. Jenderal telah memimpin TNI dalam pelaksanaan tugas di seluruh wilayah Indonesia bahkan termasuk tugas-tugas dalam perdamaian dunia. Jenderal telah melanjutkan reformasi dan penghormatan TNI kepada demokrasi. Jenderal telah mendorong TNI untuk lebih menghormati hukum dan hak-hak asasi manusia. Saya tahu, Jenderal dalam banyak kesempatan, secara pribadi menerjunkan diri, memimpin prajurit langsung di lapangan sebagaimana yang berlangsung di Aceh pada saat Aceh menghadapi bencana tsunami. Dan pada kegiatan-kegiatan lain di tanah air kita ini. Sejarah mengenang, pengabdian, jasa dan apa yang Jenderal laksanakan untuk bangsa dan negara. Dan kepada Marsekal TNI Djoko Suyanto, Panglima TNI yang baru. Marsekal Madya Herman Prayitno, Kepala Staf TNI Angkatan Udara yang baru, saya ucapkan selamat bertugas, laksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Hadirin sekalian,<br> Demikianlah sambutan saya, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan bimbingan, petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita sekalian. Sekian.<br> Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan [[Kategori:Pidato Presiden Indonesia]] [[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]] Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 30 Januari 2006 1558 2485 2006-05-28T15:56:13Z Borgx 2 fix redirect <small>[[Pidato|< Pidato]]</small> ---- Sambutan<br> Presiden Republik Indonesia<br> Pada<br> Peringatan 1 Muharam 1427 H/1 Suro 1939 Jawa<br> Di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta<br> Tanggal 30 Januari 2006 Bismillahirahmannirrahim<br> Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh<br> Yang saya hormati para pimpinan Lembaga-Lembaga Negara, Saudara Menteri Agama dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Yang mulia para Duta Besar Negara-negara sahabat, Saudara Gubernur DKI Jakarta, Saudara Pimpinan Taman Mini Indonesia Indah, Yang saya cintai dan saya muliakan para Ulama, para Kyai, para Da’i, Saudara-saudara, Hadirin hadirot yang dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kita sekalian, semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan bimbingan petunjuk dan perlindunganNya. Shalawat dan Salam kita marilah kita sama-sama haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau sampai akhir zaman. Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya ingin mengajak saudara-saudara sekalian untuk memahami dan memaknai hijrah sebagai teladan bagi kita dalam membangun kehidupan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, peringatan tahun baru 1427 hijriah pada malam ini saya anggap memiliki dan arti makna yang sangat dalam, tidak saja bagi kehidupan umat Islam melainkan juga bagi rakyat Indonesia. Peringatan tahun baru hijriah ini diselenggarakan di saat-saat kita sedang menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan di bidang kesejahteraan rakyat, di bidang pembangunan ekonomi, di bidang penegakkan hukum dan lain-lain, yang memerlukan pemikiran dan kerja keras kita semua, termasuk umat Islam di seluruh tanah air. Hadirin yang saya muliakan, Sebagaimana kita ketahui bersama hijrah Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam dari Mekah ke Madinah telah membawa perubahan besar terhadap peradaban umat manusia, perubahan dari zaman jahiliah menuju peradaban madaniah di bawah naungan cahaya Illahi dengan kata lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan perubahan yang paling fundamental dalam kehidupan, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban ke arah kehidupan yang penuh rahmat ampunan dan kasih sayang. Teladan yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita semua, memberikan inspirasi penting untuk membangun sebuah peradaban baru di masa yang akan datang, kita dapat mengambil pelajaran bagaimana beliau mulai membangun peradaban Islam dari tataran induvidual menuju tataran sosial yang lebih baik. Pada tataran individual Rosullalah menegakkan hakidah nafsiah yaitu menegakkan hakidah dalam diri setiap insan. Hal ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang kita rencanakan untuk berubah justru harus dimulai dengan melakukan perubahan dari diri sendiri. Perubahan yang kemudian lebih meluas membangun komitmen bersama kearah pembentukkan sebuah tatanan kehidupan yang diterapkan pada masyarakat Madinah. Rosullalah shallalahu ‘alaihi wasallam membangun sebuah konsep sya’riah istima’yah yaitu konsep hukum kemasyarakatan yang meliputi penegakkan hukum, sosial, politik dan ketatanegaraan. Dari Madinah lah kita menyaksikan apa yang dikenal dengan persamaan di depan hukum dan pemerintahan, dipraktekkan secara bermartabat dan beradab, dari Madinah pula kita menyaksikan bagaimana hukum ditegakkan secara hugas, demikian juga dengan kerjasama antar kelompok yang berbeda keyakinan agamanya, tentu masih banyak pelajaran berharga yang kita petik dari Rosullalah, karena itulah tidak berlebihan kalau saya menggunakan kesempatan yang sangat membahagiakan ini, untuk menyeruhkan kepada seluruh umat Islam di tanah air agar senantiasa mempelajari, menggali dan mengaktualisasikan semuanya itu dalam kehidupan sehari-hari. Hadirin yang saya hormati, Dalam momentum tahun baru hijriah kali ini, marilah kita senantiasa mendalami nilai-nilai perjuangan Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam nilai-nilai perjuangan yang luhur itu antara lain komitmen dalam membangun sebuah negara yang berkeadilan dan beradab, yang menjamin kemerdekaan beragama dan beribadah, bebas dari perbudakan serta menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pada kesempatan yang baik ini, saya juga mengajak saudara-saudara semuanya untuk bersama-sama membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik. Tahun baru 1427 hijriah, hendaknya kita jadikan momentum untuk kembali kepada kebenaran Illahi, bertekad untuk bangkit, bangkit kembali membangun diri masyarakat bangsa dan negara dengan nilai-nilai moral yang lebih baik. Saya menyadari kita semua menyadari bahwa perubahan itu tidak mudah, namun kita terus berupaya melakukan perubahan-perubahan dalam berbagai aspek, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan kita terus berusaha melakukan perubahan sungguh-sunggguh untuk membangun pemerintahan yang baik. Pemerintah negara yang bebas dari segala bentuk korupsi dan penyalahgunaan jabatan serta memberikan pelayanan publik yang sebaik-baiknya memenuhi, rasa keadilan masyarakat meningkatkan kesejahteraan, dan mendahulukan kepentingan rakyat, serta upaya penegakan hukum untuk memberantas korupsi-korupsi dan nepotisme merupakan prioritas utama, rasa keadilan tidak akan terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jika hukum tidak ditegakkan dengan adil. Hal ini harus kita awali dengan ketulusan dan komitmen pribadi yang dinyatakan dalam bentuk etikat yang baik. Disamping itu peradaban bangsa Indonesia yang terus kita bangun adalah peradaban yang benar-benar menjungjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kebertangggungjawaban. Semua pihak, apa lagi para pemimpin dan tokoh harus dapat mempertanggungjawabkan semua yang diucapan dihadapan rakyat dan lebih-lebih dihadapan Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Berita, tuduhan, dan prasangka negatif yang tidak didukung oleh fakta dan bukti sudah merusak rasa keadilan mengancurkan sendi-sendi kebenaran dan menyesatkan rakyat yang sama-sama kita cintai. Ingin populer dan mendapatkan simpati dan dukungan dengan cara-cara yang tidak terpuji seperti itu, mencerminkan ahklak dan perilaku yang jauh dari nilai-nilai ke Islaman yang sejati. Hadirin yang saya muliakan, Untuk mencapai kesatuan politik yang kokoh, kita harus mampu menanamkan rasa ke bangsaan dan ke Indonesiaan serta mampu menjunjung tinggi hak-hak dan perbedaan kultural, menghargai dengan sepenuh hati identitas kultural dan identitas agama, warganya, tanpa melemahkan indentitas bersama yang dijunjung tinggi oleh kita semua. Sebagai umat beragama kita tidak memiliki pilihan lain kecuali berserah diri dan bertaqwakal oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala sambil terus berupaya sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan itu dengan niat yang ihklas. Mengihklaskan hati dalam setiap kali kita beramal semata-mata hanya karena Allah subhaanahu wa Ta’aala, menjauhkan diri kita dari penyakit riyah yaitu keinginan untuk mendapat sanjungan dan pujian dari sesama manusia. Hadirin yang saya muliakan, Semoga dengan kedatangan tahun baru Islam 1427 hijriah kita dapat menemukan solusi untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa, untuk itu marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Alllah subhaanahu wa Ta’ala bersama-sama memelihara kearipan dan meningkatkan kesungguhan kita membangun bangsa dan negara sehingga tercipta satu kehidupan yang adil dan makmur, dan yang adil dan makmur Baldatun Thoyyibatun wa Rubbun Ghafur. Sebuah negeri yang adil makmur dirhidoi serta diampuni Allah subhaanahu wa Ta’ala. Hadirin sekalian, Demikian lah sambutan saya, selamat tahun baru, 1 muharam 1427 hijriah Wabilahitaufikwalhidayah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Biro Naskah Dan Penerjemahan<br> Deputi Bidang Dukungan Kebijakan<br> Sekretariat Negara [[Kategori:Pidato Presiden Indonesia]] [[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]] Pidato Susilo Bambang Yudhoyono 27 Januari 2006 1559 2486 2006-05-28T15:56:40Z Borgx 2 fix redirect <small>[[Pidato|< Pidato]]</small> ---- Transkripsi<br> Sambutan Presiden Republik Indonesia<br> Pada Acara<br> Peresmian Pabrik Perakitan Yamaha Motor Indonesia<br> Kerawang Jawa Barat, 27 Januari 2006 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,<br> Selamat pagi,<br> Salam sejahtera untuk kita semua,<br> Yang saya hormati, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Saudara Fahmi Idris,<br> Yang saya hormati, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Mr. Yutaka Imura,<br> Yang saya hormati, Saudara Gubernur Jawa Barat, Bupati Kerawang dan para Pimpinan dan Pejabat Daerah, baik dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maupun TNI dan Polri,<br> The honorable President of Yamaha Motor Company, Mr. Hasegawa,<br> The President Director of Yamaha Motor Manufacturing West Java, Mr. Takahasi,<br> Para Pengusaha,<br> Keluarga Besar, the Big Family of Yamaha Motor Company,<br> Hadirin sekalian yang saya hormati,<br> Saya akan menyampaikan sambutan saya, pada prinsipnya dalam bahasa Indonesia. Tapi, di sana, sini saya akan menggunakan bahasa Inggris, untuk para tamu kita, baik dari Jepang maupun tamu asing lainnya. Allow me to speak in bahasa Indonesia, but for the benefit of our guest, the big family of Yamaha, and other expatriate, I will also speak in English, to clarify and blast with what I’m saying to the audience. Saya setuju dengan Saudara Fahmi Idris, karena upacara yang khidmat ini disertai dengan hujan, dan hujan itu barokah, insya Allah. I did say that for many Indonesian, the rain in a good scheme, a good proportions, not tsunami, not float, is blessing. Blessing for the farmer, blessing for the people who are living in the region that are lacking of water, clean water. And also rain can clean the polluted air, rain can make our trees and flowers beautiful. Mudah-mudahan, hujan yang ada ini membawa berkah bagi kita semua, bagi Yamaha, bagi Jawa Barat, bagi Indonesia dan bagi perdamaian, keadilan dan kesejahteraan dunia. Saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama meresmikan beroperasinya PT Yamaha Motor Manufacturing West Java. Pabrik ini merupakan pabrik kedua dari PT Yamaha Motor yang memproduksi sepeda motor Yamaha di tanah air kita. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh direksi dan jajaran PT Yamaha Motor. Mudah-mudahan dengan peresmian pabrik yang baru ini, perusahaan akan mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi nasional dan bagi penyediaan tenaga kerja yang lebih luas lagi. Sebagaimana kita ketahui bersama, PT Yamaha Motor adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri sepeda motor dan telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1974. Tadi kita bersama-sama menyaksikan tayangan dari video klip yang menggambarkan pasang surut perjalanan dari PT Yamaha Motor sejak berdirinya 1974. Kita sudah tidak asing lagi dengan berbagai produk sepeda motor Yamaha yang dapat kita lihat di jalan-jalan di seluruh Indonesia. Tentunya kita patut bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada PT Yamaha Motor Company Limited and Mitsui Company Limited, sebagai pemegang saham yang telah menetapkan langkah pembangunan pabrik barunya di Indonesia, dengan kapasitas produksi 300 ribu unit per tahun, serta menyerap 700 orang tenaga kerja pada tahap awal, dan direncanakan kita dengar bersama-sama tadi akan menjadi 1,2 juta unit per tahun, dengan menyerap 6000 orang tenaga kerja, tentu akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya, terutama di Jawa Barat dan di wilayah Jabotabek. Dengan tingkat produksi sebanyak itu keberadaan dua pabrik Yamaha di Indonesia baik yang telah berdiri di Pulogadung Jakarta, maupun yang sekarang yang akan kita resmikan pengoperasiannya, insya Allah akan menjadi pabrik terbesar di dunia, dengan total produksi dua juta unit per tahun. Pada tahun 2005 lalu, kita dengar bersama-sama tadi, PT Yamaha Motor telah sanggup memproduksi 1.234.858 unit sepeda motor. Hal ini berarti bahwa kita telah menjadi salah satu basis produksi sepeda motor Yamaha terbesar di luar Jepang, dan menjadi pusat produksi di dunia, sekaligus juga menjadi pusat ekspor di Asia. Saudara Fahmi Idris telah menjelaskan perkembangan, pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia atas kerjasama Jepang dan Indonesia sekarang dan ke depan nanti. Kemampuan produksi seperti ini menunjukkan tingginya kemampuan teknis bangsa kita dan besarnya potensi pembeli sepeda motor ditanah air. Hadirin yang saya muliakan, Untuk membangun pabrik seluas 300 ribu meter persegi di Kerawang ini, sama dengan 30 lapangan sepak bola, tentunya memerlukan sejumlah investasi yang sangat besar. Berdasarkan informasi yang saya terima investasinya senilai 70 juta dolar Amerika Serikat, atau dengan kurs sekarang berarti sekitar 640 milyar rupiah. Investasi sebesar itu sambil ditanamkan, apabila tidak dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya permintaan, the increasing of demand, pertumbuhan pasar yang signifikan, the growth of our market domestically, internationally, serta kondisi ekonomi yang semakin membaik, tentu serta situasi politik yang makin stabil. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing, khususnya Jepang kepada kita. Investasi Jepang di Indonesia dalam bidang otomotif merupakan investasi terbesar jika dibandingkan dengan negara lain. Investasi yang telah sekian lama ditanamkan dan terus berkembang telah menyerap banyak tenaga kerja, sehingga memberikan efek kegiatan ekonomi yang sangat luas. Karena itu saya meminta kepada pemerintah daerah, Pak Gubernur, Pak Bupati, Walikota, bersama masyarakat di sekitar lokasi industri, untuk memberikan rasa aman dan memberikan iklim investasi yang baik bagi investor yang telah menanamkan investasinya di Indonesia. Sekali lagi, saya ingin mengulangi, untuk menyampaikan kepada Saudara semua dan kepada seluruh rakyat Indonesia melalui media massa, bahwa masalah yang dihadapi oleh negara kita sekarang ini, antara lain adalah masalah yang berkaitan dengan kemiskinan dan pengangguran. Kita harus berupaya dan berjuang sangat gigih untuk mengurangi kemiskinan dan mengurangi pengangguran dan mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan rakyat yang lain. Semua itu dapat dicapai apabila ekonomi tumbuh. Dan dengan pertumbuhan ekonomi dapat didistribusikan secara adil untuk menciptakan lapangan kerja dan juga untuk mengurangi kemiskinan. Ekonomi tumbuh, sebagaimana Dubes Jepang katakan tadi, karena, satu, memang adanya konsumsi, permintaan terhadap barang dan jasa. Alhamdulillah permintaan kita relatif naik, meskipun sekarang ini di seluruh dunia, karena tingginya harga minyak, ada inflasi, ada kesulitan ekonomi, ada kelemahan daya beli. Oleh karena itu, konsumsi tidak boleh kita jadikan pilar utama atau hanya pilar pertumbuhan semata. Yang kedua, bisa ditingkatkan ekonomi kita, dengan pengeluaran pemerintah. Insya Allah tahun demi tahun pembelanjaan pemerintah harus kita perbesar. Kita mengurangi korupsi, kita mengurangi dan mencegah kebocoran. Kita membangun pemerintahan yang baik, agar penerimaan negara makin besar dan penerimaan itu akan kita belanjakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nah, yang ketiga, penyumbangnya adalah investasi. Investasi dalam negeri dan investasi luar negeri. Dengan investasi ekonomi akan tumbuh. Yang keempat ekspor, makin banyak ekspor kita maka ekonomi makin tumbuh. Itulah yang kita ingin lakukan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke depan, tetapi bukan hanya mengandalkan konsumsi saja, tapi mengandalkan empat faktor penyumbang, dan kemudian kita alokasikan, kita distribusikan untuk pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Saudara-saudara, Pertumbuhan ekonomi hanya satu pilar dari pembangunan ekonomi ke depan yang di banyak forum sering saya katakan triple track strategy. Track pertama, jalur pertama adalah pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang saya jelaskan tadi. Track yang kedua adalah menggerakkan sektor riil, industri, jasa, termasuk usaha kecil dan menengah dan koperasi, agar lapangan kerja makin tercipta, pengangguran makin kita kurangi, itu yang kita lakukan. Dan track yang ketiga untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan, di daerah pertanian, kita melakukan revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan. Lihatlah semua upaya ini secara utuh, jangan dilihat sepotong-sepotong. Letakkan dalam konteks yang besar. Dengan demikian, yang kita lakukan pemerintah pusat, pemerintah propinsi, kabupaten, kota, masyarakat, dunia usaha bersama-sama mencapai tujuan itu. Melihat masalah sepotong-sepotong, dilihat secara sempit, mengabaikan konteks yang lebih luas, tentu menimbulkan gambaran yang keliru. Masyarakat harus dibikin jelas, dibikin mengerti apa yang sedang kita lakukan secara keseluruhan. Ini yang ingin saya katakan. Semua ingin pembangunan berhasil. Tentu pemerintah, bukan hanya pusat, propinsi, kabupaten dan kota, semua ingin maju, membela rakyat, membangun ekonomi, meningkatkan kesejahteraan, bukan hanya dilakukan satu, dua kelompok saja, satu, dua komunitas saja, kita semua. Saya meminta, dengan ruang politik, mari kita berpikir secara jernih, secara jujur dan secara konstruktif. I did say Mr. Ambassador, Mr. Hasegawa, that Indonesia is now, under my leadership, developing three of triple track strategy. First is stimulating of our growth by promoting investment and export. Second track is to generate the real sector, industry, agriculture and services, including small and medium enterprises, to create more jobs. Third track is to reduce poverty. We revitalized the agriculture and … economic development. Those three strategies are … to achieve our national objective to promote the welfare of our people. That’s why we will come the coming of investors both from domestic as well as from international forum with a good, fair and just partnership, for the benefit both, Indonesian people and our friendly …, because I believe very strongly with investment our economy will grow, we will create more jobs, we will be able to develop local community and other matters done by a fair, healthy and constructive partnership and cooperation. Pabrikasi yang mana di Indonesia dipastikan akan menjadi kekuatan utama dibalik pengembangan bisnis Yamaha Motor Cooperation di Asia. Kita mengharapkan, bahwa Yamaha Indonesia adalah basis terpenting diantara basis produksi di negara lainnya. Pembangunan pabrikan baru dan peningkatan kapasitas pabrik lama Yamaha, dapat mendorong berkembangnya industri pendukung di Indonesia, serta dapat menyerap sejumlah tenaga kerja yang semakin besar. Hadirin yang saya muliakan, Sebagai sebuah perusahaan berskala internasional, saya memiliki keyakinan bahwa Yamaha bukanlah sekedar pabrik biasa. Di masa yang akan datang, saya berharap, Yamaha akan terus melakukan investasi untuk membangun landasan bisnis domestik yang kuat, sekaligus memperluas jangkauan ekspor. Saya senang, ada 26 negara tujuan ekspor Yamaha yang diproduksi di Indonesia. Makin banyak, makin luas, kami senang. Karena akan besar industri di sini, makin banyak tenaga kerja yang diserap, makin banyak pajak yang diberikan, makin tumbuh pendapatan di Indonesia. So I expect this you could enforce the market share to the world group of 26 different countries but to do more, because we need to hence and bigger industry, bigger job and larger tax payment coming from this group of Yamaha Company. Demikian pula dalam mengembangkan usaha manufaktur yang kompetitif saat ini. Kita berharap agar Yamaha dapat memproduksi kendaraan bermotor yang hemat energi, mengingat semakin menipisnya cadangan produksi minyak. Saya tidak henti-hentinya menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, mari kita menjadi bangsa yang hemat energi, jangan terlambat menyadari, bahwa sumber-sumber minyak, gas dan batubara, suatu saat akan habis. Jangan kita menyesal, karena sekarang kita boros pada penggunaan bahan bakar minyak atau BBM, termasuk barangkali gas, bahkan mungkin batubara, anak, cucu kita, generasi yang akan datang mengalami kesulitan hidup yang besar. Mari mulai sekarang kita menjadi bangsa yang hemat energi, kita kembangkan alternatif energi, bukan hanya yang bersumber dari fosil, tapi dari sumber pertanian, perkebunan dan lain-lain. Kita perlu mengembangkan kebijakan energi yang tepat, yang ramah lingkungan, yang memeluangkan masa depan generasi kita. I did say that we have to develop new energy policy. I do hope that Yamaha can develop its technology to the heavier more efficiency in the use of gasoline. Otherwise, the consumption of gasoline increase domestically in Indonesia, and off course we can not afford it and we try to be an efficiently and I think it’s the commit on of all nations in the world. Supaya betul-betul Yamaha dengan pihak Indonesia melakukan research bersama, penelitian bersama, agar semakin hemat bahan bakar dari setiap produksi Yamaha, utamanya, dan tentunya untuk secara nasional, termasuk kendaraan-kendaraan roda empat dan jenis transportasi yang lain. Menteri Negara Riset dan Teknologi telah memberikan masukan berharga tentang sumber energi terbarukan. Untuk sektor transportasi seperti bio etanol, untuk mesin-mesin tambahan bakar, dan bukan mesin-mesin berbahan bakar bensin dan penerapan teknologi fuel sells, saya minta sekali lagi, PT Yamaha Motor mempelopori penggunaan bio etanol, yang merupakan etanol … yang dibuat dari bahan berpati dan berselulosa melalui proses frementasi. Untuk itu kita bisa memanfaatkan singkong, biji sagu, sagu, nira dan buah jalak. Saya kira komoditas itu banyak sekalli tersedia di tanah air kita. Demikian pula penerapan teknologi fuel sells, yang masih tergolong teknologi baru di dunia, yang juga dapat diimplementasikan untuk penggerak kendaraan. Hadirin yang saya muliakan, Saya titip, ini kesempatan yang baik, karena produksi motor makin banyak, pembeli sepeda motor makin banyak, saya lihat bukan hanya di kota-kota, di pinggir kota, di desa-desa, di daerah pertanian, daerah nelayan, banyak sekali motor yang berseliweran. Untuk menjadi bangsa yang hemat, saya mengajak Saudara-saudara yang menggunakan sepeda motor, termasuk mobil, mari kita gunakan sebagai sesuatu yang produktif. Saya senang, kalau rakyat Indonesia sudah memiliki kemampuan membeli sepeda motor, untuk bekerja. Karena dengan bekerja menghasilkan sesuatu untuk kehidupannya, untuk anak-istrinya, untuk penghasilan sehari-harinya, bekerja, bertani, berdagang, kegiatan daerah nelayan, dan seterusnya, termasuk para karyawan dan buruh, digunakan secara produktif. Janganlah sepeda motor digunakan secara konsumtif, bepergian ke sana, ke mari tanpa tujuan yang jelas. Boleh sekali-kali pesiar, boleh sekali-kali melihat pemandangan yang indah bersama keluarga, tapi batasi semuanya itu. Dengan demikian, sekali lagi, lebih produktif, hemat bahan bakar, kesejahteraan dan penghasilan sehari-hari juga makin baik. Ini memerlukan gerakan bersama juga, termasuk para pengguna mobil. Apalagi mereka yang termasuk golongan menengah ke atas, golongan yang mampu, ikutlah menjadi bangsa yang hemat, ikutlah menghemat energi, menghemat sumber bahan bakar minyak, supaya harganya pun secara internasional juga tidak makin tinggi. Hadirin yang saya muliakan, Dalam upaya melakukan perbaikan kondisi perekonomian, pemerintah berusaha keras untuk menarik investasi asing masuk ke dalam negeri. Investasi dalam berbagai sektor akan terus tumbuh, seiring dengan pertumbuhan dan perbaikan ekonomi kita. Insya Allah tahun ini diperkirakan investasi pada industri otomotif akan dapat meningkat. Sektor otomotif merupakan salah satu fokus yang akan dikembangkan pemerintah, sebagai industri nasional dalam jangka panjang, karena kebutuhan transportasi yang juga terus meningkat. Pemerintah berniat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi pabrikan otomotif, bersaing dengan negara lain. Sekali lagi, kita perlu tenaga kerja, kita perlu mengurangi pengangguran, kita perlu ada tambahan pajak, kita perlu pembangunan daerah meningkat. Pahami investasi seperti itu, untuk kepentingan negara kita, kepentingan bangsa kita, kepentingan rakyat kita, dan kerjasama yang adil dengan negara-negara lain. Kecenderungan industri otomotif nasional menuju ke arah product based sudah terlihat dengan diproduksinya beberapa model kendaraan di dalam negeri. Berbagai fasilitas pendukung insya Allah, kita upayakan pembangunannya guna mewujudkan keinginan ini. Kita terus berupaya mengingatkan para pemegang merek kendaraan dan investor otomotif, agar tidak hanya memperbanyak penjualan produknya, hanya pasar semata, tetapi juga memperluas fasilitas produksinya, serta menjadikan Indonesia sebagai basisnya. Kita menyayangkan, apabila investor hanya memilih negara tertentu sebagai basis produksi utama di Asia Tenggara, padahal selama puluhan tahun sudah menjual produknya di pasar Indonesia. Padahal pasar itu makin luas, padahal produk penjualannya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Barangkali mereka mempunyai pertimbangan dan alasan mengapa berproduksi di sana dan dijual di Indonesia. Oleh karena itu, saya meminta Saudara Menteri Perindustrian, bersama Menteri Perdagangan, dan menteri-menteri yang lain, untuk teruslah mencari peluang pasar yang lebih di luar negeri, dan memungkinkan Indonesia tumbuh menjadi basis industri yang makin kuat. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara Indonesia. Saya yakin, apa yang dilakukan oleh jajaran Departemen Perindustrian, Perdagangan dan para gubernur, bupati, walikota, ke depan nanti, peluang itu terbuka. Dan mudah-mudahan Indonesia akan makin kuat menjadi basis industri, pasarnya makin berkembang, tapi juga bisa meningkatkan kapasitas ekspornya ke luar negeri. Tentu pemerintah akan berusaha meningkatkan kondisi atau iklim investasi yang lebih baik. Keamanan, stabilitas politik, kepastian hukum, kebijakan pajak, bea, kebijakan tentang perburuhan, dan lain-lain. Itulah yang sedang kami lakukan. Itulah mengapa kami membangun pemerintahan yang baik. Itulah mengapa kami melakukan pemberantasan korupsi besar-besaran, agar kondisi itu bagus, usaha bergerak, investasi dalam negeri dan investasi luar negeri juga bergerak, rakyat senang, karena tenaga kerja dapat diserap, penghasilan bisa ditingkatkan, ekonomi bisa tumbuh. Sebelum mengakhiri sambutan saya, saya meminta perhatian yang sungguh-sungguh dari manajemen PT Yamaha Motor, untuk memperhatikan kesejahteraan para karyawannya. Perhatian yang besar terhadap kesejahteraan, merupakan salah satu bagian penting dalam meningkatkan semangat kerja dan produktivitas. Saya ingin menggarisbawahi yang satu ini. I am going to say about our man power policy, worker policy, employment policy. Saya memantau dan menyaksikan, ada gerakan-gerakan di beberapa daerah di Indonesia, di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan di tempat-tempat yang lain, tentang kesejahteraan buruh atau kesejahteraan karyawan. Saya sampaikan, karena saya katakan tadi tidak melihat masalah negara ini sepotong-sepotong, tapi utuh, mata rantainya satu sama lain, … (kaset dibalik) … mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka dalam kebijakan tentang tenaga kerja ini, harus kita kelola dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik, secara konsekuen, secara jernih, secara tulus, tanpa ada kepentingan-kepentingan politik apapun bagi mereka yang memang ingin membantu buruh dan para karyawan. Saya minta, Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja, para gubernur, bupati, dan walikota terus melakukan komunikasi, konsultasi dengan dunia usaha, pimpinan perusahaan yang ada di Indonesia, untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Upah yang pantas, kesehatan yang layak. Barangkali hubungan kekeluargaan, seperti makan bersama, forum bersama yang terjalin dengan baik, keselamatan tenaga kerja, kita, kebijakan tentang cuti hamil, dan semua yang bisa diberikan agar kesejahteraan tenaga kerja naik, hidupnya layak, dan kemudian mereka bisa bekerja dengan baik. Dengan kehidupan yang layak, dengan kesejahteraan yang pantas, diharapkan mereka makin produktif, makin berdisiplin, kinerjanya makin baik. Sebab kalau perushaan kinerjanya tidak bagus, tidak tumbuh, tidak produktif, akan merugi, salah-salah bisa gulung tikar dan tutup. Kalau gulung tikar dan tutup, terjadi PHK, terjadi pengangguran baru, yang sama-sama tidak kita kehendaki. Marilah kita bekerja bersama-sama secara tulus, dengan niat yang baik, kerjasama antara pemerintah, para pimpinan dunia usaha, dan asosiasi karyawan atau buruh, hubungan tripartite, agar semua dapat dicapai. Ini Tuhan mendengarkan niat kita, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan buruh kita. Cari titik keseimbangan yang adil, yang baik. Di satu sisi, kita meningkatkan kesejahteraan para buruh, para karyawan, layak. Tapi perusahaan juga tumbuh, makin tumbuh, makin besar kesejahteraan rakyat, makin besar pajak untuk negara dan lain-lain. Inilah yang kita tuju. Pilih langkah-langkah yang damai, pilih langkah-langkah yang betul-betul berhasil, daripada dengan gerakan-gerakan yang menimbulkan gangguan keamanan, akhirnya iklim investasi tidak baik, akhirnya dunia usaha juga bisa terganggu, yang bisa mempersulit kehidupan rakyat kita. Tetapi semua harus serius. Lakukan sesuatu, tegakkan bersama, ada Pak Bupati, Pak Walikota, Pak Gubernur, ada menteri, ada pimpinan dunia usaha, ada asosiasi karyawan buruh, duduklah bersama, pecahkan masalah secara tulus hingga berhasil. Jangan digeser menjadi arena politik yang berlebihan, karena sesungguhnya kita belum tentu membela mereka, tapi barangkali aspek dan nuansa politiknya yang lebih diutamakan. Saya tentu mengajak seluruh pihak di Indonesia untuk melihat itu. I did say to our guests that we have to develop man power policy. It is such a way that we could protect labors, we can increase the welfare of the labors, not only their wages but also daily life, for safety, for right, to conduct warship, to be … human right and others. On the other way, we have to promote the productivity, the discipline, the performance of the workers and the management, in order the company can grow. If we could achieve those two objectives, welfare of the labors, and the growth up of the company, I do believe that everybody will seek the advantage. It is very important. We have to sit down and talk, and communicate and find the solutions to achieve those objectives, the goal of the company, but the welfare, the right, the protection of the labors. Inilah yang saya sampaikan ke hadapan Hadirin sekalian. Dan, saya juga ingin menyampaikan pesan, agar Yamaha meningkatkan sumber daya manusia Indonesia sebagaimana terlihat dari training, education dan on the job training yang tadi dilaksanakan dengan nyata. Saya ingin kesehatan terus dilakukan di waktu yang akan datang. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para investor, khususnya investor otomotif di bawah naungan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT Yamaha Motor Manufacturing West Java, yang telah meningkatkan peranannya dalam pembangunan industri dan peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Sekali lagi, kepada Yamaha Company, lakukan investasi pada manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia, karena if you invest in our people, you do invest in our society, in turn, we will be very good customers. Dengan cara itulah, you develop social capital, as economic capital in the long run. In the short term, you may expand more on that activity. But I believe, in the long run will be producing advantages for the development company, Yamaha and off course the development of the Indonesian society as well. Itulah yang saya sampaikan Hadirin sekalian, dan sekali lagi, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, PT Yamaha Motor Manufacturing West Java, hari ini, dengan resmi saya nyatakan operasinya secara luas di Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan bimbingan, petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita sekalian. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Biro Pers dan Media<br> Rumah Tangga Kepresidenan [[Kategori:Pidato Presiden Indonesia]] [[Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono]] Bantuan:Isi 1562 2304 2006-05-25T19:35:23Z IvanLanin 30 +kat '''Wikisource''' atau '''SumberWiki''', adalah koleksi naskah atau teks sumber referensi dalam Bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya silakan baca [[Wikisource:Mengenai Wikisource|Mengenai Wikisource]]. Wikisource adalah sebuah [[w:wiki|wiki]]. Semua prinsip dasar yang berlaku pada wiki, juga berlaku pada wikisource. Karenanya, silakan baca [[w:Bantuan:Isi|halaman-halaman bantuan]] yang terdapat dalam [[w:|Wikipedia Indonesia]] untuk mendapatkan informasi dasar penggunaan wiki seperti untuk [[w:Wikipedia:Jelajahi|menjelajahi]], [[w:Wikipedia:How_to_edit_a_page|menyunting]], atau [[w:Wikipedia:How_to_start_a_page|menambah artikel baru]]. [[Kategori:Bantuan| ]] [[en:Help:Contents]] MediaWiki:Newtalkseperator 1574 sysop 1899 2006-02-26T01:50:06Z MediaWiki default ,_ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 1588 1975 2006-02-27T00:25:51Z Borgx 2 +Lihat pula <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ''Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Tanggal 31 Desember 1983. Sumber: [http://www.pajak.go.id/peraturan/viewdoc?docid=76 Situs Direktorat Pajak]'' ---- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA <br>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, '''Menimbang :''' :a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional; :b. bahwa sistem perpajakan yang merupakan dasar pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku, tidak sesuai lagi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, baik dalam segi kegotongroyongan nasional maupun dalam menunjang pembiayaan pembangunan. :c. bahwa sistem perpajakan yang tertuang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku belum sepenuhnya dapat menggerakkan peran serta semua lapisan subyek pajak dalam peningkatan penerimaan negara yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional; :d. bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang harus berkembang dan meningkat, sesuai dengan perkembangan kemampuan riil rakyat dan laju pembangunan nasional; :e. bahwa sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku perlu diperbaharui dan disesuaikan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; :f. bahwa oleh karena itu sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan pada umumnya, pajak perseroan, pajak pendapatan, dan pajak atas bunga, dividen dan royalti yang berlaku dewasa ini pada khususnya perlu di perbaharui dan disesuaikan sehingga lebih memberikan kepastian hukum, sederhana, mudah pelaksanaannya, serta lebih adil dan merata; :g. bahwa untuk dapat mencapai maksud tersebut di atas perlu disusun Undang-undang tentang Pajak Penghasilan; '''Mengingat :''' :1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; :2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Haluan Negara; :3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262); Dengan persetujuan <br>DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, '''Memutuskan :''' Dengan mencabut : :1. Pasal 15 ke 4 dan ke 5 dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah, dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943); :2. Pasal 9, Pasal 12 ke 4 dan ke 5, Pasal 13, dan Pasal 14 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944); '''Menetapkan :''' '''UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK PENGHASILAN''' == BAB I KETENTUAN UMUM == === Pasal 1 === Pajak Penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. == BAB II SUBYEK PAJAK == === Pasal 2 === (1) Yang menjadi Subyek Pajak adalah : :a. 1) orang pribadi atau perseorangan; 2) warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak; :b. badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap. (2) Subyek Pajak terdiri dari Subyek Pajak dalam negeri dan Subyek Pajak luar negeri. (3) Yang dimaksudkan dengan Subyek Pajak dalam negeri adalah : :a. orang yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu dua belas bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; :b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia; :c. bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha, yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia, oleh badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat berupa tempat kedudukan manajemen, kantor cabang, kantor perwakilan, agen, gedung kantor, pabrik, bengkel, proyek konstruksi, pertambangan dan penggalian sumber alam, perikanan, tenaga ahli, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, orang atau badan yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak atas nama badan atau perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia dan perusahaan asuransi yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia. (4) Yang dimaksudkan dengan Subyek Pajak luar negeri adalah Subyek Pajak yang tidak bertempat tinggal, tidak didirikan, atau tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. (5) Seseorang atau suatu badan berada, bertempat tinggal, atau berkedudukan di Indonesia ditentukan menurut keadaan sebenarnya. (6) Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan seseorang atau suatu badan berada, bertempat tinggal atau bertempat kedudukan. === Pasal 3 === Tidak termasuk Subyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah : :a. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; :b. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan; :c. Perusahaan Jawatan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. == BAB III OBYEK PAJAK == === Pasal 4 === (1) Yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk di dalamnya : :a. gaji, upah, komisi, bonus, atau gratifikasi, uang pensiun atau imbalan lainnya untuk pekerjaan yang dilakukan; :b. honorarium, hadiah undian dan penghargaan; :c. laba bruto usaha; :d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk keuntungan yang diperoleh oleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, anggota, serta karena likuidasi; :e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah diperhitungkan sebagai biaya; :f. bunga; :g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan oleh perseroan, pembayaran dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi kepada pengurus dan pengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi kepada anggota; :h. royalti; :i. sewa dari harta; :j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; :k. keuntungan karena pembebasan hutang. (2) Pengenaan pajak atas bunga deposito berjangka dan tabungan-tabungan lainnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. (3) Tidak termasuk sebagai Obyek Pajak adalah : :a. harta hibahan atau bantuan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan dari pihak yang bersangkutan; :b. warisan; :c. pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit atau karena meninggalnya orang yang tertanggung, dan pembayaran asuransi bea siswa; :d. penggantian berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, yang dinikmati dalam bentuk natura, dengan ketentuan, bahwa yang memberikan penggantian adalah Pemerintah atau Wajib Pajak menurut Undang-undang ini dan Wajib Pajak yang memberikan penggantian tersebut, sesuai ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d, tidak boleh mengurangkan penggantian itu sebagai biaya; :e. keuntungan karena pengalihan harta orang pribadi, harta anggota firma, perseroan komanditer atau kongsi tersebut kepada perseroan terbatas di dalam negeri sebagai pengganti sahamnya, dengan syarat : ::1) pihak yang mengalihkan atau pihak-pihak yang mengalihkan secara bersama-sama memiliki paling sedikit 90 % (sembilan puluh persen) dari jumlah modal yang disetor; ::2) pengalihan tersebut diberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak; ::3) pengenaan pajak dikemudian hari atas keuntungan tersebut dijamin. :f. harta yang diterima oleh perseroan, persekutuan atau badan lainnya sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; :g. dividen yang diterima oleh perseroan dalam negeri, selain Bank atau lembaga Keuangan lainnya, dari Perseroan lain di Indonesia dengan syarat, bahwa perseroan yang menerima dividen tersebut paling sedikit memiliki 25% (dua puluh lima persen) dari nilai saham yang disetor dari badan yang membayar dividen dan kedua badan tsb mempunyai hubungan ekonomis dalam jalur usahanya; :h. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh karyawan, dan penghasilan dana pensiun serupa dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan; :i. penghasilan Yayasan dari usaha yang semata-mata ditujukan untuk kepentingan umum; :j. penghasilan Yayasan dari modal sepanjang penghasilan itu semata-mata digunakan untuk kepentingan umum; :k. pembagian keuntungan dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, firma, kongsi, dan persekutuan kepada para anggotanya, kecuali apabila ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan, karena terdapat penyalahgunaan; === Pasal 5 === (1) Yang menjadi Obyek Pajak bentuk usaha tetap adalah : :a. penghasilan dari kegiatan usaha bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta yang dikuasai atau dimilikinya; :b. penghasilan induk perusahaan dan badan lain yang bukan Wajib Pajak dalam negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan induk perusahaan tersebut, dari kegiatan usaha atau penjualan barang-barang dan/atau pemberian jasa di Indonesia, yang sejenis dengan kegiatan usaha atau penjualan barang-barang dan/atau pemberian jasa yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (2) Apabila induk perusahaan dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia atau badan lain yang bukan Wajib Pajak dalam negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan induk perusahaan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia berdasarkan pasal 26, maka : :a. penghasilan bentuk usaha tetap itu tidak boleh dikurangi dengan biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan induk perusahaan atau badan lain tersebut; :b. pajak induk perusahaan atau badan lain itu tidak boleh dikreditkan dengan pajak bentuk usaha tetap. === Pasal 6 === (1) Besarnya penghasilan kena pajak, ditentukan oleh penghasilan bruto dikurangi : :a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan itu, meliputi biaya pembelian bahan, upah, dan gaji karyawan termasuk bonus atau gratifikasi, honorarium, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, piutang yang tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak, kecuali pajak penghasilan; :b. penyusutan atas biaya untuk memperoleh harta berwujud perusahaan dan amortisasi atas biaya untuk memperoleh hak dan/atau biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; :c. iuran kepada dana pensiun yang mendapat persetujuan Menteri Keuangan; :d. kerugian yang diderita karena penjualan atau pengalihan barang dan/atau hak yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan itu; :e. Sisa Hasil Usaha Koperasi sehubungan dengan kegiatan usahanya yang semata-mata dari dan untuk anggota. (2) Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (3) Jika penghasilan bruto sesudah dikurangi biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan dalam : :a. 5 (lima) tahun, atau :b. lebih dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 8 (delapan) tahun khusus untuk jenis-jenis usaha tertentu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, terhitung mulai tahun pertama sesudah kerugian tersebut diderita. === Pasal 7 === (1) Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak yang besarnya : :a. Rp 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak; :b. Rp 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; :c. Rp 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang mempunyai penghasilan dari usaha atau dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lain; :d. Rp 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Penerapan ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada permulaan tahun pajak atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam negeri. (3) Besarnya penghasilan tidak kena pajak tersebut dalam ayat (1) akan disesuaikan dengan suatu faktor penyesuaian yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. === Pasal 8 === (1) Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak, begitu pula kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali penghasilan isteri dari pekerjaan yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21 dan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya. (2) Penghasilan anak belum dewasa yang bukan dari pekerjaan dan penghasilan dari pekerjaan yang ada hubungannya dengan usaha anggota keluarga lainnya, digabung dengan penghasilan orang tuanya. === Pasal 9 === (1) Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak tidak diperbolehkan dikurangkan : :a. pembayaran dividen atau pembagian laba lainnya dari perseroan atau badan lainnya kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk pembagian Sisa Hasil Usaha dari Koperasi yang bukan pengembalian Sisa Hasil Usaha sehubungan dengan jasa anggota, dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham, sekutu atau anggota; :b. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali dalam hal-hal yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah; :c. premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa kecuali jika dibayarkan pihak pemberi kerja dan premi yang demikian itu dianggap sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak; :d. pemberian kenikmatan perjalanan cuti, kenikmatan rekreasi, dan kenikmatan lainnya yang diperuntukkan bagi keperluan pegawai dari Wajib Pajak, termasuk kenikmatan pemakaian kendaraan bermotor perusahaan dan kenikmatan perumahan, kecuali perumahan di daerah terpencil berdasarkan keputusan Menteri Keuangan; :e. pembayaran yang melebihi kewajaran sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan, yang dibayarkan kepada pemegang saham, atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa; :f. harta yang dihibahkan, bantuan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b; :g. Pajak Penghasilan; :h. biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau yang menjadi tanggungannya; :i. sumbangan. (2) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari setahun tidak diperbolehkan dikurangkan sekaligus, melainkan dibebankan melalui amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (10). === Pasal 10 === (1) Dalam melakukan penyusutan dan amortisasi terhadap harta dan penghitungan keuntungan atau kerugian dalam hal penjualan yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, maka harga perolehannya adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan, sedangkan dalam hal pengalihan harta nilai perolehannya adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan, kecuali : :a. dalam hal pengalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf e, dasar penilaian saham atau penyertaan lainnya yang diterima oleh pihak yang melakukan pengalihan tersebut adalah sama dengan nilai dari harta yang dialihkan menurut pembukuan pihak yang mengalihkan; :b. dalam hal pengalihan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f, dasar penilaian harta bagi yang menerima pengalihan adalah sama dengan nilai dari harta yang dialihkan menurut pembukuan pihak yang mengalihkan; :c. dalam hal penyerahan harta hibahan, pemberian bantuan yang bebas pajak, dan warisan, dasar penilaian yang dipergunakan oleh yang menerima penyerahan adalah sama dengan dasar penilaian bagi yang melakukan penyerahan. (2) Harta yang telah dipergunakan oleh Wajib Pajak untuk menerima atau memperoleh penghasilan, harga perolehan atau nilai perolehannya disesuaikan dengan penyusutan, dan/atau amortisasi, tambahan, perbaikan atau tambahan yang dilakukan. (3) Penilaian persediaan hanya diperbolehkan menggunakan harga perolehan, yang didasarkan atas pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok yang dilakukan secara rata-rata ataupun yang dilakukan dengan mendahulukan persediaan yang didapat pertama. === Pasal 11 === (1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Keuntungan atau kerugian dari pengalihan harta yang dapat disusutkan harus dihitung dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) huruf b. (2) Penyusutan yang dapat dilakukan dalam suatu tahun pajak adalah jumlah penyusutan dari setiap golongan harta sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan penyusutan untuk setiap golongan harta ditetapkan dengan mengalihkan dasar penyusutan golongan itu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dengan tarif penyusutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9). (3) Untuk menghitung penyusutan, harta yang dapat disusutkan dibagi menjadi golongan-golongan harta sebagai berikut : :a. Golongan 1 : harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 4 (empat) tahun; :b. Golongan 2 : harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 4 (empat) tahun dan tidak lebih dari 8 (delapan) tahun; :c. Golongan 3 : harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk Golongan Bangunan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 8 (delapan) tahun; :d. Golongan Bangunan : bangunan dan harta tak gerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan atau perubahan yang dilakukan. (4) Dasar penyusutan setiap golongan harta untuk suatu tahun pajak sama dengan jumlah awal pada tahun pajak untuk golongan harta itu ditambah dengan tambahan, perbaikan atau perubahan dan dikurangkan dengan pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7). (5) Jumlah awal dari masing-masing golongan 1, golongan 2 dan golongan 3 untuk suatu tahun pajak adalah sama dengan dasar penyusutan pada tahun pajak sebelumnya, dikurangi dengan penyusutan yang diperkenankan pada tahun pajak sebelumnya. (6) Jumlah awal dari Golongan Bangunan untuk suatu tahun pajak adalah sama dengan dasar penyusutan pada tahun pajak sebelumnya, yaitu sebesar harga atau nilai perolehan. (7) Apabila terjadi penarikan harta dari pemakaian : :a. karena sebab luar biasa sebagai akibat bencana atau karena penghentian sebagian besar usaha, maka suatu jumlah sebesar harga sisa buku dikurangi dari jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan, dan jumlah sebesar harga sisa buku itu merupakan kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan, sedangkan hasil penjualan atau penggantian asuransinya merupakan penghasilan; :b. karena sebab biasa, yaitu lain dari yang tersebut pada huruf a, maka penerimaan netto dari harta yang bersangkutan dikurangkan dari jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan. (8) Jika pengurangan yang dimaksud dalam ayat (7) dalam suatu tahun pajak menghasilkan dasar penyusutan di bawah nol, maka dasar penyusutan itu harus dinaikkan menjadi nol, dan jumlah yang sama dengan kenaikan itu harus ditambahkan pada penghasilan pada tahun pajak yang bersangkutan. (9) Tarif penyusutan tiap tahun pajak untuk : :a. Golongan 1 : 50% (lima puluh persen); :b. Golongan 2 : 25% (dua puluh lima persen); :c. Golongan 3 : 10% (sepuluh persen); :d. Golongan bangunan : 5% (lima persen). (10) Harga perolehan dari harta tak berwujud yang dipergunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, seperti penyewaan harta berwujud, diamortisasi dengan tarif berdasarkan masa manfaatnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) huruf a atau huruf b atau huruf c, atau dengan tingkat tarif Golongan 1 sebagaimana dimaksud dalam ayat (11), atau dengan mempergunakan metode satuan produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (12) atau ayat (13). (11) Biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan diamortisasi dengan tingkat tarif penyusutan Golongan 1, kecuali apabila Wajib Pajak menganggapnya sebagai biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a sesuai dengan pembukuannya. (12) Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, dan hak pengusahaan hutan, diamortisasi dengan mempergunakan metode satuan produksi, setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun. (13) Biaya untuk memperoleh hak dan/atau biaya-biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasi dengan mempergunakan metode satuan produksi. (14) Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan untuk menentukan jenis-jenis harta yang termasuk dalam masing-masing golongan harta sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dengan memperhatikan masa manfaat dari jenis harta yang bersangkutan. === Pasal 12 === (1) Tahun Pajak adalah tahun takwim, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. (2) Wajib Pajak tidak diperbolehkan mengubah tahun pajak tanpa mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. === Pasal 13 === (1) Wajib Pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, wajib menyelenggarakan pembukuan di Indonesia, sehingga dari pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak berdasarkan undang-undang ini. (2) Pada setiap tahun pajak berakhir Wajib Pajak menutup pembukuannya dengan membuat neraca dan perhitungan rugi-laba berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas (konsisten) dengan tahun sebelumnya. === Pasal 14 === (1) Norma penghitungan adalah pedoman yang dipakai untuk menentukan peredaran atau penerimaan bruto dan untuk menentukan penghasilan netto berdasarkan jenis usaha perusahaan atau jenis pekerjaan bebas, yang dibuat dan disempurnakan terus menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak, berdasarkan pegangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. (2) Wajib Pajak yang peredaraan usahanya atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnya yang berjumlah kurang dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahun dapat menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan, asal hal itu diberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam tenggang waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (3) Jumlah Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) disesuaikan dengan faktor penyesuaian yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan, dan karenanya tidak diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan Norma Penghitungan tanpa kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7). (5) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Penghitungan, wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran atau penerimaan brutonya. (6) Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau menyelenggarakan pencataan peredaran atau menyelenggarakan pencatatan penerimaan bruto tetapi tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakannya sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang ini, atau tidak memperlihatkan buku dan catatan serta bukti lain yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sehubungan dengan kewajiban penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan tersebut, penghasilan nettonya dihitung dengan menggunakan norma penghitungan. (7) Pajak yang dihasilkan dari penghitungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. === Pasal 15 === Menteri Keuangan dapat mengeluarkan keputusan untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung penghasilan netto dari Wajib Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan Pasal 16. == BAB IV CARA MENGHITUNG PAJAK == === Pasal 16 === (1) Penghasilan kena pajak, sebagai dasar penerapan tarif bagi Wajib Pajak dalam negeri dalam suatu tahun pajak, dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dengan pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) huruf b, huruf c dan huruf d. (2) Penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1). (3) Penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak luar negeri adalah jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh. === Pasal 17 === (1) Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak, kecuali atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, adalah sebagai berikut : :Penghasilan kena pajak Tarif Pajak :sampai dengan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) 15% (lima belas -persen) :di atas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) 25% (dua puluh lima-persen) :di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) 35% (tiga puluh lima persen) (2) Jumlah penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut akan disesuaikan dengan suatu faktor penyesuaian yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (3) Untuk keperluan penerapan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah hingga ribuan rupiah penuh. (4) Bagi Wajib Pajak orang pribadi atau perseorangan yang kewajiban pajak Subjektifnya sebagai Subjek Pajak dalam negeri dimulai setelah permulaan tahun pajak atau berakhir dalam tahun pajak, maka pajak yang terhutang adalah sebanyak jumlah hari dari bagian tahun pajak dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk satu tahun pajak yang dihasilkan karena penerapan ayat (1) dan ayat (2). Penghasilan netto yang diperoleh selama bagian dari tahun pajak dihitung terlebih dahulu menjadi jumlah setahun. (5) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga puluh) hari. === Pasal 18 === (1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara hutang dan modal perusahaan untuk keperluan pemungutan pajak berdasarkan undang-undang ini. (2) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan, dan menentukan hutang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya. (3) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (1) huruf e dan ayat (2) Pasal ini : :a. dalam hal Wajib Pajak adalah badan : ::1) hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan atau penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak langsung; ::2) hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pihak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir; :b. dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan : :keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat. (4) Dua pihak atau lebih yang masing-masing merupakan perseroan, persekutuan, atau perkumpulan lainnya yang mempunyai hubungan istimewa dengan penyertaan 50% (lima puluh persen) atau lebih, pengenaan pajaknya yang dihitung dengan menggunakan lapisan tarif terendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, hanya diterapkan satu kali saja. === Pasal 19 === Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan faktor penyesuaian dalam hal terjadi ketidak serasian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan yang disebabkan karena perkembangan harga. == BAB V PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN == === Pasal 20 === (1) Pajak yang diperkirakan akan terhutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri. (2) Pelunasan pajak melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri tersebut, merupakan angsuran pajak yang akan dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang untuk seluruh tahun pajak yang bersangkutan. (3) Masa pajak dipergunakan sebagai jangka waktu untuk menentukan besarnya Obyek Pajak dan besarnya pajak yang terhutang, yang harus dilunasi sebagai angsuran dalam tahun berjalan. (4) Masa pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) adalah 1 (satu) bulan atau selama jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. === Pasal 21 === (1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan penyetorannya ke Kas Negara, wajib dilakukan oleh : :a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, dan honorarium dengan nama apapun sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau orang lain yang dilakukan di Indonesia; :b. bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan tetap, dan pembayaran lain, dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan yang dibebankan kepada keuangan negara; :c. badan dana pensiun yang membayarkan uang pensiun; :d. perusahaan dan badan-badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia oleh tenaga ahli dan/atau persekutuan tenaga ahli sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas. (2) Bagian penghasilan yang dipotong pajak untuk setiap masa pajak adalah bagian penghasilan yang melebihi seperdua belas dari penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (3) Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk mendapat pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, ia harus menyerahkan surat pernyataan kepada pemberi kerja, bendaharawan Pemerintah atau badan dana pensiun, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarganya. (4) Pernyataan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan digunakan oleh pemberi kerja, bendaharawan Pemerintah atau badan dana pensiun, untuk menetapkan besarnya penghasilan kena pajak, kecuali apabila Wajib Pajak yang bersangkutan memasukkan surat pernyataan baru tentang adanya perubahan. (5) Tarif pemotongan pajak atas gaji, upah, dan honorarium adalah sama dengan tarif penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17. (6) Jumlah pajak yang dipotong atas bagian upah setiap masa pajak akan dimuat dalam buku petunjuk yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (9). (7) Setiap orang yang tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang secara benar dan tepat telah dipotong pajaknya, jumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (5) merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun yang bersangkutan berdasarkan Undang-undang ini. (8) Setiap orang yang mempunyai penghasilan lain di luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan setiap orang yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan lebih dari satu pemberi kerja diharuskan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pajak yang terutang seluruhnya dikurangi dengan pajak yang telah dipotong sebagai kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28. (9) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Buku Petunjuk tentang pemotongan pajak atas pembayaran gaji, upah, honorarium dan lain-lain sehubungan dengan pekerjaan atau jasa lain yang diberikan. === Pasal 22 === (1) Menteri Keuangan dapat menetapkan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang Import atau kegiatan usaha di bidang lain yang memperoleh pembayaran untuk barang dan jasa dari Belanja Negara. (2) Dasar pemungutan dan besarnya pungutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan, bahwa jumlah pungutan itu diperkirakan mendekati jumlah pajak yang terutang atas penghasilan dari kegiatan usaha yang bersangkutan. === Pasal 23 === (1) Atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau yang terutang oleh Badan Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara dan Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri, selain bank atau lembaga keuangan lainnya, dipotong pajak sebesar 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto, oleh pihak yang wajib membayarkan : :a. dividen dari perseroan dalam negeri; :b. bunga, termasuk imbalan karena jaminan pengembalian hutang; :c. sewa, royalti, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; :d. imbalan yang dibayarkan untuk jasa teknik dan jasa managemen yang dilakukan di Indonesia. (2) Orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (3) Bunga dan Dividen tertentu yang tidak melampaui suatu jumlah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, dikecualikan dari pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). === Pasal 24 === (1) Pajak yang dikenakan dalam suatu Tahun Pajak yang dihitung menurut ketentuan Undang-undang ini dikreditkan dengan pajak yang dibayar atau terhutang di luar negeri oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak yang sama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri. (2) Kredit yang diperbolehkan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri itu untuk tahun pajak yang bersangkutan, terbatas pada jumlah pajak yang dihitung atas penghasilan luar negeri, berdasarkan Undang-undang ini. (3) Dalam menghitung batas jumlah pajak yang dapat dikreditkan, penghasilan-penghasilan yang dimaksud dalam Pasal 26 dianggap berasal dari Indonesia, dan dalam menentukan sumber penghasilan lainnya dipergunakan prinsip yang sama. (4) Jika pajak penghasilan luar negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut undang-undang ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan. === Pasal 25 === (1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak, adalah sebesar pajak yang terutang pada tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak serta pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri sebagaimana dimaksud masing-masing dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24, dibagi dengan banyaknya masa pajak. (2) Yang dimaksud dengan pajak yang terhutang dalam ayat (1) adalah pajak menurut Surat Pemberitahuan Tahunan terakhir, oleh Direktur Jenderal Pajak jumlahnya lebih besar. (3) Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tertentu untuk setiap masa pajak diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 26 === Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terhutang oleh badan Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara dan Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun atau oleh Wajib Pajak dalam negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri, dipotong pajak yang bersifat final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan : :a. dividen dari perseroan dalam negeri; :b. bunga, termasuk imbalan karena jaminan pengembalian hutang; :c. sewa, royalti, dan penghasilan lain karena penggunaan harta; :d. imbalan yang dibayarkan untuk jasa teknik, jasa manajemen dan jasa lainnya yang dilakukan di Indonesia; :e. keuntungan sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia. === Pasal 27 === Pengaturan lebih lanjut pemenuhan kewajiban pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 25 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. == BAB VI KREDIT PAJAK, PELUNASAN KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK == === Pasal 28 === Bagi Wajib Pajak dalam negeri, pajak yang terhutang untuk seluruh tahun pajak menurut undang-undang ini dikurangi dengan kredit pajak berupa : :a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21; :b. pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 22; :c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa, dan imbalan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23; :d. pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; :e. pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri untuk tahun pajak yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25. === Pasal 29 === Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar dari pada jumlah kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, maka kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi selambat- lambatnya pada akhir bulan ketiga sesudah tahun pajak yang bersangkutan berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan. === Pasal 30 === (1) Wajib Pajak dalam negeri diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilampiri dengan Laporan Keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi-laba, sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (2) Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan, jumlah penghasilan kena pajak, jumlah pajak yang terhutang, jumlah pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. (3) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah orang pribadi atau perseorangan : :a. yang tidak mempunyai penghasilan lain selain penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan dari satu pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21; :b. yang memperoleh penghasilan netto yang tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (4) Jumlah pajak yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terhutang menurut undang-undang ini. (5) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti, bahwa jumlah pajak yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan itu tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang semestinya. === Pasal 31 === (1) Apabila pajak yang terhutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari pada jumlah kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, maka kelebihan pembayaran pajak dikembalikan atau diperhitungkan dengan utang pajak lainnya. (2) Sebelum dilakukan pengembalian atau diperhitungkan kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk mengadakan pemeriksaan atas Laporan Keuangan, buku, dan catatan lainnya, serta atas hal lain yang dianggapnya perlu untuk menetapkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. == BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN == === Pasal 32 === Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang ini diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, kecuali apabila tata cara pengenaan pajak ditentukan lain dalam Undang-undang ini. == BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN == === Pasal 33 === (1) Wajib Pajak yang tahun bukunya berakhir pada tangal 30 Juni 1984 serta yang berakhir antara tanggal 30 Juni 1984 dan tanggal 31 Desember 1984 dapat memilih cara menghitung pajaknya berdasarkan ketentuan dalam Ordonansi Pajak Perseroan 1925 atau Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, atau berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang ini. (2) Fasilitas perpajakan yang telah diberikan sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yang: :a. jangka waktunya terbatas, dapat dinikmati oleh Wajib Pajak yang bersangkutan sampai selesai; :b. jangka waktunya tidak ditentukan, dapat dinikmati sampai dengan tahun pajak sebelum tahun pajak 1984. (3) Penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi serta dalam bidang penambangan lainnya sehubungan dengan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil, yang masih berlaku pada saat berlakunya Undang-undang ini, dikenakan pajak berdasarkan ketentuan-ketentuan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 beserta semua peraturan pelaksanaannya. === Pasal 34 === Dengan berlakunya Undang-undang ini, peraturan pelaksanaan di bidang pengenaan Pajak Perseroan 1925, Pajak Pendapatan 1944 dan Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan sepanjang belum diganti dengan peraturan pelaksanaan yang baru. == BAB IX KETENTUAN PENUTUP == === Pasal 35 === Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 36 === (1) Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1984. (2) Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Pajak Penghasilan 1984. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di : JAKARTA <br>Pada tanggal : 31 Desember 1983 <br>PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA <br>ttd. SOEHARTO Diundangkan di : JAKARTA <br>Pada tanggal : 31 Desember 1983 <br>MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, <br>ttd. SUDHARMONO, S.H. ==Lihat pula== * [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 1589 1974 2006-02-27T00:25:11Z Borgx 2 link <small>[[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]]</small> ---- Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Sumber: [http://www.pajak.go.id/peraturan/viewdoc?docid=76 Dirjen Pajak RI] '''PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN''' == UMUM == :1. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) sistem dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak negara, termasuk tentang Pajak Penghasilan, harus ditetapkan dengan Undang-undang. :2. Pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila diarahkan agar Negara dan Bangsa mampu membiayai Pembangunan Nasional dari sumber-sumber dalam negeri dengan membagi beban pembangunan antara golongan berpendapatan tinggi dan golongan berpendapatan rendah, sesuai dengan rasa keadilan, untuk mendorong pemerataan Pembangunan Nasional dalam rangka memperkokoh Ketahanan Nasional. :3. Pajak Penghasilan yang merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari pendapatan Rakyat, perlu diatur dengan Undang-undang yang dapat memberikan kepastian hukum sesuai dengan kehidupan dalam Negara Demokrasi Pancasila. :4. Undang-undang Pajak Penghasilan ini mengatur materi pengenaan pajak yang pada dasarnya menyangkut Subyek Pajak (siapa yang dikenakan), Obyek Pajak (penyebab pengenaan) dan Tarip Pajak (cara menghitung jumlah pajak) dengan pengenaan yang merata serta pembebanan yang adil. Sedangkan tata cara pemungutannya diatur dalam Undang-undang tersendiri dalam rangka mewujudkan keseragaman, sehingga mempermudah masyarakat untuk mempelajari, memahami serta mematuhinya. :5. Dalam sistem peraturan perundang-undangan perpajakan yang lama, pengenaan pajak atas penghasilan diatur dalam berbagai Undang-undang, yaitu : ::a. Ordonansi Pajak Perseroan 1925, yang mengatur mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan dari badan-badan. ::b. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, yang mengatur mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan dari orang-orang pribadi. Dalam ordonansi ini juga diatur pemotongan pajak oleh pemberi kerja atas penghasilan dari pegawai atau karyawan dari pemberi kerja tersebut. ::c. Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty 1970, yang mengatur mengenai materi pengenaan dan tata cara pengenaan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen dan royalty, yang wajib dipotong oleh orang-orang dan badan-badan yang membayarkan bunga, dividen dan royalty yang bersangkutan. ::d. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967, yang mengatur mengenai tata cara pengenaan pajak atas penghasilan, terutama berupa laba usaha, sepanjang mengenai tata cara pemungutan oleh pihak lain (MPO) dan pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri (MPS-Masa) dalam tahun berjalan serta perhitungan pada akhir tahun (MPS-Akhir). :6. Dalam sistem peraturan perundang-undangan perpajakan yang baru, diatur : ::a. semua ketentuan yang berkenaan dengan materi pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh orang pribadi atau perseorangan dan badan-badan, diatur dalam Undang-undang ini. ::b. ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pengenaan pajak baik berkenaan dengan Pajak Penghasilan, maupun berkenaan dengan pajak-pajak lain yang pengenaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tujuan dari penyederhanaan ini sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, adalah untuk mempermudah masyarakat mempelajari, memahami, dan mematuhinya. Undang-undang ini menyederhanakan struktur pajak, seperti jenis-jenis pajak, tarif dan cara pemenuhan kewajiban pajak. Tarif pajak ditetapkan secara wajar berdasarkan prinsip-prinsip pemerataan dalam pemungutan pajak dan keadilan dalam pembebanan pajak. Struktur tarif disederhanakan dan bersifat progresif, artinya semakin tinggi penghasilan semakin tinggi persentase tarif pajak. Tarif untuk orang pribadi atau perseorangan sama dengan tarif untuk badan, dengan tingkat tarif maksimal yang lebih rendah dari pada tarif lama, sehingga akan dicapai kebaikan-kebaikan sebagai berikut : :a. sederhana, artinya bagi Wajib Pajak mudah untuk menghitung, bagi administrasi pajak mudah menguji penghitungan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak; juga bagi Wajib Pajak badan tidak ada lagi tarif yang berbeda-beda, sehingga lebih mendukung lagi kesederhanaan dan kemudahan seperti disebutkan di atas. :b. keadilan dan pemerataan beban, berlakunya tarif yang sama saja bagi tingkat penghasilan yang sama dari manapun diterima atau diperoleh. :c. meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, oleh karena tarif marginal tertinggi hanya 35% (tiga puluh lima persen), maka kerelaan Wajib Pajak untuk membayar akan meningkat; meningkatnya kerelaan membayar dan bertambah mudahnya bagi administrasi pajak untuk menguji akan lebih meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. :d. mengurangi pengalihan penghasilan dari badan kepada perseorangan atau sebaliknya, sebab pengalihan semacam itu tidak memberikan manfaat kepada Wajib Pajak. == PASAL DEMI PASAL == === Pasal 1 === Undang-undang ini mengatur pengenaan pajak atas penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau perseorangan maupun badan yang terhutang selama satu tahun pajak. === Pasal 2 === ==== Ayat (1) ==== Pengertian Subyek Pajak mencakup, baik orang pribadi atau perseorangan dan warisan yang belum terbagi maupun badan. '''Huruf a''' 1) Orang pribadi atau perseorangan adalah Subyek Pajak, baik apabila mereka bertempat tinggal di Indonesia maupun apabila mereka bertempat tinggal di luar Indonesia. Mereka yang bertempat tinggal di Indonesia mulai menjadi Subyek Pajak pada saat lahir di Indonesia, atau bila seseorang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, maka ia menjadi Subyek Pajak pada saat pertama kali berada di Indonesia. Jumlah 183 (seratus delapan puluh tiga) hari tersebut tidaklah harus berturut-turut. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia tidak lagi menjadi Subyek Pajak pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Bagi mereka yang bertempat tinggal di luar Indonesia, baru menjadi Subyek Pajak di Indonesia apabila mereka dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Mereka tidak lagi menjadi Subyek Pajak di Indonesia pada saat tidak mungkin lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia, yaitu penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26. 2) Warisan yang belum terbagi merupakan Subyek Pajak pengganti, yaitu menggantikan yang berhak. Bagi warisan yang belum terbagi mulai menjadi Subyek Pajak pada saat timbulnya warisan dimaksud (sejak saat meninggalnya pewaris), dan berakhir pada saat warisan tersebut dibagi kepada mereka yang berhak (ahli waris). Warisan baru menjadi Wajib Pajak apabila warisan yang belum terbagi itu memberikan penghasilan. '''Huruf b''' Badan-badan seperti perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga merupakan Subyek Pajak pada saat didirikannya badan usaha atau organisasi tersebut, atau pada waktu memperoleh penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar Indonesia. Bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia tidak lagi menjadi Subyek Pajak setelah penyelesaian likuidasi, dan bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar Indonesia, tidak lagi menjadi Subyek Pajak Indonesia pada saat terputusnya hubungan ekonomis dengan Indonesia, yaitu sejak tidak mungkin lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Perlu diperhatikan, bahwa setiap unit tertentu dari badan pemerintah yang melakukan kegiatan usaha secara teratur di bidang sosial ekonomi merupakan Subyek Pajak sebagai badan usaha milik negara. Sudah barang tentu, badan usaha milik negara akan benar-benar dikenakan pajak, apabila terdapat Obyek Pajak, yaitu mendapatkan penghasilan. Demikian pula halnya dengan badan usaha milik daerah. Suatu badan di luar Indonesia yang mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia mulai menjadi Subyek Pajak di Indonesia, sejak adanya bentuk usaha tetap itu. ==== Ayat (2) ==== Cukup jelas. ==== Ayat (3) ==== '''Huruf a''' Cukup jelas. '''Huruf b''' Cukup jelas. '''Huruf c''' Bentuk usaha tetap di Indonesia dari badan atau perusahaan luar negeri digolongkan sebagai Subyek Pajak dalam negeri. Pada prinsipnya Subyek Pajak dalam negeri akan dikenakan pajak atas seluruh penghasilannya di manapun diperoleh, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Penghasilan dari bentuk usaha tetap sebagai Wajib Pajak dalam negeri dirumuskan tersendiri dalam Pasal 5. Yang dapat mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia bukan saja setiap badan, tetapi juga setiap perusahaan termasuk perusahaan perseorangan di luar Indonesia. Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah wujud tertentu atau sesuatu yang kurang lebih mempunyai sifat tetap, yang dijadikan pusat kegiatan sebagian atau seluruh usaha di Indonesia dari suatu badan atau perusahaan yang didirikan, bertempat kedudukan atau berada di luar Indonesia. Yang dimaksud dengan menjalankan usaha secara teratur ialah melakukan kegiatan usaha yang menunjukkan adanya maksud untuk dilakukan terus-menerus. Misalnya dalam hal pemberian jasa-jasa (furnishing of services), yang di dalamnya termasuk pemberian jasa konsultasi (consultancy services), apabila diberikan satu kali oleh seorang asing yang datang di Indonesia sebagai turis, karena kebetulan diminta oleh seorang temannya di Indonesia, maka pemberian jasa semacam itu belum termasuk kegiatan usaha yang dilakukan secara teratur, dan oleh karena itu belum dapat dianggap adanya bentuk usaha tetap di Indonesia. Namun apabila turis tersebut datang lagi ke Indonesia untuk memberikan jasa konsultasi atas nama suatu perusahaan luar negeri karena misalnya direkomendasikan oleh temannya tersebut di atas, kepada suatu perusahaan di Indonesia, maka telah terdapat suatu petunjuk tentang adanya maksud untuk memberikan jasa konsultasi di Indonesia secara terus-menerus dan oleh karena itu dalam hal ini telah terdapat bentuk usaha tetap di Indonesia. Perusahaan asuransi luar negeri mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia, apabila perusahaan tersebut menerima pembayaran premi asuransi di Indonesia atau menanggung risiko di Indonesia, melalui karyawannya atau perwakilan lain, yang bukan merupakan agen yang mempunyai kedudukan bebas (independent). Sebuah perusahaan luar negeri tidak dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila dalam melakukan kegiatannya di Indonesia, dipergunakan perantara atau broker atau agen lain yang sifatnya bebas, asalkan perantara atau agen tersebut bertindak dalam rangka perusahaannya sendiri. Oleh karena itu, bila agen tersebut bertindak sepenuhnya atau hampir sepenuhnya atas nama perusahaan luar negeri itu, maka perantara atau agen tersebut tidak memenuhi syarat sebagai agen yang mempunyai kedudukan yang bebas, dengan perkataan lain, perantara atau agen tersebut merupakan bentuk usaha tetap dari perusahaan luar negeri tersebut. Ayat (4) Subyek Pajak luar negeri adalah Subyek Pajak yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Subyek Pajak yang benar-benar memperoleh penghasilan dan oleh karena itu berkewajiban untuk membayar pajak, disebut dalam undang-undang ini sebagai Wajib Pajak. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah seseorang atau suatu badan yang telah memenuhi syarat-syarat kewajiban subyektif dan obyektif. Perbedaan yang penting dari kewajiban Wajib Pajak dalam negeri dibandingkan dengan kewajiban Wajib Pajak luar negeri adalah bahwa Wajib Pajak dalam negeri, setelah tahun pajak berakhir, berkewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan itu Wajib Pajak melaporkan tentang semua penghasilan yang diterima atau diperoleh, penghitungan penghasilan kena pajak, dan pajak yang terhutang. Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan itu Wajib Pajak juga melaporkan tentang semua pelunasan atas pajak yang terhutang. Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan itu telah diisi dengan benar dan pajak yang terhutang telah dilunasi sebagaimana mestinya, maka kepada Wajib Pajak yang bersangkutan tidak perlu diberikan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak hanya perlu dikeluarkan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan atau dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan tidak benar dan/atau tidak lengkap, sehingga pajak yang kurang dibayar perlu ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak, ditambah dengan sanksi administrasi yang berkenaan. Sedangkan atas Wajib Pajak luar negeri tidak diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. ==== Ayat (5) ==== Untuk menentukan seseorang atau suatu badan berada, bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di Indonesia adalah berdasarkan keadaan atau kenyataan yang sebenarnya, sehingga dengan demikian tidak ditentukan berdasarkan hal-hal yang sifatnya formal. ==== Ayat (6) ==== Dalam hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan seseorang atau suatu badan berada, bertempat tinggal, atau berkedudukan. Hal ini berdasarkan pertimbangan praktis untuk memberikan kepastian hukum. === Pasal 3 === '''Huruf a dan huruf b''' Sesuai dengan kelaziman internasional, anggota perwakilan diplomatik, konsuler dan pejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagai Subyek Pajak di negara tempat mereka mewakili negaranya. Demikian juga halnya dengan anggota Angkatan Bersenjata negara asing dan wakil-wakil organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO), International Monetary Fund (IMF) dan sebagainya. Syarat timbal-balik adalah merupakan kelaziman internasional. Jika mereka mempunyai pekerjaan lain atau usaha, maka pengecualian itu gugur dan akan dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan lain atau kegiatan usahanya. '''Huruf c''' Berdasarkan tujuan dan sifat dari Perusahaan Jawatan, maka Perusahaan Jawatan dapat dikecualikan sebagai Subyek Pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. === Pasal 4 === Dalam undang-undang ini dianut pengertian penghasilan yang luas, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh seseorang atau badan merupakan ukuran yang terbaik mengenai kemampuan seseorang atau badan untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan Pemerintah guna membiayai kegiatan-kegiatannya baik yang rutin, maupun untuk pembangunan. Ini merupakan salah satu sifat dari sistem Pajak Penghasilan ini yang bertujuan untuk memeratakan beban pembangunan. Setiap tambahan kemampuan ekonomis, dari mana pun datangnya, merupakan tambahan kemampuan untuk ikut memikul biaya kegiatan Pemerintah. Pengertian penghasilan dalam undang-undang ini tidak terikat lagi pada ada tidaknya sumber-sumber penghasilan tertentu seperti yang dianut oleh undang-undang lama. Penghasilan itu dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, dapat dikelompokkan menjadi : - penghasilan dari pekerjaan, yaitu pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti penghasilan dari praktek dokter, notaris, akuntan publik, aktuaris (ahli matematika asuransi jiwa) pengacara dan sebagainya; - penghasilan dari kegiatan usaha, yaitu kegiatan melalui sarana perusahaan; - penghasilan dari modal, baik penghasilan dari modal berupa harta gerak, seperti bunga, dividen, royalti, maupun penghasilan dari modal berupa harta tak gerak, sewa rumah, dan sebagainya; juga termasuk dalam kelompok penghasilan dari modal ini adalah penghasilan dari harta yang dikerjakan sendiri, misalnya penghasilan yang diperoleh dari pengerjaan sebidang tanah, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipakai dalam melakukan kegiatan usaha; - penghasilan lain-lain, seperti menang lotere, pembebasan hutang dan lain-lain penghasilan yang tidak termasuk dalam kelompok lain. Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung, yang selanjutnya dipakai untuk memperoleh harta yang tidak terpakai habis sebagai konsumsi dalam satu tahun. Walaupun penghasilan itu dapat dikelompokkan, namun pengertian penghasilan tidak terbatas pada yang diperoleh dari sumber-sumber penghasilan tertentu. Contoh-contoh yang disebut dalam undang-undang ini sekedar untuk memperjelas tentang pengertian penghasilan yang luas, dan tidak terbatas pada apa yang disebutkan oleh undang-undang ini. ==== Ayat (1) ==== '''Huruf a''' Semua imbalan atau pembayaran dari pekerjaan dalam hubungan kerja yang dapat berupa upah, gaji, dan sebagainya, termasuk premi asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja. Pemberian gaji dalam bentuk natura tidak dimasukkan dalam pengertian penghasilan bagi penerima, seperti misalnya perumahan (kecuali di daerah terpencil, yang tidak tersedia rumah yang disewakan), kendaraan bermotor, dan sebagainya. Bagi pihak pemberi kerja, pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan sebagai biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d. '''Huruf b''' Honorarium yang dibayarkan kepada artis, olahragawan, pemberi ceramah seperti pada seminar-seminar internasional. Hadiah undian mencakup juga pengertian hadiah yang diberikan tanpa diundi. '''Huruf c''' Yang dimaksud dengan laba bruto usaha adalah penghasilan bruto yang diperoleh dari usaha. Laba bruto usaha ditambah penghasilan bruto lainnya sama dengan jumlah penghasilan bruto seluruhnya. Dalam Surat Pemberitahuan Tahunan perlu dilaporkan laba bruto usaha dan pengurangan yang diperbolehkan oleh undang-undang ini. Jadi tidak dimaksudkan, bahwa dalam Surat Pemberitahuan Tahunan hanya dilaporkan penghasilan kena pajak. Penambahan penghasilan lain-lain dan pengurangan biaya lain-lain terhadap laba netto dari usaha mencerminkan adanya apa yang disebut dalam dunia perpajakan sebagai kompensasi horisontal. Baik laba netto usaha maupun penghasilan lain-lain setelah dikurangi biaya yang bersangkutan dapat menjadi negatif. Kompensasi horisontal semacam itu diperbolehkan dalam menghitung penghasilan kena pajak. '''Huruf d''' Apabila seorang Wajib Pajak menjual harta lebih dari harga sisa buku atau harga/ nilai perolehan pada saat penjualan, maka selisih harga tersebut merupakan penghasilan. Jika harta yang dijual itu bukan merupakan harta perusahaan dan telah dimiliki sebelum berlakunya undang-undang ini, penghasilan yang diperoleh adalah selisih antara harga penjualan dengan nilai jual pada saat undang-undang ini berlaku. Demikian pula apabila sebuah badan usaha menjual kekayaan kepada pemegang saham misalnya berupa mobil dengan harga sebesar harga sisa buku Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) sedangkan di pasar harganya Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah), maka selisih sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah) merupakan penghasilan bagi badan usaha tersebut dan bagi pemegang saham yang membeli itu, Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah) merupakan penghasilan. '''Huruf e''' Pengembalian pajak yang telah diperhitungkan sebagai biaya pada saat menghitung penghasilan kena pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang setelah ditetapkan kembali ternyata kelebihan bayar, maka kelebihan bayar tersebut adalah penghasilan. '''Huruf f''' Dalam pengertian bunga termasuk pula imbalan lain sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang, baik yang dijanjikan maupun tidak. '''Huruf g''' Ketentuan ini mengatur tentang pengertian penghasilan berupa dividen, yaitu bagian keuntungan yang diterima oleh para pemegang saham atau pemegang polis asuransi. Nama apapun yang diberikan atau dalam bentuk apa bagian keuntungan itu diterima tidak menjadi pertimbangan. Termasuk dalam pengertian dividen adalah : 1) pembagian laba baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun; 2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetorkan; 3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran yang tidak berasal dari penilaian kembali harta perusahaan; 4) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran yang tidak berasal dari penilaian kembali harta perusahaan; 5) apa yang diterima atau diperoleh karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan, yang melebihi jumlah setoran sahamnya; 6) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang telah disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah; 7) pembayaran atas tanda-tanda laba, termasuk apa yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda tersebut; 8) laba dari obligasi yang ikut serta dalam pembagian laba; 9) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan. Perlu ditegaskan di sini, bahwa dari apa yang disebut pada angka 1 sampai dengan angka 9 di atas dapat disimpulkan, bahwa pengertian dividen atau pembagian keuntungan perusahaan mencakup pengertian yang luas, yaitu setiap pembagian keuntungan perusahaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dalam praktek sering dijumpai pembagian/pembayaran dividen secara terselubung, misalnya dengan pengalihan harta perusahaan kepada pemegang saham atau peserta dengan penggantian harga di bawah harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan harga yang dibayar oleh pemegang saham adalah merupakan pembayaran dividen secara terselubung (lihat penjelasan ayat (1) huruf d). Contoh : Suatu harta PT. A berupa mobil yang mempunyai harga sisa buku sebesar Rp.1.000.000,- sedangkan harga pasar sebesar Rp.5.000.000,-. Mobil tersebut dialihkan kepada pemegang saham B dengan penggantian sebesar harga sisa buku, yaitu Rp.1.000.000,-. Disini terdapat pembayaran dividen secara terselubung sebesar Rp.4.000.000,-. Berdasarkan ketentuan ini PT. A harus memotong Pajak Penghasilan sebesar 15% x Rp.4.000.000,- = Rp.600.000,-. Dalam pengertian dividen ini termasuk pula bagian keuntungan yang diterima oleh pengurus dan anggota koperasi. Pada tingkat koperasi, Sisa Hasil Usaha koperasi yang semata-mata berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan anggota tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan. Oleh karena itu, bagi pengurus dan anggota koperasi, pembagian dan pengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi yang diterimanya merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Apabila pembagian dan pengembalian Sisa Hasil Usaha yang diterima oleh masing-masing pengurus dan anggota koperasi tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak, maka pembagian dan pengembalian Sisa Hasil Usaha koperasi tersebut tidak terkena pajak. '''Huruf h''' Yang dimaksud di sini adalah pembayaran royalti atau apapun namanya sehubungan dengan penggunaan hak seperti : hak paten/oktroi, lisensi, merek dagang, pola atau model, rencana, rahasia perusahaan, cara pengerjaan, hak pengarang dan hak cipta mengenai sesuatu karya di bidang kesenian atau ilmiah, termasuk karya film sinematografi. Pada dasarnya pembayaran royalti terdiri dari tiga kelompok, yaitu pembayaran atas penggunaan : 1) hak atas harta tak berwujud : hak pengarang, paten, merek dagang, formula atau rahasia perusahaan; 2) hak atas harta berwujud : hak atas alat-alat industri, komersial dan ilmu pengetahuan; 3) jasa : pemberian informasi yang diperlukan mengenai usaha dan investasi pada umumnya, pengalaman di bidang industri, perniagaan dan ilmu pengetahuan pada khususnya; yang dimaksudkan dengan informasi di sini adalah informasi yang belum diungkapkan secara terbuka. '''Huruf i''' Ketentuan ini mengatur penghasilan uang sewa yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan penggunaan harta, baik harta gerak misalnya sewa pemakaian mobil dan sebagainya maupun penggunaan harta tak gerak, misalnya sewa rumah. '''Huruf j''' Contoh : tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berkala. '''Huruf k''' Pembebasan hutang oleh pihak yang berpiutang merupakan penghasilan bagi pihak yang semula berhutang. ==== Ayat (2) ==== Sesuai dengan ketentuan dalam ayat (1) huruf f pasal ini bunga merupakan Obyek Pajak. Tabungan masyarakat merupakan pula sumber dana bagi pelaksanaan pembangunan. Dengan Peraturan Pemerintah, terhadap bunga deposito berjangka dan tabungan lainnya dapat dibebaskan dari pengenaan pajak dengan memperhatikan perkembangan moneter serta pelaksanaan pembangunan. ==== Ayat (3) ==== '''Huruf a''' Harta hibahan atau bantuan yang diterima yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak termasuk penghasilan. Ini sebagai imbangan dari Pasal 9 ayat (1) huruf f yang mengatur, bahwa harta hibahan atau bantuan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan pihak pemberi. '''Huruf b''' Warisan sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang di terima ahli waris tidak merupakan Obyek Pajak, walaupun warisan itu jumlahnya besar. Warisan sebagai Subyek Pajak, baru dikenakan pajak apabila warisan tersebut memberikan penghasilan, misalnya sewa yang diterima dari rumah warisan. '''Huruf c''' Pembayaran oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, misalnya karena kecelakaan, kerugian atau karena meninggalnya tertanggung, demikian juga penerimaan pembayaran bea siswa dari perusahaan asuransi tidak merupakan penghasilan. Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c ditentukan, bahwa premi asuransi jiwa, kesehatan, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan, kecuali premi tersebut ditanggung oleh pemberi kerja. '''Huruf d''' Bila seorang pemberi kerja yang merupakan Wajib Pajak menurut pengertian undang- undang ini memberi kenikmatan berupa natura kepada karyawan atau orang lain yang ada hubungan pekerjaan, maka kenikmatan tersebut tidak dianggap sebagai penghasilan bagi pihak penerima. Yang dimaksud dengan kenikmatan dalam bentuk natura ialah suatu tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh tidak dalam bentuk uang, seperti kenikmatan mempergunakan mobil perusahaan dengan cuma-cuma, kenikmatan mendiami rumah yang disewa oleh perusahaan atau rumah milik perusahaan, pemberian beras dengan cuma-cuma, dan sebagainya. Bagi pihak pemberi kerja jumlah tersebut tidak boleh dikurangkan sebagai biaya. Kenikmatan pemakaian rumah yang diberikan oleh Pemerintah kepada pegawai Pemerintah, Pejabat Negara dan Pejabat Lembaga Pemerintah non Departemen lainnya, tidak merupakan penghasilan bagi pihak yang bersangkutan. Dalam pengertian Pemerintah termasuk Perusahaan Jawatan. Apabila yang memberi kenikmatan tersebut bukan Wajib Pajak menurut pengertian undang-undang ini, maka kenikmatan tersebut merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima. Contoh : Seorang pegawai bangsa Indonesia yang bekerja di salah satu perwakilan diplomatik, memperoleh kenikmatan menempati rumah yang disewa oleh perwakilan diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatan lainnya, maka kenikmatan-kenikmatan tersebut harus dimasukkan sebagai penghasilan bagi pegawai tersebut, sebab perwakilan diplomatik yang bersangkutan tidak merupakan Subyek Pajak. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendorong pembayaran oleh pemberi kerja kepada pegawai atau karyawannya dilakukan dalam bentuk uang, sehingga dengan demikian mempermudah pengenaan pajaknya. '''Huruf e''' Seseorang yang mengalihkan harta atau anggota persekutuan firma, perseroan komanditer, kongsi yang mengalihkan harta persekutuan untuk mendirikan Perseroan Terbatas dengan pembayaran berupa saham (inbreng), maka keuntungan berupa selisih antara harga sisa buku dengan nilai jual harta tersebut, tidak merupakan penghasilan, apabila setelah terjadinya pengalihan, pihak yang mengalihkan harta atau pihak-pihak yang mengalihkan harta secara bersama-sama, memiliki paling sedikit 90% (sembilan puluh persen) dari seluruh nilai saham disetor dari Perseroan Terbatas yang menerima pengalihan. Syarat 90% (sembilan puluh persen) tersebut harus dipenuhi pada saat terjadinya pengalihan yang bersangkutan. '''Huruf f''' Harta yang dialihkan kepada perseroan, persekutuan atau badan-badan lainnya sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal tidak dikenakan pajak pada saat pengalihan kepada perseroan itu, melainkan dikemudian hari, apabila harta itu dijual atau dialihkan lagi; oleh karena itu penilaian harta tersebut ketika perseroan menerima pengalihan harus sama dengan harga sisa buku pada saat pengalihan. '''Huruf g''' Dividen yang diperoleh atau diterima oleh perseroan dalam negeri dari perseroan lain, tidak dianggap sebagai penghasilan, apabila perseroan yang menerima tersebut tidak sekedar membungakan uang yang sedang tidak dipakai, melainkan pada dasarnya bersifat kekal dan kedua perseroan tersebut sebenarnya merupakan satu kesatuan jalur usaha. Dividen sebagai hasil pembungaan uang, sementara uang itu tidak terpakai, dikenakan pajak. Contoh : PT. A pabrik tekstil, PT. B pabrik benang tenun. Antara PT. A dan PT. B ada hubungan ekonomis dalam jalur usahanya. PT. A memiliki 25% (dua puluh lima persen) dari saham yang disetor PT. B, maka dividen yang diterima atau diperoleh PT. A dari PT. B tidak termasuk dalam pengertian penghasilan. Apabila badan yang menerima atau memperoleh dividen memiliki saham 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari nilai saham yang disetor, sedangkan kedua badan tersebut tidak mempunyai hubungan ekonomis dalam jalur usahanya, maka dividen yang diterima atau diperoleh tidak termasuk dalam pengecualian sebagai Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini. Contoh : PT. X pabrik tekstil. PT. Y pabrik minuman. PT. X memiliki 25% (dua puluh lima persen) dari saham yang disetor dari PT. Y. Antara PT. X dan PT. Y tidak terdapat hubungan ekonomis dalam jalur usahanya. Oleh karena itu, dividen yang diterima atau diperoleh PT. X dari PT. Y tidak dikecualikan sebagai Obyek Pajak. Dengan perkataan lain, dividen yang diterima atau diperoleh PT. X dari PT. Y merupakan Obyek Pajak. '''Huruf h''' Iuran yang diterima oleh dana pensiun yang pembentukannya telah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan, baik yang dibayar secara berkala dan yang dibayar sekaligus oleh pemberi kerja maupun oleh Wajib Pajak sendiri tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak. '''Huruf i''' Pengertian usaha yang semata-mata ditujukan untuk kepentingan umum adalah kegiatan usaha yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) kegiatan usaha harus semata-mata bersifat sosial dalam bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan; 2) kegiatan usaha harus semata-mata bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum; 3) kegiatan usaha ini tidak mempunyai tujuan mencari laba. Laba yayasan yang tidak termasuk pengertian penghasilan adalah tidak lain daripada kelebihan hasil usaha yang terjadi karena realisasi penerimaan melebihi realisasi biaya yang dikeluarkan dalam tahun pajak yang bersangkutan. Laba ini tidak termasuk dalam pengertian Obyek Pajak menurut undang-undang ini, sepanjang laba tersebut semata-mata merupakan kelebihan hasil usaha sebagai diuraikan di atas, yang telah diperhitungkan untuk melakukan kegiatan sosial yayasan atau perkumpulan tersebut. Apabila pembayaran balas jasa yang diterima cukup tinggi sehingga kelebihan itu dibagikan kepada pengurus yayasan maka kegiatan yayasan itu tidak lagi semata-mata untuk kepentingan umum dan kelebihan tersebut merupakan bagian penghasilan yang dikenakan pajak. '''Huruf j''' Penghasilan yayasan dari modal yang ditanam di luar kegiatan yang semata-mata untuk kepentingan umum yang digunakan untuk membiayai kegiatan sosial yayasan, tidak merupakan Obyek Pajak. Misalnya suatu yayasan atau wakaf dalam membiayai kegiatan sosialnya menerima sumbangan. Kelebihan sumbangan yang diterima dari keperluan biaya kegiatan tersebut ditanam di luar kegiatan sosialnya. Hasil yang diperoleh dari penanaman modal ini sepanjang dipergunakan untuk membiayai kegiatan sosialnya, tidak merupakan Obyek Pajak. '''Huruf k''' Pembagian keuntungan yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, firma, kongsi, dan persekutuan, tidak merupakan Obyek Pajak. Namun, undang-undang memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan untuk mengenakan Pajak Penghasilan atas pembagian keuntungan tersebut di atas jika ketentuan ini disalahgunakan, sehingga dapat merugikan Keuangan Negara. === Pasal 5 === ==== Ayat (1) ==== Penghasilan yang menjadi Obyek Pajak bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut : '''Huruf a''' Yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah penghasilan dari kegiatan usaha yang dilakukan bentuk usaha tetap itu atau dari harta yang dikuasai atau dimiliki oleh bentuk usaha tetap tersebut. Jadi semua penghasilan yang berkenaan dengan kegiatan usaha atau harta bentuk usaha tetap yang bersangkutan, baik yang diperoleh di Indonesia maupun yang diperoleh dari luar Indonesia merupakan penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan ini, misalnya penghasilan dari pemilikan saham-saham di luar negeri oleh bentuk usaha tetap di Indonesia merupakan penghasilan yang dikenakan pajak di Indonesia. '''Huruf b''' Bila induk perusahaan atau badan lain di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa, melakukan kegiatan yang sejenis dengan yang dilakukan oleh bentuk usaha tetapnya di Indonesia, maka penghasilan dari kegiatan tersebut harus dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan, agar supaya penghasilan kegiatan-kegiatan tertentu yang pada hakekatnya termasuk kegiatan bentuk usaha tetap, dapat dikenakan pajak kepada bentuk usaha tetap tersebut untuk mencegah adanya alasan, bahwa kegiatan-kegiatan tertentu tidak termasuk kegiatan-kegiatan bentuk usaha tetap, padahal Pajak Penghasilan atas kegiatan-kegiatan itu seharusnya menjadi tanggung jawab bentuk usaha tetap itu. ==== Ayat (2) ==== Undang-undang ini tidak bermaksud untuk mengenakan pajak atas bentuk usaha tetap, apabila diperoleh penghasilan oleh induk perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan bentuk usaha tetap itu, sedangkan atas penghasilan itu telah dilakukan pemotongan pajak berdasarkan Pasal 26. Biaya-biaya untuk mendapatkan, mempertahankan dan menagih penghasilan induk perusahaan tersebut juga tidak dapat dibebankan kepada bentuk usaha tetap di Indonesia. === Pasal 6 === Termasuk dalam biaya usaha (biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan) sehari-hari adalah biaya pembelian bahan baku, bahan penolong dan pembungkus, sewa dan royalti, biaya perjalanan untuk melakukan pekerjaan, pajak-pajak tidak langsung misalnya Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh harta mempunyai yang masa manfaat lebih dari satu tahun hanya boleh mengurangi penghasilan kena pajak melalui penyusutan atau amortisasi. Apabila dana pensiun yang dibentuk oleh perusahaan atau dana pensiun lain, mendapat persetujuan Menteri Keuangan, maka iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan. ==== Ayat (1) ==== '''Huruf a''' Penghasilan kena pajak diperoleh dengan jalan menjumlahkan semua penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak dan menguranginya dengan biaya-biaya atau pengurangan yang diperbolehkan oleh pasal ini. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan adalah biaya atau pengeluaran yang ada hubungan langsung dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Dalam biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dari usaha (yang dapat disebut sebagai biaya usaha sehari-hari), termasuk pembayaran gaji kepada pegawai perusahaan yang bersangkutan, kecuali pembayaran yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan (kenikmatan mendiami rumah dengan cuma-cuma). Pembayaran premi oleh pemberi kerja untuk pegawai dapat dikurangkan sebagai biaya perusahaan, sedangkan bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan. Gaji kepada pegawai yang juga merupakan pemegang saham, apabila berlebih-lebihan yaitu melampaui gaji pegawai lain yang bukan pemegang saham, yang melakukan pekerjaan, tugas atau jabatan yang kurang lebih sama dengan pemegang saham itu, maka kelebihannya itu tidak diperbolehkan mengurangi penghasilan. Dalam biaya ini termasuk pula bunga yang dibayarkan sehubungan dengan hutang perusahaan, kecuali apabila jumlahnya melampaui jumlah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1). Bunga yang dibayarkan sehubungan dengan bunga hutang pribadi tidak boleh mengurangi penghasilan, sebab bunga semacam ini merupakan penggunaan dari penghasilan. Pembayaran bunga yang dilakukan untuk menyelundupkan pajak yang dapat terjadi dalam hal ada hubungan istimewa juga tidak boleh mengurangi penghasilan kena pajak. '''Huruf b''' Istilah penyusutan untuk harta berwujud dan amortisasi untuk harta tak berwujud atau hak sudah lazim dipergunakan dalam bidang akuntansi. Huruf c Cukup jelas. '''Huruf d''' Penggunaan penghasilan tidak dapat dipakai sebagai faktor pengurang dalam menghitung penghasilan kena pajak. Pembelian barang untuk dipakai sendiri dan bukan untuk dipergunakan dalam kegiatan usaha atau bukan untuk dipakai guna mendapatkan penghasilan tidak diperkenankan untuk disusutkan. Apabila barang yang dipakai sendiri itu dijual dengan rugi, maka kerugian itu juga tidak dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Perlu ditegaskan bahwa barang yang kerugian penjualannya dapat mengurangi penghasilan kena pajak adalah barang yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha (juga yang dipakai untuk mendapatkan penghasilannya), maka kerugian penjualan tanah yang termasuk kekayaan perusahaan dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Hal ini perlu ditegaskan karena berdasarkan Pasal 11 ayat (1), tanah tidak termasuk harta yang dapat disusutkan. '''Huruf e''' Sisa Hasil Usaha koperasi sehubungan dengan kegiatan yang semata-mata dari dan untuk anggota, tidak dikenakan pajak pada tingkat koperasi. ==== Ayat (2) ==== Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajak dalam negeri, untuk menghitung penghasilan kena pajak, masih diberikan pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (lihat penjelasan lebih lanjut mengenai Pasal 7). ==== Ayat (3) ==== Jika setelah penghasilan bruto dikurangkan beban-beban yang diperbolehkan berdasarkan ayat (1) menghasilkan kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama 5 (lima) tahun dihitung sejak tahun yang berikut sesudah tahun dideritanya kerugian itu. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, bagi jenis-jenis usaha tertentu, yang menurut pertimbangan obyektif tidak menghasilkan laba dalam lima tahun, kerugian yang dideritanya dapat dikompensasikan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun. === Pasal 7 === ==== Ayat (1) ==== Kepada orang pribadi atau perseorangan sebagai Wajib Pajak dalam negeri untuk sampai kepada penghasilan kena pajak diberikan pengurangan yang dinamakan penghasilan tidak kena pajak. Untuk Wajib Pajak sendiri jumlah penghasilan tidak kena pajak sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Apabila Wajib Pajak kawin, maka jumlah itu ditambah dengan Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah). Dalam hal isteri memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21, maka penghasilan tidak kena pajak untuk isteri Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) sedangkan untuk menghitung pajak atas penghasilan suami diberikan pengurangan sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah). Dalam hal demikian, ketika pemberi kerja menghitung penghasilan kena pajak untuk memotong pajak dari penghasilan isteri, telah dikurangkan sejumlah Rp.960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah), tetapi tidak lagi diberikan tambahan pengurangan sebesar Rp.480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah). Dalam hal isteri menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha, besarnya penghasilan tidak kena pajak ditambah dengan Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Tambahan penghasilan tidak kena pajak sebesar Rp 960.000,- (sembilan ratus enam enam puluh ribu rupiah) tersebut diatas tidak diberikan lagi dalam hal isteri juga menerima atau memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang telah diberikan potongan penghasilan tidak kena pajak sebesar Rp 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Tambahan pengurangan sebesar Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) diberikan kepada isteri, apabila isteri menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata dari pekerjaan, sedangkan suami tidak menerima atau memperoleh penghasilan apapun. Dalam hal demikian, tambahan pengurangan untuk tanggungan keluarga diberikan kepada isteri tersebut. Dengan pengurangan yang demikian kepada pemberi kerja diberikan kemudahan dalam melaksanakan pemotongan pajak atas penghasilan pegawai atau karyawannya, sebab pemberi kerja tidak dibebani kewajiban terlalu banyak untuk meneliti lebih jauh tentang isteri bekerja atau tidak, penghasilan isteri telah kena pajak atau tidak, dan sebagainya. Untuk setiap orang keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, anak tiri, cucu, dan sebagainya yang menjadi tanggungan sepenuhnya, Wajib Pajak diberikan pengurangan sebesar Rp.480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) dengan paling banyak untuk 3 (tiga) orang. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri, yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang berada di Indonesia kurang dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam 12 (dua belas) bulan berturut-turut dari suatu tahun pajak, tidak diberikan potongan berupa penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Bagi orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri, penghasilan kena pajak, adalah jumlah penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3). ==== Ayat (2) ==== Untuk menghitung jumlah pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak, ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau pada saat menjadi Subyek Pajak dalam negeri. Misalnya pada 1 Januari seorang Wajib Pajak kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Jika pada pertengahan tahun lahir anak kedua, maka untuk tahun pajak ketika anak kedua lahir dihitung kawin dengan 1 (satu) orang anak. ==== Ayat (3) ==== Menteri Keuangan diberi wewenang untuk melakukan penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak, dengan memperhatikan perubahan-perubahan di bidang perekonomian dan moneter. === Pasal 8 === ==== Ayat (1) ==== Berdasarkan ayat ini, penghasilan begitu pula kerugian seorang wanita, yang telah kawin pada awal tahun pajak, dianggap penghasilan atau kerugian suaminya. Ketentuan ini lebih menekankan pada segi-segi kemampuan ekonomis, yaitu bahwa suami dan isteri merupakan suatu kesatuan dan dengan adanya ketentuan tersebut, pengenaan pajak tidak kehilangan unsur progresif dalam penerapan tarif. Penggabungan penghasilan tidak dilakukan dalam hal penghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai karyawati, atau suami memperoleh penghasilan semata-mata dari pekerjaan sebagai karyawan, dan atas penghasilan dimaksud telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21, kecuali apabila penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya dari suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d. Ini berarti, bahwa terhadap mereka (yang memperoleh penghasilan dari pekerjaan sebagai karyawan/karyawati) dalam pengenaan pajak diberikan jumlah pengurangan penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 untuk dirinya masing-masing sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut : a. Saat yang menentukan : 1) Seorang wanita yang kawin sesudah tanggal 1 Januari (dalam hal tahun pajak sama dengan tahun takwim), maka secara fiskal ia pada tahun tersebut belum dianggap kawin, sehingga pengenaan pajaknya masih dikenakan pada diri masing-masing suami dan isteri. Penghasilan atau kerugian wanita tersebut baru dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya dimulai pada tahun pajak berikutnya. 2) Suami-isteri yang telah kawin sejak menetap di Indonesia, maka sejak mereka menetap di Indonesia penghasilan atau kerugian isteri dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya. b. Penghasilan isteri sebagai karyawati : 1) Isteri dan suami kedua-duanya memperoleh penghasilan semata-mata sebagai karyawati/karyawan dan masing-masing telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21. Dalam hal demikian tidak ada penghasilan isteri yang dianggap sebagai penghasilan suaminya. Pajak mereka sebagai karyawan/karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21 adalah final. Terhadap mereka tidak diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30. 2) Isteri memperoleh penghasilan sebagai karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21. Selain itu ia juga memperoleh penghasilan lain di luar penghasilan sebagai karyawati, misalnya penghasilan dari usahanya membuka salon kecantikan. Suaminya memperoleh penghasilan semata-mata sebagai karyawan yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21. Dalam hal ini, penghasilan isteri yang dianggap sebagai penghasilan suaminya ialah hanya penghasilan dari usahanya membuka salon kecantikan. Pajak penghasilan atas penghasilan isteri sebagai karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21 adalah final. Hal yang demikian juga berlaku dalam hal suami dan/atau isteri tidak nyata-nyata dipotong pajak oleh pemberi kerja, sebab jumlah penghasilannya berada di bawah penghasilan tidak kena pajak. Dengan demikian Pajak Penghasilan yang terhutang, yang perlu dipertanggungjawabkan melalui penyampaian surat Pemberitahuan Tahunan, hanya didasarkan atas besarnya penghasilan suami ditambah penghasilan isteri dari usaha salon kecantikan saja. Dalam penghitungan penghasilan kena pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, mereka masih diperbolehkan melakukan pengurangan sebesar Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, di samping jumlah sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Pajak yang telah dipotong atas penghasilan suami dari pekerjaan diperhitungkan sebagai kredit. 3) Isteri memperoleh penghasilan semata-mata dari pekerjaan sebagai karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21. Suaminya di samping memperoleh penghasilan sebagai karyawan yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21, juga memperoleh penghasilan lain di luar penghasilan sebagai karyawan, misalnya penghasilan dari usaha taksi. Dalam hal ini penghasilan isteri tidak dianggap sebagai penghasilan suaminya dan pajaknya yang telah dipotong berdasarkan Pasal 21 adalah final. Dengan demikian Pajak Penghasilan yang terhutang didasarkan atas jumlah penghasilan suami yang berasal dari pekerjaan sebagai karyawan dan dari hasil usaha taksi. Dalam penghitungan pajak atas nama suami tersebut, pengurangan sebagai penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diberikan untuk suami sebesar Rp.960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) sebab dalam status kawin. Pajak yang telah dipotong atas penghasilan suami sebagai karyawan diperhitungkan sebagai kredit dari pajak yang terhutang. 4) Isteri memperoleh penghasilan selain sebagai karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21, juga memperoleh penghasilan dari usaha salon kecantikan. Demikian pula suami selain memperoleh penghasilan dari pekerjaan sebagai karyawan yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21, juga memperoleh penghasilan dari usaha taksi. Dalam hal demikian penghasilan isteri yang dianggap penghasilan suami ialah hanya penghasilan dari usaha salon kecantikan. Pajak penghasilan atas penghasilan isteri dari pekerjaan sebagai karyawati yang telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21 adalah final. Dengan demikian Pajak Penghasilan yang terhutang yang harus dimasukkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan adalah sebesar pajak yang terhutang atas jumlah penghasilan suami dari pekerjaan dan dari usaha taksi, serta penghasilan isteri dari usaha salon kecantikan. Dalam penghitungan pajak di luar pajak yang telah dipotong dan dibayar oleh pemberi kerja isteri, pengurangan penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diberikan sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 480.000,- (empat ratus delapan puluh ribu rupiah) sebab berada dalam status kawin. Tambahan penghasilan tidak kena pajak sebesar Rp. 960.000,- (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah) tidak lagi diberikan karena telah diperhitungkan pada waktu pemotongan Pajak Penghasilan sebagai karyawati. ==== Ayat (2) ==== Penghasilan anak, termasuk anak angkat, yang belum dewasa juga digabungkan dengan penghasilan orang tuanya. Sesuai dengan tujuan pengenaan pajak bagi Wajib Pajak yang belum dewasa maka pengertian belum dewasa dalam ketentuan perpajakan, seyogyanya memperhatikan pula ketentuan mengenai hal yang sama dalam undang-undang lain, termasuk pula ketentuan dalam bidang ketenagakerjaan, bahwa orang dewasa ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 (delapan belas) tahun ke atas, dengan catatan bahwa anak laki-laki maupun anak perempuan yang telah kawin meskipun umurnya kurang dari 18 (delapan belas) tahun, dianggap telah dewasa. Bagi anak laki-laki maupun perempuan yang telah berumur 18 (delapan belas) tahun atau bagi anak yang telah kawin, di masyarakat dinyatakan sebagai orang yang telah mampu melakukan tindakan hukum sendiri dan dianggap telah mampu bahkan wajib untuk mencari nafkahnya sendiri. Berdasarkan atas pertimbangan tersebut, maka pengertian dewasa dalam undang-undang ini, ialah laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 (delapan belas) tahun ke atas atau telah kawin walaupun umurnya kurang dari 18 (delapan belas) tahun. === Pasal 9 === ==== Ayat (1) ==== '''Huruf a''' Dividen tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan yang membagikannya, karena dividen adalah bagian dari penghasilan badan tersebut yang dimaksudkan untuk dikenakan pajak oleh undang-undang ini, sehingga apabila dividen diperkenankan untuk dikurangkan, maka akan mengurangi jumlah penghasilan kena pajak dari badan yang memberikan. Atas dividen yang dibagikan oleh badan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Pasal 23 atau Pasal 26. '''Huruf b''' Pembentukan atau pemupukan dana cadangan pada umumnya dimaksudkan untuk perluasan perusahaan dan untuk menjamin kelangsungan perusahaan. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan sedemikian, tidak dapat dibebankan sebagai pengurangan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Dalam hubungan ini perlu diadakan pembedaan antara cadangan dengan penyisihan. Penyisihan dimaksudkan untuk beban atau kewajiban yang sudah pasti ada, akan tetapi jumlahnya belum diketahui secara tepat, misalnya penyisihan untuk Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda), tambahan pajak dan lain-lain. Bagi jenis-jenis usaha tertentu, secara ekonomis memang diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang mungkin akan terjadi, misalnya usaha bank dan asuransi. Mengenai hal ini, undang-undang ini menunjuk Peraturan Pemerintah untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaannya. '''Huruf c''' Premi asuransi yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tidak boleh dikurangkan dari penghasilan. Pada saat pemegang polis menerima pembayaran, pembayaran ini bukan merupakan penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf c. '''Huruf d''' Semua kenikmatan yang diberikan kepada karyawan/ karyawati, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan pemberi kerja, sebab pemberian kenikmatan tersebut bukan sebagai penghasilan bagi penerima (karyawan/karyawati), sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf d. Berkenaan dengan daerah terpencil, maka Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan tentang pengertian daerah terpencil, yaitu daerah yang tidak terdapat tempat tinggal yang bisa disewa, sehingga oleh karena itu perusahaan harus menyediakan tempat tinggal untuk pegawai atau karyawan/karyawati. Dengan demikian hanya pengeluaran untuk itu boleh dikurangkan. '''Huruf e''' Sebagai contoh misalnya seorang ahli yang kebetulan juga pemegang saham dari suatu badan, memberikan jasa sebagai seorang ahli untuk badan tersebut. Untuk jasa tersebut ia memperoleh bayaran Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah), padahal untuk hal yang sama oleh ahli lain hanya harus dibayar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah). Karena adanya hubungan istimewa tersebut, maka Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) tidak boleh dikurangkan karena sudah melebihi kewajaran. Bagi ahli yang juga pemegang saham tersebut pembayaran itu dikenakan pajak sebagai dividen. '''Huruf f''' Harta yang dihibahkan, warisan dan pembayaran bantuan tidak boleh dikurangkan karena bagi pihak penerima bukan merupakan penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b. '''Huruf g''' Pajak Penghasilan tidak boleh dikurangkan, karena bukan biaya untuk memperoleh atau menagih penghasilan, dan jumlah pajak yang terhutang itu dihitung atas penghasilan kena pajak sebagai hasil perhitungan setelah dilakukan pengurangan yang diperbolehkan. '''Huruf h''' Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya tidak merupakan biaya perusahaan, melainkan penggunaan dari penghasilan, oleh karena itu pengeluaran demikian tidak boleh mengurangi penghasilan kena pajak. '''Huruf i''' Sumbangan dalam bentuk apapun juga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan. ==== Ayat (2) ==== Biaya ini misalnya biaya iklan besar-besaran sehubungan dengan diperkenalkannya produk baru dan yang tidak akan dikeluarkan lagi dalam beberapa tahun mendatang, maka biaya tersebut tidak boleh langsung dikurangkan dari penghasilan, melainkan harus melalui amortisasi. === Pasal 10 === ==== Ayat (1) ==== Dalam hal pembelian biasa, maka dasar penilaian adalah harga perolehan. Dalam hal tukar menukar atau dalam hal dibeli dari Wajib Pajak lain yang mempunyai hubungan istimewa, maka dipakai nilai perolehan yaitu harga yang harus dibayar berdasarkan harga pasar yang wajar. Contoh dari pertukaran adalah : PT. A PT. B ----------- -------------- harta X harta Y harga sisa buku Rp.10.000.000,- Rp.12.000.000,- harga pasar Rp.20.000.000,- Rp. 20.000.000,- Antara PT. A dan PT. B terjadi pertukaran harta. Walaupun tidak terdapat realisasi pembayaran antara pihak-pihak yang bersangkutan, namun karena harga pasar harta yang dipertukarkan adalah sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), maka jumlah sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) ini merupakan nilai perolehan yang seharusnya dikeluarkan. Nilai perolehan ini juga menjadi penerimaan netto untuk keperluan penerapan Pasal 11 ayat (7) huruf b. Sedangkan selisih antara harga pasar dengan harga sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak. Bagi PT. A terdapat keuntungan sebesar Rp. 20.000.000,- dikurangi Rp.10.000.000,- = Rp. 10.000.000,- sedangkan bagi PT. B terdapat keuntungan sebesar Rp. 20.000.000,- dikurangi Rp. 12.000.000,- = Rp. 8.000.000,-. Pengecualian dari ketentuan tentang penerapan harga perolehan atau nilai perolehan tersebut adalah dalam hal-hal : '''Huruf a''' Terdapat pertukaran saham dari suatu badan dengan harta orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf e, maka dasar penilaian saham atau penyertaan lainnya adalah sama dengan nilai harta yang dialihkan (perubahan bentuk dari perseorangan menjadi badan tidak mengakibatkan terhutangnya pajak, dan apabila saham-saham tersebut dialihkan dengan memperoleh laba, maka laba ini baru dikenakan pajak); '''Huruf b''' Bagi badan atau perseroan yang menerima harta sebagai pertukaran atas saham- sahamnya, dasar penilaian harta adalah nilai harta atau harga sisa buku harta yang dipertukarkan; '''Huruf c''' Contoh : Seseorang yang menerima warisan suatu harta, maka nilai perolehannya adalah harga perolehan bagi pewaris dalam hal harta tersebut tidak boleh disusutkan, atau harga sisa buku harta tersebut pada saat dialihkan dalam hal harta tersebut boleh disusutkan. Dalam hal ini berlaku juga asas yang sama dengan huruf a dan huruf b, yaitu apabila harta warisan tersebut dijual, keuntungan penjualan itu dikenakan pajak. Contoh yang sama berlaku juga untuk harta hibahan dan pemberian bantuan yang bebas pajak. ==== Ayat (2) ==== Dalam hal ada tambahan, perbaikan, dan pengeluaran lain yang secara wajar telah dikeluarkan untuk meningkatkan kapasitas dari harta yang bersangkutan, maka harga perolehan harus disesuaikan dengan pengeluaran tersebut. Tambahan dapat berarti pengeluaran untuk memperoleh suatu aktiva tambahan, dan dapat pula seperti dimaksudkan dalam ayat ini, yaitu pengeluaran untuk menambah kapasitas dari suatu aktiva tertentu. Yang dimaksudkan dengan penyesuaian atas harga perolehan suatu harta adalah : - pengurangan nilai karena penyusutan; - penambahan nilai karena adanya tambahan pengeluaran untuk tambahan, perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan kapasitas harta yang bersangkutan. Misalnya suatu harta mempunyai jumlah awal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Dalam tahun berjalan telah dilakukan tambahan atau perbaikan sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah), maka jumlah awal tahun berikutnya adalah Rp. 100.000.000,- ditambah Rp. 25.000.000,- dikurangi penyusutan. Pembebanan pengeluaran sehubungan dengan perkiraan harta pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu : a. pengeluaran yang dapat dianggap sebagai biaya sehari-hari, misalnya biaya pemeliharaan dan reparasi yang biasanya dilakukan secara berkala, yang dilakukan untuk memelihara manfaat teknis dari harta yang bersangkutan; b. pengeluaran yang dilakukan, yang tidak dapat dianggap sebagai biaya sehari-hari, misalnya biaya rehabilitasi, biaya reparasi besar, yang biasanya dilakukan untuk meningkatkan kembali kapasitas atau menambah kapasitas harta yang bersangkutan. Pengeluaran yang termasuk kelompok b, yang masa manfaatnya tidak hanya dinikmati pada tahun pengeluaran itu saja, melainkan untuk beberapa jangka waktu tertentu, maka wajar apabila pengeluaran tersebut dibebankan kepada perkiraan harta (dikapitalisasi) dan selanjutnya dilakukan penyusutan sesuai masa manfaat dari harta yang bersangkutan. ==== Ayat (3) ==== Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaan barang, yaitu : a. barang jadi; b. barang dalam proses produksi; c. bahan baku dan bahan pelengkap. Ketentuan dalam ayat ini mengatur, bahwa penilaian persediaan barang hanya diperbolehkan menggunakan harga perolehan. Sedangkan penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya boleh dilakukan dengan cara rata-rata ataupun dengan cara mendahulukan persediaan yang didapat pertama (dengan menggunakan metode first in first out atau disingkat FIFO). Contoh : 1) persediaan awal 100 satuan @ Rp. 9,00 2) pembelian/didapat 100 satuan @ Rp. 12,00 3) pembelian/didapat 100 satuan @ Rp. 11,25 4) penjualan/dipakai 100 satuan 5) penjualan/dipakai 100 satuan persediaan akhir 100 satuan - penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dengan cara : rata-rata : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- No Didapat Dipakai Sisa/persediaan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- 1. 100 s a Rp 9,00=Rp 900,00 2. 100 s a Rp12,00=Rp1.200,00 200 s.a Rp10,50=Rp2.100,00 3. 100 s a Rp11,25=Rp1.125,00 300 s a Rp10,75=Rp 3.225,00 4. 100 s a Rp10,75=Rp1.075,00 200 s a Rp10,75=Rp2.150,00 5. 100 s a Rp10,75=Rp1,075,00 100 s a Rp10,75=Rp1.075,00 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- - penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dengan cara mendahulukan persediaan yang didapat pertama : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- No Didapat Dipakai Sisa/persediaan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- 1. 100 s a Rp 9,00=Rp 900,00 2. 100 s a Rp12,00=Rp1.200,00 100 s.a Rp 9,00=Rp 900,00 100 s a Rp12,00=Rp 1.200,00 3. 100 s a Rp11,25=Rp1.125,00 100 s a Rp 9,00=Rp 900,00 100 s a Rp12,00=Rp 1.200,00 100 s a Rp11,25=Rp 1.125,00 4. 100 s a Rp 9,00=Rp 900,00 100 s a Rp12,00=Rp 1.200,00 100 s a Rp11,25=Rp 1.125,00 5. 100 s a Rp12,00=Rp1.200,00 100 s a Rp11,25=Rp 1.125,00 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------- Sekali Wajib Pajak memilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok tersebut, maka untuk tahun-tahun selanjutnya harus digunakan cara yang sama. === Pasal 11 === Pembebanan biaya untuk menghasilkan (mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, berdasarkan undang-undang ini dilakukan melalui penyusutan (apabila mengenai harta berwujud) dan amortisasi (jika berkenaan dengan harta tak berwujud atau biaya lain), yang untuk keduanya berlaku prinsip-prinsip yang sama. Dalam sistem penyusutan menurut ketentuan ini, semua aktiva dikelompokkan menjadi empat golongan harta, sesuai dengan masa manfaatnya. Untuk masing-masing golongan harta ditentukan persentase penyusutannya dan persentase tersebut diterapkan atas suatu jumlah yang menjadi dasar penyusutan. Apabila dalam suatu tahun pajak tidak ada tambahan aktiva dan tidak ada aktiva yang ditarik dari pemakaian, maka jumlah harga sisa buku tahun yang lalu, yang menjadi jumlah awal tahun ini langsung dapat dikalikan dengan persentase tarif penyusutan. ==== Ayat (1) ==== Yang dapat disusutkan adalah semua harta yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk memperoleh penghasilan. Tanah tidak dapat disusutkan kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah yang dipergunakan oleh perusahaan genteng. Dengan demikian, yang boleh disusutkan bukan hanya harta perusahaan, tetapi juga harta yang dipakai untuk memperoleh penghasilan, misalnya biaya untuk membangun rumah, yang dipakai untuk memperoleh sewa. ==== Ayat (2) ==== Setiap macam harta digolongkan ke dalam golongan harta menurut umur ekonomisnya. Untuk setiap golongan harta ditentukan berapa tarif atau persentase penyusutannya. Penggolongan harta diatur dalam ayat (3), misalnya untuk mesin yang termasuk dalam Golongan 2, tarif atau persentase penyusutannya adalah 25% (dua puluh lima persen), yang diterapkan atas jumlah awal tahun dari golongan harta itu ditambah pembelian atau tambahan, dikurangi penerimaan netto harta yang dijual. ==== Ayat (3) ==== Ayat ini membagi harta menjadi 4 (empat) golongan. Masing-masing golongan harta dapat terdiri dari bermacam jenis harta dengan masa manfaat yang hampir sama. Agar Wajib Pajak mudah mengikuti perkembangan harta, baik berupa pengurangan ataupun penambahan, maka harus dibuat catatan atau daftar harta untuk setiap golongan harta, yang berisi antara lain tahun perolehan/pembelian, harga perolehan, golongan harta, dan tarif penyusutan sehingga sewaktu-waktu dapat diketahui jumlah penyusutan yang telah dilakukan terhadap masing-masing harta tersebut. Hal ini penting bagi Wajib Pajak, terutama bila terjadi penarikan karena sebab yang luar biasa, lihat penjelasan ayat (7). Bagi golongan bangunan dan harta tak gerak lainnya harus dibuat perkiraan sendiri secara terpisah untuk masing-masing bangunan dan harta tak gerak lainnya. ==== Ayat (4) ==== Penghitungan dasar penyusutan adalah jumlah awal dari tahun pajak, ditambah dengan tambahan-tambahan, baik tambahan berupa harta baru maupun tambahan atas harta yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas harta yang bersangkutan, perbaikan-perbaikan atau perubahan-perubahan dan dikurangi dengan pengurangan-pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7). ==== Ayat (5) ==== Untuk golongan bukan bangunan, yaitu Golongan 1, Golongan 2, dan Golongan 3 jumlah awal dari golongan itu adalah harga sisa buku tahun sebelumnya yang tetap terbuka untuk penambahan harta baru dan pengurangan dengan penerimaan netto harta yang dijual, lalu diterapkan tarif penyusutan. Bila dalam tahun berjalan terjadi tambahan pengeluaran untuk memperoleh harta perusahaan yang menurut undang-undang ini dapat disusutkan, maka jumlah awal ditambah dengan pengeluaran untuk memperoleh harta baru tersebut. Bila salah satu jenis harta tidak dipakai lagi dan dijual (karena sebab biasa), maka penerimaan netto dari penjualan tersebut dikurangkan dari jumlah awal golongan harta yang bersangkutan. ==== Ayat (6) ==== Untuk Golongan Bangunan, penyusutan dihitung dari harta perolehan. ==== Ayat (7) ==== '''Huruf a''' Beberapa macam harta ada kemungkinan tidak dapat dipakai lagi, misalnya karena terkena bencana. Dapat juga karena perusahaan menghentikan sebagian besar produksinya, karena sebab-sebab di luar kekuasaan perusahaan. Penarikan harta tersebut disebut penarikan dari pemakaian karena sebab luar biasa. Jumlah sebesar harga sisa buku harta tersebut dikurangkan dari jumlah awal golongan harta yang bersangkutan, dan jumlah tersebut dibebankan pada perkiraan rugi laba dalam tahun pajak yang bersangkutan. Apabila harta tersebut dijual atau mendapat penggantian asuransi, maka harga penjualan atau penggantian asuransi tersebut merupakan penghasilan dalam tahun pajak yang bersangkutan. CONTOH PENYUSUTAN GOLONGAN 1 1984 : Jumlah awal per 1-1-1984 =Rp 0,00 Tambahan : mobil "A" = Rp 1.500,00 mobil "B" = Rp 2.500,00 mobil "C" = Rp 1.200,00 ------------------------------------ =Rp 5.200,00 Pengurangan ................................................... =Rp 0,00 Penghitungan Penyusutan Jumlah awal (1-1-1984)...................................... =Rp 0,00 Tambahan ("A","B","C")..................................... =Rp 5.200,00 Pengurangan.....................................................=(Rp 0,00) --------------------- Dasar penyusutan ............................................ =Rp 5.200,00 Penyusutan (50%) ............................................ =(Rp2.600,00) --------------------- Jumlah awal per 1-1-1985 ................................. =Rp 2.600,00 1985 : Tambahan : mobil "D =Rp 3.000,00 Pengurangan : mobil "C" terbakar (karena sebab luar biasa) harga perolehan (1984) =Rp 1.200,00 telah disusut (1984) =Rp 600,00 harga sisa buku (1985)=Rp 600,00 penggantian asuransi =Rp 800,00 Penghitungan Penyusutan Jumlah awal (1-1-1985)....................................... = Rp.2.600,00 Tambahan ("D") ................................................. = Rp.3.000,00 (Rugi) Pengurangan (harga sisa buku "C")...................... =(Rp. 600,00) -------------------- Dasar penyusutan .............................................. = Rp.5.000,00 Penyusutan (50%) .............................................. =(Rp.2.500,00) ------------------- Jumlah awal per 1-1-1986 .................................... = Rp.2.500,00 (Laba) Penghasilan penggantian asuransi mobil "C")..........= Rp. 800,00 '''Huruf b''' Penarikan yang lain dari yang disebut di atas, disebut penarikan dari pemakaian karena sebab biasa, misalnya karena harta tersebut dijual. Penerimaan netto dari penjualan harta tersebut, yaitu selisih antara harga penjualan dengan biaya yang seharusnya dan benar-benar dikeluarkan berkenaan dengan penjualan tersebut, dikurangkan dari jumlah awal golongan harta yang bersangkutan. Contoh (lanjutan penghitungan pada Huruf a) Jumlah awal per 1-1-1986 ......................... =Rp.2.500,00 1985 : Tambahan ..................................... =Rp. 0,00 Pengurangan : mobil "B" dijual (karena sebab biasa) harga perolehan (1984) =Rp.2.500,00 telah disusut (1984 & 1985) =Rp.1.875,00 harga sisa buku (1986) =Rp. 625,00 harga penjualan =Rp.1.000,00 Penghitungan Penyusutan Jumlah awal (1-1-1986)............................ =Rp. 2.500,00 Tambahan .............................................. =Rp. 0,00 Pengurangan (harga jual "B") .................... =(Rp. 1.000,00) ----------------------- Dasar penyusutan ................................... =Rp. 1.500,00 Penyusutan (50%) .................................. =(Rp. 750,00) ----------------------- Jumlah awal per 1-1-1987 ....................... =Rp. 750,00 Catatan : harga sisa buku sebesar Rp. 625,00 tidak dihiraukan. ==== Ayat (8) ==== Dasar penyusutan tidak boleh negatif; bila negatif, maka jumlah yang menyebabkan negatif ditambahkan sebagai penghasilan. Apabila jumlah yang menjadi dasar penyusutan itu negatif, maka berarti, bahwa penerimaan netto dari harta yang tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha lebih besar dari (melebihi) jumlah awal tahun yang menjadi dasar penyusutan. Dengan perkataan lain, hasil penjualan lebih besar dari harga sisa buku golongan harta yang bersangkutan, oleh karena itu selisih tersebut merupakan laba penjualan aktiva yang berdasarkan undang-undang ini dikenakan pajak pada saat keuntungan tersebut diterima atau diperoleh. Contoh : Harga sisa buku harta Golongan 1 per 1-1-1984 Rp.1.000.000,- Penarikan dari pemakaian dalam tahun 1984 Harga penjualan Rp. 1.500.000,- Biaya penjualan Rp. 200.000,- ----------------------- Penerimaan netto penjualan harta Rp.1.300.000,- ---------------------- Selisih negatif Rp. 300.00,- Maka dasar penyusutan untuk tahun 1984 Rp. n i h i l Selisih sebesar Rp. 300.000,- merupakan penghasilan tahun pajak 1984. ==== Ayat (9) ==== Tarif penyusutan ditentukan oleh masa manfaat dari harta yang dapat disusutkan. ==== Ayat (10) ==== Dalam Pasal 9 ayat (2) disebutkan bahwa biaya untuk memperoleh penghasilan kena pajak yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dikurangkan sekaligus dari penghasilan. Harga perolehan dari harta tak berwujud dan biaya-biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, diamortisasi dengan tarif yang berlaku bagi Golongan 1 atau Golongan 2 atau Golongan 3, atau diamortisasi dengan menggunakan metode satuan produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (12) dan ayat (13). ==== Ayat (11) ==== Biaya pendirian dan perluasan modal dapat diamortisasi sebagai Golongan 1 atau dibebankan sebagai biaya menurut Pasal 6 ayat (1) huruf a. Wajib Pajak dapat memilih untuk mengamortisasi atau membebankan sebagai biaya. Apabila Wajib Pajak memilih pembebanan sekaligus, hal itu harus sesuai dengan pembukuannya, artinya akan dibebankan dalam tahun buku yang dipilihnya. ==== Ayat (12) ==== Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi dan hak pengusahaan hutan dapat dikurangkan sebagai amortisasi dengan mempergunakan metode satuan produksi. Artinya adalah bahwa persentase amortisasi dari biaya tersebut setiap tahun pajak harus sama dengan persentase penambangan atau penebangan setiap tahunnya dari taksiran jumlah seluruh produksinya. Sebagai contoh dalam hal konsesi pertambangan yang ditaksir mempunyai deposit 100.000 ton, dan dalam satu tahun diproduksi sebanyak 10.000 ton. Dengan demikian hak penambangan tersebut dalam tahun pajak itu diamortisasi 10% (sepuluh persen). Namun demikian, tidak boleh dilakukan amortisasi lebih dari 20% (dua puluh persen) dalam satu tahun pajak. ==== Ayat (13) ==== Khusus mengenai bidang penambangan minyak dan gas bumi, biaya memperoleh hak dan/ atau biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun diamortisasi dengan metode satuan produksi tanpa pembatasan persentase tertentu. ==== Ayat (14) ==== Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan tentang penggolongan harta yang dapat disusutkan. Dalam keputusan tersebut, penggolongan jenis harta ke dalam golongan harta didasarkan pada masa manfaat dari jenis harta tersebut serta jenis usaha yang bersangkutan. === Pasal 12 === ==== Ayat (1) ==== Pada dasarnya tahun pajak adalah tahun takwim (tahun kalender). Wajib Pajak dapat menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan tahun takwim, yaitu tahun buku yang meliputi periode selama 12 (dua belas) bulan. Apabila pembukuan Wajib Pajak meliputi periode yang kurang atau lebih dari 12 (dua belas) bulan, maka penghitungan pajak didasarkan atas tahun takwim yang bersangkutan, dengan memperhatikan bulan-bulan takwim dari tahun tersebut. Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku, maka hal ini harus diberitahukan pada waktu menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan kepada Direktur Jenderal Pajak. Penyebutan tahun pajak : Tahun pajak yang sama dengan tahun takwim penyebutan tahun pajak tersebut adalah tahun takwim itu. Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim, maka penyebutan tahun pajak yang bersangkutan mempergunakan tahun yang didalamnya termasuk enam bulan pertama atau lebih dari enam bulan dari tahun pajak itu. Contoh : a. Tahun pajak sama dengan tahun takwim : Pembukuan 1 Januari s/d 31 Desember 1985. Tahun pajak ialah tahun 1985. b. Tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim : 1) Pembukuan 1 Juli 1985 s/d 30 Juni 1986. Tahun pajak ialah tahun 1985, karena tahun 1985 mempunyai enam bulan pertama dari tahun pajak. 2) Pembukuan 1 April 1985 s/d 31 Maret 1986. Tahun pajak ialah tahun 1985, karena tahun 1985 mempunyai lebih dari enam bulan dari tahun pajak itu. 3) Pembukuan 1 Oktober 1985 s/d 30 September 1986. Tahun pajak ialah tahun 1986, karena tahun 1986 mempunyai lebih dari enam bulan dari tahun pajak itu. ==== Ayat (2) ==== Pemakaian tahun pajak, baik berdasarkan tahun takwim atau tahun buku harus taat asas (konsisten). Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan adanya penggeseran laba atau rugi, apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiap saat berganti tahun pajaknya. Oleh karena itu, apabila Wajib Pajak ingin mengadakan perubahan tahun pajak, maka kepadanya diwajibkan untuk terlebih dahulu meminta persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. === Pasal 13 === ==== Ayat (1) ==== Setiap Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan pembukuan di Indonesia. Pembukuan tersebut harus terdapat dan diselenggarakan di Indonesia, sebab pembukuan itu adalah dasar untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak, yang dicantumkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, sehingga harus dapat diperiksa di Indonesia, untuk mengetahui bahwa pembukuan itu telah dilakukan dengan benar, sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Dari pembukuan harus dapat diketahui laba netto dari usaha atau penghasilan netto. Dari laba netto atau dari penghasilan netto tersebut selanjutnya akan dihitung penghasilan kena pajak Wajib Pajak tersebut. Karena pembukuan yang dipakai oleh Wajib Pajak menjadi titik tolak untuk menghitung penghasilan kena pajak, maka pembukuan harus berdasarkan suatu cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pembukuan dapat diselenggarakan dengan Stelsel Kas maupun Stelsel Akrual. Stelsel Kas ialah suatu metode penghitungan yang didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut metode ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu periode tertentu. Yang dimaksud dengan Stelsel Akrual ialah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya, yaitu penghasilan tersebut ditetapkan pada waktu diperoleh, dan biaya ditetapkan pada waktu terhutang. Jadi tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai. Contoh : a. Penghasilan : 1) Penjualan Jumlah penyerahan = Rp. 10.500,00 Terdiri dari : - penyerahan yang telah diterima pembayarannya = Rp. 10.000,00 - penyerahan yang belum diterima pembayarannya = Rp. 500,00 Stelsel Akrual : penghasilan (penjualan) = Rp. 10.500,00 Stelsel Kas : Penghasilan (penjualan) = Rp. 10.000,00 Yang Rp. 500,00 ditetapkan sebagai penghasilan pada periode berikutnya apabila telah diterima tunai. 2) Penghasilan berupa bunga Pinjaman selama 6 bulan (1 September 1984 s/d 28 Februari 1985). Jumlah pinjaman Rp. 10.000,00 dengan bunga sebesar 12% per tahun dan dibayar pada akhir masa pinjaman. Penghitungan bunga : 1-9-1984 s/d 31-12-1984 = 4 bulan = Rp. 400,00 1-1-1985 s/d 2-2-1985 = 2 bulan = Rp. 200,00 Stelsel Akrual : Penghasilan bunga tahun 1984 = Rp. 400,00 1985 = Rp. 200,00 Stelsel Kas : Penghasilan bunga tahun 1984 = Rp. 0,00 (belum diterima tunai) 1985 = Rp. 600,00 (saat diterima tunai) b. Biaya (dalam hal ini diberi contoh sewa) Sewa mobil selama 4 bulan (1 Oktober 1984 s/d 31 Januari 1985). Harga sewa sebesar Rp. 4.000,00 dibayar pada awal masa sewa. Penghitungan sewa : 1-10-1984 s/d 31-12-1984 = 3 bulan = Rp. 3.000,00 1-1-1985 s/d 31-1-1985 = 1 bulan = Rp. 1.000,00 Stelsel akrual : biaya sewa tahun 1984 = Rp. 3.000,00 1985 = Rp. 1.000,00 Stelsel kas : biaya sewa tahun 1984 = Rp. 4.000,00 (saat dibayar tunai) 1985 = Rp. 0,00 Stelsel Kas biasanya digunakan oleh perusahaan perorangan yang kecil atau perusahaan jasa misalnya transportasi, hiburan, restoran, yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang/jasa ditetapkan pada saat diterimanya pembayaran dari langganan, dan biaya-biaya ditetapkan pada saat dibayarnya barang, Jasa dan biaya operasi lainnya. Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas. Oleh karena itu untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan, dalam memakai stelsel kas harus diperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut : 1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan pula seluruh pembelian dan persediaannya. 2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi. 3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsistent). ==== Ayat (2) ==== Ketentuan pada ayat ini untuk memberikan penegasan tentang penggunaan sistem dan prinsip pembukuan yang harus dilakukan secara taat asas (konsistent). === Pasal 14 === ==== Ayat (1) ==== dan ayat (2) Pada hakekatnya untuk dapat memenuhi kewajiban pajak atas penghasilan dari usaha dan pekerjaan bebas dengan sebaik-baiknya diperlukan adanya pembukuan. Undang-undang bermaksud mendorong semua Wajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan, namun disadari pula bahwa tidak semua Wajib Pajak mampu menyelenggarakan pembukuan itu. Wajib Pajak yang diizinkan untuk tidak menyelenggarakan pembukuan lengkap meliputi para Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya berjumlah kurang dari Rp.60.000.000,- setahun. Untuk mereka ini perlu adanya suatu cara yang terbuka dan adil, disamping perlunya pembinaan agar supaya mereka kemudian dapat dan mampu menyelenggarakan pembukuan. Norma Penghitungan adalah suatu pedoman yang dapat dipakai sebagai cara untuk menentukan peredaran bruto atau penerimaan bruto dan yang pada akhirnya untuk menentukan penghasilan netto. Pada dasarnya Norma Penghitungan ini hanya dipergunakan untuk penghitungan atau penentuan penghasilan netto dalam hal : - tidak adanya dasar penghitungan lain yang lebih baik, yaitu pembukuan. - pembukuan Wajib Pajak yang ternyata diselenggarakan tidak benar. Adapun wujud Norma Penghitungan itu ialah suatu persentase atau angka perbandingan lainnya yang disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian yang cermat sehingga : - sederhana, - terperinci menurut kelompok jenis usaha, - dibedakan dalam beberapa klasifikasi kota/tempat, - dibedakan untuk Wajib Pajak yang jumlah peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,- dengan yang lebih dari Rp.60.000.000,-, - tingkat persentase atau angka perbandingan yang tidak jauh dari kewajaran, namun dapat mendorong Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan. Dengan demikian Norma Penghitungan adalah merupakan alat yang dipergunakan dalam keadaan terpaksa, karena tidak adanya pegangan lain, namun masih tetap dapat dipertanggung jawabkan kesederhanaan, keterbukaan dan kewajarannya. Norma Penghitungan sangat membantu Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan, untuk menghitung penghasilan netto yang harus dicantumkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan. Oleh karena Wajib Pajak akan menetapkan sendiri pajaknya, maka adanya patokan untuk menghitung berapa penghasilan yang diumumkan terlebih dahulu, akan sangat berguna. Hanya apabila terbukti bahwa Surat Pemberitahuan Tahunan tidak benar, maka Direktur Jenderal Pajak berwenang menetapkan pajak berdasarkan data yang benar, dengan menerapkan Norma Penghitungan ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan. Norma Penghitungan yang bersifat terbuka itu selain untuk memudahkan pelaksanaan pemenuhan kewajiban bagi Wajib Pajak, juga sekaligus untuk mencegah timbulnya tindakan sewenang-wenang Administrasi Perpajakan dengan menaksir besarnya penghasilan yang kurang berdasar. Norma Penghitungan dimaksud dibuat dan disempurnakan terus menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan berpedoman pada suatu pegangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pegangan yang ditetapkan Menteri Keuangan itu harus memuat : a. kaitan-kaitan yang harus dipergunakan untuk menentukan besarnya : - peredaran (jumlah karyawan, jumlah meja bagi usaha rumah makan, jumlah mesin bagi usaha industri, jumlah kamar bagi usaha hotel, dan lain-lain), - penghasilan bruto (jumlah pembelian bahan, jumlah gaji karyawan, dan lain-lain), - penghasilan netto (jumlah pengeluaran nyata atau tingkat biaya hidup dan lain-lain); b. pokok-pokok cara yang harus diperhatikan dalam menyusun Norma Penghitungan; c. cara-cara menyempurnakan Norma Penghitungan. ==== Ayat (3) ==== Cukup jelas. ==== Ayat (4) ==== Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang tidak memberitahukan untuk memilih menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan, dianggap menyelenggarakan pembukuan. Dalam hal Wajib Pajak tersebut ternyata tidak menyelenggarakan pembukuan, maka penghasilan netto dihitung dengan Norma Penghitungan dan pajak yang dihasilkan dari penghitungan tersebut ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan, sebagaimana diatur dalam ayat (7). Dengan ketentuan ini, Wajib Pajak dirangsang untuk menyelenggarakan pembukuan yang baik, benar dan lengkap. Oleh karena itu Norma Penghitungan perlu disusun sebaik-baiknya dengan memperhatikan perusahaan atau pekerjaan bebas yang baik dan efisien. Bagi Wajib Pajak yang jujur yang dalam usahanya tidak berhasil memperoleh penghasilan seperti perusahaan atau pekerjaan bebas yang baik dan efisien, penggunaan Norma Penghitungan dapat merugikannya. Untuk menghindari diterapkan Norma Penghitungan yang dapat merugikannya tersebut, Wajib Pajak dapat memilih untuk menyelenggarakan pembukuan yang baik, benar dan lengkap, sehingga penghitungan pajaknya didasarkan atas keadaan yang sebenarnya sesuai dengan pembukuannya. ==== Ayat (5) ==== Wajib Pajak yang memilih untuk menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Penghitungan, dengan sendirinya harus dapat menunjukkan bahwa jumlah peredaran dari usahanya atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnya dalam setahun kurang dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) yang dapat dibuktikan dari catatan tentang peredaran atau penerimaan bruto, yang diselenggarakannya. ==== Ayat (6) ==== Menurut ketentuan ini, penghasilan netto dihitung berdasarkan Norma Penghitungan terhadap Wajib Pajak yang : a. mempunyai kewajiban menyelenggarakan pembukuan, akan tetapi tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang; b. mempunyai kewajiban menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran bruto atau penerimaan brutonya, akan tetapi tidak menyelenggarakan pencatatan sebagaimana diwajibkan; c. tidak bersedia memperlihatkan buku, catatan serta bukti lain yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak. Perlu ditegaskan, yang mempunyai kewajiban menyelenggarakan pembukuan adalah Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya berjumlah Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahun dan Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) setahun akan tetapi memilih atau dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan. ==== Ayat (7) ==== Pajak Penghasilan yang dihasilkan dari penghasilan netto yang dihitung dengan menerapkan Norma Penghitungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan seperti yang diatur dalam Pasal 13 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. === Pasal 15 === Ketentuan dalam Pasal ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan-golongan Wajib Pajak tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Dalam praktek sering dijumpai kesukaran dalam menghitung besarnya penghasilan dan penghasilan kena pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu, sehingga berdasarkan pertimbangan praktis, oleh undang-undang ini, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk mengeluarkan Keputusan untuk menentukan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto, yang dengan sendirinya akan menjadi dasar penghitungan penghasilan kena pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut. === Pasal 16 === Penghasilan kena pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang. Seperti tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) dikenal 2 (dua) golongan Wajib Pajak yaitu : - Wajib Pajak dalam negeri dan - Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak dalam negeri terdapat 2 (dua) cara pada dasarnya untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak : - cara penghitungan biasa, - cara penghitungan dengan mempergunakan Norma Penghitungan. ==== Ayat (1) ==== Cara penghitungan biasa Contoh : :- Penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun pajak menurut Pasal 4 ayat (1) Rp.50.000.000,- :- Biaya-biaya menurut Pasal 6 ayat (1) : ::biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan Rp. 30.000.000,- ::penyusutan dan amortisasi Rp. 6.000.000,- ::iuran kepada dana pensiun Rp. 1.000.000,- :------------------------- Rp. 37.000.000,- :------------------------- :- Penghasilan netto ....................................... Rp.13.000.000,- :- Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu Rp. 2.000.000,- :------------------------- :- Penghasilan kena pajak (bagi badan, selain badan koperasi) ................................. Rp.11.000.000,- :- Bagi badan koperasi diperbolehkan untuk mengurangkan pengembalian Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari kegiatan dari dan untuk anggota. :- Pengurangan untuk Wajib Pajak pribadi Pasal 7 ayat (1), misal Wajib Pajak kawin dengan tanggungan 2 (dua) orang anak :..................................... Rp. 2.400.000, :- ----------------------- :- Penghasilan kena pajak .............................. Rp. 8.600.000,- :============ ==== Ayat (2) ==== Penggunaan Norma Penghitungan dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu, yaitu Wajib Pajak yang jumlah peredaran usahanya atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnya dalam setahun kurang dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah). Bagi Wajib Pajak yang jumlah peredaran usahanya atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebasnya dalam setahun kurang dari Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah), menurut ketentuan undang-undang ini tidak diwajibkan menyelenggarakan pembukuan. Terhadap mereka penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan dengan mempergunakan Norma Penghitungan. Akan tetapi, bila diinginkan oleh Wajib Pajak, penghitungan penghasilan kena pajak dapat dilakukan dengan cara penghitungan biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan syarat mereka menyelenggarakan pembukuan seperti diatur dalam undang-undang ini (Lihat penjelasan mengenai Pasal 14). ==== Ayat (3) ==== Cukup jelas. === Pasal 17 === ==== Ayat (1) ==== Bagi Wajib Pajak dalam negeri tarif Pajak Penghasilan diterapkan terhadap seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak, dengan sistem yang sangat sederhana. Contoh : :Jumlah penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000,- :Pajak Penghasilan yang terhutang : ::15% x Rp.10.000.000,- = Rp. 1.500.000,- ::25% x Rp.40.000.000,- = Rp.10.000.000,- ::35% x Rp.30.000.000,- = Rp.10.500.000,- :--------------------------- :Jumlah penghasilan kena pajak Rp. 80.000.000,- :Pajak = Rp.22.000.000,- ==== Ayat (2) ==== Batas lapisan penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut akan disesuaikan dengan faktor penyesuaian, antara lain tingkat inflasi. Menteri Keuangan diberi wewenang mengeluarkan keputusan yang mengatur tentang faktor penyesuaian tersebut. ==== Ayat (3) ==== Misalnya Penghasilan kena pajak sebesar Rp. 1.050.650,- (satu juta lima puluh ribu enam ratus lima puluh rupiah), maka untuk penerapan tarif penghasilan kena pajak dibulatkan menjadi Rp. 1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah). ==== Ayat (4) ==== Misalnya seorang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subyektifnya sebagai Subyek Pajak dalam negeri adalah 3 (tiga) bulan, dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh penghasilan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) maka penghitungan Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut : Penghasilan selama 3 (tiga) bulan Rp. 1.000.000,- Penghasilan setahun sebesar : 360 --------- x Rp. 1.000.000,- Rp. 4.000.000,- 3 x 30 Penghasilan tidak kena pajak Rp. 960.000,- ----------------------- Penghasilan kena pajak Rp. 3.040.000,- Pajak Penghasilan yang terhutang (setahun) 15% x Rp. 3.040.000,- Rp. 456.000,- Jadi Pajak Penghasilan yang terhutang selama bagian dari tahun pajak, yaitu selama 3 (tiga) bulan adalah 3 x 30 ---------- x Rp. 456.000,- Rp. 114.000,- 360 Ayat (5) Cukup jelas. === Pasal 18 === ==== Ayat (1) ==== Undang-undang ini memberi wewenang kepada Menteri Keuangan untuk mengeluarkan Keputusan tentang besarnya perbandingan antara hutang dan modal perusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara hutang dan modal (debtequity ratio). Apabila perbandingan antara hutang dan modal sangat besar (di atas batas-batas kewajaran) maka sebenarnya perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal demikian undang-undang menentukan adanya modal terselubung. ==== Ayat (2) ==== Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penyelundupan pajak, yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Dalam hal terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan di bawah semestinya atau pun pembebanan biaya melebihi yang seharusnya, bila terjadi transaksi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Demikian pula kemungkinan dapat terjadi adanya penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai hutang. Dalam hal demikian Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya yang seharusnya akan terjadi apabila di antara pihak-pihak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Begitu juga, apabila berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata terdapat penyertaan atau modal terselubung seolah-olah merupakan hutang, maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan hutang tersebut sebagai modal perusahaan. Dengan demikian bunga yang dibayarkan sehubungan dengan hutang yang sebenarnya merupakan penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan kepada pemegang saham yang menerima atau memperolehnya merupakan penghasilan yang dikenakan pajak. Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, bunga merupakan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan, tetapi sebaliknya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tidak boleh dikurangkan. ==== Ayat (3) ==== '''Huruf a''' Hubungan Istimewa dianggap ada bila dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah pemilikan atau penguasaan yang sama. Yang dimaksud dengan pemilikan atau penguasaan ini adalah bila yang memiliki perusahaan-perusahaan tersebut memegang saham mayoritas yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan. Hubungan istimewa juga dapat dirumuskan sebagai berikut : - Badan AA mempunyai penyertaan pada perusahaan BB sebesar 25% (dua puluh lima persen), maka AA dan BB mempunyai hubungan istimewa. - Seseorang YY mempunyai 25% (dua puluh lima persen) penyertaan pada perusahaan AA dan juga 25% (dua puluh lima persen) penyertaan pada perusahaan BB, maka antara YY, AA dan BB mempunyai hubungan istimewa. '''Huruf b''' Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan, lurus satu derajat adalah ayah, ibu dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah saudara. Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah ipar. ==== Ayat (4) ==== Dalam hal terdapat beberapa pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan penyertaan 50% (lima puluh persen) atau lebih, maka tarif terendah 15% (lima belas persen) hanya dapat diberlakukan satu kali saja. Dalam hal salah satu pihak menderita kerugian, kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan terhadap penghasilan pihak lainnya, akan tetapi berlaku kompensasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). === Pasal 19 === Dalam hal terjadi ketidak serasian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan yang disebabkan oleh karena perkembangan harga yang menyolok, maka Pemerintah dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian misalnya dengan menerapkan indeksasi. === Pasal 20 === ==== Ayat (1) ==== Pelunasan pajak dalam tahun berjalan, agar pada akhir tahun mendekati jumlah pajak yang terhutang, dilakukan melalui : a. pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain dalam hal diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak dari pekerjaan (pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dan pemotongan pajak atas penghasilan dari modal dan jasa-jasa tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. b. disamping pelunasan pajak melalui pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain, Wajib Pajak sendiri juga diwajibkan untuk melakukan pembayaran dalam tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25. ==== Ayat (2) ==== Pelunasan pajak dalam tahun berjalan merupakan cicilan atau angsuran pembayaran pajak yang nantinya dapat diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang mengenai seluruh tahun pajak yang bersangkutan. ==== Ayat (3) ==== Cukup jelas. ==== Ayat (4) ==== Cukup jelas. === Pasal 21 === ==== Ayat (1) ==== Yang wajib memotong Pajak Penghasilan atau disebut pemotong pajak menurut ketentuan ini ialah : a. perusahaan orang pribadi atau badan yang merupakan induk atau cabang perusahaan yang membayar gaji, upah, honorarium, dan imbalan lainnya kepada karyawan atau orang lain, dengan syarat, bahwa pekerjaan itu dilakukan di Indonesia. Dalam pengertian pemberi kerja tidak harus Subyek Pajak menurut undang-undang ini, tetapi dapat juga setiap orang atau badan yang dalam hubungan kerja membayarkan gaji, upah, dan sebagainya; b. misalnya gaji yang dibayarkan kepada pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, karena dibebankan kepada Keuangan Negara, maka harus dipotong Pajak Penghasilan. Dalam pengertian Keuangan Negara termasuk Keuangan Pemerintah Daerah. c. badan dana pensiun yang membayarkan uang pensiun, baik uang pensiun yang dibayarkan kepada pensiunan pegawai atau karyawan maupun kepada ahli warisnya. Dalam pengertian pensiun, termasuk tunjangan-tunjangan baik yang dibayar secara berkala maupun tidak; d. perusahaan atau badan-badan, dalam hal terdapat pembayaran kepada tenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli sebagai Wajib Pajak dalam negeri atas jasa yang dilakukan di Indonesia. Dalam pengertian perusahaan, termasuk Perusahaan Jawatan, dan dalam pengertian badan termasuk badan perwakilan negara asing dan badan internasional. ==== Ayat (2) ==== Yang dipotong pajak adalah bagian penghasilan setiap bulan yang melebihi seperdua belas dari penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Misalnya seorang karyawan kawin dengan tanggungan 3 (tiga) orang, penghasilan tidak kena pajak adalah sebesar Rp. 2.880.000,- (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) atau setiap bulan Rp. 240.000,- (dua ratus empat puluh ribu rupiah). Apabila penghasilan karyawan itu sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tiap bulan, maka penghasilan yang dipotong pajak adalah sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). ==== Ayat (3) ==== Sesuai dengan sifat Pajak Penghasilan sebagai pajak perorangan dan bukan pajak kebendaan, artinya keluarga Wajib Pajak yang menjadi tanggungan penuh turut menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang, maka kebenaran Surat Pernyataan Wajib Pajak mengenai susunan keluarganya mutlak perlu. Sebagai alat pembanding dapat juga dipergunakan Kartu Keluarga Wajib Pajak yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat. ==== Ayat (4) ==== Cukup jelas. ==== Ayat (5) ==== Cukup jelas. ==== Ayat (6) ==== Dalam Buku Petunjuk Direktur Jenderal Pajak dimuat tabel yang dapat dipakai pemberi kerja untuk memotong besarnya Pajak Penghasilan yang harus disetorkannya ke Kas Negara. ==== Ayat (7) ==== Jika pemberi kerja telah melakukan pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan dengan benar, maka pada akhir tahun pajak terhadap karyawan atau orang-orang yang Pajak Penghasilannya telah dipotong tersebut, tidak lagi diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. Dengan perkataan lain, Pajak Penghasilan yang telah dipotong dengan benar dinyatakan final berdasarkan ketentuan undang-undang ini. ==== Ayat (8) ==== Bagi karyawan yang mempunyai penghasilan lain disamping upah/gajinya, maka mereka diwajibkan mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan juga diberlakukan terhadap mereka yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pekerjaan lebih dari satu pemberi kerja. ==== Ayat (9) ==== Untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak yang membayarkan, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Buku Petunjuk Pemotongan Pajak Penghasilan. === Pasal 22 === ==== Ayat (1) ==== Ketentuan ini mengatur wewenang Menteri Keuangan untuk menetapkan badan tertentu, baik swasta maupun pemerintah sebagai pemungut Pajak Penghasilan, yang telah sangat dibatasi untuk mengurangi pungutan-pungutan pendahuluan yang berlebihan. Pajak Penghasilan dipungut atas Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha dengan atau melalui pemungut pajak tersebut. Undang-undang ini dengan tegas menentukan, bahwa hanya dari kegiatan usaha di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lain yang memperoleh pembayaran barang dan jasa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dilakukan dengan atau melalui pemungut pajak yang ditunjuk itu saja yang dapat dipungut Pajak Penghasilan. Dengan pembayaran barang dan jasa dari belanja negara dimaksudkan ialah, pembayaran pembelian barang dan pembayaran penggantian jasa dengan menggunakan Keuangan Negara baik Pusat maupun Daerah. ==== Ayat (2) ==== Besarnya Pajak Penghasilan yang dipungut tersebut dengan sendirinya harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga mendekati jumlah Pajak Penghasilan yang terhutang atas Wajib Pajak bersangkutan. Untuk itu Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan dasar dan besarnya pungutan, yang disesuaikan dengan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terhutang untuk seluruh tahun pajak yang dihitung berdasarkan undang-undang ini. === Pasal 23 === ==== Ayat (1) ==== Pembayaran dividen, bunga, sewa, royalti, imbalan atas jasa teknik dan jasa manajemen yang merupakan penghasilan, harus dilunasi Pajak Penghasilannya selama tahun berjalan melalui pemotongan oleh Wajib Pajak badan dalam negeri di Indonesia atau badan pemerintah yang melakukan pembayaran itu. Pembayaran bunga dan imbalan lain sehubungan dengan peminjaman uang dari Bank atau lembaga keuangan lainnya, tidak dipotong Pajak Penghasilan oleh pihak yang membayarkan. Tarif yang diterapkan di sini adalah tarif terendah, yaitu 15% (lima belas persen), karena Wajib Pajak yang Pajak Penghasilannya dipotong, masih wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan untuk melakukan penghitungan pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilannya dalam satu tahun pajak. ==== Ayat (2) ==== Disamping badan, baik swasta maupun pemerintah, orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat juga ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memotong Pajak Penghasilan dari pembayaran-pembayaran tersebut di atas. Wewenang menunjuk orang pribadi untuk menjadi pemotong pajak atas penghasilan dari modal ini ada pada Direktur Jenderal Pajak. Orang pribadi berkewajiban memotong pajak sejak ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. ==== Ayat (3) ==== Yang dimaksud dengan bunga dan dividen tertentu dalam ayat ini adalah : a. bunga yang dibayarkan oleh bank atau Kantor Pos atas tabungan dari penabung kecil; b. dividen yang diterima atau diperoleh pemegang sertifikat saham PT Danareksa, yang jumlahnya tidak melebihi suatu jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Ketentuan ini dimaksudkan agar terhadap penabung kecil atau pemegang sertifikat saham PT Danareksa yang pada umumnya penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam setahun tidak melampaui jumlah penghasilan tidak kena pajak, tidak dilakukan pemotongan pajak oleh pihak yang membayarkan. Apabila terhadap penabung kecil atau pemegang sertifikat saham tersebut dilakukan pemotongan pajak, maka hal tersebut menjadi beban bagi mereka untuk mengurus pengembaliannya. Pembebasan pemotongan pajak atas bunga dan dividen tersebut tidak berarti bahwa bunga dan dividen itu dikecualikan sebagai Obyek Pajak, tetapi dikenakan pajak apabila bunga atau dividen jumlahnya melampaui penghasilan tidak kena pajak. === Pasal 24 === ==== Ayat (1) ==== Pajak Penghasilan luar negeri adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di sana, yang merupakan bagian dari seluruh penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia. Pajak Penghasilan luar negeri yang dapat dikreditkan adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan luar negeri dari Wajib Pajak dalam negeri. Dengan demikian, maka Pajak Penghasilan luar negeri yang dikenakan atas badan luar negeri yang membayarkan dividen tidak dapat dikreditkan atas pajak dari Wajib Pajak Indonesia yang menerima dividen itu. Dengan perkataan lain Pajak Penghasilan yang dikreditkan dari pajak yang terhutang di Indonesia hanya Pajak Penghasilan yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri yang bersangkutan. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas semua penghasilan dari manapun diperoleh, termasuk penghasilan yang diperoleh dari sumber penghasilan di luar negeri. Atas penghasilan yang diperoleh dari luar negeri tersebut, dengan sendirinya telah dikenakan pajak oleh negara asal penghasilan tersebut. Pajak Penghasilan yang telah dibayar di negara asing tersebut dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terhutang, sepanjang mengenai tahun pajak yang sama. Dengan perkataan lain, Pajak Penghasilan yang dibayar di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di sana dapat dikurangkan dari Pajak Penghasilan yang terhutang, untuk tahun pajak yang sama. Contoh : a. Seorang konsultan Indonesia A bekerja selama setahun di Philipina dan memperoleh imbalan (fee) dari jasa yang dilakukan di sana sebesar x. Pajak yang dikenakan di Philipina atas fee tersebut misalnya 50% x X. Maka jumlah sebesar 50% x X tersebut dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terhutang atas A. b. Seorang pribadi B mendepositokan uangnya di salah satu bank di Inggris. Bunga deposito yang diterima sebesar Y. Tarif pajak atas bunga deposito di sana, misalnya sebesar 30%. Maka jumlah sebesar 30% x Y tersebut dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terhutang atas B. c. PT AB di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z, Incorporated di Amerika. Misalnya Z, Incorporated memperoleh keuntungan sebesar ...US$ 100.000 Pajak Penghasilan atas Z, Incorporated (Corporate income tax) : 48% (US$. 48.000,-) ---------------------- US$. 52.000,- Pajak atas dividen misalnya 38% (US$. 19.760,-) ---------------------- Dividen yang dikirimkan ke Indonesia US$. 32.240,- Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terhutang atas PT AB adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$. 19.760,- Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z, Incorporated sebesar US$.48.000,- tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang atas PT AB, karena pajak sebesar US$. 48.000,- tersebut tidak dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT. AB dari luar negeri, melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z, Incorporated di Amerika. ==== Ayat (2) ==== Pajak Penghasilan luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang adalah sebesar Pajak Penghasilan yang sebenarnya terhutang (untuk Wajib Pajak yang memakai Stelsel Akrual) dan telah dibayar (untuk Wajib Pajak yang memakai Stelsel Kas) di luar negeri, akan tetapi paling banyak sebesar hasil penerapan tarif pajak Indonesia, terhadap penghasilan luar negeri tersebut yang dihitung menurut undang-undang ini. ==== Ayat (3) ==== Ini merupakan penegasan bahwa penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, berasal dari sumber penghasilan di Indonesia (ketentuan tentang sumber penghasilan). Ketentuan tentang sumber penghasilan ini berlaku juga bagi beberapa jenis penghasilan lainnya yang ada kaitannya dengan penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, misalnya dalam hal penghasilan yang berkenaan dengan harta (berupa sewa), menurut ketentuan tentang sumber yang dianut oleh Pasal 26, penghasilan diperoleh di negara tempat harta itu dipergunakan. Jenis penghasilan lainnya berkenaan dengan harta tersebut misalnya dalam hal harta tersebut dijual, keuntungan dari penjualan harta tersebut merupakan penghasilan yang diperoleh di negara tempat harta itu berada atau dipergunakan, sebab di negara tersebut sewa itu dikenakan Pajak Penghasilan, jadi sumbernya berada di negara tempat menghasilkan sewa yang bersangkutan. ==== Ayat (4) ==== Misalnya apabila ternyata dalam tahun 1985 terdapat pengurangan atau pengembalian Pajak Penghasilan luar negeri mengenai Pajak Penghasilan luar negeri tahun 1984 sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), maka pengurangan atau pengembalian pajak sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) tersebut ditambahkan pada Pajak Penghasilan yang terhutang tahun pajak 1985. === Pasal 25 === Ketentuan dalam pasal ini mengatur tentang pembayaran angsuran pajak oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan, yang mengandung pengertian-pengertian : a. berapa besarnya angsuran; b. dasar penghitungan besarnya angsuran. ==== Ayat (1) ==== Untuk mempermudah pengertian, diberikan contoh penghitungan angsuran pembayaran pajak untuk tahun 1985 sebagai berikut : Pajak Penghasilan yang terhutang tahun pajak 1984 Rp.10.000.000,- Dikurangi : a. Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pemberi kerja Rp. 3.000.000,- b. Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain dari kegiatan usaha Rp. 2.000.000,- c. Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan dari modal (sewa,bunga dsb). Rp. 500.000,- d. Kredit Pajak Penghasilan luar negeri Rp. 1.500.000,- --------------------- Rp. 7.000.000,- ---------------------- Selisih Rp. 3.000.000,- =========== Selisih sebesar Rp. 3.000.000,- ini dibagi dengan banyaknya masa pajak dalam tahun 1985. Apabila masa pajak yang dipakai untuk melunasi pajak dalam tahun berjalan adalah satu bulan, maka dalam satu tahun pajak ada dua belas masa pajak, maka jumlah angsuran setiap masa pajak Rp.3.000.000,- =Rp.250.000,- ---------------------- 12 Ayat (2) Dengan dilakukannya pembaharuan undang-undang perpajakan ini, maka apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak telah diisi sebagaimana mestinya, dan penghitungan pajak yang terhutang telah dilakukan dengan benar serta jumlah pajak yang terhutang itu telah dibayar lunas, maka tidak akan ada lagi ketetapan pajak yang akan dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila ada ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak, maka itu berarti, bahwa pajak yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan dan yang telah dibayar atau dilunasi oleh Wajib Pajak, ternyata kurang daripada yang seharusnya menurut undang-undang. Oleh karena itu, apabila ada ketetapan pajak, maka pengertian Pajak Penghasilan yang terhutang pada dasarnya adalah berdasarkan ketetapan pajak itu. Kecuali apabila dalam tahun berikutnya penghasilan Wajib Pajak bertambah besar dan penghitungan pajak dilakukan dengan benar, maka Pajak Penghasilan yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan tahun yang berikutnya akan lebih besar. Jumlah angsuran pajak dalam tahun berjalan sesudah itu yang dilunasi oleh Wajib Pajak sendiri adalah pajak menurut Surat Pemberitahuan Tahunan tahun berikutnya itu dibagi dua belas. Pada prinsipnya, dengan demikian, Pajak Penghasilan yang terhutang adalah jumlah Pajak Penghasilan yang diketahui dari tahun pajak yang terakhir. Jika Pajak Penghasilan yang terhutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan yang disampaikan lebih kecil daripada pajak yang telah disetor selama tahun pajak yang bersangkutan dan oleh karena itu Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan untuk memperhitungkan dengan hutang pajak lain, sebelum diputus oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai pengembalian atau perhitungan kelebihan tersebut, besarnya angsuran bulanan sama besar dengan bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan itu disampaikan. Setelah adanya keputusan Direktur Jenderal Pajak, maka angsuran dari bulan yang berikutnya, setelah tanggal keputusan itu, didasarkan atas jumlah pajak yang terhutang menurut keputusan tersebut. Apabila pajak yang terhutang menurut ketetapan atau Surat Pemberitahuan Tahunan terakhir mengandung kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya, maka pajak yang menjadi dasar untuk menentukan besarnya angsuran dalam tahun berjalan, dihitung kembali berdasarkan pajak yang terhutang sebelum dilakukan kompensasi kerugian. Dalam hal ketetapan atau Surat Pemberitahuan Tahunan tidak ada, karena Wajib Pajak merupakan Wajib Pajak baru, maka pengaturan tentang besarnya angsuran sebagai perkiraan jumlah pajak yang akan terhutang, diatur dalam Peraturan Pemerintah berdasarkan ketentuan Pasal 27. ==== Ayat (3) ==== Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak sedapat mungkin diusahakan sesuai dengan besarnya pajak yang terhutang untuk masa pajak yang bersangkutan. Untuk Wajib Pajak lembaga keuangan misalnya, besarnya angsuran ini adalah lebih sesuai jika didasarkan pada Laporan Keuangan terakhir, sedang Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha milik Daerah didasarkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja perusahaan tahun pajak yang bersangkutan. Jenis usaha apa saja yang dapat menghitung besarnya angsuran pajak untuk setiap masa pajak dengan menggunakan dasar lain daripada Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat Ketetapan pajak terakhir akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 26 === Pasal ini mengatur tentang pemotongan pajak bagi Wajib Pajak luar negeri, yang memuat hal-hal sebagai berikut: a. dasar pemotongan pajak, adalah jumlah bruto dari pembayaran-pembayaran tersebut kepada Wajib Pajak luar negeri; b. tarif pajak, adalah 20% (dua puluh persen); c. sifat pemotongan, yaitu bahwa Pajak Penghasilan yang dipotong tersebut bersifat final. Yang diwajibkan oleh undang-undang ini untuk memotong pajak adalah juga Wajib Pajak orang pribadi yang membayar atau terhutang bunga, dividen, dan sebagainya. Final berarti Wajib Pajak tidak lagi diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan hal mana berbeda dengan istilah rampung dalam sistem baru, yang berarti bahwa Wajib Pajak masih wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. === Pasal 27 === Dengan Peraturan Pemerintah diatur lebih lanjut pemenuhan kewajiban pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 25, termasuk penerapan tarif rata-rata atas penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang diterima atau diperoleh sekaligus. === Pasal 28 === Pajak Penghasilan yang telah dilunaskan dalam tahun berjalan baik yang dibayar oleh Wajib Pajak sendiri maupun yang dipungut atau dipotong oleh pihak lain, jumlah keseluruhannya dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang. Contoh : Pajak Penghasilan yang terhutang........................... Rp.10.000.000,- Kredit-kredit pajak : - pemotongan pajak dari pekerjaan berdasarkan Pasal 21 Rp. 1.000.000,- - pungutan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari usaha berdasarkan Pasal 22 Rp. 2.000.000,- - pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari modal berdasarkan Pasal 23 Rp. 1.000.000,- - Kredit pajak penghasilan luar negeri berdasarkan Pasal 24. Rp. 3.000.000,- - Pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan berdasarkan Pasal 25 Rp. 2.000.000,- ---------------------- Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan Rp. 9.000.000,- ----------------------- Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp. 1.000.000,- ============ === Pasal 29 === Dalam contoh seperti dikemukakan pada penjelasan Pasal 28, maka kekurangan Pajak Penghasilan yang terhutang sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) harus dilunasi terlebih dahulu sebelum disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga sesudah tahun pajak yang bersangkutan berakhir. === Pasal 30 === ==== Ayat (1) ==== Setiap Surat Pemberitahuan Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran atau penerimaan bruto Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) atau lebih, harus dilampiri dengan Laporan Keuangan. ==== Ayat (2) ==== Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, merupakan kewajiban untuk mewujudkan ketentuan-ketentuan tentang materi pengenaan pajak menjadi pembayaran uang pajak ke Kas Negara. Oleh sebab itu undang-undang ini menetapkan bahwa Surat Pemberitahuan Tahunan harus memuat data-data yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang, serta kekurangan atau kelebihan pembayaran pajak. ==== Ayat (3) ==== Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. Kewajiban ini tidak berlaku bagi Wajib Pajak orang pribadi : a. yang tidak mempunyai penghasilan lain dari pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, kecuali Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan dari pekerjaan lebih dari satu pemberi kerja. b. yang menerima atau memperoleh penghasilan netto yang tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak, misalnya : seorang Wajib Pajak kawin dengan tanggungan keluarga 3 (tiga) orang sedang isterinya tidak memperoleh penghasilan dari pekerjaan atau dari usaha, maka penghasilan tidak kena pajak adalah sebesar Rp. 2.880.000,- (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah). Apabila penghasilan netto sebesar Rp. 2.880.000,- (dua juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah) atau kurang, maka ia tidak diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan. ==== Ayat (4) ==== Dengan ketentuan ini dimaksudkan, bahwa Wajib Pajak yang telah menghitung dan membayar besarnya pajak yang terhutang secara benar berdasarkan ketentuan undang-undang ini, serta melaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, kepadanya tidak perlu lagi diberikan Surat Ketetapan Pajak ataupun surat keputusan dari administrasi perpajakan. ==== Ayat (5) ==== Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan keterangan yang diperoleh lain daripada pemeriksaan, bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terhutang sebagaimana mestinya menurut Undang-undang. === Pasal 31 === ==== Ayat (1) ==== Kelebihan pembayaran pajak dapat dikembalikan atau diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya; Contoh : <pre> Pajak Penghasilan yang terhutang Rp.10.000.000,- Kredit-kredit pajak : - Pemotongan pajak dari pekerjaan berdasarkan Pasal 21 Rp. 1.000.000,- - Pemungutan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari usaha berdasarkan Pasal 22 Rp. 4.000.000,- - Pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari modal berdasarkan Pasal 23 Rp. 1.000.000,- - Pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan berdasarkan Pasal 25 Rp. 6.000.000,- ---------------------- Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan Rp.12.000.000,- ---------------------- Kelebihan pembayaran pajak Rp. 2.000.000,- </pre> Kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp. 2.000.000,- ini dapat dikembalikan atau diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya. ==== Ayat (2) ==== Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk berwenang untuk mengadakan pemeriksaan atas Laporan Keuangan dan sebagainya dari Wajib Pajak, sebelum dilakukan pengembalian atau perhitungan kelebihan pajak. Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum dilakukan pengembalian atau perhitungan kelebihan pajak adalah : a. kebenaran materiil tentang besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang; b. keabsahan bukti-bukti pungutan dan bukti-bukti potongan pajak serta bukti pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri selama dan untuk tahun pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian dan pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak atau pejabat lain yang ditunjuk diberi wewenang untuk mengadakan pemeriksaan atas Laporan Keuangan, buku-buku dan catatan lainnya serta pemeriksaan lain yang berkaitan dengan penentuan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang kebenaran jumlah pajak yang telah dikreditkan dan untuk menentukan besarnya kelebihan pembayaran pajak yang harus dikembalikan. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk memastikan, bahwa uang yang akan dibayarkan kembali kepada Wajib Pajak sebagai restitusi itu adalah benar merupakan hak Wajib Pajak. Yang dimaksud dengan pemeriksaan lain-lain termasuk pemeriksaan setempat, melakukan pencocokan terhadap pihak lain yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak, dan sebagainya. === Pasal 32 === Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian Umum dari penjelasan ini, ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan tata cara pengenaan pajak diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mengatur tentang cara pemungutan, sanksi-sanksi berkenaan dengan kesalahan, ketidakpatuhan, pelanggaran, dan kejahatan, kecuali apabila tata cara pengenaan pajak ditentukan lain dalam undang-undang ini. === Pasal 33 === ==== Ayat (1) ==== Bagi Wajib Pajak yang tahun pajaknya merupakan tahun buku, maka ada kemungkinan bahwa sebagian dari tahun pajak itu termasuk di dalam tahun takwim 1984. Menurut ketentuan ayat ini, maka apabila 6 (enam) bulan dari tahun pajak itu termasuk dalam tahun takwim 1984 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih apakah mau mempergunakan Ordonansi Pajak Perseroran 1925 atau Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, ataupun memilih penerapan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam undang-undang ini. Kesempatan memilih semacam itu berlaku pula bagi Wajib Pajak yang lebih dari 6 (enam) bulan dari tahun pajaknya termasuk di dalam tahun takwim 1984. ==== Ayat (2) ==== '''Huruf a''' Fasilitas perpajakan yang jangka waktunya terbatas misalnya fasilitas perpajakan berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri yang sudah diberikan sampai dengan tanggal 31 Desember 1983 masih tetap dapat dinikmati sampai dengan habisnya fasilitas perpajakan tersebut. '''Huruf b''' Fasilitas perpajakan yang jangka waktunya tidak ditentukan, tidak dapat dinikmati lagi terhitung mulai tanggal berlakunya undang-undang ini, misalnya - fasilitas perpajakan yang diberikan kepada PT Danareksa, berupa pembebasan Pajak Perseroan atas laba usaha dan pembebasan Bea Meterai Modal atas penempatan dan penyetoran modal saham, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-1680/MK/II/12/1976 tanggal 28 Desember 1976; - fasilitas perpajakan yang diberikan kepada perusahaan Perseroan Terbatas yang menjual saham-sahamnya melalui Pasar Modal, berupa keringanan tarif Pajak Perseroan, berdasarkan Keputusan Menteri keuangan No. 112/KMK.04/1979 tanggal 27 Maret 1979. ==== Ayat (3) ==== Ordonansi Pajak Perseroan 1925, dan Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty 1970 beserta semua peraturan pelaksanaannya tetap berlaku terhadap penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi dan dalam bidang penambangan lainnya yang dilakukan dalam rangka perjanjian Kontrak Karya dan kontrak Bagi Hasil, sepanjang perjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil tersebut masih berlaku pada saat berlakunya undang-undang ini. Ketentuan Undang-undang ini baru berlaku terhadap penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi yang dilakukan dalam bentuk perjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil, apabila perjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil tersebut dibuat setelah berlakunya undang-undang ini. === Pasal 34 === Cukup jelas. === Pasal 35 === Dengan Peraturan Pemerintah diatur lebih lanjut hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang ini. Peraturan Pemerintah dimaksud antara lain mengenai : a. Penerapan faktor penyesuaian untuk menghitung penghasilan yang berasal dari keuntungan karena penjualan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d dan penerapan tarif efektip rata-rata atas keuntungan tersebut ; b. Pedoman penyusutan dan amortisasi; c. Semua peraturan yang diperlukan, agar Undang-undang ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, termasuk pula peraturan peralihan. === Pasal 36 === ==== Ayat (1) ==== Ayat ini menegaskan bahwa Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1984. Bagi Wajib Pajak yang tahun pajaknya sama dengan tahun takwim, maka Undang-undang ini berlaku bagi mereka itu sejak tahun pajak 1984. Untuk Wajib Pajak yang mempergunakan tahun buku yang berlainan dengan tahun takwim, maka Undang-undang ini akan berlaku untuk tahun buku yang dimulai sesudah 1 Januari 1984. ==== Ayat (2) ==== Cukup jelas. Pengguna:IvanLanin 1590 2638 2006-06-11T19:02:11Z IvanLanin 30 ~info ''Halo, silakan [[:w:User:IvanLanin|lihat profil]] atau [[:w:User talk:IvanLanin|tinggalkan pesan untuk saya]] di [[:w:Halaman Utama|Wikipedia bahasa Indonesia]]. Terima kasih!'' Templat:Kotak Produk hukum 1591 2265 2006-05-25T16:30:13Z IvanLanin 30 +kat {| class="toccolours" style="float:right; width:200px; margin: 0px 0px 10px 10px;" |- class="hiddenStructure{{{jenis|}}}" |valign="top"|'''Jenis'''||{{{jenis}}} |- class="hiddenStructure{{{nomor|}}}" |valign="top"|'''Nomor'''||{{{nomor}}} |- class="hiddenStructure{{{tahun|}}}" |valign="top"|'''Tahun'''||{{{tahun}}} |- class="hiddenStructure{{{tentang|}}}" |valign="top"|'''Tentang'''||{{{tentang}}} |- class="hiddenStructure{{{tanggal|}}}" |valign="top"|'''Tanggal'''||[[w:{{{tanggal}}}|{{{tanggal}}}]] [[w:{{{tahun}}}|{{{tahun}}}]] |- class="hiddenStructure{{{sumber|}}}" |valign="top"|'''Sumber'''||{{{sumber}}} |} <noinclude> * Jenis * Nomor * Tahun * Tentang * Tanggal * Sumber [[Kategori:Templat kotak info|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Templat:Kotak produk hukum 1592 1938 2006-02-26T17:49:12Z IvanLanin 30 Templat:Kotak produk hukum dipindahkan ke Templat:Kotak Produk hukum: penyesuaian nama #REDIRECT [[Templat:Kotak Produk hukum]] Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 1593 1976 2006-02-27T00:27:17Z Borgx 2 +link ke halaman depan <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- {{Kotak Produk hukum |jenis=Undang-undang |nomor = 17 |tahun = 2000 |tentang = Perubahan Ketiga Atas [[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] Tentang Pajak Penghasilan |tanggal = 2 Februari |sumber = [http://www.pajak.go.id/peraturan/viewdoc?docid=7201 Dirjen Pajak] }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam upaya untuk lebih memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak serta agar lebih dapat diciptakan kepastian hukum, perlu dilakukan perubahan terhadap [[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994; Mengingat : :1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat (2) [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Pertama Tahun 1999; :2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984); :3. [[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] tentang Pajak Penghasilan ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50]], Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3567); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : '''UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.''' == Pasal I == Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263) yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-undang : :a. Nomor 7 Tahun 1991 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3459); :b. Nomor 10 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3567); diubah sebagai berikut : === Angka 1 === Ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf b dan ayat (6) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 2''' (1) Yang menjadi Subjek Pajak adalah : :a. 1) orang pribadi; 2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; :b. badan; :c. bentuk usaha tetap. (2) Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri. (3) Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah : :a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia; :b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia; :c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. (4) Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah : :a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; :b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. (5) Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa : :a. tempat kedudukan manajemen; :b. cabang perusahaan; :c. kantor perwakilan; :d. gedung kantor; :e. pabrik; :f. bengkel; :g. pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan; :h. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; :i. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; :j. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; :k. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; :l. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di Indonesia. (6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya." === Angka 2 === Ketentuan Pasal 3 huruf b, huruf c, dan huruf d diubah, sehingga keseluruhan Pasal 3 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 3''' Tidak termasuk Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah : :a. badan perwakilan negara asing; :b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; :c. organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat : ::1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; ::2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; :d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia." === Angka 3 === Ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf k, huruf o, dan ayat (3) huruf a dan huruf f diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 4''' (1) Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk : :a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini; :b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; :c. laba usaha; :d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : ::1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; ::2) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; ::3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; ::4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; :e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya; :f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; :g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; :h. royalti; :i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; :j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; :k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; :l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; :m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; :n. premi asuransi; :o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; :p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. (2) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. (3) Yang Tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah : :a. ::1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak; ::2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; :sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; :b. warisan; :c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; :d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah; :e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; :f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat : ::1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan ::2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut; :g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; :h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; :i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi; :j. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha; :k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut : ::1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan ::2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia." === Angka 4 === Ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a, huruf e, dan ayat (2) diubah, serta ditambah 1 (satu) huruf yaitu huruf h, sehingga keseluruhan Pasal 6 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 6''' (1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi : :a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan; :b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A; :c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; :d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; :e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing; :f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; :g. biaya bea siswa, magang, dan pelatihan; :h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat : ::1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; ::2) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; ::3) telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan ::4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. (2) Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. (3) Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7." === Angka 5 === Ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 7 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 7''' (1) Penghasilan Tidak Kena Pajak diberikan sebesar : :a. Rp 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; :b. Rp 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; :c. Rp 2.880.000,00 (dua juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); :d. Rp 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Penerapan ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. (3) Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan." === Angka 6 === Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf e, dan huruf g diubah, sehingga keseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 9''' (1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan : :a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; :b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; :c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; :d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan; :e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; :f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan; :g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; :h. Pajak Penghasilan; :i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; :j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; :k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. (2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11 A." === Angka 7 === Ketentuan Pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat (9), dan ayat (11) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 11 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 11''' (1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. (2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas. (3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. (4) Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan. (5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. (6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut : -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kelompok Harta Berwujud Masa Tarif penyusutan Manfaat sebagaimana dimaksud dalam --------------------------------------------- Ayat (1) Ayat (2) --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- I. Bukan bangunan Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% II. Bangunan Permanen 20 tahun 5% Tidak Permanen 10 tahun 10% ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- (7) Menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ketentuan tentang penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam usaha tertentu, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut. (9) Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut. (10) Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. (11) Kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan." === Angka 8 === Ketentuan Pasal 11A ayat (1), ayat (3), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 11A berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 11A''' (1) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas. (2) Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kelompok Harta Masa Tarif Amortisasi berdasarkan Tak Berwujud Manfaat metode ---------------------------------------------- Garis Lurus Saldo Menurun ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- (3) Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (4) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. (5) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain yang dimaksud dalam ayat (4), hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% (dua puluh persen) setahun. (6) Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (7) Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (4), dan ayat (5), maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut. (8) Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan." === Angka 9 === Ketentuan Pasal 14 Ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diubah, serta ayat (6) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 14 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 14''' (1) Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk menentukan penghasilan neto, dibuat dan disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. (2) Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, wajib menyelenggarakan pencatatan sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. (4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan. (5) Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, termasuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak memperlihatkan pencatatan atau pembukuan atau bukti-bukti pendukungnya, maka penghasilan netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (6) Dihapus. (7) Besarnya peredaran bruto sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan." === Angka 10 === Ketentuan Pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (6), dan ayat (7) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 17 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 17''' (1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi : :a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua puluh 5% lima juta rupiah) (lima persen) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta 10% rupiah) s.d. Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (sepuluh persen) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 15% s.d. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (lima belas persen) -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 25% s.d. Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) (dua puluh lima persen) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) 35% (tiga puluh lima persen) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- :b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut : ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- sampai dengan Rp 50.000.000,00 10% (lima puluh juta rupiah) (sepuluh persen) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 15% s.d. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) (lima belas persen) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- di atas Rp 100.000.000,00 30% (seratus juta rupiah) (tiga puluh persen) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- (2) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif tertinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen). (3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan. (4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. (5) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak. (6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga puluh) hari. (7) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)." === Angka 11 === Ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan ayat (4) diubah, ayat (5) dihapus, serta diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (3a), sehingga keseluruhan Pasal 18 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 18''' (1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan Undang-undang ini. (2) Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut : :a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau :b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor. (3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. (3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir. (4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (3a), Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila : :a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau :b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau :c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat. (5) dihapus." === Angka 12 === Ketentuan Pasal 21 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (8) diubah, serta ayat (6) dan ayat (7) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 21 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 21''' (1) Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh : :a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai; :b. bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; :c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun; :d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; :e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. (2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah badan perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. (3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. (4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah. (6) dihapus. (7) dihapus. (8) Petunjuk mengenai pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak." === Angka 13 === Ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf a, ayat (2), dana ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 23 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 23''' (1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan : :a. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas : ::1) dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; ::2) bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f; ::3) royalti; ::4) hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e; :b. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi; :c. sebesar 15% (lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto atas : ::1) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; ::2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. (2) Besarnya perkiraan penghasilan neto dan jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. (3) Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dapat ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memotong pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dilakukan atas : :a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank; :b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi; :c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f; :d. bunga obligasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf j; :e. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i; :f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; :g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya." === Angka 14 === Ketentuan Pasal 25 ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan ayat (7) diubah, ayat (3) dan ayat (5) dihapus, serta ditambah 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (9), sehingga keseluruhan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 25''' (1) Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan : :a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan :b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. (2) Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu. (3) dihapus. (4) Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak. (5) dihapus. (6) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, yaitu : :a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian; :b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur; :c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan; :d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; :e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; :f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak. (7) Penghitungan besarnya angsuran pajak bagi Wajib Pajak baru, bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Wajib Pajak tertentu lainnya termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (8) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah. (9) Pajak yang telah dibayar sendiri dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali apabila Wajib Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh penghasilan lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final menurut Undang-undang ini." === Angka 15 === Ketentuan Pasal 26 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 26 berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 26''' (1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang dibayarkan atau yang terutang oleh badan pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan : :a. dividen; :b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; :c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; :d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; :e. hadiah dan penghargaan; :f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya. (2) Atas penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri, dipotong pajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. (4) Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenakan pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan. (5) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) bersifat final, kecuali : :a. pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c; :b. pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap." === Angka 16 === Ketentuan Pasal 31 A diubah, sehingga keseluruhan Pasal 31 A berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 31 A''' (1) Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk : :a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman yang dilakukan; :b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; :c. kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan :d. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10% (sepuluh persen), kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah; (2) Fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah." === Angka 17 === Di antara Pasal 31 A dan Pasal 32 disisipkan 2 (dua) pasal baru yaitu Pasal 31 B dan Pasal 31 C, yang masuk dalam BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN, yang berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 31 B''' (1) Wajib Pajak yang melakukan restrukturisasi utang usaha melalui lembaga khusus yang dibentuk Pemerintah dapat memperoleh fasilitas pajak yang bersifat terbatas baik dalam jangka waktu maupun jenisnya berupa keringanan Pajak Penghasilan yang terutang atas : :a. pembebasan utang; :b. pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang; :c. perubahan utang menjadi penyertaan modal; (2) Fasilitas pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. '''Pasal 31 C''' (1) Penerimaan negara dari Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja dibagi dengan imbangan 80% untuk Pemerintah Pusat dan 20% untuk Pemerintah Daerah tempat Wajib Pajak terdaftar. (2) Pembagian penerimaan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah." === Angka 18 === Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga menjadi berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 32''' Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan pelaksanaan Undang-undang ini dilakukan sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000." === Angka 19 === Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu) pasal yaitu Pasal 32 A yang berbunyi sebagai berikut : "'''Pasal 32 A''' Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan pajak." == Pasal II == Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang Perubahan Ketiga Undang-undang Pajak Penghasilan 1984." == Pasal III == Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di: Jakarta pada tanggal: [[w:2 Agustus|2 Agustus]] [[w:2000|2000]] PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, [[w:Abdurrahman Wahid|ABDURRAHMAN WAHID]] Diundangkan di: Jakarta pada tanggal: [[w:2 Agustus|2 Agustus]] [[w:2000|2000]] SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, [[w:Djohan Effendi|DJOHAN EFFENDI]] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 1594 2562 2006-05-28T18:36:11Z Borgx 2 ~kat, ejaan {{process header |title = |section = |previous = [[Peraturan Menteri]] |next = |shortcut = |notes = }} {{Kotak Produk hukum |jenis = Peraturan Menteri Keuangan |nomor = 564/KMK.03/2004 |tahun = 2004 |tentang = Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak |tanggal = 29 November |sumber = [http://www.pajak.go.id/peraturan/viewdoc?docid=10045 Dirjen Pajak] }} Menimbang : :a. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang selama ini berlaku dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang perekonomian dan moneter serta harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat. :b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) [[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan [[Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000]], perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Mengingat: :1. [[Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983]] tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262]]) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan [[Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000]] ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984). :2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263]]) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985]]). :3. [[Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004]]. MEMUTUSKAN: Menetapkan : '''PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK.''' == Pasal 1 == (1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, diubah menjadi sebagai berikut: :a. Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak. :b. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. :c. Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. :d. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2005. == Pasal 2 == Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. == Pasal 3 == Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 29 November 2004 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, [[w:Jusuf Anwar|JUSUF ANWAR]] [[Kategori:Peraturan menteri]] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 1595 2561 2006-05-28T18:36:02Z Borgx 2 ~kat, ejaan {{process header |title = |section = |previous = [[Peraturan Menteri]] |next = |shortcut = |notes = }} {{Kotak Produk hukum |jenis = Peraturan Menteri Keuangan |nomor = 137/PMK.03/2005 |tahun = 2005 |tentang = Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak |tanggal = 30 Desember |sumber = [http://www.pajak.go.id/Members/hotstan/ptkp-2006 Dirjen Pajak] }} MENTERI KEUANGAN, Menimbang : :a. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku saat ini berdasarkan [[Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004]] tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat; :b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) [[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan [[Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000]], perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Mengingat: :1. [[Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983]] tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262]]) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan [[Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000]] ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984]]). :2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263]]) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ([[Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127]], [[Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985]]). :3. [[Keputusan presiden Nomor 187/M Tahun 2004]]. MEMUTUSKAN: Menetapkan : '''PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK.''' == Pasal 1 == (1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, diubah menjadi sebagai berikut: :a. Rp. 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak. :b. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. :c. Rp. 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. :d. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2006. == Pasal 2 == Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. == Pasal 3 == Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. == Pasal 4 == Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal: 30 Desember 2005 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA [[w:Srimulyani Indrawati|SRIMULYANI INDRAWATI]] [[Kategori:Peraturan menteri]] Wikisource:Bantuan 1596 1955 2006-02-26T19:35:58Z IvanLanin 30 redirection #REDIRECT [[Bantuan:Isi]] Wikisource:Hak cipta 1597 2303 2006-05-25T19:34:04Z IvanLanin 30 acuan, idx kat Aturan '''hak cipta''' yang diterapkan di Wikisource sama dengan yang diterapkan pada proyek [[w:Wikimedia|Wikimedia]] lainnya (bahkan mungkin lebih), karenanya harap perhatikan masalah ini dengan seksama sebelum Anda memasukkan bahan apapun ke dalam Wikisource. Aturan hak cipta Wikisource bahasa Indonesia mengacu pada [[w:Wikipedia:Hak cipta|aturan hak cipta Wikipedia Indonesia]] sebagai saudara kandung yang sudah lebih berkembang. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] [[en:Wikisource:Copyright]] Templat:PHC 1598 2355 2006-05-26T15:38:13Z IvanLanin 30 {{info}} {{info|scheme=beige|pesan='''Isi halaman ini mungkin melanggar aturan hak cipta.''' Kontributor asli harus dapat membuktikan haknya untuk memasukkan naskah ini. Administrator dan pengguna lainnya dapat berupaya untuk menerangkan validitas pemuatan naskah, walaupun tidak dituntut untuk melakukan itu. Jika tidak berhasil, naskah ini akan dihapus. Silakan gunakan halaman [[Wikisource:kemungkinan pelanggaran hak cipta|kemungkinan pelanggaran hak cipta]] untuk membahas hal ini.}}<noinclude>[[Kategori:Templat pemeliharaan|{{PAGENAME}}]]</noinclude><includeonly>[[Kategori:Kemungkinan pelanggaran hak cipta|{{PAGENAME}}]]</includeonly> Wikisource:Kemungkinan pelanggaran hak cipta 1599 2341 2006-05-26T03:40:49Z IvanLanin 30 +info {{Kemungkinan pelanggaran hak cipta}} <!-- Silakan tulis usulan Anda pada bagian di bawah ini. Harap jangan hapus tulisan ini dan bagian lain di atasnya. --> Saat ini belum ada diskusi mengenai pelanggaran hak cipta. Jika Anda adalah orang yang pertama kali menambahkan laporan pelanggaran, tolong hapus paragraf ini sebelum Anda memasukkan laporan Anda. Wikisource:Usulan penghapusan 1600 2340 2006-05-26T03:39:03Z IvanLanin 30 +tpl {{Usulan penghapusan}} <!-- Silakan tulis usulan Anda pada bagian di bawah ini. Harap jangan hapus tulisan ini dan bagian lain di atasnya. --> * [[Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia]], sudah digabungkan dengan [[Wikisource:Pidato]]. --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 04:40, 25 Mei 2006 (UTC) :sudah dihapus. [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 14:09, 25 Mei 2006 (UTC) Templat:Hapus 1601 2354 2006-05-26T15:29:35Z IvanLanin 30 {{info}} {{info|scheme=red|pesan='''Ada usulan untuk menghapus artikel atau halaman ini.'''<br/>Alasan penghapusan dapat dibaca di [[Wikisource:Usulan penghapusan]]. Jika tidak setuju, silakan sampaikan pendapat Anda di sana.}}<includeonly>[[Kategori:Usulan penghapusan|{{PAGENAME}}]]</includeonly><noinclude>[[Kategori:Templat pemeliharaan|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Wikisource:Menyunting Sebuah Halaman 1602 2316 2006-05-25T19:58:06Z IvanLanin 30 +kat Silakan baca artikel mengenai [[w:Wikipedia:Menyunting sebuah halaman|menyunting sebuah halaman]] yang tersedia di [[w:|Wikipedia Indonesia]]. [[Kategori:Bantuan|{{PAGENAME}}]] Wikisource:Memulai halaman baru 1603 2317 2006-05-25T19:58:20Z IvanLanin 30 +kat Silakan baca artikel mengenai [[w:Wikipedia:Memulai halaman baru|memulai halaman baru]] yang tersedia di [[w:|Wikipedia Indonesia]]. [[Kategori:Bantuan|{{PAGENAME}}]] Wikisource:Permintaan naskah 1604 1968 2006-02-26T20:56:38Z IvanLanin 30 Silakan tambahkan naskah atau artikel yang Anda inginkan pada halaman ini. Harap pelajari [[Wikisource:Hak cipta]] untuk penjelasan mengenai artikel/naskah yang dapat dimuat di Wikisource. ---- * Artikel 1 Wikisource:Permintaan artikel 1605 1969 2006-02-26T20:59:10Z IvanLanin 30 #REDIRECT [[Wikisource:Permintaan naskah]] Templat:Artikelyangdiminta 1606 2254 2006-05-25T16:18:21Z IvanLanin 30 +kat Belum ada<noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50 1607 1973 2006-02-27T00:24:27Z Borgx 2 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50 dipindahkan ke Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 #REDIRECT [[Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983]] Peraturan Menteri 1608 2560 2006-05-28T18:35:55Z Borgx 2 ~kat, ejaan {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Produk hukum]] |next = |shortcut = |notes = }} * Peraturan Menteri Keuangan *# [[Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004|Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak]] *# [[Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005|Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak]] [[Kategori:Peraturan menteri| ]] Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 1609 2517 2006-05-28T17:30:06Z Borgx 2 ~kat <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- {{Kotak Produk hukum |jenis=Undang-undang |nomor = 19 |tahun = 2002 |tentang = Hak Cipta |tanggal = 29 Juli |sumber = [http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/uu2002/uu19'02.htm Situs Republik Indonesia] }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : :a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/suku bangsa dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-pengembangannya yang memerlukan perlindungan Hak Cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut; :b. bahwa Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak Cipta pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam sistem hukum nasionalnya; :c. bahwa perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas; :d. bahwa dengan memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Hak Cipta yang ada, dipandang perlu untuk menetapkan Undang-undang Hak Cipta yang baru menggantikan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997; :e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, dibutuhkan Undang-undang tentang Hak Cipta; Mengingat : :1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; :2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HAK CIPTA. == BAB I KETENTUAN UMUM == ==== Pasal 1 ==== Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: :1. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. :2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. :3. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. :4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut. :5. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. :6. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer. :7. Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan alat apa pun. :8. Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut. :9. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya. :10. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya. :11. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya. :12. Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik. :13. Permohonan adalah Permohonan pendaftaran Ciptaan yang diajukan oleh pemohon kepada Direktorat Jenderal. :14. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu. :15. Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-undang ini. :16. Menteri adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk Hak Cipta. :17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri. == BAB II LINGKUP HAK CIPTA == === Bagian Pertama: Fungsi dan Sifat Hak Cipta === ==== Pasal 2 ==== (1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial. ==== Pasal 3 ==== (1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. (2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena: :a. Pewarisan; :b. Hibah; :c. Wasiat; :d. Perjanjian tertulis; atau :e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. ==== Pasal 4 ==== (1) Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. (2) Hak Cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. === Bagian Kedua: Pencipta === ==== Pasal 5 ==== (1) Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta adalah: :a. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau :b. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan. (2) Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa Penciptanya, orang yang berceramah dianggap sebagai Pencipta ceramah tersebut. ==== Pasal 6 ==== Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian Ciptaannya itu. ==== Pasal 7 ==== Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu. ==== Pasal 8 ==== (1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas. (3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. ==== Pasal 9 ==== Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa Ciptaan berasal dari padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai Penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai Penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya. === Bagian Ketiga: Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui === ==== Pasal 10 ==== (1) Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya. (2) Negara memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. (3) Untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut pada ayat (2), orang yang bukan warga negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah. ==== Pasal 11 ==== (1) Jika suatu Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. (2) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya atau pada Ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. (3) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya dan/atau Penerbitnya, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya. === Bagian Keempat: Ciptaan yang Dilindungi === ==== Pasal 12 ==== (1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: :a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; :b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu; :c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; :d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks; :e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; :f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; :g. arsitektur; :h. peta; :i. seni batik; :j. fotografi; :k. sinematografi; :l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. (2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu. ==== Pasal 13 ==== Tidak ada Hak Cipta atas: :a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara; :b. peraturan perundang-undangan; :c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah; :d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau :e. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya. === Bagian Kelima: Pembatasan Hak Cipta === ==== Pasal 14 ==== Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: :a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; :b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau :c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap. ==== Pasal 15 ==== Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: :a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta; :b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan; :c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: ::(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau ::(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta; :d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial; :e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya; :f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan; :g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri. ==== Pasal 16 ==== (1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan pengembangan, terhadap Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat: :a. mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan; :b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan dalam hal Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan tidak melaksanakan sendiri atau melaksanakan sendiri kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a; :c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf b. (2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah lewat jangka waktu: :a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia; :b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia; :c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan sastra dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia. (4) Penerjemahan atau Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak untuk diekspor ke wilayah Negara lain. (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden. (6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. ==== Pasal 17 ==== Pemerintah melarang Pengumuman setiap Ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta. ==== Pasal 18 ==== (1) Pengumuman suatu Ciptaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah untuk kepentingan nasional melalui radio, televisi dan/atau sarana lain dapat dilakukan dengan tidak meminta izin kepada Pemegang Hak Cipta dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang Hak Cipta diberikan imbalan yang layak. (2) Lembaga Penyiaran yang mengumumkan Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang mengabadikan Ciptaan itu semata-mata untuk Lembaga Penyiaran itu sendiri dengan ketentuan bahwa untuk penyiaran selanjutnya, Lembaga Penyiaran tersebut harus memberikan imbalan yang layak kepada Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan. === Bagian Keenam: Hak Cipta atas Potret === ==== Pasal 19 ==== (1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang Hak Cipta atas Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang dipotret meninggal dunia. (2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk Perbanyakan atau Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman atau Perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam Potret itu, Pemegang Hak Cipta harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masing-masing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret meninggal dunia. (3) Ketentuan dalam Pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang dibuat: :a. atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret; :b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; atau :c. untuk kepentingan orang yang dipotret. ==== Pasal 20 ==== Pemegang Hak Cipta atas Potret tidak boleh mengumumkan potret yang dibuat: :a. tanpa persetujuan dari orang yang dipotret; :b. tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret; atau :c. tidak untuk kepentingan yang dipotret, apabila Pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang dipotret, atau dari salah seorang ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah meninggal dunia. ==== Pasal 21 ==== Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta, pemotretan untuk diumumkan atas seorang Pelaku atau lebih dalam suatu pertunjukan umum walaupun yang bersifat komersial, kecuali dinyatakan lain oleh orang yang berkepentingan. ==== Pasal 22 ==== Untuk kepentingan keamanan umum dan/atau untuk keperluan proses peradilan pidana, Potret seseorang dalam keadaan bagaimanapun juga dapat diperbanyak dan diumumkan oleh instansi yang berwenang. ==== Pasal 23 ==== Kecuali terdapat persetujuan lain antara Pemegang Hak Cipta dan pemilik Ciptaan fotografi, seni lukis, gambar, arsitektur, seni pahat dan/atau hasil seni lain, pemilik berhak tanpa persetujuan Pemegang Hak Cipta untuk mempertunjukkan Ciptaan di dalam suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog tanpa mengurangi ketentuan Pasal 19 dan Pasal 20 apabila hasil karya seni tersebut berupa Potret. === Bagian Ketujuh: Hak Moral === ==== Pasal 24 ==== (1) Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta tetap dicantumkan dalam Ciptaannya. (2) Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Pencipta. (4) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat. ==== Pasal 25 ==== (1) Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak Pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah. (2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. ==== Pasal 26 ==== (1) Hak Cipta atas suatu Ciptaan tetap berada di tangan Pencipta selama kepada pembeli Ciptaan itu tidak diserahkan seluruh Hak Cipta dari Pencipta itu. (2) Hak Cipta yang dijual untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dijual untuk kedua kalinya oleh penjual yang sama. (3) Dalam hal timbul sengketa antara beberapa pembeli Hak Cipta yang sama atas suatu Ciptaan, perlindungan diberikan kepada pembeli yang lebih dahulu memperoleh Hak Cipta itu. === Bagian Kedelapan: Sarana Kontrol Teknologi === ==== Pasal 27 ==== Kecuali atas izin Pencipta, sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta tidak diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi. ==== Pasal 28 ==== (1) Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optik (optical disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang memproduksi cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah == BAB III MASA BERLAKU HAK CIPTA == ==== Pasal 29 ==== (1) Hak Cipta atas Ciptaan: :a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; :b. drama atau drama musikal, tari, koreografi; :c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung; :d. seni batik; :e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks; :f. arsitektur; :g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain; :h. alat peraga; :i. peta; :j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai, berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia. (2) Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. ==== Pasal 30 ==== (1) Hak Cipta atas Ciptaan: :a. Program Komputer; :b. sinematografi; :c. fotografi; :d. database; dan :e. karya hasil pengalihwujudan, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. (2) Hak Cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan. (3) Hak Cipta atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini serta Pasal 29 ayat (1) yang dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. ==== Pasal 31 ==== (1) Hak Cipta atas Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan: :a. Pasal 10 ayat (2) berlaku tanpa batas waktu; :b. Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum. (2) Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh Penerbit berdasarkan Pasal 11 ayat (2) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan. ==== Pasal 32 ==== (1) Jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang diumumkan bagian demi bagian dihitung mulai tanggal Pengumuman bagian yang terakhir. (2) Dalam menentukan jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang terdiri atas 2 (dua) jilid atau lebih, demikian pula ikhtisar dan berita yang diumumkan secara berkala dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid atau ikhtisar dan berita itu masing-masing dianggap sebagai Ciptaan tersendiri. ==== Pasal 33 ==== Jangka waktu perlindungan bagi hak Pencipta sebagaimana dimaksud dalam: :a. Pasal 24 ayat (1) berlaku tanpa batas waktu; :b. Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta atas Ciptaan yang bersangkutan, kecuali untuk pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran Penciptanya. ==== Pasal 34 ==== Tanpa mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu Ciptaan, penghitungan jangka waktu perlindungan bagi Ciptaan yang dilindungi: :a. selama 50 (lima puluh) tahun; :b. selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, dimulai sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah Ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan, atau setelah Pencipta meninggal dunia. == BAB IV PENDAFTARAN CIPTAAN == ==== Pasal 35 ==== (1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan. (2) Daftar Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya. (3) Setiap orang dapat memperoleh untuk dirinya sendiri suatu petikan dari Daftar Umum Ciptaan tersebut dengan dikenai biaya. (4) Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta. ==== Pasal 36 ==== Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar. ==== Pasal 37 ==== (1) Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas Permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa. (2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan atau penggantinya dengan dikenai biaya. (3) Terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal akan memberikan keputusan paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya Permohonan secara lengkap. (4) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah konsultan yang terdaftar pada Direktorat Jenderal. (5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat diangkat dan terdaftar sebagai konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. (6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara Permohonan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. ==== Pasal 38 ==== Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan, Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut. ==== Pasal 39 ==== Dalam Daftar Umum Ciptaan dimuat, antara lain: :a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta; :b. tanggal penerimaan surat Permohonan; :c. tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37; dan :d. nomor pendaftaran Ciptaan. ==== Pasal 40 ==== (1) Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya Permohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap menurut Pasal 37, atau pada saat diterimanya Permohonan dengan lengkap menurut Pasal 37 dan Pasal 38 jika Permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38. (2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan oleh Direktorat Jenderal. ==== Pasal 41 ==== (1) Pemindahan hak atas pendaftaran Ciptaan, yang terdaftar menurut Pasal 39 yang terdaftar dalam satu nomor, hanya diperkenankan jika seluruh Ciptaan yang terdaftar itu dipindahkan haknya kepada penerima hak. (2) Pemindahan hak tersebut dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan atas permohonan tertulis dari kedua belah pihak atau dari penerima hak dengan dikenai biaya. (3) Pencatatan pemindahan hak tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan oleh Direktorat Jenderal. ==== Pasal 42 ==== Dalam hal Ciptaan didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 39, pihak lain yang menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga. ==== Pasal 43 ==== (1) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat orang atau badan hukum yang namanya tercatat dalam Daftar Umum Ciptaan sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan atas permintaan tertulis Pencipta atau Pemegang Hak Cipta yang mempunyai nama dan alamat itu dengan dikenai biaya. (2) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan oleh Direktorat Jenderal. ==== Pasal 44 ==== Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan hapus karena: :a. penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta; :b. lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan Pasal 31 dengan mengingat Pasal 32; :c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. == BAB V LISENSI == ==== Pasal 45 ==== (1) Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. (3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi. (4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi. ==== Pasal 46 ==== Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. ==== Pasal 47 ==== (1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal. (3) Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan Keputusan Presiden. == BAB VI DEWAN HAK CIPTA == ==== Pasal 48 ==== (1) Untuk membantu Pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pembimbingan serta pembinaan Hak Cipta, dibentuk Dewan Hak Cipta. (2) Keanggotaan Dewan Hak Cipta terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi, dan anggota masyarakat yang memiliki kompetensi di bidang Hak Cipta, yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, tata kerja, pembiayaan, masa bakti Dewan Hak Cipta ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (4) Biaya untuk Dewan Hak Cipta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankan kepada anggaran belanja departemen yang melakukan pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual. == BAB VII HAK TERKAIT == ==== Pasal 49 ==== (1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. (2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi. (3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lain. ==== Pasal 50 ==== (1) Jangka waktu perlindungan bagi: :a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual; :b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai direkam; :c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan. (2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah: :a. karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audiovisual; :b. karya rekaman suara selesai direkam; :c. karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali. ==== Pasal 51 ==== Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14 huruf b dan huruf c, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 68, Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, dan Pasal 77 berlaku mutatis mutandis terhadap Hak Terkait. == BAB VIII PENGELOLAAN HAK CIPTA == ==== Pasal 52 ==== Penyelenggaraan administrasi Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. ==== Pasal 53 ==== Direktorat Jenderal menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi Hak Cipta yang bersifat nasional, yang mampu menyediakan informasi tentang Hak Cipta seluas mungkin kepada masyarakat. == BAB IX BIAYA == ==== Pasal 54 ==== (1) Untuk setiap pengajuan Permohonan, permintaan petikan Daftar Umum Ciptaan, pencatatan pengalihan Hak Cipta, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat, pencatatan perjanjian Lisensi, pencatatan Lisensi wajib, serta lain-lain yang ditentukan dalam Undang-undang ini dikenai biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden. (3) Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. == BAB X PENYELESAIAN SENGKETA == ==== Pasal 55 ==== Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya: :a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu; :b. mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya; :c. mengganti atau mengubah judul Ciptaan; atau :d. mengubah isi Ciptaan. ==== Pasal 56 ==== (1) Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu. (2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. (3) Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan Pengumuman dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta. ==== Pasal 57 ==== Hak dari Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak berlaku terhadap Ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh Ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan/atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial. ==== Pasal 58 ==== Pencipta atau ahli waris suatu Ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. ==== Pasal 59 ==== Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 58 wajib diputus dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan di Pengadilan Niaga yang bersangkutan. ==== Pasal 60 ==== (1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga. (2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada ayat (1) pada tanggal gugatan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. (3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lama 2 (dua) hari terhitung setelah gugatan didaftarkan. (4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah gugatan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang. (5) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan. ==== Pasal 61 ==== (1) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan. (2) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. (3) Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum. (4) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan diucapkan. ==== Pasal 62 ==== (1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (4) hanya dapat diajukan kasasi. (2) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada Pengadilan yang telah memutus gugatan tersebut. (3) Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. ==== Pasal 63 ==== (1) Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2). (2) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah memori kasasi diterima oleh panitera. (3) Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh panitera. (4) Panitera wajib mengirimkan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3). ==== Pasal 64 ==== (1) Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan menetapkan hari sidang paling lama 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. (2) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi mulai dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. (3) Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung. (4) Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. (5) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah putusan atas permohonan kasasi diucapkan. (6) Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah putusan kasasi diterima oleh panitera. ==== Pasal 65 ==== Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56, para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. ==== Pasal 66 ==== Hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran Hak Cipta. == BAB XI PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN == ==== Pasal 67 ==== Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat penetapan dengan segera dan efektif untuk: :a. mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi; :b. menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti; :c. meminta kepada pihak yang merasa dirugikan, untuk memberikan bukti yang menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas Hak Cipta atau Hak Terkait, dan hak Pemohon tersebut memang sedang dilanggar. ==== Pasal 68 ==== Dalam hal penetapan sementara pengadilan tersebut telah dilakukan, para pihak harus segera diberitahukan mengenai hal itu, termasuk hak untuk didengar bagi pihak yang dikenai penetapan sementara tersebut. ==== Pasal 69 ==== (1) Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan penetapan sementara pengadilan, hakim Pengadilan Niaga harus memutuskan apakah mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a dan huruf b dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara pengadilan tersebut. (2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan sementara pengadilan tidak mempunyai kekuatan hukum. ==== Pasal 70 ==== Dalam hal penetapan sementara dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh penetapan sementara tersebut. == BAB XII PENYIDIKAN == ==== Pasal 71 ==== (1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan Hak Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Hak Cipta. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: :a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta; :b. melakukan pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Hak Cipta; :c. meminta keterangan dari pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta; :d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta; :e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain; :f. melakukan penyitaan bersama-sama dengan pihak Kepolisian terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Hak Cipta; dan :g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Hak Cipta. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. == BAB XIII KETENTUAN PIDANA == ==== Pasal 72 ==== (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). ==== Pasal 73 ==== (1) Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana Hak Cipta atau Hak Terkait serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan. (2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik, dapat dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan. == BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN == ==== Pasal 74 ==== Dengan berlakunya Undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang Hak Cipta yang telah ada pada tanggal berlakunya Undang-undang ini, tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. ==== Pasal 75 ==== Terhadap Surat Pendaftaran Ciptaan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, masih berlaku pada saat diundangkannya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku untuk selama sisa jangka waktu perlindungannya. == BAB XV KETENTUAN PENUTUP == ==== Pasal 76 ==== Undang-undang ini berlaku terhadap: :a. semua Ciptaan warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia; :b. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia; :c. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia, dengan ketentuan: ::(i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan Hak Cipta dengan Negara Republik Indonesia; atau ::(ii) negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan Hak Cipta. ==== Pasal 77 ==== Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku. ==== Pasal 78 ==== Undang-undang ini mulai berlaku 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 85 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II, ttd Edy Sudibyo [[Kategori:Undang-undang]] Kategori:Produk hukum 1612 2239 2006-05-25T14:03:45Z IvanLanin 30 +kat Berikut adalah koleksi produk hukum Republik Indonesia. [[Kategori:Dokumen resmi]] Bicara Pengguna:IvanLanin 1613 2643 2006-06-13T02:23:49Z Borgx 2 /* Pengurus */ ok <blockquote>Usul saya, bagaimana kalau secara umum tidak usah menggunakan bentuk jamak dalam judul bagian/kelompok/kategori, contohnya "Naskah-naskah bersejarah" sebaiknya "Naskah bersejarah".</blockquote> :Setuju saja. [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 08:53, 28 Februari 2006 (UTC) ==Halaman muka== no problem. [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 05:07, 25 Mei 2006 (UTC) ==Votes== Please votes for me at [[Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara/Borgx untuk birokrat 25 Mei 2006]]. Tx [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 05:37, 25 Mei 2006 (UTC) ==Info-naskah== Ok, sudah saya tambahkan ke common.css, sidebarnya juga sudah dikerjakan. [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 00:40, 26 Mei 2006 (UTC) ==Sasaran berikut?== Sasaran berikutnya? Kelihatannya saya harus menghapus messages2 di wikiquote,wiktionary,wikibooks sesuai yang sudah kamu hapus di wikisource, gimana? [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 00:10, 29 Mei 2006 (UTC) ==Pengurus== Bung IvanLanin, bagaimana juga kalau turut menjadi pengurus di Wikisource agar dapat lebih membantu proyek ini? [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 02:02, 13 Juni 2006 (UTC) :Anda seorang pengurus di Wikisource sekarang. Selamat ! [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 02:23, 13 Juni 2006 (UTC) MediaWiki:Crossnamespacelinks 1614 2022 2006-03-07T00:33:33Z Borgx 2 terjemahkan Pranala antar-namespace MediaWiki:Sitematrix 1615 2029 2006-03-07T00:46:55Z Borgx 2 terjemahkan Daftar proyek Wikimedia Pengguna:IvanLanin/Bak pasir 1617 2038 2006-03-19T23:16:33Z IvanLanin 30 uji coba Uji coba tampilan. Pembicaraan Gambar:Wikisource-id.png 1618 2049 2006-03-20T10:22:14Z IvanLanin 30 tidak masalah pak :) Borgx, di IE 6, gambar ini ada warna latar belakangnya. Di Firefox tidak ada masalah. --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 09:46, 20 Maret 2006 (UTC) :Oh iya.. betul.. gak usah pake gambar deh yah? [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 09:49, 20 Maret 2006 (UTC) Itu sih bukan minta pendapat :) Langsung dihapus :) --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 09:55, 20 Maret 2006 (UTC) :Oops sori, tidak bermaksud otoriter (halaman utama pun tidak dilindungi, untuk mempersilahkan diubah-ubah pengguna lain). Jika Anda mengetahui workaround-nya, silahkan saja diperbaiki. Saya cuma memikirkan jalan pintas saja hehe.., karena kebetulan lagi banyak to-do. Sekali lagi sori. [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 10:02, 20 Maret 2006 (UTC) Tidak masalah, Pak. Saya hanya melaporkan "pengalaman visual", kok :) --[[Pengguna:IvanLanin|IvanLanin]] 10:22, 20 Maret 2006 (UTC) MediaWiki:Tog-watchcreations 1620 2063 2006-03-27T00:56:16Z Borgx 2 Tambahkan halaman yang baru dibuat ke daftar pantauan MediaWiki:Variantname-sr 1645 sysop 2092 2006-03-28T06:01:49Z MediaWiki default sr MediaWiki:Variantname-sr-ec 1646 sysop 2093 2006-03-28T06:01:49Z MediaWiki default sr-ec MediaWiki:Variantname-sr-el 1647 sysop 2094 2006-03-28T06:01:49Z MediaWiki default sr-el MediaWiki:Variantname-sr-jc 1648 sysop 2095 2006-03-28T06:01:49Z MediaWiki default sr-jc MediaWiki:Variantname-sr-jl 1649 sysop 2096 2006-03-28T06:01:49Z MediaWiki default sr-jl 36 Strategi 1650 2295 2006-05-25T18:01:10Z IvanLanin 30 info-naskah <div id="info-naskah"> '''36 Strategi''' adalah sebuah koleksi [[w:sajak|sajak]] [[w:Tiongkok|Tiongkok]] yang mengulas taktik-taktik [[w:militer|kemiliteran]]. {{wikipedia}} </div> __TOC__ "六六三十六,數中有術,術中有數。陰陽變理,機在其中。機不可沒,沒則不中。" == Bab 1 <<Strategi untuk Menang>> == === Strategi 1 === "瞞天過海" (man2 tian1 guo4 hai3)- Perdaya Langit untuk melewati Samudera. Bergerak di kegelapan dan bayang-bayang, menggunakan tempat-tempat tersembunyi, atau bersembunyi di belakang layar hanya akan menarik kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh anda harus bertindak di tempat terbuka menyembunyikan maksud tersembunyi anda dengan aktivitas biasa sehari-hari. === Strategi 2 === "圍魏救趙" (wei2 wei4 jiu4 zhao4)- Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahui bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Entah dimana, pasti ada celah di antara senjatanya, kelemahan pasti dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis. === Strategi 3 === "借刀殺人" (jie4 dao1 sha1 ren2)- Pinjam tangan seseorang untuk membunuh. (Bunuh dengan pisau pinjaman.) Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain (karena kekuatan yang minim atau tidak ingin menggunakan kekuatan sendiri). Perdaya sekutu untuk menyerang musuh, sogok aparat musuh untuk menjadi penghianat, atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri. === Strategi 4 === "以逸待勞" - Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga. Adalah sebuah keuntungan, merencanakan waktu dan tempat pertempuran. Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak. Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil anda mengumpulkan/menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, anda dapat menyerangnya. === Strategi 5 === "趁火打劫"(cheng4 huo3 da3 jie2) - Gunakan kesempatan saat terjadi kebakaran untuk merampok lainnya. (Merampok sebuah rumah yang terbakar.) Saat sebuah negara mengalami konflik internal, ketika terjangkit penyakit dan kelaparan, ketika korupsi dan kejahatan merajalela, maka ia tidak akan bisa menghadapi ancaman dari luar. Inilah waktunya untuk menyerang. === Strategi 6 === "聲東擊西"(sheng1 dong1 ji1 xi1) - Berpura-pura menyerang dari timur dan menyeranglah dari barat. Pada tiap pertempuran, elemen dari sebuah kejutan dapat menghasilkan keuntungan ganda. Bahkan ketika berhadapan langsung dengan musuh, kejutan masih dapat digunakan dengan melakukan penyerangan saat mereka lengah. Untuk melakukannya, anda harus membuat perkiraan akan apa yang ada dalam benak musuh melalui sebuah tipu daya. == Bab 2 <<Strategi Berhadapan dengan Musuh>> == === Strategi 7 === "無中生有"(wu2 zhong1 sheng1 you3) - Buatlah sesuatu untuk hal kosong. Anda menggunakan tipu daya yang sama dua kali. Setelah breaksi terhadap tipuan pertama dan –biasanya- kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang ketiga. OLeh karenanya, tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah. === Strategi 8 === "暗渡陳倉"(an4 du4 chen2 chang1) - Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang. (Perbaiki jalan utama untuk mengambil jalan lain.) contoh: invasi Sekutu di Normandia dan muslihat Pas de Calais. Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama adalah serangan langsung, sesuatu yang sangat jelas dan membuat musuh mempersiapkan pertahanannya. Yang kedua secara tidak langsung, sebuah serangan yang menakutkan, musuh tidak mengira dan membagi kekuatannya sehingga pada saat-saat terakhir mengalami kebingungan dan kemalangan. === Strategi 9 === "隔岸觀火"(ge4 an4 guan1 huo3) - Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi antar mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan habiskan. === Strategi 10 === "笑裏藏刀"(xiao4 li4 chang2 dao1) - Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat musuh anda. Ketika anda mendapat kepercayaan darinya, anda bergerak melawannya secara rahasia. === Strategi 11 === "李代桃僵" - Pohon prem berkorban untuk pohon persik. (Mengorbankan perak untuk mempertahankan emas.) Ada suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan untuk menyelamatkan yang lain. === Strategi 12 === "順手牽羊"(shun4 shou3 qian1 yang2) - Mencuri kambing sepanjang perjalanan (Ambil kesempatan untuk mencuri kambing.) Sementara tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada sekecil apapun. == Bab 3 <<Strategi Penyerangan>> == === Strategi 13 === "打草驚蛇"(da2 cao3 jing1 she2) - Kagetkan ular dengan memukul rumput di sekitarnya. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan. Perilakunya akan membongkar strateginya. === Strategi 14 === "借屍還魂"(jie4 shi1 huan2 hun2) - Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan kembali jiwanya. (Menghidupkan kembali orang mati.) Ambil sebuah lembaga, teknologi, atau sebuah metode yang telah dilupakan atau tidak digunakan lagi dan gunakan untuk kepentingan diri sendiri. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu dengan memberinya tujuan baru atau terjemahkan kembali, dan bawa ide-ide lama, kebiasaan, dan tradisi ke kehidupan sehari-hari. === Strategi 15 === "調虎離山"(diao4 hu3 li2 san2) - Giring macan untuk meninggalkan sarangnya. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik. Giring mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya. === Strategi 16 === "欲擒姑縱" - Pada saat menangkap, lepaslah satu orang. Mangsa yang tersudut biasanya akan menyerang secara membabi buta. Untuk mencegah hal ini, biarkan musuh percaya bahwa masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka akan menyerah tanpa perlawanan. === Strategi 17 === "拋磚引玉" - Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok. Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan umpan. Dalam perang, umpan adalah ilusi atas sebuah kesempatan untuk memperoleh hasil. Dalam keseharian, umpan adalah ilusi atas kekayaan, kekuasaan, dan sex. === Strategi 18 === "擒賊擒王" - Kalahkan mush dengan menangkap pemimpinnya. Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Jika komandan mati atau tertangkap maka sisa pasukannya akan terpecah belah atau akan lari ke pihak anda. Akan tetapi jika pasukan terikat atas sebuah loyalitas terhadap pimpinannya, maka berhati-hatilah, pasukan akan dapat melanjutkan perlawanan dengan motivasi balas dendam. == Bab 4 <<Strategi Kaos>> == === Strategi 19 === "釜底抽薪" - Jauhkan kayu bakar dari tungku masak. (Lepaskan pegangan kayu dari kapaknya.) Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung anda harus melemahkannya dengan meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumberdayanya. === Strategi 20 === "混水摸魚" - Memancing di air keruh. Sebelum menghadapi pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah persepsi dan pertimbangan mereka. Buatlah sesuatu yang tidak biasa, aneh, dan tak terpikirkan sehingga menimbulkan kecurigaan musuh dan mengacaukan pikirannya. Musuh yang bingung akan lebih mudah untuk diserang. === Strategi 21 === "金蟬脱殼" - Lepaskan kulit serangga. (Penampakan yang salah menipu musuh.) Ketika anda dalam keadaan tersudut, dan anda hanya memiliki kesempatan untuk melarikan diri dan harus mengonsolidasi kelompok, buatlah sebuah ilusi. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat yang anda lakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di belakang muka anda yang terlihat. === Strategi 22 === "關門捉賊" - Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit dari konflik baru. Akan tetapi jika mereka berhasil melarikan diri, berhati-hatilah dalam melakukan pengejaran. === Strategi 23 === "遠交近攻" - Berteman dengan negara jauh dan serang negara tetangga. Jamak diketahui bahwa negara yang berbatasan satu sama lain menjadi musuh sementara negara yang terpisah jauh merupakan sekutu yang baik. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah, ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain. === Strategi 24 === "假道伐虢" - Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo. Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama. Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya tersebut untuk menempatkan sekutu anda pada posisi pertama –untuk diserang-. == Bab 5 <<Strategi Pendekatan>> == === Strategy 25 === "偷梁換柱" - Gantikan balok dengan kayu jelek. Kacaukan formasi musuh, ganggu metode operasinya, ubah aturan-aturan yang digunakannya, buatlah sebuah hal yang berlawanan dengan latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan tiang-tiang pendukung yang dibutuhkan oleh musuh dalam membangun pasukan yang efektif. === Strategi 26 === "指桑罵槐" – Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya. Untuk mendisiplinkan, mengontrol, dan mengingatkan suatu pihak yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung; gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama, pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa keberpihakan yang jelas. === Strategi 27 === "假痴不癲" – Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan macan. (Bergaya bodoh.) Sembunyi di balik topeng ketololan, mabuk, atau gila untuk menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Giring lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga menurunkan level pertahanannya. Pada situasi ini anda dapat menyerangnya. === Strategi 28 === "上屋抽梯" – Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di atas (Seberangi sungai dan hancurkan jembatan.) Dengan umpan dan tipu muslihat giring musuh anda ke dalam daerah berbahaya. Kemudian putus jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Untuk menyelamatkan dirinya, dia harus bertarung dengan kekuatan anda dan sekaligus elemen alam. === Strategi 29 === "樹上開花" – Hias pohon dengan bunga palsu. Menempelkan kembang sutera di atas pohon memberikan sebuah ilusi bahwa pohon tersebut sehat. Dengan menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan berbahaya; bukan apa-apa kelihatan berguna. === Strategi 30 === "反客為主" – Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat. Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng lawan di bawah muslihat kerjasama, penyerahan diri, atau perjanjian damai. Dengan cara ini anda akan menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang beristirahat, serang secara langsung ke jantung pertahanannya. == Bab 6 <<Strategi Kalah>> == Strategi 31 "美人計" – Jebakan indah. (jebakan bujuk rayu, gunakan seorang perempuan untuk menjebak seorang laki-laki.) Kirim musuh anda perempuan-perempuan cantik yang akan menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Strategi ini dapat bekerja pada tiga tingkatan. Pertama, penguasa akan terpesona oleh kecantikannya sehingga akan melalaikan tugasnya dan tingkat kewaspadaannya akan menurun. Kedua, para laki-laki akan menunjukkan sikap agresifnya yang akan menyulut perselisihan kecil di antara mereka, menyebabkan lemahnya kerjasama dan jatuhnya semangat. Ketiga, para perempuan akan termotivasi oleh rasa cemburu dan iri, sehingga akan membuat intrik yang pada gilirannya akan semakin memperburuk situasi. === Strategi 32 === "空城計" – Kosongkan benteng. (Jebakan psikologis, benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa benteng tersebut penuh dengan jebakan.) Ketika musuh kuat dalam segi jumlah dan situasinya tidak menuntungkan bagi diri anda, maka tanggalkan seluruh muslihat militer dan bertindaklah seperti biasa. Jika musuh tidak mengetahui secara pasti situasi anda, tindakan yang tidak biasanya ini akan meningkatkan kewaspadaan. Dengan sebuah keberuntungan, musuh akan mengendorkan serangan. === Strategi 33 === "反間計" – Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di wilayah pertahanannya. (Gunakan mata-mata musuh untuk menyebarkan informasi palsu.) Perlemah kemampuan tempur musuh anda dengan secara diam-diam membuat konflik antara musuh dan teman, sekutu, penasihat, komandan, prajurit, dan rakyatnya. Sementara ia sibuk untuk menyelesaikan konflik internalnya, kemampuan tempur dan bertahannya akan melemah. === Strategi 34 === "苦肉計" – Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh. (Masuk pada jebakan; jadilah umpan.) Berpura-pura terluka akan mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, musuh akan bersantai sejenak oleh karena dia tidak melihat anda sebagai sebuah ancaman serius. Yang kedua adalah jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman. === Strategi 35 === "連環計" – Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan (Jangan pernah bergantung pada satu startegi.) Dalam hal-hal penting, seseorang harus menggunakan beberapa strategi yang dijalankan secara simultan. Tetap berpegang pada rencana berbeda-beda yang dijalankan pada sebuah skema besar; dengan cara ini, jika satu trategi gagal, anda masih memiliki beberapa strategi untuk tetap maju. === Strategi 36 === "走為上策" Selain dari semua hal di atas, salah satu yang paling dikenal adalah strategi ke 36: lari untuk bertempur di lain waktu. Hal ini diabadikan dalam bentuk peribahasa Cina: “Jika seluruhnya gagal, mundur” - ”三十六計,走為上策“ Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan konsolidasi pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama anda tidak kalah, anda masih memiliki sebuah kesempatan. [[Kategori:Lain-lain]] Internationale 1651 2566 2006-05-28T18:43:45Z Borgx 2 tpl {{process header |title = The Internationale |section = |previous = [[Lagu kebangsaan]] |next = |shortcut = |notes = }} Stand up, all victims of oppression For the tyrants fear your might Don’t cling so hard to your possessions For you have nothing, if you have no rights Let racist ignorance be ended For respect makes the empires fall Freedom is merely privilege extended Unless enjoyed by one and all Chorus: So come brothers and sisters For the struggle carries on The internationale Unites the world in song So comrades come rally For this is the time and place The international ideal Unites the human race Let no one build walls to divide us Walls of hatred nor walls of stone Come greet the dawn and stand beside us We’ll live together or we’ll die alone In our world poisoned by exploitation Those who have taken, now they must give And end the vanity of nations We’ve but one earth on which to live ''Chorus'' And so begins the final drama In the streets and in the fields We stand unbowed before their armour We defy their guns and shields When we fight, provoked by their aggression Let us be inspired by like and love For though they offer us concessions Change will not come from above ''Chorus'' [[Kategori:Lirik lagu]] [[en:The Internationale]] MediaWiki:Rcshowhideanons 1652 2102 2006-04-05T02:45:52Z Borgx 2 terjemahkan $1 pengguna anon MediaWiki:Rcshowhidebots 1653 2103 2006-04-05T02:50:28Z Borgx 2 terjemahkan $1 bot MediaWiki:Rcshowhideminor 1656 2106 2006-04-05T03:11:01Z Borgx 2 terjemahkan $1 suntingan kecil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 1658 2109 2006-04-06T11:58:07Z IvanLanin 30 baru <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- {{Kotak Produk hukum |jenis=Undang-undang |nomor = 8 |tahun = 2003 |tentang = Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah |tanggal = 31 Desember |sumber = [http://www.indonesia.go.id/ Situs Republik Indonesia] }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : :a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, karena itu menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi setiap warga negara yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan nasional; :b. bahwa sistem perpajakan yang merupakan dasar pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku tidak sesuai lagi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia, baik dalam segi kegotongroyongan nasional maupun dalam laju pembangunan yang telah tercapai; :c. bahwa sistem perpajakan, khususnya yang tertuang dalam ketentuan- ketentuan pajak tidak langsung yang berlaku selama ini belum dapat menggerakkan peran serta semua lapisan pengusaha kena pajak dalam meningkatkan pendapatan negara yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan pembiayaan negara dan kelangsungan pembangunan yang berdasarkan pada asas-asas pembangunan nasional; :d. bahwa sistem pajak penjualan yang berlaku dewasa ini sudah tidak sesuai lagi sebagai sarana yang dapat menunjang kebutuhan tersebut di atas; :e. bahwa oleh karena itu dipandang perlu untuk mengatur kembali sistem pajak penjualan dengan sistem pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah dengan undang-undang; Mengingat : :1. Pasal 5 ayat (1) juncto Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; :2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia; :3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262); :4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Tahun 1984 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3263); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA M E M U T U S K A N : Dengan mencabut : Undang-undang Nomor 35 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951 tentang Pemungutan Pajak Penjualan (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 94) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 489) sebagaimana beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1968 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Pajak Penjualan 1951 (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2847). Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH. == BAB I KETENTUAN UMUM == === Pasal 1 === Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan : :a. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang di dalamnya berlaku peraturan perundang- undangan Pabean; :b. Barang adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak; :c. Barang Kena Pajak adalah barang sebagaimana dimaksud pada huruf b sebagai hasil proses pengolahan (pabrikasi) yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini; :d. Penyerahan Barang Kena Pajak : ::1) Yang termasuk dalam pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak adalah : :::a) penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian; :::b) pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing; :::c) pengalihan hasil produksi dalam keadaan bergerak; :::d) penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang; :::e) pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma; :::f) persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. ::2) Yang tidak termasuk dalam pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak adalah : :::a) penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang; :::b) penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan hutang-piutang; :::c) pemindahtanganan sebagian atau seluruh perusahaan. :e. Jasa adalah semua kegiatan usaha dan pemberian pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, atau hak tersedia untuk dipakai; :f. Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud pada huruf e yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini; :g. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah kegiatan melaksanakan pemberian Jasa Kena Pajak yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya termasuk Jasa Kena Pajak yang dilakukan untuk kepentingan sendiri; :h. Impor adalah semua kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean; :i. Ekspor adalah semua kegiatan mengeluarkan barang ke luar Daerah Pabean; :j. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual barang tanpa mengubah bentuk atau sifatnya; :k. Pengusaha adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, atau melakukan usaha jasa; :l. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud pada huruf k yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini. :Tidak termasuk dalam pengertian Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha kecil yang batasan dan ukurannya ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan; :m. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru termasuk membuat, memasak, merakit, mencampur, mengemas, membotolkan, dan menambang atau menyuruh orang atau badan lain melakukan kegiatan itu. :Yang tidak termasuk dalam pengertian Menghasilkan ialah : ::1) menanam atau memetik hasil pertanian atau memelihara hewan; ::2) menangkap atau memelihara ikan; ::3) mengeringkan atau menggarami makanan; ::4) membungkus atau mengepak yang lazimnya terjadi dalam usaha perdagangan besar atau eceran; ::5) menyediakan makanan dan minuman di restoran, rumah penginapan, atau yang dilaksanakan oleh usaha katering. :n. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh penjual atau pemberi Jasa atau Nilai Impor yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terhutang; :o. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang-undang ini, potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak, dan harga Barang yang dikembalikan; :p. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi Jasa karena penyerahan Jasa, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang- undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak; :q. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut undang-undang ini; :r. Pembeli adalah orang atau badan yang menerima penyerahan Barang Kena Pajak; :s. Penerima Jasa adalah orang atau badan yang menerima penyerahan Jasa Kena Pajak; :t. Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak atau pada saat Impor Barang Kena Pajak; :u. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu pembelian Barang Kena Pajak, penerimaan Jasa Kena Pajak, atau impor Barang Kena Pajak; :v. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; :w. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. === Pasal 2 === (1) Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu dilakukan. (2) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dianggap ada apabila : :a. dua atau lebih Pengusaha, langsung atau tidak langsung berada dibawah pemilikan atau penguasaan Pengusaha yang sama, atau :b. Pengusaha yang satu menyertakan modal 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah modal pada pengusaha yang lain, atau hubungan antara Pengusaha yang menyertakan modalnya sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pihak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir. == BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK == === Pasal 3 === (1) Pengusaha yang berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf a dan d dikenakan pajak, wajib melaporkan usahanya kepada Direktorat Jenderal Pajak di tempat Pengusaha itu bertempat tinggal atau berkedudukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Orang atau badan yang mengekspor barang dan/atau menyerahkan Barang Kena Pajak di Daerah Pabean kepada Pengusaha Kena Pajak, dapat memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak di tempat orang atau badan itu bertempat tinggal atau berkedudukan. (3) Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Keputusan Pengukuhan. (4) Pengusaha Kena Pajak yang tidak melaporkan usahanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib menyetor pajak yang terhutang dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. == BAB III OBYEK PAJAK DAN KEWAJIBAN PENCATATAN == === Pasal 4 === (1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas : :a. penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan di Daerah Pabean dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha yang : ::1) menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut; ::2) mengimpor Barang Kena Pajak tersebut; ::3) mempunyai hubungan istimewa dengan Pengusaha yang dimaksud pada huruf a angka 1) dan angka 2); ::4) bertindak sebagai penyalur utama atau agen utama dari Pengusaha yang dimaksud pada huruf a angka 1) dan angka 2); ::5) menjadi pemegang hak atau pemegang hak menggunakan paten dan merek dagang dari Barang Kena Pajak tersebut; :b. penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dilakukan di Daerah Pabean dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak; :c. impor Barang Kena Pajak; :d. penyerahan Jasa Kena Pajak. (2) Dengan Peraturan Pemerintah : :a. Pajak Pertambahan Nilai dapat diberlakukan terhadap semua penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan di Daerah Pabean oleh pedagang besar atau pedagang eceran dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya; :b. diatur penyerahan jenis-jenis jasa yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. === Pasal 5 === (1) Disamping pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap : :a. penyerahan Barang Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Mewah di Daerah Pabean dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya; :b. impor Barang Mewah. (2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor. === Pasal 6 === (1) Setiap Pengusaha Kena Pajak diwajibkan mencatat semua jumlah harga perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dalam pembukuan perusahaan. (2) Pada catatan dalam pembukuan itu harus dicantumkan secara terpisah dan jelas, jumlah harga perolehan dan penyerahan Barang atau Jasa yang terhutang pajak, yang tidak terhutang pajak, yang dikenakan tarif 0% (nol persen), dan yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (3) Pengusaha yang berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 memilih dikenakan pajak dengan pedoman Norma Penghitungan, sepanjang terhutang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, wajib membuat catatan nilai peredaran bruto secara teratur, yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai itu. == BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PAJAK == === Pasal 7 === (1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai berjumlah 10% (sepuluh persen). (2) Atas ekspor Barang dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen). (3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen). === Pasal 8 === (1) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah 10% (sepuluh persen) dan 20% (dua puluh persen). (2) Atas ekspor Barang Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen). (3) Dengan Peraturan Pemerintah tarif pajak sebagaimana ditentukan pada ayat (1) dapat diubah menjadi setinggi-tingginya 35% (tiga puluh lima persen). (4) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (5) Macam dan jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah menurut ayat (4) diatur oleh Menteri Keuangan. === Pasal 9 === (1) Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang dalam suatu Masa Pajak dihitung dengan mengalikan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak. (2) Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk masa yang sama. (3) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan pajak yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. (4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan dengan pajak terhutang dalam Masa Pajak berikutnya, atau dapat dikembalikan. (5) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak disamping melakukan penyerahan kena pajak juga melakukan penyerahan tidak kena pajak, sepanjang bagian penyerahan kena pajak itu dapat diketahui dengan pasti dari catatan dalam pembukuan, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan hanya sebesar Pajak Masukan yang telah dibayar pada waktu perolehan atau pengimporan Barang Kena Pajak yang diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak, atau yang dipakai untuk menghasilkan Barang Kena Pajak. (6) Dalam hal bagian penyerahan kena pajak maupun bagian penyerahan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat diketahui dengan pasti, Menteri Keuangan dapat menetapkan suatu pedoman penghitungan jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk bagian penyerahan kena pajak. (7) Pengusaha yang berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 memilih dikenakan pajak dengan pedoman Norma Penghitungan, sepanjang terhutang Pajak Pertambahan Nilai, dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang telah dibayar terhadap Pajak Keluaran yang harus dipungut, dengan mempergunakan pedoman penghitungan kredit Pajak Masukan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. (8) Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara yang diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk : :a. pembelian Barang atau Jasa sebelum Pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak; :b. pembelian Barang dan pengeluaran biaya lain yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan proses menghasilkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; :c. pembelian dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van dan kombi. === Pasal 10 === (1) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terhutang dalam suatu Masa Pajak dihitung dengan mengalikan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 8, dengan Dasar Pengenaan Pajak. (2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau Impor Barang Mewah, tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7. (3) Pengusaha Kena Pajak yang mengekspor Barang Mewah dapat meminta kembali pajak yang dibayar pada waktu perolehan Barang Mewah yang diekspor itu. == BAB V SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERHUTANG DAN LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK == === Pasal 11 === (1) Pajak yang terhutang dalam Masa Pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, atau pada saat impor Barang Kena Pajak. (2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, maka pajak yang terhutang dalam Masa Pajak terjadi pada saat pembayaran. === Pasal 12 === (1) Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, terhutang pajak di tempat tinggal atau kedudukan mereka dan/atau di tempat usaha dilakukan. (2) Atas permohonan tertulis dari Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai lebih dari satu tempat usaha, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan salah satu tempat usaha sebagai tempat pajak terhutang. (3) Dalam hal Impor, pajak terhutang di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. === Pasal 13 === (1) Setiap Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. (2) Apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran. (3) Menyimpang dari ayat (1) dan ayat (2), Pengusaha Kena Pajak dapat diizinkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membuat satu Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama sebulan takwim setelah akhir bulan takwim yang bersangkutan. (4) Pengusaha yang berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf b dikenakan pajak, hanya membuat Faktur Pajak semata-mata untuk Penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak. (5) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai membuat Faktur Pajak untuk setiap pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3). (6) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan catatan tentang penyerahan yang dikenakan pajak menurut undang-undang ini yang meliputi : :a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; :b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena Pajak; :c. Macam, jenis, kuantum, harga satuan, dan jumlah Harga Jual atau Penggantian; :d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; :e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut; :f. Tanggal penyerahan. (7) Bentuk, ukuran, pengadaan, serta tata cara penyampaian Faktur Pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. (8) Pengusaha Kena Pajak yang tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak menurut ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (6) dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. === Pasal 14 === (1) Orang atau Badan yang tidak dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat Faktur Pajak. (2) Dalam hal Faktur Pajak telah dibuat, maka orang atau badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menyetorkan jumlah pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak kepada Kas Negara dan dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. === Pasal 15 === (1) Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa. (2) Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan/atau dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa ditetapkan oleh Menteri Keuangan. (3) Surat Pemberitahuan Masa dianggap tidak dimasukkan jika Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan, atau tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan ayat (2). === Pasal 16 === (1) Atas permohonan tertulis Pengusaha Kena Pajak, kelebihan pembayaran pajak yang belum dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), pengembaliannya dilakukan dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, atau dalam jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. (2) Kelebihan pembayaran pajak atas Barang yang diekspor dikembalikan dalam jangka waktu satu bulan. == BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN == === Pasal 17 === Hal-hal yang menyangkut pengertian, tata cara pemungutan sanksi administrasi dan sanksi pidana berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang ini, yang secara khusus belum diatur dalam undang-undang ini, berlaku ketentuan dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan serta peraturan perundang-undangan lainnya. == BAB VII KETENTUAN PERALIHAN == === Pasal 18 === (1) Dengan berlakunya undang-undang ini : :a. semua Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan Impor Barang Kena Pajak yang telah dilakukan sebelum undang-undang ini berlaku, tetap terhutang pajak menurut Undang-undang Pajak Penjualan 1951; :b. selama peraturan pelaksanaan undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan pelaksanaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini yang belum dicabut dan diganti dinyatakan masih berlaku. (2) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. == BAB VIII KETENTUAN PENUTUP == === Pasal 19 === Hal-hal yang belum diatur dalam undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 20 === Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. === Pasal 21 === Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1984. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta, Pada tanggal 31 Desember 1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, S O E H A R T O Diundangkan di Jakarta, Pada tanggal 31 Desember 1983 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SUDHARMONO, S.H. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1983 1659 2110 2006-04-07T15:43:40Z IvanLanin 30 baru <small>[[Undang-Undang Republik Indonesia|< Undang-Undang Republik Indonesia]]</small> ---- {{Kotak Produk hukum |jenis = Undang-undang |nomor = 13 |tahun = 2003 |tentang = Ketenagakerjaan |tanggal = 25 Maret |sumber = [http://www.ri.go.id/produk_uu/produk2003/uu2003/uu13'03.htm Situs Republik Indonesia] }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : :a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; :b. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan; :c. bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peransertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan; :d. bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha; :e. bahwa beberapa undang undang di bidang ketenagakerjaan dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan ketenagakerjaan, oleh karena itu perlu dicabut dan/atau ditarik kembali; :f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b, c, d, dan e perlu membentuk Undang undang tentang Ketenagakerjaan; Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28, dan Pasal 33 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGAKERJAAN. == Bab I Ketentuan Umum == === Pasal 1 === Dalam undang undang ini yang dimaksud dengan : :1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. :2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. :3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. :4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. :5. Pengusaha adalah : ::a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; ::b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; ::c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. :6. Perusahaan adalah : ::a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; ::b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. :7. Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. :8. Informasi ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian, dan analisis data yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu mengenai ketenagakerjaan. :9. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. :10. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. :11. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. :12. Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya. :13. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. :14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. :15. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. :16. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. :17. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. :18. Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/ serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh. :19. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah. :20. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat syarat kerja dan tata tertib perusahaan. :21. Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. :22. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. :23. Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan. :24. Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak pekerja/buruh seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan. :25. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. :26. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. :27. Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. :28. 1 (satu) hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam. :29. Seminggu adalah waktu selama 7 (tujuh) hari. :30. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. :31. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. :32. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang undangan di bidang ketenagakerjaan. :33. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. == Bab II Landasan, Asas, dan Tujuan == === Pasal 2 === Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. === Pasal 3 === Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. === Pasal 4 === Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan : :a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; :b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah; :c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan :d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. == Bab III Kesempatan dan Perlakuan yang Sama == === Pasal 5 === Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. === Pasal 6 === Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. == Bab IV Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan == === Pasal 7 === (1) Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja. (2) Perencanaan tenaga kerja meliputi : :a. perencanaan tenaga kerja makro; dan :b. perencanaan tenaga kerja mikro. (3) Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). === Pasal 8 === (1) Perencanaan tenaga kerja disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain meliputi : :a. penduduk dan tenaga kerja; :b. kesempatan kerja; :c. pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja; :d. produktivitas tenaga kerja; :e. hubungan industrial; :f. kondisi lingkungan kerja; :g. pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan :h. jaminan sosial tenaga kerja. (2) Informasi ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diperoleh dari semua pihak yang terkait, baik instansi pemerintah maupun swasta. (3) Ketentuan mengenai tata cara memperoleh informasi ketenagakerjaan dan penyusunan serta pelaksanaan perencanaan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. == Bab V Pelatihan Kerja == === Pasal 9 === Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. === Pasal 10 === (1) Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di da-lam maupun di luar hubungan kerja. (2) Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja. (3) Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang. (4) Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. === Pasal 11 === Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja. === Pasal 12 === (1) Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja. (2) Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan bagi pengusaha yang memenuhi persyaratan yang diatur dengan Keputusan Menteri. (3) Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bi-dang tugasnya. === Pasal 13 === (1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. (2) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja. (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam menyelenggarakan pe-latihan kerja dapat bekerja sama dengan swasta. === Pasal 14 === (1) Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk badan hukum Indonesia atau perorangan. (2) Lembaga pelatihan kerja swasta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memperoleh izin atau men daftar ke instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. (3) Lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. (4) Ketentuan mengenai tata cara perizinan dan pendaftaran lembaga pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. === Pasal 15 === Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan : :a. tersedianya tenaga kepelatihan; :b. adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; :c. tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan :d. tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan kerja. === Pasal 16 === (1) Lembaga pelatihan kerja swasta yang telah memperoleh izin dan lembaga pelatihan kerja pemerintah yang telah terdaftar dapat memperoleh akreditasi dari lembaga akreditasi. (2) Lembaga akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat independen terdiri atas unsur masya rakat dan pemerintah ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (3) Organisasi dan tata kerja lembaga akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Kepu tusan Menteri. === Pasal 17 === (1) Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota dapat menghentikan seme ntara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja, apabila dalam pelaksanaannya ternyata : :a. tidak sesuai dengan arah pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9; dan/atau :b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. (2) Penghentian sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), disertai alasan dan saran perbaikan dan berlaku paling lama 6 (enam) bulan. (3) Penghentian sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja hanya dikenakan terhadap program pelatihan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 15. (4) Bagi penyelenggara pelatihan kerja dalam waktu 6 (enam) bulan tidak memenuhi dan melengkapi saran per baikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi penghentian program pelatihan. (5) Penyelenggara pelatihan kerja yang tidak menaati dan tetap melaksanakan program pelatihan kerja yang telah dihentikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dikenakan sanksi pencabutan izin dan pembatalan pendaftaran penyelenggara pelatihan. (6) Ketentuan mengenai tata cara penghentian sementara, penghentian, pencabutan izin, dan pembatalan pen daftaran diatur dengan Keputusan Menteri. === Pasal 18 === (1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja. (2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompe tensi kerja. (3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman. (4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang inde penden. (5) Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 19 === Pelatihan kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan. === Pasal 20 === (1) Untuk mendukung peningkatan pelatihan kerja dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, dikembang kan satu sistem pelatihan kerja nasional yang merupakan acuan pelaksanaan pelatihan kerja di semua bidang dan/atau sektor. (2) Ketentuan mengenai bentuk, mekanisme, dan kelembagaan sistem pelatihan kerja nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 21 === Pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan. === Pasal 22 === (1) Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dengan pengusaha yang di buat secara tertulis. (2) Perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. (3) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. === Pasal 23 === Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi. === Pasal 24 === Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat penyelenggaraan pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia. === Pasal 25 === (1) Pemagangan yang dilakukan di luar wilayah Indonesia wajib mendapat izin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyelenggara pemagangan harus ber bentuk badan hukum Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Ketentuan mengenai tata cara perizinan pemagangan di luar wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Menteri. === Pasal 26 === (1) Penyelenggaraan pemagangan di luar wilayah Indonesia harus memperhatikan : :a. harkat dan martabat bangsa Indonesia; :b. penguasaan kompetensi yang lebih tinggi; dan :c. perlindungan dan kesejahteraan peserta pemagangan, termasuk melaksanakan ibadahnya. (2) Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan pemagangan di luar wilayah Indo nesia apabila di dalam pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). === Pasal 27 === (1) Menteri dapat mewajibkan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan program pemagangan. (2) Dalam menetapkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri harus memperhatikan ke pentingan perusahaan, masyarakat, dan negara. === Pasal 28 === (1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan dalam penetapan kebijakan serta melakukan koordinasi pela tihan kerja dan pemagangan dibentuk lembaga koordinasi pelatihan kerja nasional. (2) Pembentukan, keanggotaan, dan tata kerja lembaga koordinasi pelatihan kerja sebagaimana dimaksud da lam ayat (1), diatur dengan Keputusan Presiden. === Pasal 29 === (1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan. (2) Pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan ditujukan ke arah peningkatan relevansi, kualitas, dan efisien si penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas. (3) Peningkatan produktivitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan melalui pengembangan buda ya produktif, etos kerja, teknologi, dan efisiensi kegiatan ekonomi, menuju terwujudnya produktivitas nasional. === Pasal 30 === (1) Untuk meningkatkan produktivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dibentuk lembaga pro duktivitas yang bersifat nasional. (2) Lembaga produktivitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berbentuk jejaring kelembagaan pelayanan peningkatan produktivitas, yang bersifat lintas sektor maupun daerah. (3) Pembentukan, keanggotaan, dan tata kerja lembaga produktivitas nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dengan Keputusan Presiden. == Bab VI Penempatan Tenaga Kerja == === Pasal 31 === Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri. === Pasal 32 === (1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi. (2) Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai de ngan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum. (3) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penye diaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan program nasional dan daerah. === Pasal 33 === Penempatan tenaga kerja terdiri dari : :a. penempatan tenaga kerja di dalam negeri; dan :b. penempatan tenaga kerja di luar negeri. === Pasal 34 === Ketentuan mengenai penempatan tenaga kerja di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b diatur dengan undang-undang. === Pasal 35 === (1) Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja. (2) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan perlindu ngan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja (3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberi kan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. === Pasal 36 === (1) Penempatan tenaga kerja oleh pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dilakukan dengan memberikan pelayanan penempatan tenaga kerja. (2) Pelayanan penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat terpadu dalam satu sistem penempatan tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur : :a. pencari kerja; :b. lowongan pekerjaan; :c. informasi pasar kerja; :d. mekanisme antar kerja; dan :e. kelembagaan penempatan tenaga kerja. (3) Unsur-unsur sistem penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilaksanakan secara terpisah yang ditujukan untuk terwujudnya penempatan tenaga kerja. === Pasal 37 === (1) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri dari : :a. instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenaga-kerjaan; dan :b. lembaga swasta berbadan hukum. (2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dalam melak sanakan pelayanan penempatan tenaga kerja wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. === Pasal 38 === (1) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf a, dilarang memungut biaya penempatan, baik langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan kepada tenaga kerja dan pengguna tenaga kerja. (2) Lembaga penempatan tenaga kerja swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b, hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu. (3) Golongan dan jabatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. == Bab VII Perluasan Kesempatan Kerja == === Pasal 39 === (1) Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. (2) Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. (3) Semua kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah di setiap sektor diarahkan untuk mewujudkan per luasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. (4) Lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan, dan dunia usaha perlu membantu dan mem berikan kemudahan bagi setiap kegiatan masyarakat yang dapat menciptakan atau mengembangkan perluasan kesempatan kerja. === Pasal 40 === (1) Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan melalui penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan dengan mendayagunakan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi tepat guna. (2) Penciptaan perluasan kesempatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pola pembentukan dan pembinaan tenaga kerja mandiri, penerapan sistem padat karya, penerapan teknologi tepat guna, dan pendayagunaan tenaga kerja sukarela atau pola lain yang dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja. === Pasal 41 === (1) Pemerintah menetapkan kebijakan ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja. (2) Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengawasi pelaksanaan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dibentuk badan koordinasi yang beranggotakan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. (4) Ketentuan mengenai perluasan kesempatan kerja, dan pembentukan badan koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40, dan ayat (3) dalam pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah. == Bab VIII Penggunaan Tenaga Kerja Asing == === Pasal 42 === (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing. (3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler. (4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. (5) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (6) Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa kerjanya habis dan tidak dapat di perpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya. === Pasal 43 === (1) Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Rencana penggunaan tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya me muat keterangan : :a. alasan penggunaan tenaga kerja asing; :b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan; :c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing; dan :d. penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara asing. (4) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing diatur dengan Keputu san Menteri. === Pasal 44 === (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku. (2) Ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri. === Pasal 45 === (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib : :a. menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan :b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki ja batan direksi dan/atau komisaris. === Pasal 46 === (1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan ter tentu. (2) Jabatan-jabatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri === Pasal 47 === (1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya. (2) Kewajiban membayar kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi instansi pe merintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan. (3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. (4) Ketentuan mengenai besarnya kompensasi dan penggunaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 48 === Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir. === Pasal 49 === Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping diatur dengan Keputusan Presiden. == Bab IX Hubungan Kerja == === Pasal 50 === Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. === Pasal 51 === (1) Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. (2) Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. === Pasal 52 === (1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar : :a. kesepakatan kedua belah pihak; :b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; :c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan :d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku. (2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan. (3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum. === Pasal 53 === Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha. === Pasal 54 === (1) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat : :a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; :b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh; :c. jabatan atau jenis pekerjaan; :d. tempat pekerjaan; :e. besarnya upah dan cara pembayarannya; :f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; :g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; :h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan :i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. (2) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e dan f, tidak boleh ber-tentangan dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang undangan yang berlaku. (3) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat sekurang kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha masing masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja. === Pasal 55 === Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak. === Pasal 56 === (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas : :a. jangka waktu; atau :b. selesainya suatu pekerjaan tertentu. === Pasal 57 === (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. (3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia. === Pasal 58 === (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja. (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum. === Pasal 59 === (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : :a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; :b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; :c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau :d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. (3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. (4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. (5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. (6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun. (7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. (8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. === Pasal 60 === (1) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan. (2) Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku. === Pasal 61 === (1) Perjanjian kerja berakhir apabila : :a. pekerja meninggal dunia; :b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; :c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau :d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja. (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau hibah. (3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. (4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri per-janjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh. (5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh berhak mendapatkan hak haknya se-suai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. === Pasal 62 === Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. === Pasal 63 === (1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan. (2) Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang kurangnya memuat keterangan : :a. nama dan alamat pekerja/buruh; :b. tanggal mulai bekerja; :c. jenis pekerjaan; dan :d. besarnya upah. === Pasal 64 === Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. === Pasal 65 === (1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pem borongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. (2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : :a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; :b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; :c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan :d. tidak menghambat proses produksi secara langsung. (3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum. (4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. (6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya. (7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. (8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. (9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), maka hubungan kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7). === Pasal 66 === (1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. (2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan lang-sung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : :a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; :b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; :c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan :d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. (3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan. == Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan == === Bagian Kesatu Perlindungan === ==== Paragraf 1 Penyandang Cacat ==== ===== Pasal 67 ===== (1) Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya. (2) Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ==== Paragraf 2 Anak ==== ===== Pasal 68 ===== Pengusaha dilarang mempekerjakan anak. ===== Pasal 69 ===== (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial. (2) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1) ha-rus memenuhi persyaratan : :a. izin tertulis dari orang tua atau wali; :b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; :c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam; :d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; :e. keselamatan dan kesehatan kerja; :f. adanya hubungan kerja yang jelas; dan :g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, b, f, dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya. ===== Pasal 70 ===== (1) Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. (2) Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat belas) tahun. (3) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat : :a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan :b. diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. ===== Pasal 71 ===== (1) Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. (2) Pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi syarat : :a. di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; :b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan :c. kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah. (3) Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk mengembangkan bakat dan minat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 72 ===== Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa. ===== Pasal 73 ===== Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. ===== Pasal 74 ===== (1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk. (2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi : :a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya; :b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; :c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau :d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak. (3) Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana di-maksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 75 ===== (1) Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang bekerja di luar hubungan kerja. (2) Upaya penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. ==== Paragraf 3 Perempuan ==== ===== Pasal 76 ===== (1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. (2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. (3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib : :a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan :b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. (4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri. ==== Paragraf 4 Waktu Kerja ==== ===== Pasal 77 ===== (1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : :a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau :b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau peker-jaan tertentu. (4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 78 ===== (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat : :a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan :b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur. (3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. (4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 79 ===== (1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. (2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi : :a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; :b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; :c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan :d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. (3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. (4) Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu. (5) Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 80 ===== Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya. ===== Pasal 81 ===== (1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 82 ===== (1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. (2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan. ===== Pasal 83 ===== Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. ===== Pasal 84 ===== Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal 82 berhak mendapat upah penuh. ===== Pasal 85 ===== (1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi. (2) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. (3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib membayar upah kerja lembur. (4) Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. ==== Paragraf 5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ==== ===== Pasal 86 ===== (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : :a. keselamatan dan kesehatan kerja; :b. moral dan kesusilaan; dan :c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama. (2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. ===== Pasal 87 ===== (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. (2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Bagian Kedua Pengupahan === ===== Pasal 88 ===== (1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. (3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi : :a. upah minimum; :b. upah kerja lembur; :c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; :d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; :e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; :f. bentuk dan cara pembayaran upah; :g. denda dan potongan upah; :h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; :i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; :j. upah untuk pembayaran pesangon; dan :k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan. (4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. ===== Pasal 89 ===== (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas : :a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota; :b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. (2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. (3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. (4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 90 ===== (1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89. (2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. (3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 91 ===== (1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. ===== Pasal 92 ===== (1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. (2) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan mem-perhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. (3) Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 93 ===== (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila : :a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; :b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; :c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia; :d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara; :e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalan-kan ibadah yang diperintahkan agamanya; :f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha; :g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat; :h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha; dan :i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan. (3) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a sebagai berikut : :a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah; :b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah; :c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan :d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha. (4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c sebagai berikut : :a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari; :b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; :c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari :d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; :e. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; :f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan :g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari. (5) Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 94 ===== Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. ===== Pasal 95 ===== (1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. (2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh. (3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam pembayaran upah. (4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pem-bayarannya. ===== Pasal 96 ===== Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak. ===== Pasal 97 ===== Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup layak, dan perlindungan pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89, dan pengenaan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. ===== Pasal 98 ===== (1) Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. (2) Keanggotaan Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/-serikat buruh, perguruan tinggi, dan pakar. (3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur/ Bupati/Walikota. (4) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, serta tugas dan tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Presiden. === Bagian Ketiga Kesejahteraan === ===== Pasal 99 ===== (1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. (2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ===== Pasal 100 ===== (1) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. (2) Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilak¬sanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusa¬haan. (3) Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah. ===== Pasal 101 ===== (1) Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh, dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan. (2) Pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh berupaya menumbuhkembangkan koperasi pekerja/buruh, dan mengembangkan usaha produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (3) Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan koperasi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dengan Peraturan Pemerintah. == Bab XI Hubungan Industrial == === Bagian Kesatu Umum === ===== Pasal 102 ===== (1) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. (2) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. (3) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pengusaha dan organisasi pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembang-kan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan. ===== Pasal 103 ===== Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana : :a. serikat pekerja/serikat buruh; :b. organisasi pengusaha; :c. lembaga kerja sama bipartit; :d. embaga kerja sama tripartit; :e. peraturan perusahaan; :f. perjanjian kerja bersama; :g. peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan; dan :h. lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. === Bagian Kedua Serikat Pekerja/Serikat Buruh === ===== Pasal 104 ===== (1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. (2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, serikat pekerja/serikat buruh ber-hak menghimpun dan mengelola keuangan serta mempertanggungjawabkan keuangan organisasi termasuk dana mogok. (3) Besarnya dan tata cara pemungutan dana mogok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dalam ang-garan dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. === Bagian Ketiga Organisasi Pengusaha === ===== Pasal 105 ===== (1) Setiap pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. (2) Ketentuan mengenai organisasi pengusaha diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ber-laku. === Bagian Keempat Lembaga Kerja Sama Bipartit === ===== Pasal 106 ===== (1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/ buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. (2) Lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. (3) Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. (4) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan dan susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. === Bagian Kelima Lembaga Kerja Sama Tripartit === ===== Pasal 107 ===== (1) Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. (2) Lembaga Kerja sama Tripartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari : :a. Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota; dan :b. Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. (3) Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, dan seri-kat pekerja/serikat buruh. (4) Tata kerja dan susunan organisasi Lembaga Kerja sama Tripartit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. === Bagian Keenam Peraturan Perusahaan === ===== Pasal 108 ===== (1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Kewajiban membuat peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi peru-sahaan yang telah memiliki perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 109 ===== Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang bersangkutan. ===== Pasal 110 ===== (1) Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. (2) Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat pekerja/serikat buruh maka wakil pe-kerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh. (3) Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, wakil pekerja/ buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan para pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. ===== Pasal 111 ===== (1) Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat : :a. hak dan kewajiban pengusaha; :b. hak dan kewajiban pekerja/buruh; :c. syarat kerja; :d. tata tertib perusahaan; dan :e. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan. (2) Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. (3) Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya. (4) Selama masa berlakunya peraturan perusahaan, apabila serikat pekerja/ serikat buruh di perusahaan meng hendaki perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, maka pengusaha wajib melayani. (5) Dalam hal perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak mencapai kesepakatan, maka peraturan perusahaan tetap berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya. ===== Pasal 112 ===== (1) Pengesahan peraturan perusahaan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) harus sudah diberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah peraturan perusahaan diterima. (2) Apabila peraturan perusahaan telah sesuai sebagaimana ketentuan dalam Pasal 111 ayat (1) dan ayat (2), maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terlampaui dan peraturan perusahaan belum disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk, maka peraturan perusahaan dianggap telah mendapatkan pengesahan. (3) Dalam hal peraturan perusahaan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) dan ayat (2) Menteri atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha mengenai perbaikan peraturan perusahaan. (4) Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pengusaha wajib menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah diperbaiki kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk. ===== Pasal 113 ===== (1) Perubahan peraturan perusahaan sebelum berakhir jangka waktu berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan wakil pekerja/buruh. (2) Peraturan perusahaan hasil perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mendapat pengesa-han dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. ===== Pasal 114 ===== Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh. ===== Pasal 115 ===== Ketentuan mengenai tata cara pembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan diatur dengan Keputusan Menteri. === Bagian Ketujuh Perjanjian Kerja Bersama === ===== Pasal 116 ===== (1) Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. (2) Penyusunan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan secara musya-warah. (3) Perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. (4) Dalam hal terdapat perjanjian kerja bersama yang dibuat tidak menggunakan bahasa Indonesia, maka per-janjian kerja bersama tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah dan terjemahan tersebut dianggap sudah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). ===== Pasal 117 ===== Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2) tidak mencapai kesepakatan, maka penyelesaiannya dilakukan melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial. ===== Pasal 118 ===== Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan. ===== Pasal 119 ===== (1) Dalam hal di satu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja/serikat buruh, maka serikat pekerja/seri-kat buruh tersebut berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha apabila memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. (2) Dalam hal di satu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetapi tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan maka serikat pekerja/serikat buruh dapat mewakili pekerja/buruh dalam perundingan dengan pengusaha apabila serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan telah mendapat dukungan lebih 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara. (3) Dalam hal dukungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak tercapai maka serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permintaan untuk merundingkan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha setelah melampaui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara dengan mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). ===== Pasal 120 ===== (1) Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh maka yang berhak mewakili pekerja/buruh melakukan perundingan dengan pengusaha yang jumlah keanggotaannya lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut. (2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terpenuhi, maka serikat pekerja/serikat buruh dapat melakukan koalisi sehingga tercapai jumlah lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut untuk mewakili dalam perundingan dengan pengusaha. (3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) tidak terpenuhi, maka para seri-kat pekerja/serikat buruh membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah anggota masing-masing serikat pekerja/serikat buruh. ===== Pasal 121 ===== Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 dan Pasal 120 dibuktikan dengan kartu tanda anggota. ===== Pasal 122 ===== Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat (2) diselenggarakan oleh panitia yang terdiri dari wakil-wakil pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang disaksikan oleh pihak pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan pengusaha. ===== Pasal 123 ===== (1) Masa berlakunya perjanjian kerja bersama paling lama 2 (dua) tahun. (2) Perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang masa berlakunya pa-ling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh. (3) Perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan se-belum berakhirnya perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku. (4) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak mencapai kesepakatan maka perjan-jian kerja bersama yang sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun. ===== Pasal 124 ===== (1) Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat : :a. hak dan kewajiban pengusaha; :b. hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh; :c. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama; dan :d. tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama. (2) Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. ===== Pasal 125 ===== Dalam hal kedua belah pihak sepakat mengadakan perubahan perjanjian kerja bersama, maka perubahan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku. ===== Pasal 126 ===== (1) Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada da-lam perjanjian kerja bersama. (2) Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau peru-bahannya kepada seluruh pekerja/ buruh. (3) Pengusaha harus mencetak dan membagikan naskah perjanjian kerja bersama kepada setiap pekerja/ buruh atas biaya perusahaan. ===== Pasal 127 ===== (1) Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama. (2) Dalam hal ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertentangan dengan perjanjian kerja bersama, maka ketentuan dalam perjanjian kerja tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 128 ===== Dalam hal perjanjian kerja tidak memuat aturan-aturan yang diatur dalam perjanjian kerja bersama maka yang berlaku adalah aturan-aturan dalam perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 129 ===== (1) Pengusaha dilarang mengganti perjanjian kerja bersama dengan peraturan perusahaan, selama di perusa-haan yang bersangkutan masih ada serikat pekerja/serikat buruh. (2) Dalam hal di perusahaan tidak ada lagi serikat pekerja/serikat buruh dan perjanjian kerja bersama diganti dengan peraturan perusahaan, maka ketentuan yang ada dalam peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 130 ===== (1) Dalam hal perjanjian kerja bersama yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau diper-baharui dan di perusahaan tersebut hanya terdapat 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh, maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan perjanjian kerja bersama tidak mensyaratkan ketentuan dalam Pasal 119. (2) Dalam hal perjanjian kerja bersama yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau diper-baharui dan di perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh dan serikat pekerja/serikat buruh yang dulu berunding tidak lagi memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1), maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan perjanjian kerja bersama dilakukan oleh serikat pekerja/serikat buruh yang anggotanya lebih 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan bersama-sama dengan serikat pekerja/serikat buruh yang membuat perjanjian kerja bersama terdahulu dengan membentuk tim perunding secara proporsional. (3) Dalam hal perjanjian kerja bersama yang sudah berakhir masa berlakunya akan diperpanjang atau diper-baharui dan di perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/ serikat buruh dan tidak satupun serikat pekerja/serikat buruh yang ada memenuhi ketentuan Pasal 120 ayat (1), maka perpanjangan atau pembuatan pembaharuan perjanjian kerja bersama dilakukan menurut ketentuan Pasal 120 ayat (2) dan ayat (3). ===== Pasal 131 ===== (1) Dalam hal terjadi pembubaran serikat pekerja/serikat buruh atau pengalihan kepemilikan perusahaan maka perjanjian kerja bersama tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bersama. (2) Dalam hal terjadi penggabungan perusahaan (merger) dan masing-masing perusahaan mempunyai perjan-jian kerja bersama maka perjanjian kerja bersama yang berlaku adalah perjanjian kerja bersama yang lebih menguntungkan pekerja/buruh. (3) Dalam hal terjadi penggabungan perusahaan (merger) antara perusahaan yang mempunyai perjanjian kerja bersama dengan perusahaan yang belum mempunyai perjanjian kerja bersama maka perjanjian kerja bersama tersebut berlaku bagi perusahaan yang bergabung (merger) sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bersama. ===== Pasal 132 ===== (1) Perjanjian kerja bersama mulai berlaku pada hari penandatanganan kecuali ditentukan lain dalam perjanjian kerja bersama tersebut. (2) Perjanjian kerja bersama yang ditandatangani oleh pihak yang membuat perjanjian kerja bersama selan-jutnya didaftarkan oleh pengusaha pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. ===== Pasal 133 ===== Ketentuan mengenai persyaratan serta tata cara pembuatan, perpanjangan, perubahan, dan pendaftaran perjanjian kerja bersama diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 134 ===== Dalam mewujudkan pelaksanaan hak dan kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha, pemerintah wajib melaksanakan pengawasan dan penegakan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. ===== Pasal 135 ===== Pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dalam mewujudkan hubungan industrial merupakan tanggung jawab pekerja/buruh, pengusaha, dan pemerintah. === Bagian Kedelapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial === ==== Paragraf 1 Perselisihan Hubungan Industrial ==== ===== Pasal 136 ===== (1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan undang-undang. ==== Paragraf 2 Mogok Kerja ==== ===== Pasal 137 ===== Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. ===== Pasal 138 ===== (1) Pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh yang bermaksud mengajak pekerja/buruh lain untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung dilakukan dengan tidak melanggar hukum. (2) Pekerja/buruh yang diajak mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat memenuhi atau tidak memenuhi ajakan tersebut. ===== Pasal 139 ===== Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatan-nya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan/atau membahayakan keselamatan orang lain. ===== Pasal 140 ===== (1) Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : :a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja; :b. tempat mogok kerja; :c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja; dan :d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja. (3) Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/ serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja. (4) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara : :a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan proses produksi; atau :b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan. ===== Pasal 141 ===== (1) Instansi pemerintah dan pihak perusahaan yang menerima surat pemberitahuan mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 wajib memberikan tanda terima. (2) Sebelum dan selama mogok kerja berlangsung, instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan wajib menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya pemogokan dengan mempertemukan dan merundingkannya dengan para pihak yang berselisih. (3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuatkan perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan pegawai dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagai saksi. (4) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak menghasilkan kesepakatan, maka pegawai dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan segera menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang. (5) Dalam hal perundingan tidak menghasilkan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), maka atas dasar perundingan antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh atau penanggung jawab mogok kerja, mogok kerja dapat diteruskan atau dihentikan untuk sementara atau dihentikan sama sekali. ===== Pasal 142 ===== (1) Mogok kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 139 dan Pa-sal 140 adalah mogok kerja tidak sah. (2) Akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur dengan Keputusan Menteri. ===== Pasal 143 ===== (1) Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh untuk mengguna kan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai. (2) Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan damai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ===== Pasal 144 ===== Terhadap mogok kerja yang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140, pengusaha dilarang : :a. mengganti pekerja/buruh yang mogok kerja dengan pekerja/buruh lain dari luar perusahaan; atau :b. memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh selama dan sesudah melakukan mogok kerja. ===== Pasal 145 ===== Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah. ==== Paragraf 3 Penutupan Perusahaan (lock-out) ==== ===== Pasal 146 ===== (1) Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak pekerja/buruh sebagian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan. (2) Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock out) sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. (3) Tindakan penutupan perusahaan (lock out) harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. ===== Pasal 147 ===== Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta kereta api. ===== Pasal 148 ===== (1) Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum penutupan perusahaan (lock out) dilaksanakan. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : :a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri penutupan perusahaan (lock out); dan :b. alasan dan sebab-sebab melakukan penutupan perusahaan (lock out). (3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh pengusaha dan/atau pimpinan perusahaan yang bersangkutan. ===== Pasal 149 ===== (1) Pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga-kerjaan yang menerima secara langsung surat pemberitahuan penutupan perusahaan (lock out) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 harus memberikan tanda bukti penerimaan dengan mencantumkan hari, tanggal, dan jam penerimaan. (2) Sebelum dan selama penutupan perusahaan (lock out) berlangsung, instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan berwenang langsung menyelesaikan masalah yang menyebabkan timbulnya penutupan perusahaan (lock out) dengan mempertemukan dan merundingkannya dengan para pihak yang berselisih. (3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menghasilkan kesepakatan, maka harus dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan pegawai dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan sebagai saksi. (4) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak menghasilkan kesepakatan, maka pegawai dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan segera menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya penutupan perusahaan (lock out) kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. (5) Apabila perundingan tidak menghasilkan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), maka atas dasar perundingan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh, penutupan perusahaan (lock out) dapat diteruskan atau dihentikan untuk sementara atau dihentikan sama sekali. (6) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) tidak diperlukan apabila : :a. pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melanggar prosedur mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140; :b. pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melanggar ketentuan normatif yang ditentukan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. == Bab XII Pemutusan Hubungan Kerja == === Pasal 150 === Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. === Pasal 151 === (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. (2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. (3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetu-juan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. === Pasal 152 === (1) Permohonan penetapan pemutusan hubungan kerja diajukan secara tertulis kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial disertai alasan yang menjadi dasarnya. (2) Permohonan penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diterima oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial apabila telah dirundangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2). (3) Penetapan atas permohonan pemutusan hubungan kerja hanya dapat diberikan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika ternyata maksud untuk memutuskan hubungan kerja telah dirundingkan, tetapi perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. === Pasal 153 === (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan : :a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; :b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; :c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; :d. pekerja/buruh menikah; :e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya; :f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama; :g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama; :h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan; :i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan; :j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan. (2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang bersangkutan. === Pasal 154 === Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) tidak diperlukan dalam hal : :a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya; :b. pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali; :c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan; atau :d. pekerja/buruh meninggal dunia. === Pasal 155 === (1) Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum. (2) Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. (3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh. === Pasal 156 === (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. (2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut : :a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah; :b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah; :c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; :d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah; :e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; :f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; :g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah. :h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; :i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah. (3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai be-rikut : :a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah; :b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah; :c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah; :d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah; :e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah; :f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; :g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah; :h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah. (4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : :a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; :b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja; :c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; :d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. (5) Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 157 === (1) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas : :a. upah pokok; :b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh. (2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari. (3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/kota. (4) Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir. === Pasal 158 === (1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut : :a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan; :b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; :c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja; :d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja; :e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja; :f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; :g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan; :h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja; :i. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau :j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. (2) Kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus didukung dengan bukti sebagai berikut : :a. pekerja/buruh tertangkap tangan; :b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; atau :c. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi. (3) Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat memperoleh uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (4). (4) Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. === Pasal 159 === Apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (1), pekerja/buruh yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. === Pasal 160 === (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut : :a. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah; :b. untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah; :c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah; :d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50% (lima puluh perseratus) dari upah. (2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan takwin ter-hitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang berwajib. (3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). (4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh kembali. (5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan pekerja/ buruh dinyatakan bersalah, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. (6) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. (7) Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai-mana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). === Pasal 161 === (1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. (2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. (3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). === Pasal 162 === (1) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). (2) Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak me-wakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. (3) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat : :a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri; :b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan :c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri. (4) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri atas kemauan sendiri dilakukan tanpa pene-tapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. === Pasal 163 === (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam hal terjadi peru-bahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang perhargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). (2) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). === Pasal 164 === (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). (2) Kerugian perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuktikan dengan laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik. (3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). === Pasal 165 === Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/ buruh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). === Pasal 166 === Dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya sama dengan perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). === Pasal 167 === (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha telah mengikutkan pekerja/buruh pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). (2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam program pensiun se-bagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh pengusaha. (3) Dalam hal pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program pensiun yang iurannya/premi-nya dibayar oleh pengusaha dan pekerja/buruh, maka yang diperhitungkan dengan uang pesangon yaitu uang pensiun yang premi/iurannya dibayar oleh pengusaha. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. (5) Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). (6) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ti-dak menghilangkan hak pekerja/buruh atas jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. === Pasal 168 === (1) Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara ter tulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri. (2) Keterangan tertulis dengan bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diserahkan paling lambat pada hari pertama pekerja/buruh masuk bekerja. (3) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh yang bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. === Pasal 169 === (1) Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut : :a. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh; :b. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; :c. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih; :d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/ buruh; :e. memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan; atau :f. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja. (2) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh berhak mendapat uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). (3) Dalam hal pengusaha dinyatakan tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pekerja/buruh yang bersangkutan tidak berhak atas uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3). === Pasal 170 === Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tidak memenuhi keten-tuan Pasal 151 ayat (3) dan Pasal 168, kecuali Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3), Pasal 162, dan Pasal 169 batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh yang bersangkutan serta membayar seluruh upah dan hak yang seharusnya diterima. === Pasal 171 === Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3), dan Pasal 162, dan pekerja/buruh yang bersangkutan tidak dapat menerima pemutusan hubungan kerja tersebut, maka pekerja/buruh dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerjanya. === Pasal 172 === Pekerja/buruh yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja dan diberikan uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang pengganti hak 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4). == Bab XIII Pembinaan == === Pasal 173 === (1) Pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang berhubungan dengan ketena-gakerjaan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikut-sertakan organisasi pengusaha, seri-kat pekerja/serikat buruh, dan organisasi profesi terkait. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ayat (2), dilaksanakan secara terpadu dan terko-ordinasi. === Pasal 174 === Dalam rangka pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah, organisasi peng-usaha, serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi profesi terkait dapat melakukan kerja sama internasional di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. === Pasal 175 === (1) Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang telah berjasa dalam pem-binaan ketenagakerjaan. (2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk piagam, uang, dan/atau bentuk lainnya. == Bab XIV Pengawasan == === Pasal 176 === Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenaga-kerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. === Pasal 177 === Pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. === Pasal 178 === (1) Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. (2) Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputu-san Presiden. === Pasal 179 === (1) Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 pada pemerintah provin-si dan pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada Menteri. (2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Men-teri. === Pasal 180 === Ketentuan mengenai persyaratan penunjukan, hak dan kewajiban, serta wewenang pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 176 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. === Pasal 181 === Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 176 wajib : :a. merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan; :b. tidak menyalahgunakan kewenangannya. == Bab XV Penyidikan == === Pasal 182 === (1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada pegawai pengawas ketenagakerjaan dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang : :a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di bidang ketenaga-kerjaan; :b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; :c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; :d. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; :e. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; :f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; dan :g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan. (3) Kewenangan penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. == Bab XVI Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif == === Bagian Pertama Ketentuan Pidana === ==== Pasal 183 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan. ==== Pasal 184 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan. ==== Pasal 185 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan. ==== Pasal 186 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137, dan Pasal 138 ayat (1), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. ==== Pasal 187 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. ==== Pasal 188 ==== (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. ==== Pasal 189 ==== Sanksi pidana penjara, kurungan, dan/atau denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha membayar hak-hak dan/atau ganti kerugian kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh. === Bagian Kedua Sanksi Administratif === ==== Pasal 190 ==== (1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : :a. teguran; :b. peringatan tertulis; :c. pembatasan kegiatan usaha; :d. pembekuan kegiatan usaha; :e. pembatalan persetujuan; :f. pembatalan pendaftaran; :g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; :h. pencabutan ijin. (3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. == Bab XVII Ketentuan Peralihan == === Pasal 191 === Semua peraturan pelaksanaan yang mengatur ketenagakerjaan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang undang ini. == Bab XVIII Ketentuan Penutup == === Pasal 192 === Pada saat mulai berlakunya Undang undang ini, maka : :1. Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk Melakukan Pekerjaan Di Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1887 Nomor 8); :2. Ordonansi tanggal 17 Desember 1925 Peraturan tentang Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam Bagi Wanita (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 647); :3. Ordonansi Tahun 1926 Peraturan mengenai Kerja Anak anak Dan Orang Muda Di Atas Kapal (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 87); :4. Ordonansi tanggal 4 Mei 1936 tentang Ordonansi untuk Mengatur Kegiatan kegiatan Mencari Calon Pekerja (Staatsblad Tahun 1936 Nomor 208); :5. Ordonansi tentang Pemulangan Buruh Yang Diterima Atau Dikerahkan Dari Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1939 Nomor 545); :6. Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja Anak anak (Staatsblad Tahun 1949 Nomor 8); :7. Undang undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang undang Kerja Tahun 1948 Nomor 12 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 2); :8. Undang undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan Antara Serikat Buruh Dan Majikan (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 598a); :9. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 8 ); :10. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2270); :11. Undang undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 tentang Pencegahan Pemogokan dan/atau Penutupan (Lock Out) Di Perusahaan, Jawatan, dan Badan Yang Vital (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 67); :12. Undang undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912); :13. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702); :14. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3791); :15. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenaga-kerjaan Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4042), dinyatakan tidak berlaku lagi. === Pasal 193 === Undang undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2003 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, BAMBANG KESOWO MediaWiki:Nstab-project 1663 2126 2006-05-22T01:08:36Z Borgx 2 menerjemahkan Halaman proyek MediaWiki:Makebot-logpage 1664 2127 2006-05-24T02:51:45Z Borgx 2 terjemahkan Log status bot Kategori:Lagu kebangsaan 1666 2134 2006-05-24T19:27:50Z IvanLanin 30 idx kat [[Kategori:Lirik lagu|Kebangsaan]] [[en:Category:National anthems]] Kategori:Lirik lagu 1667 2135 2006-05-24T19:30:01Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Karya menurut tipe]] [[en:Category:Song lyrics]] Kategori:Karya menurut tipe 1668 2147 2006-05-24T20:02:07Z IvanLanin 30 ~kat [[Kategori:Karya|Tipe]] [[en:Category:Works by type]] Kategori:Kategori utama 1669 2138 2006-05-24T19:33:29Z IvanLanin 30 info, +iw Ini adalah kategori dasar dari SumberWiki. Semua kategori lain akan dapat dirunut dari kategori ini. [[en:Category:Categories]] Templat:Indeks utama 1672 2473 2006-05-28T15:33:30Z Borgx 2 -wikisource [[Image:Shakespeare.jpg|70px|right|William Shakespeare]] <div style="border-bottom: 1px dashed #9999CC;"> '''Literatur:''' </div> [[Prosa]] | [[Puisi]] | [[Pidato]] | [[Pengarang]] <!-- '''Genre-genre:''' [[Naskah]] | [[Karya bersama]] '''Periode:''' [[Ancient and Classical]] | [[Medieval]] --> <br clear="both"/> [[Image:JohnStuartMill.jpg|right|70px|John Stuart Mill]] <div style="border-bottom: 1px dashed #9999CC;"> '''Topik utama:''' </div> [[Naskah bersejarah]] | [[Naskah konstitusional]] | [[Produk hukum]] | [[Pidato]] <!-- [[:Kategori:Filsafat|Filsafat]] dan [[:Kategori:Filsuf|Filsuf]] | [[Naskah keagamaan]] | [[Pers]] | --> <br clear="both"/> <div style="border-bottom: 1px dashed #9999CC;"> '''Ilmu dan teknologi:''' </div> [[Kode sumber program]] | [[Matematika]] <br clear="both"/><br/> <div style="border-bottom: 1px dashed #9999CC;"> '''Lain-lain:''' </div> [[Lagu kebangsaan]] | [[Laporan resmi]] <!-- | [[Miscellaneous Material]] | [[Anonymous Texts]] | [[Lists and Reference Material]] | [[Leaked Classified Documents]] --><noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Kategori:Templat halaman muka 1674 2145 2006-05-24T20:00:52Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Halaman muka]] Kategori:Templat 1675 2146 2006-05-24T20:01:31Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Kategori utama]] Kategori:Karya 1676 2148 2006-05-24T20:02:37Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Kategori utama]] [[en:Category:Works]] Kategori:Gambar 1677 2151 2006-05-24T20:04:42Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Kategori utama]] [[en:Category:Images]] Templat:Prakata 1678 2503 2006-05-28T16:13:26Z Borgx 2 perbarui {| style="background:transparent;" | [[Image:Carl Spitzweg 021-detail.jpg|120px]] | | '''[[Wikisource:Tentang|Wikisource]]''' atau '''SumberWiki''' – ''Perpustakaan bebas'' – adalah sebuah koleksi naskah sumber '''isi bebas''' (''free-content'') yang dibangun oleh para kontributor. Bagaimana Anda dapat membantu dan cara untuk memulainya dapat dilihat di '''[[Wikisource:Portal komunitas|portal komunitas]]'''. Anda dapat menanyakan pertanyaan mengenai '''Wikisource''' di '''[[Wikisource:warung kopi|warung kopi]]''' dan melakukan eksperimen di '''[[Wikisource:Bak pasir|bak pasir]]''' untuk mempelajari cara menggunakan Wikisource. Wikisource sekarang mempunyai '''[[Istimewa:Allpages|{{NUMBEROFARTICLES}} naskah sumber]]''' yang masih terus ditambahkan dan disempurnakan. |}<noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Templat:Komunitas 1679 2500 2006-05-28T16:11:23Z Borgx 2 koreksi '''Komunitas dan bantuan'''<br /> {| width="100%" border="0" cellspacing="0" cellpadding="5" <!--| width="100%" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; " | --> | width="100%"| *[[Wikisource:Apakah Wikisource itu?|Apakah Wikisource itu?]] *[[Wikisource:Warung kopi|Warung kopi]] *[[Wikisource:Portal komunitas|Portal komunitas]] *[[Wikisource:Bantuan|Halaman bantuan]] *[[Wikisource:Hak cipta|Informasi hak cipta]] *[[Wikisource:Kemungkinan pelanggaran hak cipta|Kemungkinan pelanggaran hak cipta]] *[[Wikisource:Usulan penghapusan|Usulan penghapusan]] *[[Wikisource:Pengurus|Pengurus]] *[[Wikisource:Permintaan naskah|Permintaan naskah]] |}<!-- [[Image:Separator.jpg|center]] '''Projek'''<br /><br /> *[[Wikisource:Edisi multibahasa|Edisi multibahasa]] *[[Wikisource:Terjemahan|Terjemahan]] <br /> *[[Wikisource:WikiProject|Wikisource Projects]] --><noinclude>[[Kategori:Templat halaman muka|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Kategori:Pidato 1680 2173 2006-05-25T04:37:20Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Karya menurut tipe]] [[en:Category:Speeches]] Kategori:Pidato Presiden Indonesia 1681 2182 2006-05-25T04:44:20Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Pidato|Presiden Indonesia]] Kategori:Susilo Bambang Yudhoyono 1682 2184 2006-05-25T04:49:34Z IvanLanin 30 -iw :) [[Kategori:Pengarang]] Kategori:Pengarang 1683 2185 2006-05-25T04:50:00Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Kategori utama]] [[en:Category:Authors]] Kategori:Puisi 1684 2192 2006-05-25T05:06:36Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Karya menurut tipe]] [[en:Category:Poems]] Kategori:Chairil Anwar 1685 2193 2006-05-25T05:07:00Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Pengarang]] Kategori:Dokumen resmi 1686 2196 2006-05-25T05:18:43Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Karya menurut tipe]] [[en:Category:Official documents]] Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara/Borgx untuk birokrat 25 Mei 2006 1687 2648 2006-06-13T02:27:18Z Borgx 2 Halo, saya mengajukan diri untuk diangkat sebagai birokrat agar dapat mengangkat sysop di Wikisource ini. Saya sekarang ini adalah sysop satu-satunya di Wikisource ini. Terima kasih ---- Hello, i propose my self to be a bureaucrat on Indonesian Wikisource in order to appoint some sysops. Currently I am the only sysop in this Indonesian Wikisource. Thanks [[User:Borgx|<font face="Copperplate Gothic Bold" color="#1F85FF">borgx</font>]] <sup>([[User_talk:Borgx|<font color="#003366">kirim pesan</font>]])</sup> 05:33, 25 Mei 2006 (UTC) === Setuju (''Agree'') === # &nbsp;[[User:IvanLanin|IvanLanin]] [[User Talk:IvanLanin|&#9835;]] 06:33, 25 Mei 2006 (UTC) # [[Pengguna:Hayabusa future|Hayabusa future]] 12:31, 8 Juni 2006 (UTC) # [[Pengguna:Anggoro|Anggoro]] 12:34, 8 Juni 2006 (UTC) === Tidak setuju (''Not agree'') === === Keputusan === Sudah diset sebagai birokrat oleh [[:m:User:Shizhao]] pada 12 Juni 2006. Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara 1688 2646 2006-06-13T02:26:37Z Borgx 2 Halaman ini berisi daftar pemungutan suara yang berhubungan dengan pengangkatan atau pencabutan status kepengurusan di Wikisource. {| class="prettytable" |- ||tanggal||pengguna||untuk||hasil||keterangan |- ||[[Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara/Borgx untuk sysop 6 November 2005|6 November 2005]]||Borgx||sysop||[[Image:Symbol keep vote.svg|20px]]||&nbsp; |- ||[[Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara/Borgx untuk birokrat 25 Mei 2006|25 Mei 2006]]||Borgx||birokrat||[[Image:Symbol keep vote.svg|20px]]||&nbsp; |} [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Kategori:Perjanjian 1690 2213 2006-05-25T13:09:40Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Dokumen resmi]] [[en:Category:Treaties]] Kategori:Naskah bersejarah 1691 2216 2006-05-25T13:12:29Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Dokumen resmi]] Kategori:Soekarno 1692 2217 2006-05-25T13:12:44Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Pengarang]] Kategori:Naskah konstitusional 1694 2225 2006-05-25T13:31:24Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Dokumen resmi]] [[en:Category:Constitutional documents]] Kategori:Templat pemeliharaan 1695 2229 2006-05-25T13:35:45Z IvanLanin 30 idx kat [[Kategori:Templat|Pemeliharaan]] [[en:Category:Wikisource process templates]] Kategori:Usulan penghapusan 1696 2230 2006-05-25T13:38:42Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Pemeliharaan Wikisource]] [[en:Category:Deletion requests]] Kategori:Pemeliharaan Wikisource 1697 2231 2006-05-25T13:39:08Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Wikisource]] [[en:Category:Wikisource maintenance]] Kategori:Undang-undang 1698 2237 2006-05-25T14:01:36Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Produk hukum]] Kategori:Kode sumber program 1700 2243 2006-05-25T15:07:28Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Karya menurut tipe]] [[en:Category:Source code]] Kategori:Matematika 1701 2245 2006-05-25T15:10:47Z IvanLanin 30 +kat, iw [[Kategori:Data rujukan]] [[en:Category:Reference Data]] Kategori:Data rujukan 1702 2246 2006-05-25T15:11:38Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Karya menurut tipe]] Pengguna:IvanLanin/monobook.css 1703 2379 2006-05-27T10:14:25Z IvanLanin 30 upd <pre> /** cheat bug? **/ .fake {} /** round borders **/ #p-cactions ul li, #p-cactions ul li a { -moz-border-radius-topleft: 5px; -moz-border-radius-topright: 5px; } #content, #footer { -moz-border-radius-topleft: 10px; -moz-border-radius-bottomleft: 10px; } div.pBody { -moz-border-radius-topright: 10px; -moz-border-radius-bottomright: 10px; border-left: 0px solid white; } /** category **/ #catlinks { -moz-border-radius: 5px !important; border: 1px dashed #aaa !important; background: #fffce6 !important; padding: 2px 10px; } /** input text and button **/ input[type="text"], input[type="submit"], textarea { border: 1px solid #aaa !important; -moz-border-radius: 5px; } /** hide user menu icon **/ li#pt-userpage { background: none } /** footer width same with content **/ #footer { border-top: 1px solid #aaa; border-bottom: 1px solid #aaa; border-left: 1px solid #aaa; margin: 0.6em 0em 1em 155px; } /** hide footer **/ li#lastmod, li#viewcount, li#f-copyright, li#copyright, #editpage-copywarn { display: none; } /** toc **/ #toc { -moz-border-radius: 10px; } table#toc { background: #efefff; } /** heading **/ #content h3 { border-bottom: 1px dashed #ccc !important; } .ns-14 * #content h3 { border-bottom: 0px none #ccc !important; } h3#siteSub { border-bottom: 0px none #ccc !important; } /** misc **/ .not-patrolled { background-color: transparent; } .allpagesredirect { font-style: italic !important; } .editsection { font-size: smaller; font-size: 90% !important; margin-top: 10px; } /** print **/ @media print { #toc, #footer, #siteSub, #catlinks, .printfooter { display:none !important; } } </pre> Pengguna:IvanLanin/Monobook.css 1704 2250 2006-05-25T15:33:04Z IvanLanin 30 Pengguna:IvanLanin/Monobook.css dipindahkan ke Pengguna:IvanLanin/monobook.css: lower case #REDIRECT [[Pengguna:IvanLanin/monobook.css]] Kategori:Templat lisensi 1705 2257 2006-05-25T16:21:28Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Lisensi]] Kategori:Templat tampilan 1706 2259 2006-05-25T16:22:17Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Tampilan]] Kategori:Templat navigasi 1707 2260 2006-05-25T16:22:42Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Navigasi]] Kategori:Templat lain-lain 1708 2261 2006-05-25T16:23:16Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Lain-lain]] Kategori:Templat kotak info 1709 2266 2006-05-25T16:30:32Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Kotak info]] Kategori:Templat pranala 1710 2268 2006-05-25T16:31:52Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Pranala]] Kategori:Lain-lain 1711 2275 2006-05-25T16:57:38Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Karya menurut tipe]] Wikisource:Apakah Wikisource itu? 1712 2296 2006-05-25T19:20:56Z IvanLanin 30 rintisan '''Wikisource''' atau '''SumberWiki''', "''The Free Library''" ("Perpustakaan Bebas"), adalah sebuah proyek [[w:Wikimedia|Wikimedia]] yang bertujuan membangun sebuah perpustakaan wiki dengan isi bebas yang terdiri dari naskah sumber primer (''primary sources''), serta terjemahan naskah sumber dari bahasa manapun. Halaman ini akan menjelaskan apa yang termasuk, dan apa yang tidak termasuk lingkup proyek ini, serta perbedaannya dengan proyek Wikimedia lainnya. Deskripsi pada halaman ini relatif ringkas dan jika tersedia, akan dijabarkan di halaman lain yang lebih spesifik. == Sejarah == Wikisource, yang pada awalnya disebut Proyek Sourceberg sebagai permainan kata terhadap Proyek Gutenberg, dimulai pada November 2003 sebagai koleksi naskah penunjang artikel di Wikipedia. Koleksi ini berkembang cepat hingga mencapai 20 ribu naskah dalam berbagai bahasa pada 18 Mei 2005. Pada Agustus dan September 2005, Wikisource dipindahkan ke subdomain yang terpisah untuk berbagai bahasa. Wikisource Indonesia diaktifkan sekitar awal November 2005. == Apa yang termasuk lingkup Wikisource? == Beberapa jenis naskah yang '''termasuk''' dalam lingkup Wikisource adalah: # Naskah sumber yang dipublikasikan oleh pengarangnya, seperti: ## Buku, cerita pendek, puisi ## Pidato ## Tesis dan disertasi yang diuji dan disetujui oleh institusi # Terjemahan naskah asli # Naskah bersejarah dalam lingkup nasional ataupun internasional # Bibliografi pengarang yang karyanya dimuat di Wikisource # Produk hukum berupa undang-undang, peraturan, dan lain-lain # Data rujukan atau referensi yang tidak bisa dimuat di proyek lain seperti data dan tabel matematika, statistik, dll. # Kode sumber program komputer yang berlisensi GFDL # Lirik lagu kebangsaan, lagu daerah, himne, dll Beberapa kriteria dasar '''pengecualian''' suatu naskah dari Wikisource adalah: # Pelanggaran hak cipta # Tulisan asli atau orisinil dari kontributor proyek Kriteria tersebut hanyalah kriteria dasar yang mungkin dapat ditambahkan dengan kriteria lain sesuai konvensi. Sebagai catatan, ada perbedaan kriteria penilaian kelayakan naskah antara Wikisource bahasa Inggris dan Wikisource bahasa Indonesia yaitu bahwa per [http://en.wikisource.org/wiki/Wikisource:Scriptorium/Archives/2006/04#Inclusion_of_reference_data_on_Wikisource 27 April 2006], secara konvensi, Wikisource bahasa Inggris mengeluarkan data rujukan dan kode sumber program dari Wikisource. Wikisource Indonesia masih tetap mempertahankan keberadaannya. == Bahasa dan terjemahan == Wikisource adalah proyek multibahasa. Naskah dan terjemahannya dalam berbagai bahasa dapat dimasukkan pada subdomain yang sesuai. Wikisource bahasa Indonesia digunakan untuk: * Naskah sumber yang berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa daerah di Indonesia. * Terjemahan bahasa Indonesia dari naskah sumber dari bahasa lain. == Wikisource dan proyek Wikimedia lain == === Wikisource dan Wikibooks === Perbedaan kedua proyek ini relatif mudah dijelaskan. Wikisource mengumpulkan bahan-bahan yang '''dipublikasikan di tempat lain''', sedangkan Wikibooks adalah materi instruksional yang '''dibuat sendiri''' oleh para kontributornya. Wikisource dapat dianggap sebagai perpustakaan karya domain umum. === Wikisource dan Wikipedia === Jika Wikipedia adalah '''ensiklopedia''', maka Wikisource adalah '''perpustakaan'''. Wikipedia mengandung artikel ''mengenai'' buku, sedangkan Wikisource memuat ''isi'' buku tersebut. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] [[en:Wikisource:What is Wikisource?]] Wikisource:Kebijakan kerahasiaan 1713 2302 2006-05-25T19:31:59Z IvanLanin 30 +prn '''Kebijakan kerahasiaan''' yang berlaku di Wikisource bahasa Indonesia mengikuti "saudara tua"-nya, [[w:|Wikipedia bahasa Indonesia]]. Silakan baca [[w:Wikipedia:Kebijakan kerahasiaan|Wikipedia:Kebijakan kerahasiaan]]. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] Kategori:Bantuan 1715 2305 2006-05-25T19:35:43Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Wikisource]] Wikisource:Templat 1716 2310 2006-05-25T19:38:31Z IvanLanin 30 Wikisource:Templat dipindahkan ke Bantuan:Templat: ~namespace #REDIRECT [[Bantuan:Templat]] Calon Arang 1717 2568 2006-05-28T18:46:34Z Borgx 2 tpl {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Prosa]] |next = |shortcut = |notes = '''Calon Arang''' adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat [[w:Jawa|Jawa]] dan [[w:Bali|Bali]] dari abad ke-12. Naskah ini diambil dari [http://www.geocities.com/andreasagussantoso/calonarang.doc]. {{wikipedia|artikel=Calon Arang}} }} === I. Calon Arang membuat tulah di negeri Daha === 1. Adalah pemimpin di Daha. Tentram olehnya memerintah; damai negeri pada pemerintahannya. Maharaja Erlangga gelarnya, sangat baik budi. Adalah seorang janda, tinggal di Girah, Calon Arang namanya. Beranak perempuan satu bernama Ratna Manggali, sangat cantik rupanya. Lama tidak ada orang yang melamarnya. Semua orang di Girah, apalagi di Daha, tidak ada orang di daerah pinggiran, tidak ada yang berani melamar anak si janda itu yang bernama Ratna Manggali di Girah. Oleh karena terdengar oleh negeri, bahwa beliau (janda) di Girah itu melakukan yang cemar. Menjauhlah orang-orang melamar Manggali. Maka berkata si janda itu: "Aduh, ambillah anakku karena tidak ada orang yang melamar dia, cantiklah rupanya, bagaimana (sampai) tidak ada yang menanyai dia. Marah juga hatiku oleh (hal) itu. Aku akan membaca bukuku; jika aku sudah memegang buku itu, aku akan menghadap Paduka Sri Bhagawati; aku akan meminta anugerah untuk binasanya orang-orang senegeri." Setelah dia memegang sastra itu, datanglah dia ke tempat pembakaran mayat, memintalah dia anugerah kepada Bathari Bhagawati, diiringi oleh semua muridnya. Demikianlah nama-nama siswa itu: Weksirsa, Mahasawadana, Lende, Guyang, Larung, Gandi. Mereka itulah yang mengiringi Janda Girah, bersama-sama menarilah di tempat pembakaran mayat. Datanglah Paduka Bhatari Durga bersama semua tentaranya, ikut bersama-sama menari. Memujalah yang bernama Calon Arang kepada Paduka Bhatari Bhagawati, berkatalah Bhatari: "Aduh, engkau Calon Arang, apa maksudmu datang kepadaku, sehingga engkau disertai oleh para muridmu semua untuk menyembahku?" 2. Berkatalah janda itu menyembah: "Tuan, anakmu ingin meminta binasanya orang seluruh negeri, demikianlah maksudku." Menjawablah Bhatari: "Aku memberi, tetapi jangan sampai ke tengah , (supaya) raja besar tidak marah kepadaku." Patuhlah janda itu, berpamitan menyembahlah dia kepada Bhatari Bhagawati. Calon Arang diiringi oleh semua muridnya menari di Wawala selama tengah malam. Berbunyilah Kamanak-Kangsi , mereka bersama-sama menari. Setelah selesai menari, pulanglah ke Girah sambil bersorak-sorailah sesampainya di rumah mereka. Tidak lama kemudian, tulah menimpa orang-orang seluruh desa (daerah), sehingga banyak yang mati. Berangsur-angsur dimusnahkan. Calon Arang tidak berkata inilah saya. Maka tersebutlah Sang Pemimpin Daha, diperhadapkanlah dia di tempat duduk yang tinggi, Sri Maharaja Erlanggha. Memberitahukanlah patih, jika rakyatnya banyak yang mati, tulahnya panas-dingin (panas-tis). Menulahi satu hari dua hari kematian. Terlihat menyembah, Janda Girah itu, yang bernama Calon Arang, menari di Wawalu bersama semua muridnya. Banyak orang melihatnya. Demikianlah kata patih itu, semua datang dihadapannya, bersama-sama meninggikan dan mematuhi apa yang dikatakan patih. Berkatalah Sang Prabhu: "Hai, pegawaiku, cederai dan bunuhlah Calon Arang olehmu, jangan engkau sendiri, sengkau ditemani pegawai (lain)." 3. Berpamitanlah pegawai itu menyembah kaki Sang Prabhu: "Mohon ijin hamba untuk membinasakan Janda Girah." Pergilah pegawai itu. Tanpa berkendaraan, segera pergi ke Girah, pegawai itu menuju ke rumah Calon Arang ketika orang sedang tidur; tidak ada orang yang dalam keadaan bangun. Segera pegawai itu mengambil rambut janda itu, menghunus kerisnya ingin memotong si janda; beratlah tangan pegawai itu, terkejut dan bangunlah Calon Arang, keluarlah api dari mata, hidung, mulut dan telinganya, menyala-nyala menghanguskan pegawai itu. Salah satu dari pegawai itu mati. Yang lainnya menjauh cepat meninggalkan pegawai itu. Tanpa berkata-kata jalannya di jalan, segera pergilah ke kerajaan, memberitahukanlah pegawai itu tentang sisa kematian itu: "Tuan, tak berguna pegawai Paduka Sri Parameswara yang satu mati oleh mata Janda Girah itu. Keluar api dari perut, menyala menghanguskan pegawai Paduka Bhatara." Berkatalah Sang Prabhu: "Sedih aku jika demikian pemberitahuannya." Seketika itu juga pulanglah Sang Prabhu dari ruang penghadapan (Balairung). Sang Raja tidak berbicara. Berkatalah Janda di Girah. Bertambah besarlah kemarahannya oleh kedatangan pegawai itu, oleh utusan hamba Sang Prabhu. Berkatalah Calon Arang berseru kepada murid-muridnya mengajak datang ke tempat pembakaran mayat; dipegangnyalah lagi sastra (buku) itu. Setelah memegang mantra tersebut, diiringilah oleh para muridnya semua, datanglah di tepi kuburan tempat yang rindang oleh kepuh dililit kegelapan, daunnya rindang mengurai sampai tanah di bawahnya merata. Janda Girah itu duduk diterima oleh para muridnya semua. Memberitahukanlah Lende berkata: "Hai, Sang Janda, apa sebabnya tuan seperti akan memarahi Sang Pembawa Bumi? Jika demikian lebih baik mempunyai maksud kelakuan baik, menyembah kepada Sang Maharesi sebagai penunjuk jalan ke surga." Maka berkatalah Larung: "Apa kesedihanmu kepada duka Sang Prabhu? Sebaliknya dipercepatlah perbuatan ke tengah." Bersama-sama meninggikanlah mereka semua akan perkataan Larung, mengikutlah mereka kepada Calon Arang, kemudian berkatalah dia: "Sangat benar olehmu, Larung. Bunyikanlah Kamanak dan Kangsi kalian, sekarang menarilah masing-masing, ijinkan aku melihat perbuatan itu satu persatu. Sekarang mungkin sampai di perbuatan itu, kalian menarilah." 4. Seketika itu juga menarilah Guyang, tariannya mendekap-dekap, berteriak-teriak, terengah-engah dan berbusana; matanya melirik, menoleh kiri kanan. Menarilah Larung; gerakannya seperti macan yang ingin menerkam, matanya kelihatan memerah, benar-benar telanjang. Rambutnya berjalan cepat ke depan. Menarilah Gandi; melompat-lompatlah olehnya menari; rambutnya berjalan cepat ke pinggir. Memerah matanya kelihatan seperti buah janitri. Menarilah Lende; tariannya berjingkat-jingkat dengan kakinya. Tingkah lakunya menyala-nyala seperti api hampir menyala. Berjalan cepat rambutnya. Menarilah Weksirsa; menunduk-nunduk olehnya menari, menoleh-noleh; matanya terbuka tanpa berkedip. Rambutnya berjalan cepat ke samping, benar-benar telanjang. Mahisawadana menari berkaki satu; ia menyungsang menjulur-julur lidahnya; tangannya ingin memeras. Senanglah Calon Arang setelah mereka bersama-sama menari. Membagi tugaslah dia sesampai di istana . Mereka membagi tugas pergi ke lima daerah. Lende ke selatan, Larung ke utara, Guyang ke timur, Gandi ke barat. Calon Arang ke tengah bersama dengan Weksirsa dan Mahisawadana. Setelah mereka berbagi pergi ke lima daerah, Calon Arang datang ke tengah-tengah tempat pembakaran mayat itu, menemui mayat yang mati mendadak di hari ke-5 (kliwon). Dia memberdirikan, mengikat di kepuh, menghidupkan mayat itu, meniup-niupnya; Weksirsa dan Mahisawadana memelekkan mata (mayat itu). Menjadi hiduplah orang itu, sehingga berkatalah mayat itu: "Siapa tuan yang menghidupkan aku? Betapa besarnya hutangku; tak tahu aku membalasnya. Aku menghamba kepada tuan. Tuan, lepaskanlah aku dari pohon kepuh ini, aku ingin berbakti dan menghormat." Berkatalah Weksirsa: "Engkau sangka (bahwa) engkau hidup? Biarlah aku memarang lehermu dengan parang." Seketika itu juga diparanglah lehernya dengan parang, melesat leher mayat yang dihidupkannya itu. Terbanglah kepalanya; sampai dikeramaskan dengan darah oleh Calon Arang; menggumpallah rambutnya oleh darah. Ususnya menjadi kalung dan dikalungkannya. Badannya diolah dipanggang semua, menjadi korban para Bhuta (raksasa) yang berada di tempat pembakaran mayat, setelah itu Paduka Bhatari Bhagawati menyetujui (menerima) yang dikorbankan itu. 5. Keluarlah Bhatari dari kahyangannya, kemudian berkatalah dia kepada Calon Arang: "Aduh, anakku Calon Arang, apa maksudmu memberikan korban kepadaku, (memberikan) bakti hormat? Aku menerima penghormatanmu." Berkatalah Janda Girah itu: "Tuan, Sang Pemimpin Negeri membuat duka anakmu, aku memohon belas-kasih Bhatari, supaya Paduka Bhatari senang untuk membinasakan orang-orang senegeri, sampai ke tengah sekalian." Berkatalah Bhatari: "Baik, aku mengabulkan, Calon Arang, namun engkau jangan lengah." Berpamitanlah janda Girah itu menghormat Bhatari. Segera pergi menarilah dia di perempatan. Terjadilah tulah yang sangat hebat di seluruh negeri itu; terjadi tulah satu malam dua malam, sakitnya panas-dingin, orang-orang mati. Mayat-mayat yang ada di tanah lapang bertumpuk-tumpuk, yang lainnya ada di jalan, ada juga yang tidak terpelihara di rumahnya. Srigala-srigala meraung (membaung) memakan mayat. Burung-burung gagak berteriak-teriak tak putus-putusnya memakan mayat, bersama-sama mencucuk (memakan) mayat. Lalat-lalat beterbangan kian-kemari di rumah meraung-raung, rumah-rumah tak berpenghuni. Yang lainnya orang-orangnya pergi ke tempat jauh, pergi mengungsi ke daerah yang tidak terkena penyakit. Orang-orang yang sakit dipikul, yang lainnya ada yang mengasuh (momong) anaknya dan membawa barang-barang. Para Bhuta yang melihat berseru: "Jangan kalian pergi, desa (daerah) kalian sudah aman, tulah dan penyakit telah selesai, pulanglah kalian ke sini, hiduplah kalian di sini." Setelah itu banyak kematian orang-orang di jalan yang diambilinya. Para Bhuta itu berada di rumah tak berpenghuni bersenang-senang, tertawa-tawa, bersenda-gurau, memenuhi jalan dan jalan besar. Mahisawadana memasuki rumah berjalan ke dinding, membuat tulah bagi orang serumah. Weksirsa memasuki tempat petiduran orang, berjalan bolak-balik, membuka rintangan/pintu, meminta korban darah mentah dan daging mentah: "Itu kesukaan saya, jangan lama-lama", katanya. Tidak ada orang yang mati itu melawan tulah dan tingkah laku para Bhuta itu. === II. Calon Arang terbinasakan oleh Tuan/Empu Bharadah === 1. Berjalanlah seorang pendeta ke tengah-tengah tempat pembakaran mayat, bertemulah dia dengan Weksirsa dan Mahisawadana, murid-murid Calon Arang. Setelah melihat Sang Pendeta itu, datang menciumlah murid-murid itu, dan menyembahnya, yaitu Weksirsa dan Mahisawadana. Berkatalah Sri Bharadah: "Hai orang-orang yang menyembahku, siapakah nama kalian; aku tidak tahu, beritahu aku." Berkatalah Weksirsa dan Mahisawadana: "Tuan, kami Weksirsa dan Mahisawadana menyembah telapak kaki tuan. Murid-murid Sang Janda Girah. Kami meminta anugerah kepada Sang pendeta, lepaskanlah kami dari siksaan." Berkatalah sang guru pendeta itu: "Tidak bisa kalian lepas dari siksaan dahulu jika Calon Arang belum dilepaskan dari siksaan dahulu. Berangkatlah kalian ke Calon Arang, berkatalah kalian, bahwa aku ingin berbicara." Berpamitan menyembahlah Weksirsa dan berlutut, juga Mahisawadana. Nampak dari kejauhan Calon Arang sedang di kahyangan di tempat pembakaran mayat, baru saja pulang Paduka Bhatari Bhagawati dari percakapannya bersama dengan Janda Girah. Baru saja selesai Bhatari berkata: "Hai, Calon Arang, jangan lengah, akan surup/redup/terbenam (kalah) engkau." Demikianlah kata Bhatari. Setelah itu datang Weksirsa dan Mahisawadana berbicara dahulu kepada Calon Arang; katanya jika Sang Pendeta Bharadah datang. Kata Calon Arang: "Hai, katanya Yang Mulia Bharadah datang; aku akan menemui/menjemput dia." Pergilah Calon Arang, datanglah menerima Sang Mahasakti, menjemput Sang Pendeta, kata Calon Arang: "Tuanku, bahagialah Sang Pendeta yang kumuliakan, Sang Pendeta Bharadah, aku meminta anugerah kata-kata yang baik (rahayu)." Kata Sang Pendeta: "Lihatlah, aku memberi pengarahan pada tuntunan yang baik; janganlah engkau membuat sakit, yang mulia. Aku diceritai cerita sedih tentang engkau melakukan hal yang jelek membuat manusia banyak yang mati, membuat bumi langka/sepi, membuat dukanya bumi dan membunuh semua rakyat. Betapa banyak engkau membawa mala-petaka (membuat dosa) bagi bumi. Banyaklah orang-orang yang terkena tulah. Keterlaluan engkau membawa mala-petaka, membunuh orang-orang senegara. Tidak dapat engkau terlepas dari siksaan jika engkau sangat bermusuhan. Oleh karena itu, jika belum tahu jalan keluar untuk membebaskan diri, masakan engkau dapat lepas dari siksaan." Berkatalah Calon Arang: "Permusuhan sangat besar dosaku pada rakyat; oleh karena itu lepaskanlah aku dari siksaan, hai Sang Pendeta, kasihanilah aku." Berkatalah Sang Pendeta: "Tidak dapat aku melepaskan engkau." 2. Berkatalah Calon Arang, marah, menjadi besar dukanya Janda Girah itu: "Lihatlah, aku akan membuat gangguan besar kepadamu, jika engkau tidak tahu melepaskan aku. Engkau enggan melepaskan aku dari siksaan, lihatlah, aku sama sekali menghilangkan dosa. Aku akan meneluh engkau, hai Resi Bharadah." Kemudian menarilah Calon Arang berbalik mengurai rambutnya, matanya melirik, tangannya menunjuk Sang Pendeta: "Matilah engkau nanti olehku, Pendeta Bharadah. Jika engkau tetap tidak tahu, hai Yang Mulia, pohon beringin besar ini, aku teluh, lihatlah, Empu Bharadah." Seketika itu juga hancurlah sangat pohon beringin karena mata Calon Arang. Berkatalah Sang Pendeta: "Lihatlah, hai Wanita Yang Mulia, datangkanlah teluhmu lagi yang besar, masakan aku akan heran." Kemudian semakin besarlah olehnya meneluh, keluarlah api dari mata, hidung, telinga, mulut, menyala-nyala membakar Sang Pendeta. Sang Pendeta tidak terbakar, damailah olehnya memperhatikan hidupnya rakyat. Berkatalah Sang Maha Sakti: "Tidak mati oleh teluhmu, hai Wanita Yang Mulia; aku tidak pergi dari hidup (mati). Semoga engkau mati oleh karena sikapmu itu." Datanglah kematian Calon Arang. Menjawablah Sang Pendeta Bharadah: "Aduh, aku belum memberi pengarahan tentang kelepasan kepada Wanita Yang Mulia. Lihatlah sungguh hai Wanita Yang Mulia, engkau hidup lagi." Datanglah kehidupan Calon Arang: marah memaki-maki Calon Arang, katanya: "Aku sudah mati, mengapa tuan menghidupkan aku lagi?" Menjawablah Sang Pendeta "Hai, Yang Mulia, aku membuat hidup lagi kamu, (karena) aku belum memberi pengarahan kepada engkau tentang kelepasanmu dan menunjukkan surgamu, serta menghilangkan rintanganmu." Berkatalah Calon Arang: "Aduh, berbahagia jika demikian kata Sang Pendeta, lepaskanlah aku dari siksaan; aku menyembah pada telapak-kakimu, Sang Pendeta, jika engkau melepaskan aku dari siksaan." Meminta dirilah Calon Arang kepada Sang Pendeta, diperkenankan dia mati yang sempurna (kelepasan) dan ditunjukkan surganya. Setelah Sang Pendeta Bharadah memberi pengarahan, Calon Arang menyembah kepada Sang Pendeta. Kata Sang Pendeta: "Lihatlah, lepaslah engkau, hai Wanita Yang Mulia." Kematian Calon Arang menjadi lepas dari penderitaan, dibakar, roh Janda Girah oleh Sang Kekasih. Maka Weksirsa dan Mahisawadana bersama-sama turut selamat, berjalan menjadi Wiku oleh Sang Pendeta, oleh karena tidak dapat ikut kelepasan bersama dengan Janda Girah. Bersama-sama dijadikan Wiku oleh Sang Pendeta. Demikianlah cerita tentang Calon Arang. [[Kategori:Prosa]] Kategori:Prosa 1718 2327 2006-05-26T03:13:50Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Karya menurut tipe]] Prosa 1719 2603 2006-05-28T20:34:25Z IvanLanin 30 +2 {{process header |title = Prosa |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Berikut adalah daftar karya [[w:prosa|prosa]] yang tersedia di Wikisource. }} * [[Calon Arang]] * [[Jaratkaru]] * [[Tantu Panggelaran ]] [[Kategori:Prosa| ]] Templat:Kemungkinan pelanggaran hak cipta 1720 2337 2006-05-26T03:34:04Z IvanLanin 30 typo :( <div id="info-naskah"> Artikel-artikel di bawah ini telah ditandai sebagai kemungkinan pelanggaran hak cipta. Isi artikel telah dikosongkan (walaupun masih bisa diakses melalui sejarah halaman), selagi masalah ini didiskusikan pada halaman bicara. Jika Anda merasa bahwa suatu artikel telah melakukan pelanggaran hak cipta, masukkan '''<nowiki>{{phc}}</nowiki>''' pada bagian atas artikel. Jika suatu argumentasi yang meyakinkan untuk mempertahankan artikel tidak berhasil diperoleh setelah jangka waktu tertentu, artikel-artikel tersebut akan dihapus. Daftar artikel yang dihapus akan dimuat di [[Wikisource:Arsip pelanggaran hak cipta]]. Untuk permintaan penghapusan artikel '''bukan''' karena pelanggaran hak cipta, silakan masukkan pada [[Wikisource:Usulan penghapusan]]. </div><includeonly>[[Kategori:Pemeliharaan Wikisource|{{PAGENAME}}]]</includeonly><noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Kategori:Kemungkinan pelanggaran hak cipta 1721 2335 2006-05-26T03:31:54Z IvanLanin 30 typo [[Kategori:Pemeliharaan Wikisource]] Templat:Usulan penghapusan 1722 2339 2006-05-26T03:38:49Z IvanLanin 30 ~kat <div id="info-naskah"> Halaman ini mengumpulkan permintaan untuk penghapusan artikel tertentu dari Wikisource. Masukkan '''<nowiki>{{hapus}}</nowiki>''' pada bagian atas artikel yang Anda pikir harus dihapus '''bukan''' karena alasan pelanggaran hak cipta, dan daftarkan pada halaman ini untuk didiskusikan. Artikel yang dicantumkan pada halaman ini harus dihapus jika tidak ada pembelaan yang meyakinkan setelah jangka waktu tertentu. Untuk penghapusan halaman karena pelanggaran hak cipta, silakan lihat halaman [[Wikisource:Kemungkinan pelanggaran hak cipta]]. </div><includeonly>[[Kategori:Pemeliharaan Wikisource|{{PAGENAME}}]]</includeonly><noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Wikisource:Arsip pelanggaran hak cipta 1723 2345 2006-05-26T03:46:17Z IvanLanin 30 +info {{Arsip pelanggaran hak cipta}} <!-- Daftar harap ditulis setelah bagian ini, jangan menghapus bagian ini dan bagian di atasnya. --> Saat ini belum ada naskah yang dihapus karena pelanggaran hak cipta. Templat:Arsip pelanggaran hak cipta 1724 2344 2006-05-26T03:45:32Z IvanLanin 30 ~kat <div id="info-naskah"> Halaman ini memberikan daftar naskah yang telah dihapus dari Wikisource bahasa Indonesia karena pelanggaran hak cipta. Usulan penghapusan kerena pelanggaran hak cipta dapat dilihat di [[Wikisource:Kemungkinan pelanggaran hak cipta]]. </div><includeonly>[[Kategori:Pemeliharaan Wikisource|{{PAGENAME}}]]</includeonly><noinclude>[[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Templat:Info 1725 2626 2006-06-02T05:17:31Z Borgx 2 update dari wp <noinclude>'''Templat ini disalin dari [[:w:Templat:Info]]. Jangan mengubah langsung templat ini. Perubahan harus melalui id.wikipedia untuk penyeragaman templat'''</noinclude> <includeonly><table align="center" style="border: 1px solid {{ #switch:{{{scheme|}}} |beige=#aaaaaa; |blue=#9f9fff; |green=lime; |orange=#aaaaaa; |red=burlywood; |#default=#aaaaaa; }} background-color: {{ #switch:{{{scheme|}}} |beige=beige; |blue=#efefff; |green=#cfc; |orange=#FFF0D9; |red=mistyrose; |#default=#f9f9f9; }} width: {{#if: {{{width|}}}|{{{width}}}|80%}}; margin: 0 auto 1em auto; padding: .2em; text-align: justify;"> <tr><td width="1%"> {{#switch:{{{logotype|}}} |ok=[[Image:Symbol keep vote.svg|40px]] |ok1=[[Image:Symbol_OK.svg|40px]] |no=[[Image:No sign.svg|40px]] |no1=[[Image:No-Symbol.svg|40px]] |stophand=[[Image:stop hand.svg|40px]] |warning=[[Image:diamond-caution.png|40px]] |warning1=[[Image:attention yellow.png|40px]] |info=[[Image:info blue.svg|40px]] |question=[[Image:Icon apps query.svg|40px]] |construction=[[Image:Panneau travaux.png|40px]] |padlock=[[Image:Padlock.svg|40px]] |news=[[Image:Current event marker.png|40px]] |question1=[[Image:Blue question mark.png|40px]] }}</td> <td align={{#if:{{{textalign|}}}|{{{textalign}}}|center}}>{{{pesan}}} </td> </table></includeonly><noinclude> Templat '''info''' digunakan sebagai templat dasar kotak pesan. Contoh penggunaan standar (tanpa attribut ekstra) adalah : <tt><nowiki>{{info|pesan=Isikan pesan disini}}</nowiki></tt> ====Parameter:Scheme==== Untuk mengganti warna, gunakan parameter "scheme". Untuk defaultnya (apabila parameter "scheme" tidak dispesifikasikan) maka warnanya adalah abu-abu (seperti contoh di atas). Contoh penggunaannya:<br> <tt><nowiki>{{Info|scheme=beige|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|scheme=beige|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|scheme=blue|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|scheme=blue|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|scheme=green|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|scheme=green|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|scheme=orange|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|scheme=orange|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|scheme=red|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|scheme=red|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> ====Parameter:Width==== Gunakan parameter "width" untuk menentukan lebar kotak. Defaultnya adalah 80%. Contoh penggunaan:<br> <tt><nowiki>{{Info|width=50%|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|width=50%|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|width=70%|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|width=70%|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> ====Parameter:Textalign==== Gunakan parameter "textalign" untuk menentukan text alignment isi pesan. Defaultnya adalah "center". Contoh penggunaan:<br> <tt><nowiki>{{Info|textalign=left|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|textalign=left|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> <tt><nowiki>{{Info|textalign=right|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|textalign=right|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> ====Parameter:logotype==== Gunakan parameter "logotype" untuk menambahkan logo. Defaultnya adalah tidak ada logo. Contoh penggunaan:<br> <tt><nowiki>{{Info|logotype=ok|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}</nowiki></tt><br> hasilnya:<br> {{Info|logotype=ok|pesan=Isikan pesan Anda di sini}}<br><br> Untuk daftar logotype: {| class="tabelcantikcyan" ||logotype||gambar||logotype||gambar||logotype||gambar |- |valign=top|ok||[[Image:Symbol_keep_vote.svg|40px]]||ok1||[[Image:Symbol_OK.svg|40px]]||no||[[Image:No sign.svg|40px]] |- |valign=top|no||[[Image:No sign.svg|40px]]||no1||[[Image:No-Symbol.svg|40px]]||stophand||[[Image:stop hand.svg|40px]] |- |valign=top|warning||[[Image:diamond-caution.png|40px]]||warning1||[[Image:attention yellow.png|40px]]||info||[[Image:info blue.svg|40px]] |- |valign=top|question||[[Image:Icon apps query.svg|40px]]||construction||[[Image:Panneau travaux.png|40px]]||padlock||[[Image:Padlock.svg|40px]] |- |valign=top|news||[[Image:Current event marker.png|40px]]||puzzle||[[Image:Puzzle A.png|40px]]||question1||[[Image:Blue question mark.png|40px]] |} [[Kategori:Templat yang menggunakan ParserFunction|Info]] [[Kategori:Templat kotak pesan| ]] </noinclude> Kategori:Templat info 1726 2347 2006-05-26T04:50:25Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Templat|Info]] Kategori:Templat yang menggunakan ParserFunction 1727 2353 2006-05-26T05:50:00Z IvanLanin 30 idx kat [[Kategori:Templat|ParserFunction]] Kategori:Templat kotak pesan 1728 2352 2006-05-26T05:49:19Z IvanLanin 30 idx kat [[Kategori:Templat|Kotak pesan]] Templat:Prettytable 1729 2357 2006-05-26T17:51:35Z IvanLanin 30 dari id:w border="2" cellpadding="4" cellspacing="0" style="margin: 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaa solid; border-collapse: collapse; font-size: 95%;"<noinclude> ---- Digunakan sebagai standar langgam (''stylesheet'') untuk table. Contoh penggunaan: <nowiki>{| {{prettytable}}</nowiki> <nowiki>|-</nowiki> <nowiki>... isi table ...</nowiki> <nowiki>|}</nowiki> [[Kategori:Templat tampilan|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Templat:Judul tabel UU 1730 2364 2006-05-26T18:33:13Z IvanLanin 30 style |- style="background: #f2f2f2" ! width="10%" | No.UU !! width="20%" | Tanggal !! width="35%" | Tentang !! width="35%" | Keterangan Templat:Baris tabel UU 1732 2362 2006-05-26T18:10:56Z IvanLanin 30 align |- valign="top" | align="center" | {{{1}}} | align="center" | {{{3}}} || [[Undang-Undang Nomor {{{1}}} Tahun {{{2}}}|{{{4}}}]] || {{{5}}}<noinclude>[[Kategori:Templat tampilan|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 1733 2569 2006-05-28T18:47:39Z Borgx 2 tpl {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Republik Indonesia]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=pajak}} }} UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: :a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, karena itu menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi para warganya yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional; :b. bahwa sistem perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak negara yang selama ini berlaku, tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Indonesia baik dalam segi kegotongroyongan nasional maupun dalam laju pembangunan nasional yang telah dicapai; :c. bahwa sistem perpajakan yang tertuang di dalam ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku selama ini belum dapat menggerakkan peran serta semua lapisan subyek pajak yang besar peranannya dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri dan sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional; :d. bahwa oleh karena itu, sesuai pula dengan amanat yang terkandung dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/ 1983), perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada subyek pajak untuk melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat; :e. bahwa untuk dapat mencapai maksud tersebut di atas, perlu diadakan pembaharuan dan penggantian peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku; Mengingat : :1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1 ), dari Pasal 23 ayat (2), Undang-Undang Dasar 1945; :2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara; :3. Regeling van het Beroep in Belastingszaken (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 29) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 13. Tambahan Lembaran Negara Nomor 1748); :4. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1850); :5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: Dengan mencabut: :1. Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 319) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2940); :2. Ordonansi Pajak Pendapatan, 1944 (Staatsblad Tahun 1944 Nomor 17) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2941); :3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 tentang Perubahan dan Penyempurnaan, Tata Cara Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925 (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2827); kecuali ketentuan-ketentuan mengenai tata cara pemungutan Pajak Kekayaan; :4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1970 tentang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2942); Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN. == Bab I Ketentuan Umum == === Pasal 1 === Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan: :a. Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan; :b. Badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap; :c. Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terhutang; :d. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim atau satu tahun buku; :e. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu satu Tahun Pajak; :f. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; :g. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk memberitahukan pajak yang terhutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat; :h. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk memberitahukan pajak yang terhutang dalam suatu Tahun Pajak; :i. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran pajak yang terhutang di Kas Negara atau di tempat pembayaran lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dan/atau untuk melaporkan ke Direktorat Jenderal Pajak; :j. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan,/atau sanksi berupa bunga dan denda administrasi; :k. Surat Ketetapan Pajak adalah, surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang, jumlah pengurangan pembayaran pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar; :l. Surat Ketetapan Pajak Tambahan adalah Surat keputusan yang menambah jumlah pajak yang telah ditetapkan; m.Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak adalah surat keputusan yang menentukan pengembalian kelebihan pembayaran jumlah pajak yang telah dibayar dan/atau dipotong dan/atau dipungut, karena jumlah pajak yang telah dibayar dan/atau dipotong dan/atau dipungut lebih besar dari pajak yang terhutang; :n. Surat Pemberitaan adalah surat yang berisi pemberitahuan kepada Wajib Pajak, bahwa jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang sudah dibayar, dan/atau dipotong dan/atau dipungut; :o. Pajak yang terhutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; :p. Surat Paksa adalah surat perintah membayar pajak dan tagihan yang berkaitan dengan pajak, sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1850); :q. Kredit Pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak sendiri, setelah ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain dan dikurangkan dari seluruh pajak yang terhutang termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang terhutang di luar negeri; :r. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja; :s. Tindakan Pemeriksaan adalah tindakan yang dilakukan oleh petugas perpajakan dalam rangka melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, untuk mencari bahan-bahan guna penghitungan jumlah pajak yang terhutang dan jumlah pajak yang harus dibayar. == Bab II Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Pemberitahuan, Dan Tata Cara Pembayaran Pajak == === Pasal 2 === Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan dirinya pada Direktorat Jenderal Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. === Pasal 3 === (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan, menandatangani, dan menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan. (2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. (3) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah: :a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-lambatnya dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak; :b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak. (4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b. (5) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diajukan secara tertulis, disertai surat pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak yang terhutang dalam satu Tahun Pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terhutang. (6) Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang diperlukan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan. === Pasal 4 === (1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. (2) Dalam hal Wajib Pajak adalah Badan, Surat Pemberitahuan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi. (3) Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus. (4) Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. === Pasal 5 === Untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan, Direktur Jenderal Pajak dalam hal-hal tertentu dapat menentukan tempat lain bukan tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). === Pasal 6 === (1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu, sedangkan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan harus diberikan juga bukti penerimaan. (2) Pengiriman Surat Pemberitahuan melalui Kantor Pos dan Giro harus dilakukan secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman (dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan. === Pasal 7 === Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah). === Pasal 8 === (1) Wajib Pajak dapat membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. (2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan yang mengakibatkan hutang pajak menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua per-sen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung mulai saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan Surat Pemberitahuan itu. (3) Sekalipun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi sepanjang belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terhutang beserta denda administrasi sebesar dua kali jumlah pajak yang kurang dibayar. === Pasal 9 === (1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terhutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, selambat-lambatnya lima belas hari setelah saat terhutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. (2) Kekurangan pembayaran pajak yang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan harus dibayar lunas dalam jangka waktu tiga bulan setelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan itu disampaikan. (3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan harus dilunasi dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkan. (4) Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau memberikan penundaan pembayaran pajak. === Pasal 10 === (1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terhutang di Kas Negara atau di tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. === Pasal 11 === (1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a dikembalikan, atau apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai hutang pajak lainnya, langsung dapat diperhitungkan untuk melunasi dahulu pajak yang terhutang. (2) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu satu bulan setelah Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a ditetapkan. (3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu satu bulan, Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat berlakunya batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sampai dengan saat dilakukan pembayaran kelebihan. (4) Tata cara perhitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. == Bab III Penetapan Dan Ketetapan Pajak == === Pasal 12 === Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak. === Pasal 13 === (1) Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terhutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut : :a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang kurang atau tidak dibayar; :b. apabila Surat Pemberitahuan tidak (disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran; :c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen), atau tidak seharusnya diberikan pengembalian pajak; :d. apabila kewajiban tidak dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 29, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terhutang. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berlipat bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihitung mulai saat terhutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak. (3) Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar : :a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang kurang atau tidak dibayar dalam satu Tahun Pajak; :b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan; :c. 100%(seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar. (4) Jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong dan dipungut oleh pihak ketiga untuk satu Tahun Pajak, jumlah Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri, pajak yang ditagih dalam Surat Tagihan Pajak untuk Tahun Pajak tersebut, sera pajak atas penghasilan yang dibayar atau terhutang di luar negeri untuk Tahun Pajak yang bersangkutan, dikreditkan dari jumlah Pajak Penghasilan yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak. (5) Sanksi administrasi berupa bunga, denda administrasi, dan kenaikan, tidak dapat dikreditkan dari jumlah pajak yang terhutang. (6) Besarnya pajak yang terhutang dalam suatu Tahun Pajak yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan, menjadi pasti menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak. (7) Apabila jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat, Surat Keputusan Pajak tetap dapat diterbitkan dalam hak Wajib Pajak setelah jangka waktu lima tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan mengenai pajak yang penagihannya telah lewat waktu, berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum itu.. === Pasal 14 === (1) Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila : :a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b.Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi dan/atau bunga; c.dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung. (2) Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak. === Pasal 15 === (1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Tambahan dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat pajak terhutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila diketemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. (3) Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan, apabila Surat Ketetapan Pajak Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis oleh Wajib Pajak atas kehendak sendiri, sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. (4) Apabila jangka waktu lima tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Tambahan tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu lima tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan mengenai pajak yang penagihannya telah lewat waktu, berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. === Pasal 16 === Kesalahan tulis, kesalahan hitung, atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atas permohonan Wajib Pajak. === Pasal 17 === (1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atau pemeriksaan, menerbitkan : :a. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak diterima surat permohonan, apabila jumlah pajak yang dibayar atau jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut ternyata lebih besar dari jumlah pajak yang terhutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang; :b. Surat Pemberitaan, apabila jumlah pajak yang dibayar atau jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut sama dengan jumlah pajak yang terhutang. (2) Apabila setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan kelebihan pembayaran pajak tersebut dianggap dikabulkan. == Bab IV Penagihan Pajak == === Pasal 18 === (1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan merupakan dasar penagihan pajak. Tata cara pelaksanaan penagihan pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. === Pasal 19 === (1) Apabila atas pajak yang terhutang, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak dibayar atau kurang dibayar itu, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. (2) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur, atau menunda pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2%, (dua persen) sebulan. (3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terhutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal, 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terhutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b sampai dengan hari dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut.. === Pasal 20 === Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan ditagih seketika, dalam hal: :a. Wajib Pajak atau wakilnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya ataupun berniat untuk itu; :b. Wajib Pajak atau wakilnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaannya atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia ataupun memindah tangankan barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimilikinya atau dikuasainya; :c. Pembubaran Badan atau niat untuk membubarkannya, pernyataan pailit, begitu pula dalam hal terjadi penyitaan atas barang bergerak atau barang tidak bergerak milik Wajib Pajak atau wakilnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2). === Pasal 21 === (1) Negara mempunyai hak mendahului untuk tagihan pajak atas barang-barang Wajib Pajak begitu pula atas barang-barang milik wakilnya, serta orang atau Badan yang menurut Pasal 32 ayat (2)dan ketentuan undang-undang perpajakan lainnya, bertanggung jawab secara pribadi dan/ atau secara renteng. (2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi pokok pajak, bunga, denda administrasi, kenaikan, dan biaya penagihan. (3) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap hak mendahulu dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1139 angka 1 dan angka 4, Pasal 1149 angka 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan dalam Pasal 80 dan Pasal 81 Kitab Undang-undang Hukum Dagang. (4) Hak mendahulu itu hilang setelah lampau waktu dua tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Ketetapan Pajak Tambahan, kecuali apabila dalam jangka waktu Surat Paksa untuk membayar itu diberitahukan secara resmi, atau diberikan penundaan pembayaran. (5) Dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi, jangka waktu dua tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa, atau dalam hal diberikan penundaan pembayaran jangka waktu dua tahun tersebut ditambah dengan jangka waktu penundaan pembayaran. === Pasal 22 === Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga denda administrasi, kenaikan dan biaya penagihan gugur setelah lampau waktu lima tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (7) dan Pasal 15 ayat (4). === Pasal 23 === Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan yang tidak dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa. === Pasal 24 === Tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan besarnya penghapusan diatur oleh Menteri Keuangan. == Bab V Keberatan Dan Banding == === Pasal 25 === (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu : :a. Surat Pemberitaan; b.Surat Ketetapan Pajak, c.Surat Ketetapan Pajak Tambahan; d.Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran; e.Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2)Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyatakan alasan-alasan secara jelas. (3) Keberatan harus diajukan, dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (4) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak. (5) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan pajak. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak. === Pasal 26 === (1) Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. (3) Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terhutang. (4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak yang ditentukan dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. (5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima. === Pasal 27 === (1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatannya dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan, dengan dilampiri salinan Surat Keputusan tersebut. (2) Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia. (3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak. == Bab VI Pembukuan Dan Pemeriksaan == === Pasal 28 === (1) Orang atau Badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak atau harga perolahan dan penyerahan barang atau jasa guna penghitungan jumlah pajak terhitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Bagi Wajib Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan pencatatan untuk dijadikan dasar pengenaan pajak yang terhutang. (3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. (4) Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang--kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara teratur tentang keadaan kas dan bank, daftar hutang-piutang dari daftar persediaan barang, dan pada setiap Tahun Pajak berakhir Wajib Pajak harus menutup pembukuannya dengan membuat neraca dan perhitungan rugi laba berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas (konsisten) dengan tahun sebelumnya. (5) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. (6) Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak harus disimpan selama sepuluh tahun. === Pasal 29 === (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menetapkan besarnya jumlah pajak yang terhutang dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa. (3) Wajib Pajak yang diperiksa harus : :a. memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak; :b. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; :c. memberikan keterangan yang diperlukan. (4) Apabila dalam pengungkapan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak yang terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. === Pasal 30 === Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu, bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b. === Pasal 31 === Tata cara pemeriksaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. == Bab VII Ketentuan Khusus == === Pasal 32 === (1) Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili, dalam hal :a. Badan oleh pengurus; :b. Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau Badan yang dibebani dengan pemberesan; :c. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; :d. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampunan oleh wali atau pengampunya. (2) Wakil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terhutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak, bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terhutang tersebut. (3) Orang atau Badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. === Pasal 33 === Pembeli atau penerima jasa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti pembayaran pajak. === Pasal 34 === (1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku juga terhadap ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (3) Menteri Keuangan berwenang memerintahkan secara tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ahli-ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), supaya memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari Wajib Pajak kepada Pejabat Pemeriksa untuk keperluan pemeriksaan Keuangan Negara. Surat Perintah tersebut di atas menyebutkan nama Wajib Pajak yang dikehendaki keterangannya dan nama pemeriksa. (4) Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkara pidana, atas permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Menteri Keuangan dapat memberi izin tertulis untuk meminta kepada pejabat pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya. (5) Permintaan Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), harus menyebutkan nama tersangka, keterangan-keterangan yang diminta serta kaitan antara perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta tersebut === Pasal 35 === (1) Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa, atas permintaan Direktur Jenderal Pajak pihak ketiga tersebut harus memberikan keterangan atau bukti yang diminta. (2) Dalam hal pihak ketiga yang bersangkutan tersebut terikat oleh kewajiban untuk merahasiakan, kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. === Pasal 36 === (1) Direktur Jenderal Pajak dapat : :a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; :b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar. (2) Tata cara pengurangan, penghapusan, atau pembatalan hutang pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur oleh Menteri Keuangan. === Pasal 37 === Perubahan besarnya sanksi administrasi berupa bunga, denda administrasi, dan kenaikan diatur dengan Peraturan Pemerintah. == Bab VIII Ketentuan Pidana == === Pasal 38 === Barang siapa karena kealpaannya : a.tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau b.menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang tidak benar; sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya satu tahun dan/atau denda setinggitingginya sebesar dua kali jumlah pajak yang terhutang. === Pasal 39 === (1) Barang siapa dengan sengaja : :a. tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; atau :b. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; dan/atau c.menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; dan/atau :d. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; dan/atau :e. tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lainnya; dan/atau :f. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun dan /atau denda setinggi-tingginya sebesar empat kali jumlah pajak yang terhutang yang kurang atau yang tidak dibayar. (2) Ancaman dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilipat- kan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan. === Pasal 40 === Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. === Pasal 41 === (1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, di-pidana dengan pidana kurungan selama-lamanya enam bulan dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). (2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) (3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar. === Pasal 42 === (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 41 ayat (1) adalah pelanggaran. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 41 ayat (2) adalah kejahatan. === Pasal 43 === Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan Pasal 39, berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak. == Bab IX Penyidikan == === Pasal 44 === (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang : :a. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; :b. melakukan penelitian terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang perpajakan; :c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau Badan sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perpajakan, :d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan , dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; :e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang perpajakan; :f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. == Bab X Ketentuan Peralihan == === Pasal 45 === Terhadap pajak-pajak yang terhutang pada suatu saat, untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang berakhir sebelum saat berlakunya undang-undang ini, tetap berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang lama, sampai dengan tanggal 31 Desember 1988. === Pasal 46 === Dengan berlakunya undang-undang ini semua peraturan pelaksanaan di bidang perpajakan yang lama tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini. === Pasal 47 === Terhadap penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi serta dalam bidang penambangan lainnya sehubungan dengan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil, yang masih berlaku pada saat berlakunya undang-undang ini, dikenakan pajak berdasarkan ketentuan-ketentuan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 dan Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970 beserta semua peraturan pelaksanaannya. == Bab XI Ketentuan Penutup == === Pasal 48 === Hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. === Pasal 49 === Ketentuan dalam undang-undang ini berlaku pula bagi undang- undang perpajakan lainnya, kecuali apabila ditentukan lain. === Pasal 50 === Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1984. Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEHARTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1983 MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SUDHARMONO, S.H. [[Kategori:Undang-Undang]] Wikisource:Sumber naskah primer 1734 2378 2006-05-27T10:08:16Z IvanLanin 30 +vlsm Berikut adalah daftar situs yang memiliki koleksi sumber naskah primer: * [http://www.indonesia.go.id/navigasiDetail.php?navId=4&content=0 Produk hukum Republik Indonesia] - koleksi produk perundangan Indonesia * [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ Koleksi karya presiden Indonesia di Perpustakaan Nasional] * [http://bebas.vlsm.org/v01/RI/index.html Kumpulan produk hukum Indonesia di vlsm.org] * [http://www.pajak.go.id/peraturan/ Koleksi peraturan perpajakan Indonesia] * [http://gutenberg.net/ Project Gutenberg] - salah satu sumber koleksi terbesar buku bebas * [http://memory.loc.gov/ American Memory: Historical collections for the National Digital Library] * [http://www.yale.edu/lawweb/avalon/avalon.htm Yale Law School's Avalon Project] [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] [[en:Wikisource:Primary source resources]] MediaWiki:Captcha-short 1735 2380 2006-05-28T08:18:06Z Borgx 2 tjmh Suntingan Anda menyertakan pralana luar baru. Sebagai perlindungan terhadap ''spam'' otomatis, Anda harus mengetikkan kata yang tertera pada gambar berikut: <br />([[Special:Captcha/help|Apa ini?]]) Wikisource:Pengurus/Pemungutan suara/Borgx untuk sysop 6 November 2005 1736 2384 2006-05-28T08:39:31Z Borgx 2 Tidak ada pemungutan suara untuk ini. Borgx diangkat menjadi sysop oleh Angela pada 6 November 2005 bersamaan dengan pembuatan id.wikisource. MediaWiki:Crossnamespacelinkstext 1737 2387 2006-05-28T09:37:34Z Borgx 2 terjemah $1: $2 terpaut ke $3 MediaWiki:Makesysop-nodatabase 1738 2394 2006-05-28T14:22:49Z Borgx 2 tjmh Nama pengguna interwiki salah: $1 MediaWiki:Newuserlog-create-entry 1739 2403 2006-05-28T14:29:01Z Borgx 2 tjmh Pengguna baru MediaWiki:Newuserlog-create2-entry 1740 2404 2006-05-28T14:29:09Z Borgx 2 tjmh membuat akun untuk $1 MediaWiki:Newuserloglog 1741 2405 2006-05-28T14:29:17Z Borgx 2 tjmh Pengguna baru ([[User talk:$1|$2]] | [[Special:Contributions/$1|$3]] | [[Special:Blockip/$1|$4]]) MediaWiki:Renameuser 1742 2406 2006-05-28T14:29:55Z Borgx 2 tjmh Penggantian nama pengguna MediaWiki:Renameusererrordoesnotexist 1743 2407 2006-05-28T14:30:02Z Borgx 2 tjmh Pengguna "<nowiki>$1</nowiki>" tidak ada MediaWiki:Renameusererrorexists 1744 2408 2006-05-28T14:30:10Z Borgx 2 tjmh Pengguna "<nowiki>$1</nowiki>" telah ada MediaWiki:Renameusererrorinvalid 1745 2409 2006-05-28T14:30:17Z Borgx 2 tjmh Nama pengguna "<nowiki>$1</nowiki>" tidak sah MediaWiki:Renameusererrortoomany 1746 2410 2006-05-28T14:30:24Z Borgx 2 tjmh Pengguna "<nowiki>$1</nowiki>" memiliki $2 kontribusi. Penggantian nama pengguna dengan lebih dari $3 kontribusi dapat mempengaruhi kinerja situs MediaWiki:Renameuserlog 1747 2411 2006-05-28T14:30:41Z Borgx 2 tjmh Nama "[[Pengguna:$1|$1]]" (yang memiliki $3 suntingan) telah diganti dengan "[[Pengguna:$2|$2]]" MediaWiki:Renameuserlogpage 1748 2412 2006-05-28T14:30:50Z Borgx 2 tjmh Log penggantian nama pengguna MediaWiki:Renameuserlogpagetext 1749 2413 2006-05-28T14:31:01Z Borgx 2 tjmh Berikut adalah log penggantian nama pengguna MediaWiki:Renameusernew 1750 2414 2006-05-28T14:31:30Z Borgx 2 tjmn Nama baru: MediaWiki:Renameuserold 1751 2415 2006-05-28T14:31:37Z Borgx 2 tjmh Nama sekarang: MediaWiki:Renameusersubmit 1752 2416 2006-05-28T14:31:50Z Borgx 2 tjmh Simpan MediaWiki:Renameusersuccess 1753 2417 2006-05-28T14:31:58Z Borgx 2 tjmh Pengguna "<nowiki>$1</nowiki>" telah diubah namanya menjadi "<nowiki>$2</nowiki>" MediaWiki:Checkuser 1754 2418 2006-05-28T14:32:57Z Borgx 2 tjmh Periksa pengguna MediaWiki:Makebot 1755 2420 2006-05-28T14:42:39Z Borgx 2 tjmh Pemberian atau penarikan status bot MediaWiki:Makebot-change 1756 2421 2006-05-28T14:42:47Z Borgx 2 tjmh Ganti status: MediaWiki:Makebot-comment 1757 2422 2006-05-28T14:42:54Z Borgx 2 tjmh Komentar: MediaWiki:Makebot-grant 1758 2423 2006-05-28T14:43:00Z Borgx 2 tjmh Berikan MediaWiki:Makebot-granted 1759 2424 2006-05-28T14:44:43Z Borgx 2 tjmh [[User:$1|$1]] sekarang mempunyai status bot. MediaWiki:Makebot-header 1760 2425 2006-05-28T14:44:54Z Borgx 2 tjmh '''Birokrat lokal dapat menggunakan halaman ini untuk memberikan atau menarik [[Help:Bot|status bot]] untuk akun pengguna lain.'''<br />Status bot akan menyembunyikan suntingan pengguna dari [[Special:Recentchanges|perubahan terbaru]] dan daftar serupa lainnya, dan berguna untuk menandai pengguna yang melakukan penyuntingan otomatis. Hal ini harus dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan. MediaWiki:Makebot-isbot 1761 2426 2006-05-28T14:45:01Z Borgx 2 tjmh [[User:$1|$1]] mempunyai status bot. MediaWiki:Makebot-logentrygrant 1762 2427 2006-05-28T14:45:16Z Borgx 2 tjmh memberikan status bot untuk [[$1]] MediaWiki:Makebot-logentryrevoke 1763 2428 2006-05-28T14:45:23Z Borgx 2 tjmh menarik status bot dari [[$1]] MediaWiki:Makebot-logpagetext 1764 2429 2006-05-28T14:45:33Z Borgx 2 tjmh Berikut adalah log perubahan status [[Help:Bot|bot]] pengguna. MediaWiki:Makebot-notbot 1765 2430 2006-05-28T14:45:41Z Borgx 2 tjmh [[User:$1|$1]] tak mempunyai status bot. MediaWiki:Makebot-privileged 1766 2431 2006-05-28T14:45:49Z Borgx 2 tjmhy [[User:$1|$1]] mempunyai [[Special:Listadmins|berstatus pengurus atau birokrat]], karenanya tak bisa mendapat status bot. MediaWiki:Makebot-revoke 1767 2432 2006-05-28T14:45:55Z Borgx 2 tjmh Tarik MediaWiki:Makebot-revoked 1768 2433 2006-05-28T14:46:03Z Borgx 2 tjmh [[User:$1|$1]] tidak lagi mempunyai status bot. MediaWiki:Makebot-search 1769 2434 2006-05-28T14:46:09Z Borgx 2 tjmh Cari MediaWiki:Makebot-username 1770 2435 2006-05-28T14:46:16Z Borgx 2 tjmh Nama pengguna MediaWiki:Filepath 1771 2436 2006-05-28T14:49:44Z Borgx 2 tjmh Lokasi berkas MediaWiki:Filepath page 1772 2437 2006-05-28T14:49:53Z Borgx 2 tjmh Berkas: MediaWiki:Filepath submit 1773 2438 2006-05-28T14:50:00Z Borgx 2 tjmh Lokasi MediaWiki:Lucenefallback 1774 2439 2006-05-28T14:50:34Z Borgx 2 tjmh Ada masalah pada pencarian wiki. Hal ini mungkin bersifat temporer; silakan coba kembali beberapa saat lagi, atau Anda dapat pula mencari melalui layanan pencari eksternal: MediaWiki:Lucenepowersearchtext 1775 2440 2006-05-28T14:50:54Z Borgx 2 tjmh Pencarian pada namespace: $1 Pencarian terhadap $3 $9 MediaWiki:Searchdidyoumean 1776 2441 2006-05-28T14:51:50Z Borgx 2 tjmh Apakah Anda hendak melakukan pencarian dengan kata kunci: "<a href="$1">$2</a>"? MediaWiki:Searchnearmatches 1777 2442 2006-05-28T14:51:59Z Borgx 2 tjmh <strong>Halaman-halaman berikut ini mempunyai judul yang mirip dengan permintaan pencarian Anda:</strong> MediaWiki:Searchnext 1778 2443 2006-05-28T14:52:06Z Borgx 2 tjmh <span style='font-size: small'>Berikutnya</span> &#x00BB; MediaWiki:Searchnoresults 1779 2444 2006-05-28T14:52:13Z Borgx 2 tjmh Maaf, tiada hasil pencarian yang sesuai dengan permintaan Anda. MediaWiki:Searchnumber 1780 2445 2006-05-28T14:52:24Z Borgx 2 tjmh <strong>Hasil pencarian ke-$1 hingga $2 dari $3</strong> MediaWiki:Searchprev 1781 2446 2006-05-28T14:52:49Z Borgx 2 tjmh &#x00AB; <span style='font-size: small'>Sebelumnya</span> MediaWiki:Searchscore 1782 2447 2006-05-28T14:52:55Z Borgx 2 tjmh Relevansi: $1 MediaWiki:Searchsize 1783 2448 2006-05-28T14:53:02Z Borgx 2 tjmh $1KB ($2 perkataan) MediaWiki:Boardvote 1784 2450 2006-05-28T15:22:12Z Borgx 2 tjmh Pemilihan Anggota Dewan Kepercayaan Yayasan Wikimedia Wikisource:Mengenai Wikisource 1796 2480 2006-05-28T15:53:11Z Borgx 2 [[Wikisource:Mengenai Wikisource]] dipindahkan ke [[Wikisource:Tentang]]: fix redirect #REDIRECT [[Wikisource:Tentang]] Pengarang:Soekarno 1797 2488 2006-05-28T16:00:29Z Borgx 2 [[Pengarang:Soekarno]] dipindahkan ke [[Soekarno]]: tanpa awalan #REDIRECT [[Soekarno]] Pengarang:Chairil Anwar 1798 2490 2006-05-28T16:00:40Z Borgx 2 [[Pengarang:Chairil Anwar]] dipindahkan ke [[Chairil Anwar]]: tanpa awalan #REDIRECT [[Chairil Anwar]] Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono 1799 2492 2006-05-28T16:00:45Z Borgx 2 [[Pengarang:Susilo Bambang Yudhoyono]] dipindahkan ke [[Susilo Bambang Yudhoyono]]: tanpa awalan #REDIRECT [[Susilo Bambang Yudhoyono]] Pengarang:Moh. Sanoesi 1800 2494 2006-05-28T16:01:09Z Borgx 2 [[Pengarang:Moh. Sanoesi]] dipindahkan ke [[Mohammad Sanoesi]]: tanpa awalan #REDIRECT [[Mohammad Sanoesi]] Wikisource:Warung Kopi 1801 2497 2006-05-28T16:08:59Z Borgx 2 [[Wikisource:Warung Kopi]] dipindahkan ke [[Wikisource:Warung kopi]]: koreksi #REDIRECT [[Wikisource:Warung kopi]] Wikisource:Kotak pasir 1802 2499 2006-05-28T16:09:36Z Borgx 2 [[Wikisource:Kotak pasir]] dipindahkan ke [[Wikisource:Bak pasir]]: penyeragaman #REDIRECT [[Wikisource:Bak pasir]] Wikisource:Penyangkalan umum 1804 2509 2006-05-28T17:22:44Z Borgx 2 baru [[Wikisource:Tentang|Wikisource]] adalah koleksi naskah sumber isi terbuka (''open-content source texts''), di mana kelompok relawan individu mengumpulkan sumber bersama materi naskah primer. Strukturnya mengizinkan siapapun yang memiliki koneksi Internet dan penjelajah (''browser'') web untuk mengubah isi yang disediakan di sini. Karenanya, harap diperhatikan bahwa tak ada satupun isi yang tersedia di sini telah diperiksa oleh profesional yang memiliki pengetahuan pada bidang spesifik yang diperlukan untuk menjamin ketepatan isi naskah. Bukan berarti bahwa Anda tidak akan menemukan banyak informasi yang berguna dan bernilai di Wikisource; melainkan harap diperhatikan bahwa Wikisource TIDAK menjamin validitas dokumen yang tersedia di sini. Naskah tersebut mungkin saja diubah atau mendapat vandalisme. :'''Pengarang, kontributor, sponsor, pengurus, atau siapapun yang terlibat dengan Wikisource tidak dapat dianggap bertanggung jawab terhadap ketidaktepatan informasi ataupun cara Anda menggunakan informasi yang terdapat atau terpaut dari halaman-halaman situs ini.''' Lihat pula [[oldwikisource:Wikisource:General disclaimer|penyangkalan umum]] yang terdapat di Wikisource multibahasa. Terima kasih atas waktu Anda untuk membaca halaman ini, dan silakan nikmati kunjungan Anda di Wikisource Indonesia. [[Kategori:Wikisource|{{PAGENAME}}]] [[en:Wikisource:General disclaimer]] Templat:Process header 1806 2578 2006-05-28T19:02:28Z Borgx 2 bold section {| style="width:100%; margin-bottom:5px; border: 1px solid #006400; background:#DFD; text-align:center;" |- | style="width:1%;" | {{#if:{{{previous|}}}|←|&nbsp;}} | style="width:20%; text-align:left; font-size:0.9em;" | {{{previous|}}} | style="width:60%;" | {{#if:{{{title|}}}|'''{{{title}}}'''|&nbsp;}} {{#if:{{{section|}}}|<br />'''{{{section}}}'''|}} | style="width:20%; text-align:right;font-size:0.9em;" | {{{next|}}} | style="width:1%;" | {{#if:{{{next|}}}|→|&nbsp;}} |} {| style="width:100%; border-bottom:1px dotted #A88; background:#fAfAff;" |- | style="font-style: italic;" | {{#if:{{{shortcut|}}}|{{shortcut|{{{shortcut}}}}}}}{{{notes|}}} |}<br clear="all" /><noinclude> === Keterangan === Parameter: # title # section (opsional) # previous (opsional) # next (opsional) # shortcut (opsional) # notes (opsional) [[Kategori:Templat lain-lain|{{PAGENAME}}]]</noinclude> Kategori:Peraturan menteri 1807 2563 2006-05-28T18:36:37Z Borgx 2 +kat [[Kategori:Produk hukum]] Kategori:Produk hukum lain 1808 2572 2006-05-28T18:50:39Z Borgx 2 +kat [[Kategori:Produk hukum]] Kategori:Laporan resmi 1809 2575 2006-05-28T18:56:15Z Borgx 2 +kat [[Kategori:Dokumen resmi]] Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1810 2591 2006-05-28T19:19:47Z Borgx 2 pisah {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] |next = |shortcut = |notes = }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengubah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut : === Pasal 5 === (1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat === Pasal 7 === Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. === Pasal 9 === (1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden): "Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa". Janji Presiden (Wakil Presiden) : "Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa". (2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung. === Pasal 13 === (2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan menperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. === Pasal 14 === (1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. (2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. === Pasal 15 === Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang. === Pasal 17 === (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. === Pasal 20 === (1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. (2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. (4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. === Pasal 21 === Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang. Naskah perubahan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-12 tanggal 19 Oktober 1999 Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta<br> pada tanggal 19 Oktober 1999<br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA<br><br> Ketua, <br> Prof. Dr. H.M. Amien Rais, MA.<br><br> Wakil Ketua, <br> H. Matori Abdul Djalil<br> Drs. Kwik Kian Gie<br> Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita<br> Drs. H.M. Husnie Thamrin<br> Hari Sabarno, SIP., M.B.A., M.M.<br> Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd.<br> Drs. H.A. Nazri Adlani<br> [[Kategori:Naskah konstitusional]] Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1811 2592 2006-05-28T19:21:58Z Borgx 2 pisah {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] |next = |shortcut = |notes = }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT INDONESIA<br><br> Setelah Mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai berikut : === Pasal 18 === (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. (3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. (5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. (6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. (7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. === Pasal 18A === (1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. (2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. === Pasal 18B === (1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang. (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. === Pasal 19 === (1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. (2) Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur dengan undang-undang. (3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun === Pasal 20 === (5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. === Pasal 20A === (1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. (2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. (3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang. === Pasal 22A === Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang. === Pasal 22B === Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. === BAB IXA WILAYAH NEGARA === ==== Pasal 25E ==== Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. === BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK === ==== Pasal 26 ==== (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. (3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. ==== Pasal 27 ==== (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. === BAB XA HAK ASASI MANUSIA === ==== Pasal 28A ==== Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. ==== Pasal 28B ==== (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. ==== Pasal 28C ==== (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. ==== Pasal 28D ==== (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. ==== Pasal 28E ==== (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. ==== Pasal 28F ==== Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. ==== Pasal 28G ==== (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. ==== Pasal 28H ==== (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. ==== Pasal 28 I ==== (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. (2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. (5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. ==== Pasal 28J ==== (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. === BAB XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA === ==== Pasal 30 ==== (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. (3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hokum. (5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. === BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN === ==== Pasal 36A ==== Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. ==== Pasal 36B ==== Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. ==== Pasal 36C ==== Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang. Ditetapkan di Jakarta<br> Pada tanggal 18 Agustus 2000<br><br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA<br> Ketua, <br> Prof. Dr. H.M. Amien Rais <br><br> Wakil Ketua,<br> Drs. Kwik Kian Gie <br> H. Matori Abdul Djalil <br> Drs. H.M. Husnie Thamrin <br> Hari Sabarno, SIP, MBA, MM <br> Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal <br> Drs. H.A. Nazri Adlani <br> [[Kategori:Naskah konstitusional]] Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1812 2593 2006-05-28T19:22:46Z Borgx 2 pisah {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] |next = |shortcut = |notes = }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,<br><br> Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia mengubah dan/atau menambah Pasal 1 Ayat (2) dan (3); Pasal 3 Ayat (1), (3) dan (4); Pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2); Pasal 6A Ayat (1), (2), (3) dan (5); Pasal 7A, Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6) dan (7); Pasal 7C, Pasal 8 Ayat (1) dan (2), Pasal 11 Ayat (2) dan (3); Pasal 17 Ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22C Ayat (1), (2), (3) dan (4); Pasal 22D Ayat (1), (2), (3) dan (4); Bab VIIB, Pasal 22E ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6);Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3); Pasal 23A; Pasal 23C; Bab VIIIA, Pasal 23E Ayat (1), (2) dan (3); Pasal 23F Ayat (1) dan (2); Pasal 23G Ayat (1) dan (2); Pasal 24 Ayat (1) dan (2), Pasal 24A Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5); Pasal 24B Ayat (1), (2), (3) dan (4); dan Pasal 24C Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga selengkapnya menjadi berbunyi sebagai berikut: === Pasal 1 === (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. (3) Negara Indonesia adalah negara hukum. === Pasal 3 === (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. (3) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. (4) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar. === Pasal 6 === (1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. (2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang. === Pasal 6A === (1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. (3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. (5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang. === Pasal 7A === Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. === Pasal 7B === (1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. (2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. (5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. (6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. (7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. === Pasal 7C === Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. === Pasal 8 === (1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. (2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden. === Pasal 11 === (2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. === Pasal 17 === (4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. === BAB VIIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH === ==== Pasal 22C ==== (1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. (2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. (4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang. ==== Pasal 22D ==== (1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. (2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. (3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti (4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. === BAB VIIB PEMILIHAN UMUM === ==== Pasal 22E ==== (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. (2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. (4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan. (5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. (6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang. ==== Pasal 23 ==== (1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. ==== Pasal 23A ==== Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. ==== Pasal 23C ==== Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. === BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN === ==== Pasal 23E ==== (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. (3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. ==== Pasal 23F ==== (1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. (2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. ==== Pasal 23G ==== (1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang. === Pasal 24 === (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. (2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. === Pasal 24A === (1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. (2) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. (3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. (4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung. (5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang. === Pasal 24B === (1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. (2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. (3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. (4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang. === Pasal 24C === (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. (2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. (3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. (4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi. (5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara. (6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang. Naskah perubahan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7 (Lanjutan 2) tanggal 9 November 2001 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta<br> Pada tanggal 9 November 2001 <br><br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT<br> REPUBLIK INDONESIA <br><br> Ketua, <br> Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. <br><br> Wakil Ketua, <br> Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita <br> Ir. Sutjipto <br> Prof. Dr. Jusuf Amir Feisal, S.Pd. <br> Drs. H.M. Husnie Thamrin <br> Drs. H.A. Nazri Adlani <br> Agus Widjojo<br> [[Kategori:Naskah konstitusional]] Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1813 2594 2006-05-28T19:24:05Z Borgx 2 pisah {{process header |title = |section = |previous = [[Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945]] |next = |shortcut = |notes = }} DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA<br> MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA<br><br> Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan seksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa, dan negara serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia menetapkan : (a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga dan perubahan keempat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan dektrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat; (b) penambahan bagian akhir pada Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan kalimat, “Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.” (c) pengubahan penomoran Pasal 3 Ayat (3) dan ayat (4) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 3 ayat(2) dan ayat (3); Pasal 23E Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 25 A (d) penghapusan judul Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dan pengubahan substansi Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang Kekuasaan Pemerintah Negara; (e) pengubahan dan/atau penambahan Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3); Pasal 11 ayat (1); Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24 ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5); Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2); Bab XIV, Pasal 33 ayat (4) dan ayat (5); Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4); Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5); Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III; Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai berikut : === Pasal 2 === (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. === Pasal 6A === (4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. === Pasal 8 === (3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai habis masa jabatannya. === Pasal 11 === (1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. === Pasal 16 === Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang. === BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG === Dihapus. === Pasal 23B === Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. === Pasal 23D === Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. === Pasal 24 === (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang. === BAB XIII PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN === ==== Pasal 31 ==== (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ==== Pasal 32 ==== (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. === BAB XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL === ==== Pasal 33 ==== (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. ==== Pasal 34 ==== (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. === Pasal 37 === (1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya. (3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan. === ATURAN PERALIHAN === ==== Pasal I ==== Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. ==== Pasal II ==== Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. ==== Pasal III ==== Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. === ATURAN TAMBAHAN === ==== Pasal I ==== Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 2003. ==== Pasal II ==== Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal 10 Agustus 2002 Sidang Tahunan Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. [[Kategori:Naskah konstitusional]] Tantu Panggelaran 1814 2599 2006-05-28T19:58:34Z IvanLanin 30 baru {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Prosa]] |next = |shortcut = |notes = Sumber: [http://www.geocities.com/andreasagussantoso/tantupanggelaran.htm] {{wikipedia|artikel={{PAGENAME}}}} }} == Keberadaan Pulau Jawa Pada Zaman Purbakala == Semoga tak ada gangguan. Inilah kitab Tantu Panggelaran, yang dipersembahkan oleh Tuanku, semua (harus) berdiam diri untuk mengetahuinya; nah ...! nah ...!, buatlah dirimu nyaman di dalam mendengarkan cerita tentang "Pulau Jawa Pada Zaman Purbakala". (Alkisah pada zaman itu) belum ada manusia, bahkan Gunung Mahameru belum ada di pulau Jawa. Adapun keberadaan Gunung Mandalagiri, yakni gunung yang besar dan tinggi itu, yang dijadikan contoh tersebut, (masih) berada di bumi Jambudipa (India). Oleh karena itu, pulau Jawa bergoyang-goyang, selalu bergerak-gerak, berguncang-guncang, sebab belum ada gunung Mandara, bahkan manusia. Oleh karena itu, Bhatara Jagatpramana berdiri, dia mencipta pulau Jawa bersama Bhatari Parameswari, sehingga terdapatlah Gunung Dihyang (Dieng), tempat Bhatara mencipta. Demikianlah ceritanya. Lama sekali Bhatara mengadakan ciptaan, dia memerintahkan Brahma Wisnu membuat manusia. Nah, tanpa membantah Brahma Wisnu membuat manusia. Tanah dikepal-kepalnya dan dibuat manusia yang sangat elok rupanya seperti rupa dewata. Manusia laki-laki dibuat oleh Brahma, manusia perempuan dibuat oleh Wisnu. Manusia-manusia buatan Brahma Wisnu itu dipertemukan, mereka saling rukun bersama, saling kasih mengasihi. Lalu mereka beranak, bercucu, berlipat-lipat banyaknya, berkembang-biak, menjadi banyaklah jumlah manusia. Namun (mereka hidup) tanpa rumah, laki-perempuan telanjang di hutan, menaungi/melindungi anak-cucu, sebab belum ada pekerjaan yang dibuatnya, belum ada yang (dapat) ditirunya, tanpa celana, tanpa busana, tanpa selendang, tanpa kain panjang (basahan), tanpa ikat pinggang (kendit), tanpa kuncung, tanpa ikat kepala. Berucap tetapi tak tahu apa yang dikatakannya, tidak tahu artinya, daun-daunan dan buah-buahan dimakannya. Demikianlah asal-muasal manusia pada zaman purba. Maka dari itu para dewata berkumpul dan bermusyawarah menghadap kepada Bhatara Guru. Bhatara Jagatnatha itu menyuruh para dewata membuat tempat tinggal di seluruh Pulau Jawa. Demikianlah kata Bhatara Mahakarana: "Anakku, Brahma, turunlah engkau ke Pulau Jawa. Pertajamlah benda-benda tajam, misalnya: panah, parang, pahat, pantek, kapak, beliung, segala pekerjaan manusia. Engkau akan disebut pandai-besi. Engkau akan mempertajam benda-benda tajam itu di tempat yang bernama Winduprakasa. Ibu jari (kw. empu) kedua kakimu mengapit dan menggembleng, besi anak panah dikikir. Panah itu menjadi tajam oleh ibu jari kedua kaki, maka dari itu engkau akan disebut Empu Sujiwana sebagai pandai-besi, karena ibu jari/empu dari kakimu mempertajam besi. Oleh karena itu, tukang pandai-besi disebut empu, karena ibu jari kakimu menjadi alat bekerja. Demikianlah pesanku kepada anakku. Lagi pesanku kepada anakku Wiswakarmma. Turunlah ke Pulau Jawa membuat rumah, biar dirimu ditiru oleh manusia. Sebab itu, engkau dinamai Hundahagi (membangun). Adapun engkau Iswara. Turunlah ke Pulau Jawa. Ajarlah manusia ajaran berkata-kata dengan bahasa, apalagi ajaran tentang Dasasila (sepuluh hal yang utama) dan Pancasiska (lima hukum/tata tertib). Engkau menjadi guru dari kepala-kepala desa, sehingga engkau dinamai Guru Desa di Pulau Jawa. Adapun engkau Wisnu. Turunlah engkau ke Pulau Jawa. Biarlah segala perintahmu dituruti oleh manusia. Segala tingkah lakumu ditiru oleh manusia. Engkau adalah guru manusia, hendaknya engkau menguasai bumi. Adamu engkau Mahadewa, turunlah engkau ke Pulau Jawa. Hendaknya engkau menjadi tukang pandai emas dan pembuat pakaian manusia. Bhagawan Ciptagupta hendaknya melukis dan mewarnai perhiasan, serta membuat hiasan yang serupa dengan ciptaan, menggunakan alat ibu jari tanganmu. Oleh karena itu engkau akan dinamai Empu Ciptangkara sebagai pelukis." Demikianlah pesan Bhatara Guru kepada para dewata semua. Mereka bersama-sama turun ke Pulau Jawa. Brahma menjadi tukang pandai-besi. Lima makhluk besar dimintai pertolongannya, yakni bumi, air, api, angin, angkasa. Bumi sebagai landasan/paron, air sebagai penjepit, api sebagai pembakar, angin sebagai peniup api, angkasa sebagai palu. Oleh karena itu, tempat itu dinamai Gunung Brahma (Bromo), tempat Brahma menjadi pandai besi, kata sang pencerita. Palu dan landasannya sebesar pohon tal, penjepitnya/guntingnya sebesar pohon pinang, sang Bayu (angin) keluar dari goa, sang Agni (api) selalu ada siang dan malam. Itulah tempat Brahma mengerjakan pekerjaan pandai-besi. Demikianlah ceritanya. Bhagawan Wismakarmma turun membangun rumah. Manusia meniru membuat rumah. Lalu mereka berumah tangga. Oleh karena itu, tempat itu nantinya akan disebut Desa Medangkamulan, tempat awal-mula manusia berumah tangga. Demikianlah ceritanya. Bhatara Iswara turun mengajarkan kata-kata baik, bahkan tentang Dasasila dan Pancasiska. Dia bergelar Guru Desa di sana. Bhatara Wisnu turun bersama dengan Bhatari Sri, ratu dari awang-awang (angkasa). A berarti hal yang tak ada, Wa berarti hal yang luhur, H yang berarti Bhatara/dewa; sehingga Wisnu disebut Rahyang Kandyawan. Bhatari Sri disebut Sang Kanyawan di negeri Medanggana. Demikianlah asal-mula adanya negeri/negara. Demikianlah ceritanya. Dia memberi ajaran kepada manusia, sehingga mereka mengetahi cara memintal, menenun, bercelana, berpakaian, berkain, beselendang. Bhatara Mahadewa turun menjadi tukang pandai-emas. Bhagawan Ciptaguna turun menjadi pelukis. Lagi tentang Kandyawan. Dia mempunyai anak lima. Sang Mangukuhan, nama anak yang paling tua. Sang Sandang-garba nama anak kedua. Sang Katung-malaras nama anak yang tengah. Sang Karung Kalah nama kakak dari anak yang bungsu. Sang Werti Kandayun nama anak yang bungsu. Kemudian kendaraan Bhatari Sri datang, yaitu empat burung, yakni burung perkutut, burung puter, burung deruk merah, burung merpati hutan. Mereka dikejar-kejar oleh lima anak itu dan disusul berderet di warung, kemudian dilukai oleh Sang Werti Kandayun. Jatuhlah tembolok burung-burung itu: Tembolok burung perkutut berisi biji putih, tembolok burung merpati hitam berisi biji hitam, tembolok burung deruk merah berisi biji merah, tembolok burung puter berisi biji kuning, semerbak harum baunya. Kelima anak itu bergembira. Dimakanlah (biji kuning) itu sampai habis. Oleh karena itulah sampai sekarang tidak ada biji kuning, sebab habis dimakan habis oleh kelima anak itu. Sang Mangukuhan menanam biji putih, merah dan hitam itu. Lalu mereka menjadi padi nantinya. Demikian juga kulit biji yang kuning ditanamnya, yang akhirnya menjadi kunyit. Demikian genaplah biji empat warna itu sampai sekarang. Lagi tentang Bhatara Mahakarana membuat tempat tinggal di pulau Jawa, meninggalkan tempat dewa, hingga tersebar di muka bumi, berderet-deret tanpa terputus, beragam tanpa ada yang hancur. Demikianlah halnya. Adapun Pulau Jawa pada zaman purbakala bergoyang-goyang, selalu bergerak mengguncang-guncang, sebab belum ada penindihnya. Oleh karena itu Bhatara Mahakarana mencari alat untuk menguatkan Pulau Jawa supaya tetap kuat dari dulu, kelak dan sampai sekarang ini. Kemudian Bhatara Guru bertapa, berdiri menghadap ke timur, kemudian diputarlah air sampai menjadi busa, lalu menjadi gunung. Oleh karena itu terdapat gunung Hyang (gunung Dewa/ gung Dieng) sampai sekarang ini. Demikianlah cerita tentang tapa Bhatara Guru. Dan tanah yang dipijak oleh kaki Bhatara kelak menjadi gunung Limohan. Kemudian Pulau Jawa tidak kuat lagi, selalu bergerak berguncang-guncang. Kemudian Bhatara Parameswara memerintahkan kepada para dewata menghentikan penciptaan dunia. Pulanglah mereka ke sorganya masing-masing. Mereka semua pulang, masing-masing meninggalkan anaknya mengganti sebagai manusia. Hyang Kandyawan meninggalkan kelima anaknya agar mengganti kerajaannya. Namun satupun tidak ada yang mau menggantikan menjadi raja. Kemudian dia membuat undi dengan daun ilalang, barangsiapa yang dapat menarik daun ilalang yang diikat, dia harus menggantikan untuk menjadi raja. Mereka berempat lalu menarik daun ilalang yang diikat itu, tetapi tidak ada yang dapat. Kemudian tertuju kepada Sang Werti Kandayun (anak kelima) yang menarik daun ilalang yang diikat itu. Kemudian Sang Werti Kandayun dinobatkan. Adapun Sang Mangukuhan menjadi petani, yang menyediakan makanan bagi raja. Sang Sandang-garba menjadi pedagang yang menyediakan perak/uang bagi raja. Sang Katung-malaras menjadi penyadap aren, yang menyediakan minuman bagi raja. Sang Karung-kalah menjadi penjagal, yang menyediakan daging bagi raja. Raja Werti Kandayun menggantikan bapaknya. Bhatara Wisnu pulang ke tempat tinggalnya bersama dengan Bhatari Sri. Adapun manusia semakin bertambah banyak. == Para Dewata Mengelilingi Sang Hyang Mandaragiri == Kemudian para dewata bersama-sama menyembah Bhatara Guru, semua dewata, para resi, para pahlawan, para bidadari, para gandarwa, semua berhimpun dan sujud di kaki Bhatara Mahakarana. Setelah mereka berbuat sembah, mereka duduk bersila berderet menghadap ke Bhatara Guru: "Hai kamu, para dewa, para resi, para pahlawan, para bidadari, para gandarwa, pergilah ke Pulau Jambu (India), hai anakku semua, pindahkanlah Sang Hyang Mahameru, pindahkanlah ke Pulau Jawa untuk menindih Pulau Jawa supaya kuat dan tidak bergoyang-goyang kalau Sang Hyang Mandaragiri itu telah sampai di sana. Pergilah, hai anakku semua!" Demikianlah pesan Bhatara kepada para dewa, para resi, para pahlawan, para bidadari, para gandarwa. Mereka semua tidak ada yang menolak. Mereka berpamitan akan pergi ke Pulau Jambu, akan mengangkat Sang Hyang Mandaragiri. Sampailah mereka di gunung Pulau Jambu, besar, tinggi sampai ke langit, seratus ribu yojana tingginya. Oleh karena jarak antara angkasa dan bumi adalah seratus ribu yojana, maka tinggi Sang Hyang Mahameru seratus ribu yojana. Karena dipindahkan ke Pulau Jawa, maka gunung Pulau Jambu itu tinggal setengahnya saja, karena tinggi Gunung Mahameru sekarang hanya tinggal setengah dari tingginya langit, yaitu hanya tonggak Sang Hyang Mahameru. Sedang puncaknya dipindahkan ke Jawa. Demikianlah gunung itu diangkat oleh para dewa. Bhatara Wisnu menjadi ular yang sangat panjang dan besar, menjadi tali untuk memindahkan Hyang Mahameru. Sang Hyang Brahma menjadi raja kura-kura yang sangat besar, yang menjadi alas untuk memindahkan Sang Hyang Mahameru. Ular itu mengikat Sang Hyang Mahameru. Mereka bekerja keras mematahkan Sang Hyang Mahameru. Keluarlah api yang membara, serta dentuman dan angin. Para dewata mengambil pekerjaan masing-masing. Para resi, para dewa menyanyi lagu pujian "Jaya ... jaya ...!. Bhatara Bayu, dewa kekuatan, naik ke punggung Sang Hyang raja kura-kura, Sang Hyang Mandaragiri kemudian diangkat oleh para dewata sambil menyanyi "Jaya ... jaya!", mereka mengusung Sang Hyang Mahameru. Demikianlah orang-orang Pulau Jambu melihat Sang Hyang Mahameru berjalan-jalan, karena para dewata tidak terlihat oleh mereka, maka dari itu mereka ribut. Para brahmana sujud menyembah Sang Hyang Mandaragiri. Demikianlah sembah para brahmana. Para dewa kepayahan membawa Sang Hyang Mandaragiri, maka mereka menginginkan air (dahaga). Ada air yang keluar dari Hyang Mahameru, air racun Kalakuta namanya, sebagai tanda gunung itu mabuk birahi. Oleh karena para dewata itu kepayahan, air racun Kalakuta itu diminumnya. Lalu semua dewata itu mati oleh kesakitan air racun Kalakuta. Bhatara Parameswara melihat hal itu: "Ah, semua dewata mati. Apa sebabnya mereka mati? Barangkali air yang keluar dari gunung itu yang diminumnya, sehingga mereka mati semua. Ah, aku ingin minum air itu juga." Air Kalakuta itu diminumnya, maka leher dari Bhatara Guru menghitam sebagai "toh". Maka dari itu Bhatara Guru bergelar Bhatara Nilakanta, karena hitam seperti "toh". Bhatara Guru berkata: "Wah, sebenarnya engkau sangat sakti, maka aku menjadi sakti oleh karena engkau." Ditatapnya air racun Kalakuta itu, sehingga akhirnya menjadi air kehidupan yang suci. Maka Sang Hyang Kamandalu (bejana/kendi) diisi, semua dewata itu disiram. Seketika itu juga Sang Hyang Tatwamerta Siwambha (air kehidupan yang suci) menyirami semua dewata itu, maka mereka semua hidup, dan Caturlokapala (empat pelindung dunia), bidadari, gandarwa menyembah Bhatara Guru, yaitu semua dewata. Maka Bhatara Parameswara berkata: "Kini bawalah kembali Sang Hyang Mandaragiri sampai ke Pulau Jawa, hai anak-anakku." Demikianlah kata Bhatara kepada semua dewata. Mereka semua tidak ada yang menolak. Maka para raksasa dikerahkan untuk membantu para dewata. Sang Hyang Mandaragiri diangkat, kemudian sampailah ia ke sisi sebelah barat Pulau Jawa. Sang Hyang Mahameru berdiri. Nampak oleh Sang Dewata (Sang Hyang Mahameru) bercahaya cemerlang, sehingga Sang Hyang Mahameru dinamai Kelasaparwata, karena nampak oleh Sang Dewata dia cemerlang. Diletakkan di sebelah barat, tapi sisi sebelah timur Pulau Jawa menjadi miring, karena dipatahkan oleh Sang Mahameru, terbelah sebelah timur. Tunggul sisanya hanya ada di sisi barat, oleh karena itu nanti akan ada gunung Kelasa, tunggulnya Sang Hyang Mahameru, demikianlah bunyi ceritanya. Puncaknya (Mahameru) dipindahkan ke sebelah timur, diangkat bersama-sama oleh para dewata. Sang Hyang Mahameru runtuh (tercecer). Reruntuhan pertama menjadi Gunung Kantong, reruntuhan kedua menjadi Gunung Wilis, reruntuhan ketiga menjadi Gunung Kampud, reruntuhan keempat menjadi Gunung Kawi, reruntuhan kelima menjadi Gunung Arjuna, reruntuhan keenam menjadi Gunung Kemukus. Sang Hyang Mahameru rusak bagian bawahnya karena runtuh, maka miring berdirinya, bergeraklah puncaknya. Puncak Sang Hyang Mahameru diberdirikan oleh para dewata. "Wah, suci" kata para dewata, karena itu nanti puncak Sang Hyang Mahameru akan disebut Pawitra (suci). Demikianlah ceritanya. Demikianlah Sang Hyang Mahameru tidak kuat, bersandar di gunung Brahma, karena sisi bawahnya telah rusak. oleh karena itu diperteguh pada gunung Brahma, maka Sang Hyang Mandaragiri berdiri kuat. Oleh karena Pulau Jawa telah kuat, berhentilah dia bergerak dan bergoyang dan menjadi sangat kuat. Oleh karena itu Gunung Mahameru dinamai Gunung Misada. Setelah itu Bhatara Parameswara menyuruh para dewata memuja Sang Hyang Mandaragiri, mengenakan isi Sang Hyang Mahameru. Setelah itu Dewa Trisamaya (tiga dewa) diberi anugerah kendaraan: banteng putih adalah kendaraan Bhatara Iswara, angsa putih adalah kendaraan Bhatara Brahma, garuda adalah kendaraan Bhatara Wisnu. Setelah Dewa Trisamaya diberi anugerah kendaraan, para dewata berkumpul memuja Sang Hyang Mahameru, Gunung Raja (Giriraja). Terdapat kendi manik yang bernama Kamandalu, yang berisi Sang Hyang Tatwamerta Siwambha (air kehidupan yang suci), yaitu sari dari Sang Hyang Mandaragiri. Yaitu yang dipuja oleh para dewata. Setelah dipuja, dipungutlah isi dari Sang Hyang Mahameru, misalnya: mirah, komala, intan; untuk diberikan kepada Bhatara Parameswara, sedangkan Sang Hyang Kamandalu tidak diketahui oleh para dewa. Kemudian para dewa semua pergi, Sang Hyang Kundi Manik itu tertinggal. Terdapat dua raksasa yang bernama Ratmaja dan Ratmaji. Bermain-main ke Sang Hyang Mandaragiri, yang maksudnya ingin mengambil emas, mirah, komala, intan. Ketika tidak menemukan emas, mirah, komala, intan, mereka menemukan Sang Hyang Kamandalu. Diambilnyalah dari tempatnya, maksudnya akan dibuat mainan, karena mereka tidak tahu gunanya. Sangat mengkilap, maka oleh mereka Sang Hyang Kamandalu dinamai Ketek Meleng. Kemudian Ratmaja dan Ratmaji pergi. Para dewata datang menyembah kepada Bhatara Guru. Bhatara berkata: "Hai anakku para dewata, mana biji Sang Hyang Mahameru? Emas, mirah, komala, intan diberikan, tetapi tidak ada Kendi Manik Sang Hyang Kamandalu, yang berisi Sang Hyang Tatwamertha Siwambha, pemberi hidup para dewa". Demikianlah kata Bhatara Mahakarana. Para dewa tidak ada yang tahu yang mengambil Sang Hyang Kamandalu. Apalagi Resi Narada, Kapila, Ketu, Tumburu, Sapaka, Wiswakarma, tidak ada yang tahu yang mengambil Sang Hyang Kamandalu. Caturlokapala (empat pelindung bumi), Indra, Yama, Baruna, Kowera, resigana, dewanggana, suranggana, bidadari, gandarwapun tidak mengetahuinya. Para dewata termenung. Ditanyai oleh para dewa semua, maka Sang Hyang Raditya (Matahari) dan Sang Hyang Wulan (bulan) menjawab. Sang Hyang Raditya dan Wulan berkata: "Ada dua raksasa yang bernama Ratmaja dan Ratmaji. mereka mengambil Sang Hyang Kamandalu." Demikianlah kata Sang Hyang Raditya dan Sang Hyang Wulan. Bhatara Brahma dan Wisnu datang ke tempat Ratmaja dan Ratmaji. Sampailah mereka di tempat para raksasa itu. Ratmaja dan Ratmaji berkata: "Aduh, tumben sang dewata pergi kemari. Apa tujuan tuanku datang kemari?" Sang Hyang Brahma dan Wisnu berkata: "Tujuanku datang kemari: karena apa yang kalian dapat dari Mandaragiri?" Raksasa itu menyahut: "Kami tidak menemukan emas, mirah, komala, intan, Bhatara. Yang kami dapatkan adalah Ketek Meleng." Sang dewata menyahut: "Apa itu Ketek Meleng? Bagaimana wujudnya?" Kendi manik itu diperlihatkan. Lalu dimintalah oleh sang dewata, tetapi tidak diberikan oleh raksasa-raksasa itu. Para raksasa itu meminta supaya emas manik. Setelah itu raksasa-raksasa itu bertanya: "Diganti dengan apa kendi manik ini?" Berkatalah sang dewata: "Kendi manik itu bernama Sang Hyang Kamandalu, yang berisi air kehidupan yang suci, penghidupan para dewa." Segera dipegangnya kendi manik itu oleh raksasa-raksasa itu dan dijaga oleh mereka berdua. Sang Hyang Brahma dan Wisnu mendapat malu. Melalui hikmatnya, Sang Brahma dan Wisnu berubah serupa dengan perempuan yang cantik. Beginilah jadinya. Pergilah mereka ke tempat Ratmaja dan Ratmaji. Dimintalah kendi manik itu dengan bermanis-manis. Tergodalah para raksasa melihat perempuan-perempuan cantik, maka diberikannyalah kendi manik itu. Dipeganglah oleh Bhatara Wisnu. Segera dilarikan oleh Sang Hyang Brahma dan Wisnu. Dikejar oleh Ratmaja dan Ratmaji, tetapi Sang Hyang Brahma dan Wisnu tidak tersusul oleh mereka, karena cepat larinya. Sang Ratmaja dan Ratmaji mendapat malu. Semua dewata hadir ke hadapan Bhatara Parameswara. Lalu mereka meminum air kehidupan yang suci itu supaya tidak menjadi tua dan mati. Daun beringin dipakai untuk minum. Ada raksasa yang bernama Rahu, yang menyamar sebagai dewata, ikut bersama dengan para dewata meminum air kehidupan yang suci itu, daun awar-awar dipakai untuk minum. Hal ini diketahui oleh Sang Hyang Raditya dan Wulan, ditegurnya ketika mereka meminum air kehidupan yang suci itu, maka mereka dilempar cakra oleh Bhatara Wisnu. Maka lehernya patah bagian atas. Air kehidupan itu diminum baru sampai mulut dan belum sampai ke badan. Sehingga kepala Rahu hidup. Sang Hyang Raditya dan Wulan sangat dimarahinya, maka Sang Rahu menjadi penghalang Sang Hyang Raditya dan Wulan sampai sekarang ini. Setelah para dewata meminum air kehidupan yang suci itu, beranaklah Bhatara Siwa, keluarlah Gunung Wlahulu. Beranaklah Bhatara Iswara, keluarlah Gunung Pamrihan. Karena anak Damalung mati, maka dinamai Gunung Mawulusan. Demikianlah ceritanya. [[Kategori:Prosa]] Jaratkaru 1815 2601 2006-05-28T20:31:27Z IvanLanin 30 baru, mungkin masih perlu dirapikan {{process header |title = |section = |previous = [[Prosa]] |next = |shortcut = |notes = Kisah Jaratkaru adalah bagian dari kitab [[w:Mahabharata|Mahabharata]]. Naskah berikut adalah terjemahan Indonesia yang diperoleh dari [http://www.geocities.com/andreasagussantoso/jaratkaru.doc]. {{wikipedia|artikel=Mahabharata}} }} Ada seorang brahmana yang bernama Jaratkaru, sebabnya oleh raja disebut Jaratkaru, ''Jarâtiksayam ity âhuh'', (karena) jarat berarti suka mengalah (har. kemunduran), ''kârunikasya tad bhayam'', suka berbelas kasih, tempat berlindung bagi yang sedang dalam ketakutan, oleh karena itu (dia) benar-benar luar biasa, seyogyanyalah (dia) disegani, karena sifatnya yang suka mengalah. Teringatlah dia akan penjelmaan badan, ''kârur iti smrtah'', karena itu namanya Jaratkaru, (yang mana) takut kepada kesengsaraan penjelmaan. ''Ya ta warakulotpannah'', dia adalah putera seorang Bikhu (= pendeta) yang mempunyai tapa yang luar biasa, seorang Bikhu yang gembira memungut padi yang tersebar dan telah terbuang di jalan, yang dicari (dan) dibersihkannya. Akhirnya menjadi banyaklah (padi yang dikumpulkannya itu), kemudian ditanaknya (padi-padi itu), (yang mana) ketika itu disajikannya kepada Bhatara (= dewa-dewa) serta memberikannya kepada para tamu. Begitulah tapa orang tuanya, tahan akan penderitaan, tidak bergaul dengan perempuan, hanya tapa yang dibesarkannya, diajarinya, menderita membuat tapa. Ketika itu Maharaja Parikesit berburu, lalu dikutuk oleh Bhagawan Sranggi dimakan oleh ular Taksaka<ref>Maharaja Parikesit ketika itu berjalan-jalan untuk berburu. Di tengah-tengah hutan yang lebat itu, dia menjumpai seorang pertama yang sedang menjalani tapa diam. Disapanya pertapa itu, tetapi tidak menanggapinya. Oleh karena itu dia sangat marah dan mengalungkan ular mati ke leher pertapa itu. Hal itu diketahui oleh Bhagawan Sranggi, sehingga dia dikutuk akan dimakan oleh ular Taksaka. Ketika dia sudah mati dimakan ular Taksaka, maka anaknya yang bernama Janamejaya yang kemudian diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang mati akan membunuh semua ular, terutama Taksaka. Usaha Janamejaya tersebut dikenal dengan nama 'korban ular'.</ref>. Oleh karena itulah Jaratkaru membuat tapa. Setelah dia manjur mantranya, dia (dapat) pergi ke segala alam, (dapat) mengunjungi ke segala tempat asing hendak dia datangi dan (dapat) berjalan di atas air. Makin lama makin jauh perjalanannya, sampai dia terbawa ke Ayatanasthana, yaitu suatu tempat yang mengantarai surga dan neraka, tempatnya arwah menunggu (untuk) mendapatkan surga-neraka. Tempat itu terkunjungi oleh Jaratkaru, dia berada di Ayatanasthana. Ada satu arwah yang digantung di sebatang bambu, yang digantung sungsang dan diikat kakinya. Di bawahnya adalah jurang yang dalam yang menuju ke alam neraka. Jika bambu itu patah, maka yang digantung itu akan menuju ke tempat itu (/alam neraka). Ada seekor tikus tinggal di lobang bambu yang dipinggir jurang itu. Setiap hari dia menggigit bambu itu. Hal itu terlihat oleh Jaratkaru, sehingga mengalirlah air matanya, maka dari itu berbelas kasihlah dia, hancur luluh hatinya kepada arwah yang digantung terbalik di ujung bambu itu serta diikat kakinya. Jaratkaru terpengaruh hatinya oleh arwah yang menyerupai seorang Bikhu yang berambut terjalin serta berpakaian dari kulit pohon. Tidak sepantasnyalah dia menghadapi kesengsaraan yang dideritanya. Dia menderita tidak makan seperti daun yang tergantung, yang kekeringan karena kemarau, yang berayun-ayun oleh karena angin deras, dia tidak makan selalu. Demikianlah keadaan arwah itu. ''"Ke bhawanto ’walambante wîranastambam âçritâh?"'' Kata Jaratkaru: "Siapakah tuanku yang digantung di sebatang bambu yang hampir patah oleh gigitan tikus, (yang hampir jatuh ke dalam) jurang yang tidak diketahui dalamnya. Keadaan yang demikian itu membuat sangat sedih hati hamba, sehingga hamba menaruh belas kasih hendak menolong engkau. Hamba membuat tapa sejak masih kanak-kanak serta menimbun beratnya tapa hamba, lalu sampai ke sini (dan melihat tuanku yang menderita), sehingga berbelas kasihlah hamba melihat kesengsaraanmu. Seberapa besar pahala dari tapa hamba yang harus hamba berikan, supaya engkau dapat pulang ke surga sehingga dapat berhenti menghadapi sengsara? Seperempatkah atau setengahkah yang (dapat) aku berikan sesuai dengan jalanmu untuk mendapatkan surga". Perkataan Jaratkaru tersebut terdengar oleh arwah itu. Menjawablah dia dengan sangat dingin seperti disiram oleh air hidup hatinya: "''Tapawrata karma wayam''. Hamba ditanya oleh tuanku, dan akan kuberitahukan semua keadaanku, ''umarambham krtam karma santânam preksayetrato'', (Itu semua terjadi) karena (akan) putus keturunanku. Karena itulah aku terputus dari Pitraloka (= alam arwah para leluhur) dan bergantung-gantung pada sebatang bambu yang seolah-olah (hampir) jatuh ke alam neraka. (Sebenarnya) aku mempunyai satu keturunan. Namanya Jaratkaru. Tetapi dia moksa juga, hendak meluputkan segala sesuatu yang membelenggu manusia, tidak beristri, menjadi murid brahmana yang suci. ...<ref>Ada bagian teks yang hilang. Sehingga lebih baik bagian ini tidak diterjemahkan, karena akan menggangu pemahaman kita akan cerita ini.</ref> Jika seandainya keturunanku terputus, maka akibatnya adalah binasa. Semula aku senang terutama oleh pekerjaan tapa yang istimewa. (Tetapi) hal yang demikianlah yang terjadi sekarang ini, yaitu dengan tidak adanya keturunanku, ''narah duskrtino yathâ'', tidak ada perbedaan antara aku dengan (orang) yang melakukan perbuatan dosa, yang (sama-sama) menghadapi kesengsaraan. Hal inilah yang dapat engkau lakukan jika engkau berbelas kasih "Bikhu itu bernama Jaratkaru, mita belas kasihlah kepadanya. Suruh supaya dia beranak, agar supaya aku dapat pulang ke Pitraloka. Beritahukanlah kepadanya bahwa aku menghadapi sengsara, agar supaya hatinya dapat berbelas kasih". Dengan arwah itu berbicara, maka semakin mengalir air mata Jaratkaru. Seperti diiris hatinya melihat bapaknya menghadapi keadaan susah: "Hamba ini bernama Jaratkaru, keturunanmu yang tamak akan tapa, yang mengingini kedudukan sebagai murid brahmana. Aku kira sekarang ini engkau belum selesai, padahal telah sempurna tapa yang telah dibuat. Adapun sekarang, mengenai jalanmu pulang ke surga, janganlah tuanku khawatirkan. Biarlah hamba berhenti sebagai murid brahmana, dengan mencari istri sehingga hamba dapat mendapatkan anak. Adapun yang hamba kehendaki sebagai istri adalah yang senama dengan nama hamba, agar tidak ada halangan bagi perkawinan hamba. Jikalau hamba telah mempunyai anak, biarlah hamba dapat menjadi murid brahmana lagi. Tenangkanlah hati tuanku." Demikianlah kata Jaratkaru. Berjalanlah dia mencari istri yang senama dengan dirinya. Ketika dia mengembara mencari istri, ketika itu maharaja Janamejaya<ref>Maharaja Janamejaya adalah anak Maharaja Parikesit yang mati dimakan ular Taksaka. Maharaja Janamejaya ingin membunuh ular-ular karena kematian ayahnya.</ref> baru beristrikan Bhamustiman. Pada waktu itulah Jaratkaru mengembara. Telah sepuluh daerah (= desa) yang dijelajahinya, tetapi dia tidak mendapatkan istri yang senama dengannya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuatnya untuk memikirkan upaya agar bapaknya keluar dari sengsara. Kemudian menyusuplah dia ke hutan yang sunyi, menangis dan memanggil segala dewa, segala butha (= makhluk raksasa), katanya: "''Yâni bhûtâni santîha, janggamâni sthîrâni ca'', hai semua butha, para makhluk hidup yang menjadi penjelmaanmu, hamba bernama Jaratkaru, seorang brahmana yang hendak beristri. Berilah hamba istri yang senama dengan hamba, yaitu yang bernama Jaratkaru, supaya hamba mendapat anak, sehingga orang tuaku dapat memperoleh surga. Demikianlah tangis Jaratkaru. Ketika keributan itu terjadi (tangis Jaratkaru) itu terdengar oleh semua naga (= ular) yang disuruh oleh Basuki untuk mencari seorang brahmana yang bernama Jaratkaru supaya brahmana itu mempunyai anak dari adiknya yang akan diberikan kepadanya, yang merupakan ular betina yang bernama Jaratkaru, supaya anak yang dilahirkan itu akan membebaskan mereka (= ular-ular tadi) dari korban ular. Itulah maksud Basuki (menyuruh ular-ular itu pergi mencari seorang brahmana bernama Jaratkaru). Dan ketika terdengar oleh mereka tangis Jaratkaru, gembiralah mereka dan memberitahukan kepada Basuki supaya mengundang Jaratkaru dan diberikan kepada adiknya. Tertariklah hatinya kepada Jaratkaru. Dibawa pulanglah dia (= Jaratkaru) oleh Basuki, dan dikawinkannyalah dia serta dinikahkanlah dia dengan upacara yang telah semestinya. Selama dia (= Jaratkaru) duduk di tempat duduk, berkatalah Jaratkaru kepada istrinya: "Saya berjanji dengan engkau, jika engkau mengucapkan apa yang tidak menyenangkan kepadaku, apalagi melakukan perbuatan yang tidak pantas, jika seandainya hal itu dilakukan olehmu, maka aku akan meninggalkan engkau". Demikianlah kata Jaratkaru kepada istrinya. Hidup bersamalah mereka. Setelah beberapa lama mereka hidup bersama, mengandunglah si naga perempuan Jaratkaru. Terlihatlah tanda kehamilan itu oleh si suami. Maka dia meminta supaya ditunggui ketika tidur, ketika dia bermaksud mau meninggalkan istrinya<ref>Ini merupakan akal dari Jaratkaru untuk meninggalkan istrinya.</ref>. Memohonlah dia untuk dipangku kepalanya oleh istrinya, katanya: Pangkulah olehmu kepalaku waktu tidur". Dengan hati-hati si istri memangku kepada si suami. Sangat lama dia tidur, hingga waktu senja, waktu sembahyang. Teringatlah si naga perempuan Jaratkaru, katanya: "Sekarang adalah waktu sorenya para dewa. Waktu ini tuan brahmana harus membuat doa. Sebaiknya dia dibangunkan. Jikalau menunggu sampai dia terbangun, pastilah dia akan marah, karena dia sangat takut kalau terlambat sembahyang karena itu bagi dia merupakan tugas agama kepada para dewa." Lalu dibangunnyalah si suami: "Hai tuanku Maha Brahmana, bangunlah tuanku! Sekarang waktu telah senja tuanku, waktu untuk mengerjakan tugas agama. Bunga telah tersedia serta bau-bauan dan padi." Demikianlah katanya sambil mengusap wajah si suami. Kemudian bangunlah Jaratkaru. Cahaya kemarahan memancar pada matanya dan memerah mukanya karena marah besarnya. Katanya: "Cih! Engkau naga perempuan yang sangat jahat, engkau sebagai istri menghinaku. ''Ayukto maryâdah strînâm'', engkau sampai hati menggagu tidurku. Tidak layak lagi tingkah lakumu sebagai istri. Oleh karena itu akan kutinggalkan engkau sekarang ini." Demikianlah sudah dia kemudian meninggalkan si istri. Ikutlah si naga perempuan, dan lari memeluk si suami: "Hai tuanku, maafkan hamba tuanku! Bukan maksud hati menghina, jika hamba membangunkan tuanku. Hamba hanya mengingatkan sembahyangmu tiap senja. Salahkah itu, sehingga aku menyembah tuanku. Seyogyanyalah engkau kembali ... tuan yang terhormat. Jika hamba telah beranak, di mana anak itu akan menghapuskan korban ular bagi saudara-saudaraku, maka tuanku dapat membuat tapa lagi." Demikianlah kata si naga perempuan meminta belas kasih. Jaratkaru menjawab: "Alangkah pantas sikap si naga perempuan. Engkau mengingatkan hamba untuk memuja dewa ketika senja tiba. Tetapi hal itu tidak dapat mengubah kataku untuk meninggalkan engkau. Aku tidak akan tersesat. Itu kehendakku. Janganlah engkau kuatir. Asti, itulah (nama) anak itu. Anak itu akan menolong engkau kelak dari korban ular. Tenangkanlah hatimu". Kemudian pergilah Jaratkaru. Dia tidak dapat ditahan. Si naga perempuan memberitahukan kepada Basuki akan kepergian si suami. Dia memberitahukan semua ucapan Jaratkaru dan memberitahukan bahwa perutnya ada isinya. Bersuka citalah Basuki mendengar itu semua. Setelah beberapa lama, lahirlah anak laki-laki dengan tubuh sempurna. Dinamailah anak itu Astika, karena si bapak mengucapkan "asti". Dipeliharalah dia oleh Basuki, dididik serta diasuh menurut segala apa yang diharuskan bagi brahmana, dirawat dan diberi kalung brahmana. Dengan lahirnya Astika, maka arwah yang menggantung di ujung bambu itu melesat pulang pe Pitraloka, menikmati pahala tapanya, yaitu tapa yang luar biasa. Patuhlah Astika, sehingga dapat membaca Weda. Diijinkannyalah dia untuk mempelajari segala sastra, mengikuti ajaran Bhrgu. Demikianlah cerita tentang Astika. Dia adalah orang yang membuat naga Taksaka terhindar dari korban ular maharaja Janamejaya. === Catatan kaki === <references /> [[Kategori:Prosa]] Templat:Naskah-naskah baru 1816 2606 2006-05-28T20:37:59Z IvanLanin 30 [[Templat:Naskah-naskah baru]] dipindahkan ke [[Templat:Naskah baru]]: bentuk tunggal #REDIRECT [[Templat:Naskah baru]] Pidato Soekarno: Lahirnya Pancasila 1817 2610 2006-05-29T09:12:32Z IvanLanin 30 baru {{process header |title = {{PAGENAME}} |section = |previous = [[Pidato]] | [[Soekarno]] |next = |shortcut = |notes = Pidato tak tertulis [[Soekarno]] di depan Dokuritu Zyunbi Tyoosakai pada tanggal 1 Juni 1945 ketika sidang membicarakan "Dasar (Beginsel) Negara kita". Sumber: http://www.munindo.brd.de. Keterangan dari situs sumber: "Disalin dari buku LAHIRNYA PANCASILA, Penerbit Guntur, Jogjakarta, Cetakan kedua, 1949 Publikasi 28/1997 LABORATORIUM STUDI SOSIAL POLITIK INDONESIA" Perhatian: Subbagian dibuat hanya untuk memperjelas bagian pidato! }} == Pendahuluan == Paduka tuan Ketua yang mulia! Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mullia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini. Ma'af, beribu ma'af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: "Philosofische grondslag" dari pada Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan "merdeka". Merdeka buat saya ialah: "political independence", politieke onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang - saya katakan didalam bahasa asing, ma'afkan perkataan ini - "zwaarwichtig" akan perkara yang kecil-kecil. "Zwaarwichtig" sampai -kata orang Jawa- "njelimet". Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan. Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu. Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya! Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai njelimet!, maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu. Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan tentang Ibn Saud! Disitu ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia merdeka! Lihatlah pula - jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat - Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu. Dan kita sekarang disini mau mendirikan negara Indonesia merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan! Maaf, P. T. Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya bulu, kalau saya membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai njelimet hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai njelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mesngalami Indonesia merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, - sampai dilobang kubur! (Tepuk tangan riuh). Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama "Mencapai Indonesia Merdeka". Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat. Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, - in one night only! -, kata Armstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirikan Saudi Arabia merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riad dengan 6 orang! Sesudah "jembatan" itu diletakkan oleh Ibn saud, maka diseberang jembatan, artinya kemudian dari pada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi arabia. Orang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade yaitu orang badui, diberi pelajaran oleh Ibn Saud jangan bergelandangan, dikasih tempat untuk bercocok-tanam. Nomade dirubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, - semuanya diseberang jembatan. Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Soviet-Rusia Merdeka, telah mempunyai Djnepprprostoff <ref>Yang dimaksud Dnepropetrovsk, suatu kawasan industri di mana terdapat bendungan raksasa di sungai Dnepr, dan disitu dibangun stasiun pembangkit tenaga listrik yang merupakan tulang punggung perindustrian Soviet Rusia (ket. - LSSPI)</ref>, dam yang maha besar di sungai Dnepr? Apa ia telah mempunyai radio-station, yang menyundul keangkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Soviet Rusia merdeka telah dapat membaca dan menulis? Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio- station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Creche, baru mengadakan Djnepprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini danitu lebih dulu harus selesai dengan njelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah berlainannnya tuan-tuan punya semangat, - jikalau tuan-tuan demikian -, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda ini semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang! (Tepuk tangan riuh). Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, pada hal semboyan Indonesia merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan "INDONESIA MERDEKA SEKARANG". Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang, sekarang! (Tepuk tangan riuh). Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia merdeka, - kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar hati!. Saudara -saudara, saya peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti dengan orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo Butyoo diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, - in one night, di dalam satu malam! Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan: Indonesia merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya Balatentera Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata: mangke- rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia merdeka? (Seruan: Tidak! Tidak) Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini balatentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menitpun kita tidak akan menolak, sekarangpun kita menerima urusan itu, sekarangpun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka! (Tepuk tangan menggemparkan) Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbedaan antara Soviet-Rusia, Saudi Arabia, Inggris, Amerika dll. tentang isinya: tetapi ada satu yang sama, yaitu, rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk merdeka. (Tepuk tangan riuh) Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata: Ah saya belum berani kawin, tunggu dulu gajih F.500. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai sendok-garpu perak satu kaset, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin. Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu "meja-makan", lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur. Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat-tidur: kawin. Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung, elektrische kookplaat, tempat tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu mana yang lebih bahagia, sang Ndoro dengan tempat tidurnya yang mentul-mentul, atau Sarinem dan Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan satu periuk, saudara-saudara! (Tepuk tangan, dan tertawa) Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak?? Inilah, saudara-saudara sekalian, Paduka tuan ketua yang mulia, ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian P.T. Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekaan. Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! (Tepuk tangan riuh). Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakakan rakyat kita!! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di dalam Soviet-Rusia Merdeka Stalin memerdeka-kan hati bangsa Soviet-Rusia satu persatu. Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak dysenterie, banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu. "Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka". Saya berkata, kalau inipun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan "jembatan". Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi. Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internationalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak!. Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internationalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak peduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak peduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahnya, - sudahlah ia merdeka. Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka apa tidak? Mau merdeka atau tidak? (Jawab hadlirin: Mau!) Saudara-saudara! Sesudah saya bicarakan tentang hal "merdeka", maka sekarang saya bicarakan tentang hal dasar. Paduka tuan Ketua yang mulia! Saya mengerti apakah yang paduka tuan Ketua kehendaki! Paduka tuan Ketua minta dasar, minta philosophischegrondslag, atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka tuan Ketua yang mulia meminta suatu "Weltanschauung", diatas mana kita mendirikan negara Indonesia itu. Kita melihat dalam dunia ini, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan banyak diantara negeri-negeri yang merdeka itu berdiri di atas suatu "Weltanschauung". Hitler mendirikan Jermania di atas "national-sozialistische Weltanschauung", - filsafat nasional-sosialisme telah menjadi dasar negara Jermania yang didirikan oleh Adolf Hitler itu. Lenin mendirikan negara Soviet diatas satu "Weltanschauung", yaitu Marxistische, Historisch- materialistische Weltanschaung. Nippon mendirikan negara negara dai Nippon di atas satu "Weltanschauung", yaitu yang dinamakan "Tennoo Koodoo Seishin". Diatas "Tennoo Koodoo Seishin" inilah negara dai Nippon didirikan. Saudi Arabia, Ibn Saud, mendirikan negara Arabia di atas satu "Weltanschauung", bahkan diatas satu dasar agama, yaitu Islam. Demikian itulah yang diminta oleh paduka tuan Ketua yang mulia: Apakah "Weltanschauung" kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia yang merdeka? Tuan-tuan sekalian, "Weltanschauung" ini sudah lama harus kita bulatkan di dalam hati kita dan di dalam pikiran kita, sebelum Indonesia Merdeka datang. Idealis-idealis di seluruh dunia bekerja mati-matian untuk mengadakan bermacam-macam "Weltanschauung", bekerja mati-matian untuk me"realiteitkan""Weltanschauung" mereka itu. Maka oleh karena itu, sebenarnya tidak benar perkataan anggota yang terhormat Abikusno, bila beliau berkata, bahwa banyak sekali negara-negara merdeka didirikan dengan isi seadanya saja, menurut keadaan, Tidak! Sebab misalnya, walaupun menurut perkataan John Reed: "Soviet-Rusia didirikan didalam 10 hari oleh Lenin c.s.", - John Reed, di dalam kitabnya:"Ten days that shook the world", "sepuluh hari yang menggoncangkan dunia" -, walaupun Lenin mendirikan Soviet-Rusia di dalam 10 hari, tetapi "Weltanschauung"nya, dan di dalam 10 hari itu hanya sekedar direbut kekuasaan, dan ditempatkan negara baru itu diatas "Weltanschauung" yang sudah ada. Dari 1895 "Weltanschauung" itu telah disusun. Bahkan dalam revolutie 1905, Weltanschauung itu "dicobakan", di "generale-repetitie-kan". Lenin di dalam revolusi tahun 1905 telah mengerjakan apa yang dikatakan oleh beliau sendiri "generale-repetitie" dari pada revolusi tahun 1917. Sudah lama sebelum 1917, "Weltanschaung" itu disedia-sediakan, bahkan diikhtiar-ikhtiarkan. Kemudian, hanya dalam 10 hari, sebagai dikatakan oleh John Reed, hanya dalam 10 hari itulah didirikan negara baru, direbut kekuasaan, ditaruhkan kekuasaan itu di atas "Weltanschauung" yang telah berpuluh-puluh tahun umurnya itu. Tidakkah pula Hitler demikian? Di dalam tahun 1933 Hitler menaiki singgasana kekuasaan, mendirikan negara Jermania di atas National-sozialistische Weltanschauung. Tetapi kapankah Hitler mulai menyediakan dia punya "Weltanschauung" itu? Bukan di dalam tahun 1933, tetapi di dalam tahun 1921 dan 1922 beliau telah bekerja, kemudian mengikhtiarkan pula, agar supaya Naziisme ini, "Weltanschauung" ini, dapat menjelma dengan dia punya "Munschener Putsch", tetapi gagal. Di dalam 1933 barulah datang saatnya yang beliau dapat merebut kekuasaan, dan negara diletakkan oleh beliau di atas dasar"Weltanschauung" yang telah dipropagandakan berpuluh-puluh tahun itu. Maka demikian pula, jika kita hendak mendirikan negara Indonesia Merdeka, Paduka tuan ketua, timbullah pertanyaan: Apakah "Weltanschauung" kita, untuk mendirikan negara Indonesia Merdeka diatasnya? Apakah nasional-sosialisme? Apakah historisch-materialisme? Apakah San Min Chu I, sebagai dikatakan doktor Sun Yat Sen? Di dalam tahun 1912 Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok merdeka, tetapi "Weltanschauung"nya telah dalam tahun 1885, kalau saya tidak salah, dipikirkan, dirancangkan. Di dalam buku "The three people"s principles" San Min Chu I, - Mintsu, Minchuan, Min Sheng, - nasionalisme, demokrasi, sosialisme,- telah digambarkan oleh doktor Sun Yat Sen Weltanschauung itu, tetapi baru dalam tahun 1912 beliau mendirikan negara baru diatas "Weltanschauung" San Min Chu I itu, yang telah disediakan terdahulu berpuluh-puluh tahun. Kita hendak mendirikan negara Indonesia merdeka di atas "Weltanschauung" apa? Nasional-sosialisme-kah, Marxisme-kah, San Min Chu I-kah, atau "Weltanschauung' apakah? Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan, - macam-macam - , tetapi alangkah benarnya perkataan dr Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophischegrondslag, mencari satu "Weltanschauung" yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang sdr. Sanoesi setujui, yang sdr. Abikoesno setujui, yang sdr. Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang kita ber-sama-sama setujui. Apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan? Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang disini, maupun saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara "semua buat semua". Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, - tetapi "semua buat semua". Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokurutu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1918, 25 tahun yang lebih, ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan. == Prinsip pertama == Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia. Saya minta saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain: maafkanlah saya memakai perkataan "kebangsaan" ini! Sayapun orang Islam. Tetapi saya minta kepada saudara- saudara, janganlah saudara-saudara salah faham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nasionalestaat, seperti yang saya katakan dalam rapat di Taman Raden Saleh beberapa hari yang lalu. Satu Nationale Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit. Sebagai saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, bapak tuanpun adalah orang Indonesia, nenek tuanpun bangsa Indonesia, datuk-datuk tuan, nenek-moyang tuanpun bangsa Indonesia. Diatas satu kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan negara Indonesia. Satu Nationale Staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski saya di dalam rapat besar di Taman Raden Saleh sedikit-sedikit telah menerangkannya. Marilah saya uraikan lebih jelas dengan mengambil tempoh sedikit: Apakah yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa? Menurut Renan syarat bangsa ialah "kehendak akan bersatu". Perlu orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu. Ernest Renan menyebut syarat bangsa: "le desir d'etre ensemble", yaitu kehendak akan bersatu. Menurut definisi Ernest Renan, maka yang menjadi bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu. Kalau kita lihat definisi orang lain, yaitu definisi Otto Bauer, di dalam bukunya "Die Nationalitatenfrage", disitu ditanyakan: "Was ist eine Nation?" dan jawabnya ialah: "Eine Nation ist eine aus chiksals-gemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft". Inilah menurut Otto Bauer satu natie. (Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib). Tetapi kemarinpun, tatkala, kalau tidak salah, Prof. Soepomo mensitir Ernest Renan, maka anggota yang terhormat Mr. Yamin berkata: "verouderd", "sudah tua". Memang tuan-tuan sekalian, definisi Ernest Renan sudah "verouderd", sudah tua. Definisi Otto Bauer pun sudah tua. Sebab tatkala Otto Bauer mengadakan definisinya itu, tatkala itu belum timbul satu wetenschap baru, satu ilmu baru, yang dinamakan Geopolitik. Kemarin, kalau tidak salah, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo, atau Moenandar, mengatakan tentang "Persatuan antara orang dan tempat". Persatuan antara orang dan tempat, tuan-tuan sekalian, persatuan antara manusia dan tempatnya! Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan "Gemeinschaft"nya dan perasaan orangnya, "l'ame et desir". Mereka hanya mengingat karakter, tidak mengingat tempat, tidak mengingat bumi, bumi yang didiami manusia itu, Apakah tempat itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah s.w.t membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan dimana"kesatuan-kesatuan" disitu. Seorang anak kecilpun, jukalau ia melihat peta dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan. Pada peta itu dapat ditunjukkan satu kesatuan gerombolan pulau-pulau diantara 2 lautan yang besar, lautan Pacific dan lautan Hindia, dan diantara 2 benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmaheira, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan lain-lain pulau kecil diantaranya, adalah satu kesatuan. Demikian pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir Timur benua Asia sebagai"golfbreker" atau pengadang gelombang lautan Pacific, adalah satu kesatuan. Anak kecilpun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh lautan Hindia yang luas dan gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat mengatakan, bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan. Griekenland atau Yunani dapat ditunjukkan sebagai kesatuan pula, Itu ditaruhkan oleh Allah s.w.t. demikian rupa. Bukan Sparta saja, bukan Athene saja, bukan Macedonia saja, tetapi Sparta plus Athene plus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-lain, segenap kepulauan Yunani, adalah satu kesatuan. Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah-darah kita, tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan uang ditunjuk oleh Allah s.w.t. menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air kita! Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan dan Otto Bauer itu. Tidak cukup "le desir d'etre ensembles", tidak cukup definisi Otto Bauer "aus schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft" itu. Maaf saudara-saudara, saya mengambil contoh Minangkabau, diantara bangsa di Indonesia, yang paling ada "desir d'entre ensemble", adalah rakyat Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2,5 milyun. Rakyat ini merasa dirinya satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan satu kesatuaan, melainkan hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan! Penduduk Yogyapun adalah merasa "le desir d"etre ensemble", tetapi Yogyapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Di Jawa Barat rakyat Pasundan sangat merasakan "le desir d'etre ensemble", tetapi Sundapun hanya satu bahagian kecil dari pada satu kesatuan. Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan "le desir d'etre ensemble" diatas daerah kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang, menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh s.w.t., tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian! Seluruhnya!, karena antara manusia 70.000.000 ini sudah ada "le desir d'etre enemble", sudah terjadi "Charaktergemeinschaft"! Natie Indonesia, bangsa Indonesia, ummat Indonesia jumlah orangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000 yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu! (Tepuk tangan hebat). Kesinilah kita semua harus menuju: mendirikan satu Nationale staat, diatas kesatuan bumi Indonesia dari Ujung Sumatera sampai ke Irian. Saya yakin tidak ada satu golongan diatara tuan-tuan yang tidak mufakat, baik Islam maupun golongan yang dinamakan "golongan kebangsaan". Kesinilah kita harus menuju semuanya. Saudara-saudara, jangan orang mengira bahwa tiap-tiap negara merdeka adalah satu nationale staat! Bukan Pruisen, bukan Beieren, bukan Sakssen adalah nationale staat, tetapi seluruh Jermanialah satu nationale staat. Bukan bagian kecil-kecil, bukan Venetia, bukan Lombardia, tetapi seluruh Italialah, yaitu seluruh semenanjung di Laut Tengah, yang diutara dibatasi pegunungan Alpen, adalah nationale staat. Bukan Benggala, bukan Punjab, bukan Bihar dan Orissa, tetapi seluruh segi-tiga Indialah nanti harus menjadi nationale staat. Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka dijaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanya 2 kali mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sri Wijaya dan di zaman Majapahit. Di luar dari itu kita tidak mengalami nationale staat. Saya berkata dengan penuh hormat kepada kita punya raja-raja dahulu, saya berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung Hanyokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Pajajaran, saya berkata, bahwa kerajaannya bukan nationale staat. Dengan persaan hormat kepada Prabu Sultan Agung Tirtayasa, berkata, bahwa kerajaannya di Banten, meskipun merdeka, bukan satu nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanoedin di Sulawesi yang telah membentuk kerajaan Bugis, saya berkata, bahwa tanah Bugis yang merdeka itu bukan nationale staat. Nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yang telah berdiri dijaman Sri Wijaya dan Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama. Karena itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita mengambil sebagai dasar Negara yang pertama: KebangsaanIndonesia. Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat. Maaf, Tuan Lim Koen Hian, Tuan tidak mau akan kebangsaan? Di dalam pidato Tuan, waktu ditanya sekali lagi oleh Paduka Tuan fuku-Kaityoo, Tuan menjawab: "Saya tidak mau akan kebangsaan". TUAN LIM KOEN HIAN : Bukan begitu. Ada sambungannya lagi. TUAN SOEKARNO : Kalau begitu, maaf, dan saya mengucapkan terima kasih, karena tuan Lim Koen Hian pun menyetujui dasar kebangsaan. Saya tahu, banyak juga orang-orang Tionghoa klasik yang tidak mau akan dasar kebangsaan, karena mereka memeluk faham kosmopolitisme, yang mengatakan tidak ada kebangsaan, tidak ada bangsa. Bangsa Tionghoa dahulu banyak yang kena penyakit kosmopolitisme, sehingga mereka berkata bahwa tidak ada bangsa Tionghoa, tidak ada bangsa Nippon, tidak ada bangsa India, tidak ada bangsa Arab, tetapi semuanya "menschheid", "peri kemanusiaan". Tetapi Dr. Sun Yat Sen bangkit, memberi pengajaran kepada rakyat Tionghoa, bahwa a d a kebangsaan Tionghoa! Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. diSurabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, - katanya: jangan berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa kebangsan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 17. Tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, - ialah Dr SunYat Sen! Di dalam tulisannya "San Min Chu I" atau "The Three People's Principles", saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh "The Three People"s Principles" itu. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat-sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, - sampai masuk kelobang kubur. (Anggauta-anggauta Tionghoa bertepuk tangan). == Prinsip kedua == Saudara-saudara. Tetapi ........ tetapi ........... memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga berfaham "Indonesia uber Alles". Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini! Gandhi berkata: "Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan "My nationalism is humanity". Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai dikobar-kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan"Deutschland uber Alles", tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut jagung dan bermata biru, "bangsa Aria", yang dianggapnya tertinggi diatas dunia, sedang bangsa lain-lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas demikian, Tuan-tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia. Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch principe yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan-tuan, yang boleh saya namakan "internasionalime". Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain-lainnya. Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama-tama saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain. == Prinsip ketiga == Kemudian, apakah dasar yang ke-3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara "semua buat semua", "satu buat semua, semua buat satu". Saya yakin syarat yang mutlak untuk kuatnya negara In-donesia ialah permusyawaratan perwakilan. Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, sayapun, adalah orang Islam, -- maaf beribu-ribu maaf, keislaman saya jauh belum sempurna, -- tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat. Apa-apa yang belum memuaskan, kita bicarakan di dalam permusyawaratan. Badan perwakilan, inilah tempat kita untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan Islam. Disinilah kita usulkan kepada pemimpin-pemimpin rakyat, apa-apa yang kita rasa perlu bagi perbaikan. Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya, agar-supaya sebagian yang terbesar dari pada kursi-kursi badan perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar didalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya badan perwakilan Rakyat 100 orang anggautanya, marilah kita bekerja, bekerja sekeras-kerasnya, agar supaya 60, 70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam benar-benar h i d u p di dalam jiwa rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90% utusan adalah orang Islam, pemuka-pemuka Islam, ulama-ulama Islam. Maka saya berkata, baru jikalau demikian, baru jikalau demikian, hiduplah Islam Indonesia, dan bukan Islam yang hanya diatas bibirsaja. Kita berkata, 90% dari pada kita beragama Islam, tetapi lihatlah didalam sidang ini berapa % yang memberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya hal itu! Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum hidup sehidup-hidupnya di dalam kalangan rakyat. Oleh karena itu, saya minta kepada saudara-saudara sekalian, baik yang bukan Islam, maupun terutama yang Islam, setujuilah prinsip nomor 3 ini, yaitu prinsip permusyawaratan, perwakilan. Dalam perwakilan nanti ada perjoangan sehebat-hebatnya. Tidak ada satu staat yang hidup betul-betul hidup, jikalau di dalam badan-perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka, kalau tidak ada perjoangan faham di dalamnya. Baik di dalam staat Islam, maupun di dalam staat Kristen, perjoangan selamanya ada. Terimalah prinsip nomor 3, prinsip mufakat, prinsip perwakilan rakyat! Di dalam perwakilan rakyat saudara-saudara islam dan saudara-saudara kristen bekerjalah sehebat- hebatnya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah mati-matian, agar suapaya sebagian besar dari pada utusan-utusan yang masuk badan perwakilan Indonesia ialah orang kristen, itu adil, - fair play!. Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada perjoangan di dalamnya. Jangan kira di Turki tidak ada perjoangan. Jangan kira dalam negara Nippon tidak ada pergeseran pikiran. Allah subhanahuwa Ta'ala memberi pikiran kepada kita, agar supaya dalam pergaulan kita sehari-hari, kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk membersihkan gabah, supaya keluar dari padanya beras, dan beras akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya. Terimalah saudara-saudara, prinsip nomor 3, yaitu prinsip permusyawaratan == Prinsip keempat == Priinsip No. 4 sekarang saya usulkan, Saya di dalam 3 hari ini belum mendengarkan prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan , prinsip: tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Saya katakan tadi: prinsipnya San Min Chu I ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng: nationalism, democracy, sosialism. Maka prinsip kita harus: Apakah kita mau Indonesia Merdeka, yang kaum kapitalnya merajalela, ataukah yang semua rakyat sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya? Mana yang kita pilih, saudara-saudara? Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan Rakyat sudah ada, kita dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan ini. Kita sudah lihat, di negara-negara Eropah adalah Badan Perwakilan, adalah parlementaire democracy. Tetapi tidakkah diEropah justru kaum kapitalis merajalela? Di Amerika ada suatu badan perwakilan rakyat, dan tidakkah di Amerika kaum kapitalis merajalela? Tidakkah di seluruh benua Barat kaum kapitalis merajalela? Padahal ada badan perwakilan rakyat! Tak lain tak bukan sebabnya, ialah oleh karena badan- badan perwakilan rakyat yang diadakan disana itu, sekedar menurut resepnya Franche Revolutie. Tak lain tak bukan adalah yang dinamakan democratie disana itu hanyalah politie-kedemocratie saja; semata-mata tidak ada sociale rechtvaardigheid, -- tak ada keadilan sosial, tidak ada ekonomische democratie sama sekali. Saudara-saudara, saya ingat akan kalimat seorang pemimpin Perancis, Jean Jaures, yang menggambarkan politieke democratie. "Di dalam Parlementaire Democratie, kata Jean Jaures, di dalam Parlementaire Democratie, tiap-tiap orang mempunyai hak sama. Hak politiek yang sama, tiap orang boleh memilih, tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlement. Tetapi adakah Sociale rechtvaardigheid, adakah kenyataan kesejahteraan di kalangan rakyat?" Maka oleh karena itu Jean Jaures berkata lagi: "Wakil kaum buruh yang mempunyai hak politiek itu, di dalam Parlement dapat menjatuhkan minister. Ia seperti Raja! Tetapi di dalam dia punya tempat bekerja, di dalam paberik, - sekarang ia menjatuhkan minister, besok dia dapat dilempar keluar ke jalan raya, dibikin werkloos, tidak dapat makan suatu apa". Adakah keadaan yang demikian ini yang kita kehendaki? Saudara-saudara, saya usulkan: Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politiek-ecomische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil? Yang dimakksud dengan faham Ratu Adil, ialah sociale rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia-baru yang di dalamnya a d a keadilan di bawah pimpinan Ratu Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat mencinta rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politiek, saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya. Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang kita akan buat, hendaknya bukan badan permusyawaratan politieke democratie saja, tetapi badan yang bersama dengan ma-syarakat dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheid dan sociale rechtvaardigheid. Kita akan bicarakan hal-hal ini bersama-sama, saudara-saudara, di dalam badan permusyawaratan. Saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan, segala hal! Juga di dalam urusan kepada negara, saya terus terang, saya tidak akan memilih monarchie. Apa sebab? Oleh karena monarchie "vooronderstelt erfelijkheid", - turun-temurun. Saya seorang Islam, saya demokrat karena saya orang Islam, saya meng-hendaki mufakat, maka saya minta supaya tiap-tiap kepala negara pun dipilih. Tidakkah agama Islam mengatakan bahwa kepala-kepala negara, baik kalif, maupun Amirul mu'minin, harus dipilih oleh Rakyat? Tiap-tiap kali kita mengadakan kepala negara, kita pilih. Jikalau pada suatu hari Ki Bagus Hadikoesoemo misalnya, menjadi kepala negara Indonesia, dan mangkat, meninggal dunia, jangan anaknya Ki Hadikoesoemo dengan sendirinya, dengan automatis menjadi pengganti Ki Hadikoesoemo. Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip monarchie itu. == Prinsip kelima == Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Saya telah mengemukakan 4 prinsip: # Kebangsaan Indonesia. # Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan. # Mufakat, - atau demukrasi. # Kesejahteraan sosial. Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w., orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada "egoisme-agama". Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-menghormati satu sama lain. (Tepuk tangan sebagian hadlirin). Nabi Muhammad s.a.w. telah memberi bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid. Marilah kita di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima dari pada Negara kita, ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuanan yang berbudi pekerti yang luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia Merdeka berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa! Disinilah, dalam pangkuan azas yang kelima inilah, saudara- saudara, segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini, akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan Negara kita akan bertuhan pula! Ingatlah, prinsip ketiga, permufakatan, perwakilan, disitulah tempatnya kita mempropagandakan idee kita masing-masing dengan cara yang berkebudayaan! == Pancasila == Saudara-saudara! "Dasar-dasar Negara" telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir: Pendawa lima). Pendawapun lima oranya. Sekarang banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi - saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Panca Sila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. (Tepuktangan riuh). Atau, barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara tanya kepada saya, apakah "perasan" yang tiga itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka, Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaan dan peri-kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme. Dan demokrasi yang bukan demokrasi barat, tetapi politiek- economische demokratie, yaitu politieke demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan, saya peraskan pula menjadi satu: Inilah yang dulu saya namakan socio-democratie. Tinggal lagi ketuhanan yang menghormati satu sama lain. Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga: socio-nationalisme, socio-demokratie, dan ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkali tidak semua Tuan-tuan senang kepada trisila ini, dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu? == Gotong royong == Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus men-dukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, - semua buat semua ! Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan "gotong-royong". Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong! (Tepuk tangan riuh rendah). "Gotong Royong" adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari "kekeluargaan", saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama ! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong! (Tepuktangan riuh rendah). Prinsip Gotong Royong diatara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia. Inilah, saudara-saudara, yang saya usulkan kepada saudara-saudara. Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Eka Sila. Tetapi terserah kepada tuan-tuan, mana yang Tuan-tuan pilih: trisila, ekasila ataukah pancasila? Is i n y a telah saya katakan kepada saudara-saudara semuanya. Prinsip-prinsip seperti yang saya usulkan kepada saudara-saudara ini, adalah prinsip untuk Indonesia Merdeka yang abadi. Puluhan tahun dadaku telah menggelora dengan prinsip-prinsip itu. Tetapi jangan lupa, kita hidup didalam masa peperangan, saudara- saudara. Di dalam masa peperangan itulah kita mendirikan negara Indonesia, - di dalam gunturnya peperangan! Bahkan saya mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah Subhanahu wata'ala, bahwa kita mendirikan negara Indonesia bukan di dalam sinarnya bulan purnama, tetapi di bawah palu godam peperangan dan di dalam api peperangan. Timbullah Indonesia Merdeka, Indonesia yang gemblengan, Indonesia Merdeka yang digembleng dalam api peperangan, dan Indonesia Merdeka yang demikian itu adalah negara Indonesia yang kuat, bukan negara Indonesia yang lambat laun menjadi bubur. Karena itulah saya mengucap syukur kepada Allah s.w.t. Berhubung dengan itu, sebagai yang diusulkan oleh beberapa pembicara-pembicara tadi, barangkali perlu diadakan noodmaatregel, peraturan bersifat sementara. Tetapi dasarnya, isinya Indonesia Merdeka yang kekal abadi menurut pendapat saya, haruslah Panca Sila. Sebagai dikatakan tadi, saudara-saudara, itulah harus Weltanschauung kita. Entah saudara- saudara mufakatinya atau tidak, tetapi saya berjoang sejak tahun 1918 sampai 1945 sekarang ini untuk Weltanschauung itu. Untuk membentuk nasionalistis Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia; untuk kebangsaan Indonesia yang hidup di dalam peri-kemanusiaan; untuk permufakatan; untuk sociale rechtvaardigheid; untuk ke-Tuhananan. Panca Sila, itulah yang berkobar-kobar di dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun. Tetapi, saudara-saudara, diterima atau tidak, terserah saudara-saudara. Tetapi saya sendiri mengerti seinsyaf- insyafnya, bahwa tidak satu Weltaschauung dapat menjelma dengan sendirinya, menjadi realiteit dengan sendirinya. Tidak ada satu Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan perjoangan! Janganpun Weltanschauung yang diadakan oleh manusia, jangan pun yang diadakan Hitler, oleh Stalin, oleh Lenin, oleh Sun Yat Sen! "De Mensch", -- manusia! --, harus perjoangkan itu. Zonder perjoangan itu tidaklah ia akan menjadi realiteit! Leninisme tidak bisa menjadi realiteit zonder perjoangan seluruh rakyat Rusia, San Min Chu I tidak dapat menjadi kenyataan zonder perjoangan bangsa Tionghoa, saudara-saudara! Tidak! Bahkan saya berkata lebih lagi dari itu: zonder perjoangan manusia, tidak ada satu hal agama, tidak ada satu cita-cita agama, yang dapat menjadi realiteit. Janganpun buatan manusia, sedangkan perintah Tuhan yang tertulis di dalam kitab Qur'an, zwart op wit (tertulis di atas kertas), tidak dapat menjelma menjadi realiteit zonder perjoangan manusia yang dinamakan ummat Islam. Begitu pula perkataan-perkataan yang tertulis didalam kitab Injil, cita-cita yang termasuk di dalamnya tidak dapat menjelma zonder perjoangan ummat Kristen. Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationali- teit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup diatas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna, --janganlah lupa akan syarat untuk menyeleng-garakannya, ialah perjoangan, perjoangan, dan sekali lagi pejoangan. Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjoangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di-dalam Indonesia Merdeka itu perjoangan kita harus berjalan t e r u s, hanya lain sifatnya dengan perjoangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu padu, berjoang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Panca Sila. Dan terutama di dalam zaman peperangan ini, yakinlah, insyaflah, tanamkanlah dalam kalbu saudara-saudara, bawa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak mengambil risiko, -- tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalam-dalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak menekad-mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama-lamanya, sampai keakhir jaman! Kemerdekaan hanya- lah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad "Merdeka, -- merdeka atau mati"! (Tepuk tangan riuh) Saudara-sauadara! Demikianlah saya punya jawab atas pertanyaan Paduka Tuan Ketua. Saya minta maaf, bahwa pidato saya ini menjadi panjang lebar, dan sudah meminta tempo yang sedikit lama, dan saya juga minta maaf, karena saya telah mengadakan kritik terhadap catatan Zimukyokutyoo yang saya anggap"verschrikkelijk zwaarwichtig" itu. Terima kasih! == Catatan kaki == <references /> [[Kategori:Pidato]] [[Kategori:Soekarno]] Templat:TOCright 1818 2617 2006-05-29T09:36:17Z IvanLanin 30 baru {| cellspacing="0" cellpadding="0" style="clear:right; margin-bottom: .5em; float: right; padding: .5em 0 .8em 1.4em; background: none;" | __TOC__ |}<noinclude>[[Kategori:Templat navigasi|{{PAGENAME}}]] [[en:Template:TOCright]]</noinclude> Deklarasi Sirnagalih 1821 2630 2006-06-08T06:26:38Z Anggoro 74 {{process header |title = Deklarasi Sirnagalih |section = |previous = |next = |shortcut = |notes = Deklarasi Sirnagalih adalah pernyataan yang ditandatangani 57 jurnalis. Pada 7 Agustus 1994 itulah kemudian terbentuk [[W:Aliansi Jurnalis Independen|Aliansi Jurnalis Independen]]. Beberapa anggotanya kemudian dipenjara karena deklarasi ini. }} Bahwa sesungguhnya kemerdekaan berpendapat, memperoleh informasi, dan kebebasan berserikat adalah hak asasi setiap warga negara. Bahwa sejarah pers Indonesia berangkat dari pers perjuangan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta melawan kesewenang-wenangan. Dalam melaksanakan misi perjuangannya, pers Indonesia menempatkan kepentingan dan keutuhan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan. Indonesia adalah negara hukum. Karena itu pers Indonesia melandaskan perjuangannya pada prinsip-prinsip hukum yang adil dan bukan pada kekuasaan. 7 Agustus 1994 di Megamendung, Bogor, Jawa Barat [[Kategori:Lain-lain]] MediaWiki:Pagemovedtext 1822 2649 2006-06-13T02:46:05Z IvanLanin 30 temp <div class="plainlinks">Halaman "[{{fullurl:<includeonly></includeonly>$1|redirect=no}} $1]" dipindahkan ke "[[$2]]". Jangan lupa untuk memperbaiki [[{{ns:special}}:Whatlinkshere/$1|pengalihan ganda]] yang mungkin terjadi.</div> Kode Etik Jurnalistik AJI 1823 2640 2006-06-12T12:32:57Z Anggoro 74 kode etik jurnalistik versi AJI <Center>KODE ETIK AJI</center> <center>(ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN)</center> # Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. # Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar. # Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya. # Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya. # Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat. # Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen. # Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo. # Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat. # Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur. # Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras, bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya. # Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat. # Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual. # Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi. # Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.) # Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak. # Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik. # Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip di atas. # Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik. [[Kategori:Kode etik]] Kategori:Kode etik 1824 2650 2006-06-13T02:47:49Z IvanLanin 30 +kat [[Kategori:Karya menurut tipe]] Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 1825 2660 2006-06-25T18:53:52Z IvanLanin 30 +notes {{process header |title = |section = |previous = [[Produk hukum Indonesia lainnya]] |next = |shortcut = |notes = {{wikipedia|artikel=Ejaan Yang Disempurnakan}} }} Edisi kedua berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16–20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4–6 Maret 1991. ==Pemakaian Huruf== ===Huruf Abjad=== Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya. (tabel) ===Huruf Vokal=== Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf ''a'', ''e'', ''i'', ''o'', dan ''u''. (tabel) * Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. '''''Misalnya:''''' Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (séri). Pertandingan itu berakhir seri. ===Huruf Konsonan=== Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf ''b'', ''c'', ''d'', ''f'', ''g'', ''h'', ''j'', ''k'', ''l'', ''m'', ''n'', ''p'', ''q'', ''r'', ''s'', ''t'', ''v'', ''w'', ''x'', ''y'', dan ''z''. (tabel) * Huruf ''k'' di sini melambangkan bunyi hamzah. ** Huruf ''q'' dan ''x'' digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu. ===Huruf Diftong=== Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ''ai'', ''au'', dan ''oi''. (tabel) ===Gabungan Huruf Konsonan=== Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu ''kh'', ''ng'', ''ny'', dan ''sy''. (tabel) ===Pemenggalan Kata=== #Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut: a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. '''''Misalnya:''''' ma-in, sa-at, bu-ah Huruf diftong ''ai'', ''au'', dan ''oi'' tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. '''''Misalnya:''''' au-la bukan a-u-la sau-da-ra bukan sa-u-da-ra am-boi bukan am-bo-i b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. '''''Misalnya:''''' ba-pak ba-rang su-lit la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. '''''Misalnya:''''' man-di som-bong swas-ta cap-lok Ap-ril bang-sa makh-luk d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. '''''Misalnya:''''' in-strumen ul-tra in-fra bang-krut ben-trok ikh-las #Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. '''''Misalnya:''''' makan-an me-rasa-kan mem-bantu pergi-lah '''''Catatan:''''' a.Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. b.Akhiran ''-i'' tidak dipenggal (lihat keterangan tentang tanda hubung, bab v, pasal E, ayat 1). c.Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. '''''Misalnya:''''' te-lun-juk si-nam-bung ge-li-gi #Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas. '''''Misalnya:''''' bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi intro-speksi, in-tro-spek-si kilo-gram, ki-lo-gram kilo-meter, ki-lo-me-ter pasca-panen, pas-ca-pa-nen '''''Keterangan:''''' Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus. ==Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring== ===Huruf Kapital atau Huruf Besar=== #Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran. #Huruf kapital seagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resi kecuali kata seperti ''dan''. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti ''di'', ''ke'', ''dari'', ''dan'', ''yang'', dan ''untuk'' yang tidak terletak pada posisi awal. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Huruf kapital tidak diapakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak diapakai dalam pengacuan atau penyapaan. #Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. ===Huruf Miring=== #Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. #Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. #Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. '''''Catatan:''''' Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. ''...akan diselesaikan...'' Pengguna:Sentausa 1826 2658 2006-06-25T04:53:53Z Sentausa 33 ''Lihat'' [http://id.wikipedia.org/wiki/Pengguna:Sentausa halaman pengguna saya di Wikipedia bahasa Indonesia]. MediaWiki:1movedto2 1827 2661 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default [[$1]] dipindahkan ke [[$2]] MediaWiki:1movedto2 redir 1828 2662 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default [[$1]] dipindahkan ke [[$2]] melalui peralihan MediaWiki:About 1829 2663 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Tentang MediaWiki:Aboutpage 1830 2664 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Project:Tentang MediaWiki:Accesskey-watch 1831 2665 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default w MediaWiki:Accmailtitle 1832 2666 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Kata sandi telah terkirim. MediaWiki:Accountcreated 1833 2667 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Akun dibuat MediaWiki:Accountcreatedtext 1834 2668 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Akun pengguna untuk $1 telah dibuat. MediaWiki:Addedwatch 1835 2669 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Telah ditambahkan ke daftar pantauan MediaWiki:Addedwatchtext 1836 2670 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Halaman "[[:$1]]" telah ditambahkan ke [[{{ns:special}}:Watchlist|daftar pantauan]]. Perubahan yang terjadi di masa yang akan datang pada halaman tersebut dan halaman bicara terkaitnya akan tercantum di sini, dan halaman itu akan ditampilkan ''tebal'' pada [[{{ns:special}}:Recentchanges|daftar perubahan terbaru]] agar lebih mudah terlihat.<br /><br />Jika Anda ingin menghapus halaman ini dari daftar pantauan, klik "Berhenti memantau" pada menu. MediaWiki:Administrators 1837 2671 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default {{ns:project}}:Pengurus MediaWiki:Allinnamespace 1838 2672 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Semua halaman (namespace $1) MediaWiki:Alllogstext 1839 2673 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Di bawah ini adalah gabungan log pemblokiran, perlindungan, perubahan hak akses, penghapusan, pemuatan, pemindahan, impor, dll. Anda dapat melakukan pembatasan tampilan dengan memilih jenis log, nama pengguna, atau nama halaman yang terpengaruh. MediaWiki:Allmessagesfilter 1840 2674 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Filter nama pesan: MediaWiki:Allmessagesmodified 1841 2675 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Hanya tampilkan yang diubah MediaWiki:AllmessagesnotsupportedDB 1842 2676 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default '''{{ns:special}}:Allmessages''' tidak didukung karena wgUseDatabaseMessages dimatikan. MediaWiki:AllmessagesnotsupportedUI 1843 2677 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Bahasa antarmuka Anda saat ini, <strong>$1</strong> tidak didukung oleh {{ns:special}}:AllMessages di situs ini. MediaWiki:Allnonarticles 1844 2678 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Semua yang bukan artikel MediaWiki:Allnotinnamespace 1845 2679 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Semua halaman (bukan namespace $1) MediaWiki:Allowemail 1846 2680 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Ijinkan pengguna lain mengirim surat-e MediaWiki:Allpagesfrom 1847 2681 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Tampilkan halaman dimulai dengan: MediaWiki:Allpagesprefix 1848 2682 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Tampilkan halaman dengan awalan: MediaWiki:Alreadyloggedin 1849 2683 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default <strong>Pengguna $1, Anda sudah masuk log!</strong><br /> MediaWiki:Alreadyrolled 1850 2684 2006-07-01T18:52:41Z MediaWiki default Tidak dapat melakukan pengembalian ke suntingan terakhir [[$1]] oleh [[{{ns:user}}:$2|$2]] ([[{{ns:user_talk}}:$2|Bicara]]); orang lain telah menyunting atau melakukan pengembalian terhadap artikel tersebut. Suntingan terakhir oleh [[{{ns:user}}:$3|$3]] ([[{{ns:user_talk}}:$3|Bicara]]). MediaWiki:Ancientpages 1851 2685 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Artikel tertua MediaWiki:Anoneditwarning 1852 2686 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Anda tidak terdaftar masuk. Alamat IP Anda akan tercatat dalam sejarah (versi terdahulu) halaman ini. MediaWiki:Anontalkpagetext 1853 2687 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default ---- ''Ini adalah halaman diskusi seorang pengguna anonim yang belum membuat akun atau tidak menggunakannya. Karena ia tidak membuat akun, kami terpaksa harus memakai alamat IP-nya untuk mengenalinya. Alamat IP seperti ini dapat dipakai oleh beberapa pengguna yang berbeda. Jika Anda adalah seorang pengguna anonim dan merasa mendapatkan komentar-komentar miring, silakan [[{{ns:special}}:Userlogin|membuat akun atau masuk log]] untuk menghindari kerancuan dengan pengguna anonim lain di lain waktu.'' MediaWiki:Articletitles 1854 2688 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Artikel yang diawali ''$1'' MediaWiki:Aug 1855 2689 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Agu MediaWiki:Autoredircomment 1856 2690 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Alihkan ke [[$1]] MediaWiki:Badaccess 1857 2691 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kesalahan hak akses MediaWiki:Badaccesstext 1858 2692 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tindakan yang Anda minta dibatasi hanya untuk pengguna dengan hak akses "$2". Lihat $1. MediaWiki:Badfiletype 1859 2693 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default ".$1" ialah format berkas gambar yang tidak diizinkan. MediaWiki:Badsig 1860 2694 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tanda tangan teks murni tak tepat; periksa tag HTML. MediaWiki:Blockededitsource 1861 2695 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Teks '''suntingan Anda''' terhadap '''$1''' ditunjukkan berikut ini: MediaWiki:Blockedoriginalsource 1862 2696 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Isi sumber '''$1''' ditunjukkan berikut ini: MediaWiki:Blockipsuccesstext 1863 2697 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Alamat IP atau pengguna "$1" telah diblokir. <br />Lihat [[{{ns:special}}:Ipblocklist|Daftar IP dan pengguna diblokir]] untuk melihat kembali pemblokiran. MediaWiki:Blockiptext 1864 2698 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Gunakan formulir di bawah untuk memblokir kemampuan menulis sebuah alamat IP atau pengguna tertentu. Ini perlu dilakukan untuk mencegah vandalisme, dan sejalan dengan [[{{ns:project}}:Kebijakan|kebijakan {{SITENAME}}]]. Masukkan alasan Anda di bawah (contohnya mengambil halaman tertentu yang telah dirusak). MediaWiki:Blocklogentry 1865 2699 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default memblokir "[[$1]]" dengan waktu kadaluwarsa $2 MediaWiki:Blocklogpage 1866 2700 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Log pemblokiran MediaWiki:Blocklogtext 1867 2701 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Di bawah ini adalah log pemblokiran dan penghilangan blokir terhadap pengguna. Alamat IP yang diblokir secara otomatis tidak terdapat di dalam daftar ini. Lihat [[{{ns:special}}:Ipblocklist|daftar alamat IP yang diblokir]] untuk daftar blokir terkini yang efektif. MediaWiki:Booksourcetext 1868 2702 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Di bawah ini adalah daftar pranala ke situs lain yang menjual buku baru dan bekas, dan mungkin juga mempunyai informasi lebih lanjut mengenai buku yang sedang Anda cari. {{SITENAME}} tidak berkepentingan dengan situs-situs web di atas, dan daftar ini seharusnya tidak dianggap sebagai sebuah dukungan. MediaWiki:Boteditletter 1869 2703 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default b MediaWiki:Brokenredirectstext 1870 2704 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Peralihan halaman berikut berpaut ke halaman yang tidak ada. MediaWiki:Bugreports 1871 2705 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Laporan bug MediaWiki:Bugreportspage 1872 2706 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Project:Laporan bug MediaWiki:Cachederror 1873 2707 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Berikut ini adalah salinan <em>cache</em> dari halaman yang diminta, yang mungkin tidak up-to-date. MediaWiki:Cannotundelete 1874 2708 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pembatalan penghapusan gagal; mungkin ada orang lain yang telah terlebih dahulu melakukan pembatalan. MediaWiki:Cantrollback 1875 2709 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tidak dapat mengembalikan suntingan; pengguna terakhir adalah satu-satunya penulis artikel ini. MediaWiki:Categories 1876 2710 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default {{PLURAL:$1|Kategori|Kategori}} MediaWiki:Catseparator 1877 2711 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default | MediaWiki:Changed 1878 2712 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default diubah MediaWiki:Clearwatchlist 1879 2713 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kosongkan daftar pantauan MediaWiki:Clearyourcache 1880 2714 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default '''Catatan:''' Setelah menyimpan preferensi, Anda perlu membersihkan <em>cache</em> penjelajah web Anda untuk melihat perubahan. '''Mozilla / Firefox / Safari:''' tekan ''Ctrl-Shift-R'' (''Cmd-Shift-R'' pada Apple Mac); '''IE:''' tekan ''Ctrl-F5''; '''Konqueror:''': tekan ''F5''; '''Opera''' bersihkan <em>cache</em> melalui menu ''Tools→Preferences''. MediaWiki:Confirm purge 1881 2715 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Hapus ''cache'' halaman ini? $1 MediaWiki:Confirmdelete 1882 2716 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi penghapusan MediaWiki:Confirmdeletetext 1883 2717 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Anda akan menghapus halaman atau gambar ini secara permanen berikut semua sejarahnya dari basis data. Pastikan bahwa Anda memang ingin berbuat demikian, mengetahui segala akibatnya, dan apa yang Anda lakukan ini adalah sejalan dengan [[{{ns:project}}:Kebijakan|kebijakan {{SITENAME}}]]. MediaWiki:Confirmedittext 1884 2718 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Anda harus mengkonfirmasikan dulu alamat surat-e Anda sebelum menyunting halaman. Harap masukkan dan validasikan alamat surat-e Anda sebelum melakukan penyuntingan. Alamat surat-e dapat diubah melalui [[{{ns:special}}:Preferences|halaman preferensi]] MediaWiki:Confirmedittitle 1885 2719 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi surat-e diperlukan untuk melakukan penyuntingan MediaWiki:Confirmemail 1886 2720 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi alamat surat-e MediaWiki:Confirmemail body 1887 2721 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Seseorang, mungkin Anda, dari alamat IP $1, telah mendaftarkan akun "$2" dengan alamat surat-e ini di {{SITENAME}}. Untuk mengkonfirmasikan bahwa akun ini benar dimiliki oleh Anda sekaligus mengaktifkan fitur surat-e di {{SITENAME}}, ikuti pranala berikut pada penjelajah web Anda: $3 Jika Anda merasa *tidak pernah* mendaftar, jangan ikuti pranala di atas. Kode konfirmasi ini akan kadaluwarsa pada $4. MediaWiki:Confirmemail error 1888 2722 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Terjadi kesalahan sewaktu menyimpan konfirmasi Anda. MediaWiki:Confirmemail invalid 1889 2723 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kode konfirmasi salah. Kode tersebut mungkin sudah kadaluwarsa. MediaWiki:Confirmemail needlogin 1890 2724 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Anda harus melakukan $1 untuk mengkonfirmasikan alamat surat-e Anda. MediaWiki:Confirmemail sendfailed 1891 2725 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Surat-e konfirmasi tidak berhasil dikirim. Harap cek kemungkinan karakter ilegal pada alamat surat-e. MediaWiki:Confirmemail subject 1892 2726 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi alamat surat-e {{SITENAME}} MediaWiki:Confirmemail success 1893 2727 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Alamat surat-e Anda telah dikonfirmasi. Sekarang Anda dapat masuk log dan mulai menggunakan wiki. MediaWiki:Confirmemail text 1894 2728 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default {{ns:project}} mengharuskan Anda untuk melakukan konfirmasi atas alamat surat elektronik Anda sebelum fitur-fitur surat elektronik dapat digunakan. Tekan tombol di bawah ini untuk mengirimi Anda sebuah surat elektronik yang berisi kode konfirmasi yang berupa sebuah alamat internet. Salin alamat tersebut ke penjelajah web Anda dan buka alamat tersebut untuk melakukan konfirmasi sehingga menginformasikan {{ns:project}} bahwa alamat surat elektronik Anda valid. MediaWiki:Confirmprotect 1895 2729 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi perlindungan MediaWiki:Confirmrecreate 1896 2730 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pengguna [[{{ns:user}}:$1|$1]] ([[{{ns:user_talk}}:$1|talk]]) telah menghapus halaman selagi Anda mulai melakukan penyuntingan dengan alasan: : ''$2'' Silakan konfirmasi jika Anda ingin membuat ulang halaman ini. MediaWiki:Confirmunprotect 1897 2731 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasi penghilangan perlindungan MediaWiki:Contributions 1898 2732 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sumbangan pengguna MediaWiki:Copyright 1899 2733 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Seluruh teks tersedia dalam naungan $1. MediaWiki:Copyrightpage 1900 2734 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Project:Hak cipta MediaWiki:Copyrightwarning2 1901 2735 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Perhatikan bahwa semua sumbangan terhadap {{SITENAME}} dapat disunting, diubah, atau dihapus oleh penyumbang lainnya. Jika Anda tidak ingin tulisan Anda disunting orang lain, jangan kirimkan artikel Anda ke sini.<br />Anda juga berjanji bahwa ini adalah hasil karya Anda sendiri, atau disalin dari sumber milik umum atau sumber bebas yang lain (lihat $1 untuk informasi lebih lanjut). <strong>JANGAN KIRIMKAN KARYA YANG DILINDUNGI HAK CIPTA TANPA IZIN!</strong> MediaWiki:Couldntremove 1902 2736 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tidak dapat menghapus halaman '$1' dari daftar pantauan... MediaWiki:Createaccountmail 1903 2738 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default melalui surat-e MediaWiki:Createarticle 1904 2739 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Buat artikel MediaWiki:Created 1905 2740 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default dibuat MediaWiki:Cur 1906 2741 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default skr MediaWiki:Currentevents-url 1907 2742 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Peristiwa terkini MediaWiki:Databaseerror 1908 2744 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kesalahan basis data MediaWiki:Datedefault 1909 2745 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tak ada preferensi MediaWiki:Dberrortext 1910 2746 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Ada kesalahan sintaks pada permintaan basis data. Kesalahan ini mungkin menandakan adanya ''bug'' dalam perangkat lunak. Permintaan basis data yang terakhir adalah: <blockquote><tt>$1</tt></blockquote> dari dalam fungsi "<tt>$2</tt>". Kesalahan MySQL "<tt>$3: $4</tt>". MediaWiki:Deadendpages 1911 2747 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Halaman buntu MediaWiki:Defemailsubject 1912 2748 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Surat-e {{SITENAME}} MediaWiki:Delete 1913 2749 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Hapus MediaWiki:Delete and move 1914 2750 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Hapus dan pindahkan MediaWiki:Delete and move confirm 1915 2751 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Ya, hapus halaman tersebut MediaWiki:Delete and move reason 1916 2752 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Dihapus untuk mengantisipasikan pemindahan halaman MediaWiki:Delete and move text 1917 2753 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default ==Penghapusan diperlukan== Artikel yang dituju, "[[$1]]", telah mempunyai isi. Apakah Anda hendak menghapusnya untuk memberikan ruang bagi pemindahan? MediaWiki:Deletedarticle 1918 2754 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default menghapus "[[$1]]" MediaWiki:Deletedrev 1919 2755 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default [dihapus] MediaWiki:Deletedrevision 1920 2756 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Revisi lama yang dihapus $1. MediaWiki:Deletedtext 1921 2757 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default "$1" telah dihapus. Lihat $2 untuk log terkini halaman yang telah dihapus. MediaWiki:Deletedwhileediting 1922 2758 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Perhatian: Halaman ini telah dihapus setelah Anda mulai melakukan penyuntingan! MediaWiki:Deleteimg 1923 2759 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default hps MediaWiki:Deletionlog 1924 2760 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default log penghapusan MediaWiki:Dellogpage 1925 2761 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Log penghapusan MediaWiki:Destfilename 1926 2763 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Nama berkas tujuan MediaWiki:Developertitle 1927 2764 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Akses pengembang diperlukan MediaWiki:Disambiguationspage 1928 2765 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default {{ns:template}}:Disambig MediaWiki:Disambiguationstext 1929 2766 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Halaman-halaman berikut ini berpaut ke sebuah halaman disambiguasi. Halaman-halaman tersebut seharusnya berpaut ke topik-topik yang tepat.<br />Satu halaman dianggap sebagai disambiguation apabila halaman tersebut disambung dari $1.<br />Pranala dari namespace lain <em>tidak</em> terdaftar di sini. MediaWiki:Disclaimerpage 1930 2767 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Project:Penyangkalan umum MediaWiki:Disclaimers 1931 2768 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Penyangkalan MediaWiki:Displaytitle 1932 2769 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default (Pranala ke halaman ini sebagai [[$1]]) MediaWiki:Doubleredirectstext 1933 2770 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Setiap baris mengandung pranala ke peralihan pertama dan kedua, dan juga baris pertama dari teks peralihan kedua, yang biasanya memberikan artikel tujuan yang "sesungguhnya", yang seharusnya ditunjuk oleh peralihan yang pertama. MediaWiki:Download 1934 2771 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default unduh MediaWiki:Eauthentsent 1935 2772 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sebuah surat elektronik untuk konfirmasi telah dikirim ke alamat surat elektronik Anda. Anda harus mengikuti instruksi di dalam surat elektronik tersebut untuk melakukan konfirmasi bahwa alamat tersebut adalah benar kepunyaan Anda. {{SITENAME}} tidak akan mengaktifkan fitur surat elektronik jika langkah ini belum dilakukan. MediaWiki:Edit-externally 1936 2773 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sunting berkas ini dengan aplikasi luar MediaWiki:Edit-externally-help 1937 2774 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Lihat [http://meta.wikimedia.org/wiki/Help:External_editors instruksi pengaturan] untuk informasi lebih lanjut. MediaWiki:Editcomment 1938 2775 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Komentar penyuntingan adalah: "<em>$1</em>". MediaWiki:Edithelppage 1939 2776 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default {{ns:help}}:Penyuntingan MediaWiki:Editingcomment 1940 2777 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Menyunting $1 (komentar) MediaWiki:Editinginterface 1941 2778 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default '''Peringatan:''' Anda menyunting halaman yang digunakan untuk menyediakan teks antarmuka dengan perangkat lunak. Perubahan teks ini akan mempengaruhi tampilan pada pengguna lain. MediaWiki:Editingold 1942 2779 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default '''Peringatan:''' Anda menyunting revisi lama suatu halaman. Jika Anda menyimpannya, perubahan-perubahan yang dibuat sejak revisi ini akan hilang. MediaWiki:Editingsection 1943 2780 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Menyunting $1 (bagian) MediaWiki:Editold 1944 2781 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default sunting MediaWiki:Editsectionhint 1945 2782 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sunting bagian: $1 MediaWiki:Editusergroup 1946 2783 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sunting kelompok pengguna MediaWiki:Email 1947 2784 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Surat elektronik MediaWiki:Emailauthenticated 1948 2785 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Alamat surat-e Anda telah dikonfirmasi pada $1. MediaWiki:Emailconfirmlink 1949 2786 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Konfirmasikan alamat surat-e Anda MediaWiki:Emailnotauthenticated 1950 2787 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Alamat surat-e Anda <strong>belum dikonfirmasi</strong>. Sebelum dikonfirmasi Anda tidak bisa menggunakan fitur surat elektronik. MediaWiki:Emailpage 1951 2788 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kirimi pengguna ini surat-e MediaWiki:Emailpagetext 1952 2789 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Jika pengguna ini memasukkan alamat surat-e yang sah dalam preferensinya, formulir dibawah ini akan mengirimkan sebuah surat-e. Alamat surat-e yg terdapat pada preferensi Anda akan muncul sebagai alamat "Dari" dalam surat-e tersebut, sehingga penerima dapat membalas surat-e tersebut. MediaWiki:Emailsend 1953 2790 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kirim MediaWiki:Emailsent 1954 2791 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Surat-e terkirim MediaWiki:Emailsenttext 1955 2792 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Surat-e Anda telah dikirimkan. MediaWiki:Emailto 1956 2793 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Untuk MediaWiki:Emailuser 1957 2794 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kirimi pengguna ini surat-e MediaWiki:Emptyfile 1958 2795 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Berkas yang Anda muatkan kelihatannya kosong. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan ketik pada nama berkas. Silakan pastikan apakah Anda benar-benar ingin memuatkan berkas ini. MediaWiki:Enotif body 1959 2796 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Dear $WATCHINGUSERNAME, Halaman $PAGETITLE di {{SITENAME}} telah $CHANGEDORCREATED pada $PAGEEDITDATE oleh $PAGEEDITOR, lihat $PAGETITLE_URL untuk versi terakhir. $NEWPAGE Riwayat suntingan: $PAGESUMMARY $PAGEMINOREDIT Hubungi penyunting: mail: $PAGEEDITOR_EMAIL wiki: $PAGEEDITOR_WIKI Kami tidak akan mengirimkan pemberitahuan lain jika terjadi perubahan lagi, kecuali Anda jika Anda telah mengunjungi halaman tersebut. Anda juga dapat menghapus tanda notifikasi untuk semua halaman pantauan Anda pada daftar pantauan Anda. Sistem notifikasi {{SITENAME}} -- Untuk mengubah preferensi daftar pantauan Anda, kunjungi {{fullurl:{{ns:special}}:Watchlist/edit}} Masukan dan bantuan lanjutan: {{fullurl:{{ns:help}}:Isi}} MediaWiki:Enotif lastvisited 1960 2797 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Lihat $1 untuk semua perubahan sejak kunjungan terakhir Anda. MediaWiki:Enotif mailer 1961 2798 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pengirim Notifikasi {{SITENAME}} MediaWiki:Enotif newpagetext 1962 2799 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Ini adalah halaman baru. MediaWiki:Enotif reset 1963 2800 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tandai semua halaman sebagai telah dikunjungi MediaWiki:Enotif subject 1964 2801 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Halaman $PAGETITLE di {{SITENAME}} telah $CHANGEDORCREATED oleh $PAGEEDITOR MediaWiki:Excontentauthor 1965 2802 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default isinya hanya berupa: '$1' (dan satu-satunya penyumbang adalah '$2') MediaWiki:Exif-aperturevalue 1966 2803 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Aperture MediaWiki:Exif-artist 1967 2804 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pembuat MediaWiki:Exif-bitspersample 1968 2805 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Bit per komponen MediaWiki:Exif-brightnessvalue 1969 2806 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Brightness MediaWiki:Exif-cfapattern 1970 2807 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pola CFA MediaWiki:Exif-colorspace 1971 2808 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Ruang warna MediaWiki:Exif-colorspace-1 1972 2809 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default sRGB MediaWiki:Exif-colorspace-ffff.h 1973 2810 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default FFFF.H MediaWiki:Exif-componentsconfiguration 1974 2811 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Arti tiap komponen MediaWiki:Exif-componentsconfiguration-0 1975 2812 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default tak tersedia MediaWiki:Exif-compressedbitsperpixel 1976 2813 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Mode kompresi gambar MediaWiki:Exif-compression 1977 2814 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Skema kompresi MediaWiki:Exif-compression-1 1978 2815 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tak terkompresi MediaWiki:Exif-contrast 1979 2816 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Kontras MediaWiki:Exif-contrast-1 1980 2817 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Lembut MediaWiki:Exif-contrast-2 1981 2818 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Keras MediaWiki:Exif-copyright 1982 2819 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pemilik hak cipta MediaWiki:Exif-customrendered 1983 2820 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Proses buatan gambar MediaWiki:Exif-customrendered-0 1984 2821 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Proses normal MediaWiki:Exif-customrendered-1 1985 2822 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Proses kustom MediaWiki:Exif-datetime 1986 2823 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tanggal dan waktu perubahan berkas MediaWiki:Exif-datetimedigitized 1987 2824 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tanggal dan waktu digitalisasi MediaWiki:Exif-datetimeoriginal 1988 2825 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tanggal dan waktu pembuatan data MediaWiki:Exif-devicesettingdescription 1989 2826 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Deskripsi pengaturan alat MediaWiki:Exif-digitalzoomratio 1990 2827 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Rasio pembesaran digital MediaWiki:Exif-exifversion 1991 2828 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Versi Exif MediaWiki:Exif-exposurebiasvalue 1992 2829 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Bias pajanan MediaWiki:Exif-exposureindex 1993 2830 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Indeks pajanan MediaWiki:Exif-exposuremode 1994 2831 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Mode pajanan MediaWiki:Exif-exposuremode-0 1995 2832 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pajanan otomatis MediaWiki:Exif-exposuremode-1 1996 2833 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Pajanan manual MediaWiki:Exif-exposuremode-2 1997 2834 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Braket otomatis MediaWiki:Exif-exposureprogram 1998 2835 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Program pajanan MediaWiki:Exif-exposureprogram-0 1999 2836 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Tak terdefinisi MediaWiki:Exif-exposureprogram-2 2000 2837 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Program normal MediaWiki:Exif-exposureprogram-3 2001 2838 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Prioritas aperture MediaWiki:Exif-exposureprogram-4 2002 2839 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Prioritas shutter MediaWiki:Exif-exposureprogram-5 2003 2840 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Program kreatif (condong ke depth of field) MediaWiki:Exif-exposureprogram-6 2004 2841 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Program aksi (condong ke fast shutter speed) MediaWiki:Exif-exposureprogram-7 2005 2842 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Mode potret (untuk foto closeup dengan latar belakang tak fokus) MediaWiki:Exif-exposureprogram-8 2006 2843 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Mode pemandangan (untuk foto pemandangan dengan latar belakang fokus) MediaWiki:Exif-exposuretime 2007 2844 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Waktu pajanan MediaWiki:Exif-exposuretime-format 2008 2845 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default $1 detik ($2) MediaWiki:Exif-filesource 2009 2846 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Sumber berkas MediaWiki:Exif-flashpixversion 2010 2847 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Dukungan versi Flashpix MediaWiki:Exif-fnumber 2011 2848 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Nilai F MediaWiki:Exif-fnumber-format 2012 2849 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default f/$1 MediaWiki:Exif-focallength 2013 2850 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Lens focal length MediaWiki:Exif-focalplaneresolutionunit 2014 2851 2006-07-01T18:52:42Z MediaWiki default Unit resolusi focal plane MediaWiki:Exif-focalplaneresolutionunit-2 2015 2852 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default inci MediaWiki:Exif-focalplanexresolution 2016 2853 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Resolusi focal plane X MediaWiki:Exif-focalplaneyresolution 2017 2854 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Resolusi focal plane Y MediaWiki:Exif-gaincontrol 2018 2855 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kontrol scene MediaWiki:Exif-gaincontrol-0 2019 2856 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tak ada MediaWiki:Exif-gpsaltitude 2020 2857 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ketinggian MediaWiki:Exif-gpsaltituderef 2021 2858 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi ketinggian MediaWiki:Exif-gpsareainformation 2022 2859 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Nama wilayah GPS MediaWiki:Exif-gpsdatestamp 2023 2860 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tanggal GPS MediaWiki:Exif-gpsdestbearingref 2024 2861 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi bearing of destination MediaWiki:Exif-gpsdestdistance 2025 2862 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jarak dari tujuan MediaWiki:Exif-gpsdestdistanceref 2026 2863 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi jarak dari tujuan MediaWiki:Exif-gpsdestlatitude 2027 2864 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lintang tujuan MediaWiki:Exif-gpsdestlatituderef 2028 2865 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi lintang dari tujuan MediaWiki:Exif-gpsdestlongitude 2029 2866 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bujur tujuan MediaWiki:Exif-gpsdestlongituderef 2030 2867 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi bujur dari tujuan MediaWiki:Exif-gpsdifferential 2031 2868 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Koreksi diferensial GPS MediaWiki:Exif-gpsdirection-m 2032 2869 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Arah magnetis MediaWiki:Exif-gpsdirection-t 2033 2870 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Arah sejati MediaWiki:Exif-gpsdop 2034 2871 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ketepatan pengukuran MediaWiki:Exif-gpsimgdirection 2035 2872 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Arah gambar MediaWiki:Exif-gpsimgdirectionref 2036 2873 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi arah gambar MediaWiki:Exif-gpslatitude 2037 2874 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lintang MediaWiki:Exif-gpslatitude-n 2038 2875 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lintang utara MediaWiki:Exif-gpslatitude-s 2039 2876 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lintang selatan MediaWiki:Exif-gpslatituderef 2040 2877 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lintang Utara atau Selatan MediaWiki:Exif-gpslongitude 2041 2878 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bujur MediaWiki:Exif-gpslongitude-e 2042 2879 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bujur timur MediaWiki:Exif-gpslongitude-w 2043 2880 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bujur barat MediaWiki:Exif-gpslongituderef 2044 2881 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bujur Timur atau Barat MediaWiki:Exif-gpsmapdatum 2045 2882 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Data survei geodesi MediaWiki:Exif-gpsmeasuremode 2046 2883 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Mode pengukuran MediaWiki:Exif-gpsmeasuremode-2 2047 2884 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengukuran 2-dimensi MediaWiki:Exif-gpsmeasuremode-3 2048 2885 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengukuran 3-dimensi MediaWiki:Exif-gpsprocessingmethod 2049 2886 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Nama metode proses GPS MediaWiki:Exif-gpssatellites 2050 2887 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Satelit untuk pengukuran MediaWiki:Exif-gpsspeed 2051 2888 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kecepatan penerima GPS MediaWiki:Exif-gpsspeed-k 2052 2889 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kilometer per jam MediaWiki:Exif-gpsspeed-m 2053 2890 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Mil per jam MediaWiki:Exif-gpsspeed-n 2054 2891 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Knot MediaWiki:Exif-gpsspeedref 2055 2892 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Unit kecepatan MediaWiki:Exif-gpsstatus 2056 2893 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Status penerima MediaWiki:Exif-gpsstatus-a 2057 2894 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengukuran sedang berlangsung MediaWiki:Exif-gpsstatus-v 2058 2895 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Interoperabilitas pengukuran MediaWiki:Exif-gpstimestamp 2059 2896 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Waktu GPS (jam atom) MediaWiki:Exif-gpstrack 2060 2897 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Arah gerakan MediaWiki:Exif-gpstrackref 2061 2898 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Referensi arah gerakan MediaWiki:Exif-gpsversionid 2062 2899 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Versi tag GPS MediaWiki:Exif-imagedescription 2063 2900 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Judul gambar MediaWiki:Exif-imagelength 2064 2901 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tinggi MediaWiki:Exif-imageuniqueid 2065 2902 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default ID unik gambar MediaWiki:Exif-imagewidth 2066 2903 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lebar MediaWiki:Exif-jpeginterchangeformat 2067 2904 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ofset ke JPEG SOI MediaWiki:Exif-jpeginterchangeformatlength 2068 2905 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bita data JPEG MediaWiki:Exif-lightsource 2069 2906 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sumber cahaya MediaWiki:Exif-lightsource-0 2070 2907 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tak diketahui MediaWiki:Exif-lightsource-255 2071 2908 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sumber cahaya lain MediaWiki:Exif-make 2072 2909 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Produsen kamera MediaWiki:Exif-makernote 2073 2910 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Catatan produsen MediaWiki:Exif-meteringmode-0 2074 2911 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tak diketahui MediaWiki:Exif-meteringmode-255 2075 2912 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lain-lain MediaWiki:Exif-model 2076 2913 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Model kamera MediaWiki:Exif-oecf 2077 2914 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Faktor konversi optoelektronik MediaWiki:Exif-orientation 2078 2915 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Orientasi MediaWiki:Exif-orientation-2 2079 2916 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Dibalik horizontal MediaWiki:Exif-orientation-3 2080 2917 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Diputar 180° MediaWiki:Exif-orientation-4 2081 2918 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Dibalik vertikal MediaWiki:Exif-orientation-5 2082 2919 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Diputar 90° CCW dan dibalik vertical MediaWiki:Exif-orientation-6 2083 2920 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Diputar 90° CW MediaWiki:Exif-orientation-7 2084 2921 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Diputar 90° CW dan dibalik vertical MediaWiki:Exif-orientation-8 2085 2922 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Diputar 90° CCW MediaWiki:Exif-photometricinterpretation 2086 2923 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Komposisi piksel MediaWiki:Exif-pixelxdimension 2087 2924 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tinggi gambar yang sah MediaWiki:Exif-pixelydimension 2088 2925 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lebar gambar yang sah MediaWiki:Exif-planarconfiguration 2089 2926 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengaturan data MediaWiki:Exif-planarconfiguration-1 2090 2927 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default format chunky MediaWiki:Exif-planarconfiguration-2 2091 2928 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default format planar MediaWiki:Exif-primarychromaticities 2092 2929 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kromatisitas warna primer MediaWiki:Exif-referenceblackwhite 2093 2930 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Nilai referensi pasangan hitam putih MediaWiki:Exif-relatedsoundfile 2094 2931 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas audio yang berhubungan MediaWiki:Exif-resolutionunit 2095 2932 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Satuan resolusi X dan Y MediaWiki:Exif-rowsperstrip 2096 2933 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jumlah baris per strip MediaWiki:Exif-samplesperpixel 2097 2934 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jumlah komponen MediaWiki:Exif-saturation 2098 2935 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Saturasi MediaWiki:Exif-saturation-1 2099 2936 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Saturasi rendah MediaWiki:Exif-saturation-2 2100 2937 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Saturasi tinggi MediaWiki:Exif-scenecapturetype 2101 2938 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tipe scene capture MediaWiki:Exif-scenecapturetype-0 2102 2939 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Standar MediaWiki:Exif-scenecapturetype-1 2103 2940 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Melebar MediaWiki:Exif-scenecapturetype-2 2104 2941 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Potret MediaWiki:Exif-scenecapturetype-3 2105 2942 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Scene malam MediaWiki:Exif-scenetype 2106 2943 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tipe scene MediaWiki:Exif-scenetype-1 2107 2944 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Gambar foto langsung MediaWiki:Exif-sensingmethod 2108 2945 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Metode sensing MediaWiki:Exif-sensingmethod-1 2109 2946 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tak terdefinisi MediaWiki:Exif-sharpness 2110 2947 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ketajaman MediaWiki:Exif-sharpness-1 2111 2948 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lembut MediaWiki:Exif-sharpness-2 2112 2949 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Keras MediaWiki:Exif-shutterspeedvalue 2113 2950 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kecepatan shutter MediaWiki:Exif-software 2114 2951 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Perangkat lunak MediaWiki:Exif-spatialfrequencyresponse 2115 2952 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Respons frekuensi spasial MediaWiki:Exif-spectralsensitivity 2116 2953 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sensitivitas spektral MediaWiki:Exif-stripbytecounts 2117 2954 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bita per strip kompresi MediaWiki:Exif-stripoffsets 2118 2955 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lokasi data gambar MediaWiki:Exif-subjectarea 2119 2956 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Wilayah subyek MediaWiki:Exif-subjectdistance 2120 2957 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jarak subyek MediaWiki:Exif-subjectdistance-value 2121 2958 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 meter MediaWiki:Exif-subjectdistancerange 2122 2959 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jarak subyek MediaWiki:Exif-subjectdistancerange-0 2123 2960 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tak diketahui MediaWiki:Exif-subjectdistancerange-1 2124 2961 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Makro MediaWiki:Exif-subjectlocation 2125 2962 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lokasi subyek MediaWiki:Exif-subsectime 2126 2963 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Subdetik DateTime MediaWiki:Exif-subsectimedigitized 2127 2964 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Subdetik DateTimeDigitized MediaWiki:Exif-subsectimeoriginal 2128 2965 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Subdetik DateTimeOriginal MediaWiki:Exif-transferfunction 2129 2966 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Fungsi transfer MediaWiki:Exif-usercomment 2130 2967 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Komentar pengguna MediaWiki:Exif-whitepoint 2131 2968 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kromatisitas titik putih MediaWiki:Exif-xresolution 2132 2969 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Resolusi horizontal MediaWiki:Exif-ycbcrcoefficients 2133 2970 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Koefisien matriks transformasi ruang warna MediaWiki:Exif-ycbcrpositioning 2134 2971 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Penempatan Y dan C MediaWiki:Exif-ycbcrsubsampling 2135 2972 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Rasio subsampling Y ke C MediaWiki:Exif-yresolution 2136 2973 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Resolusi vertikal MediaWiki:Expiringblock 2137 2974 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default kadaluwarsa $1 MediaWiki:Explainconflict 2138 2975 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Orang lain telah menyunting halaman ini sejak Anda mulai menyuntingnya. Bagian atas teks ini mengandung teks halaman saat ini. Perubahan yang Anda lakukan ditunjukkan pada bagian bawah teks. Anda hanya perlu menggabungkan perubahan Anda dengan teks yang telah ada. <strong>Hanya</strong> teks pada bagian atas halamanlah yang akan disimpan apabila Anda menekan "Simpan halaman".<p> MediaWiki:Export 2139 2976 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ekspor halaman MediaWiki:Export-submit 2140 2977 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ekspor MediaWiki:Exportnohistory 2141 2978 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default ---- '''Catatan:''' mengekspor keseluruhan riwayat suntingan halaman melalui isian ini telah dinon-aktifkan karena alasan kinerja. MediaWiki:Exporttext 2142 2979 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda dapat mengekspor teks dan sejarah penyuntingan suatu halaman tertentu atau sejumlah halaman terbungkus dalam XML tertentu. Di masa depan, hasil ekspor ini dapat diimpor ke wiki lainnya yang menggunakan perangkat lunak MediaWiki, dengan menggunakan Special:Import page. Untuk mengekspor halaman-halaman artikel, masukkan judul-judul dalam kotak teks di bawah ini, satu judul per baris, dan pilih apakah anda ingin mengekspor versi sekarang dengan versi sebelumnya, dengan catatan sejarah halaman, atau hanya versi sekarang dengan catatan penyuntingan terakhir. Jika Anda hanya ingin mengimpor versi sekarang, Anda juga dapat melakukan hal ini dengan lebih cepat dengan cara menggunakan pranala khusus, sebagai contoh: [[{{ns:special}}:Export/{{int:mainpage}}]] untuk mengekspor artikel {{int:mainpage}}. MediaWiki:Externaldberror 2143 2980 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Telah terjadi kesalahan otentikasi basis data eksternal atau Anda tidak diizinkan melakukan kemaskini terhadap akun eksternal Anda. MediaWiki:Extlink sample 2144 2981 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default http://www.contoh.com/ judul pranala MediaWiki:Extlink tip 2145 2982 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala luar (ingat awalan http:// ) MediaWiki:Faqpage 2146 2983 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Project:FAQ MediaWiki:Feed-invalid 2147 2984 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tipe permintaan asupan tidak tepat. MediaWiki:Feedlinks 2148 2985 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Asupan: MediaWiki:Filecopyerror 2149 2986 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak dapat menyalin berkas "$1" ke "$2". MediaWiki:Filedeleteerror 2150 2987 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak dapat menghapus berkas "$1". MediaWiki:Fileexists 2151 2988 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas dengan nama tersebut telah ada, harap periksa $1 jika Anda tidak yakin untuk mengubahnya. MediaWiki:Fileexists-forbidden 2152 2989 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ditemukan berkas dengan nama yang sama; harap kembali dan muatkan berkas dengan nama lain. [[{{ns:image}}:$1|thumb|center|$1]] MediaWiki:Fileexists-shared-forbidden 2153 2990 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ditemukan berkas lain dengan nama yang sama di repositori bersama; harap kembali dan muatkan berkas dengan nama lain. [[{{ns:image}}:$1|thumb|center|$1]] MediaWiki:Fileinfo 2154 2991 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1KB, tipe MIME: <code>$2</code> MediaWiki:Filemissing 2155 2992 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas hilang MediaWiki:Filename 2156 2993 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Nama berkas MediaWiki:Filenotfound 2157 2994 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak dapat menemukan berkas "$1". MediaWiki:Filerenameerror 2158 2995 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak dapat mengubah nama berkas "$1" menjadi "$2". MediaWiki:Fileuploaded 2159 2996 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas "$1" berhasil dimuatkan. Silakan ikuti pranala berikut: $2 ke halaman deskripsi dan isikan informasi tentang berkas tersebut, seperti dari mana berkas tersebut berasal, kapan berkas itu dibuat dan oleh siapa, dan informasi lain yang Anda ketahui. MediaWiki:Fileuploadsummary 2160 2997 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ringkasan: MediaWiki:Filewasdeleted 2161 2998 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Suatu berkas dengan nama ini pernah dimuat dan selanjutnya dihapus. Harap cek $1 sebelum memuat lagi berkas tersebut. MediaWiki:Go 2162 2999 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tuju ke MediaWiki:Googlesearch 2163 3000 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default <form method="get" action="http://www.google.com/search" id="googlesearch"> <input type="hidden" name="domains" value="{{SERVER}}" /> <input type="hidden" name="num" value="50" /> <input type="hidden" name="ie" value="$2" /> <input type="hidden" name="oe" value="$2" /> <input type="text" name="q" size="31" maxlength="255" value="$1" /> <input type="submit" name="btnG" value="$3" /> <div> <input type="radio" name="sitesearch" id="gwiki" value="{{SERVER}}" checked="checked" /><label for="gwiki">{{SITENAME}}</label> <input type="radio" name="sitesearch" id="gWWW" value="" /><label for="gWWW">WWW</label> </div> </form> MediaWiki:Gotaccountlink 2164 3001 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Masuk log MediaWiki:Group 2165 3002 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Grup: MediaWiki:Group-all 2166 3003 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default (semua) MediaWiki:Group-bot 2167 3004 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bot MediaWiki:Group-bot-member 2168 3005 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bot MediaWiki:Group-bureaucrat 2169 3006 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Birokrat MediaWiki:Group-bureaucrat-member 2170 3007 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Birokrat MediaWiki:Group-steward 2171 3008 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Steward MediaWiki:Group-steward-member 2172 3009 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Steward MediaWiki:Group-sysop 2173 3010 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengurus MediaWiki:Group-sysop-member 2174 3011 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pengurus MediaWiki:Grouppage-bot 2175 3012 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default {{ns:project}}:Bot MediaWiki:Grouppage-bureaucrat 2176 3013 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default {{ns:project}}:Birokrat MediaWiki:Grouppage-sysop 2177 3014 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default {{ns:project}}:Pengurus MediaWiki:Groups 2178 3015 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Grup pengguna MediaWiki:Guesstimezone 2179 3016 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Isikan dari penjelajah web MediaWiki:Headline sample 2180 3017 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Teks judul MediaWiki:Headline tip 2181 3018 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Judul aras 2 MediaWiki:Helppage 2182 3019 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default {{ns:help}}:Isi MediaWiki:Hide 2183 3020 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sembunyikan MediaWiki:Hideresults 2184 3021 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sembunyikan hasil MediaWiki:Hist 2185 3022 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default versi terdahulu MediaWiki:Histfirst 2186 3023 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Paling lama MediaWiki:Histlast 2187 3024 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Paling baru MediaWiki:Histlegend 2188 3025 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Cara membandingkan: tandai ''radio button'' versi-versi yang ingin dibandingkan, lalu tekan ENTER atau tombol di bawah.<br />Keterangan: (skr) = perbedaan dengan versi sekarang, (akhir) = perbedaan dengan versi sebelumnya, m = suntingan kecil MediaWiki:History 2189 3026 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Versi terdahulu MediaWiki:History-feed-description 2190 3027 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Riwayat revisi halaman ini di wiki MediaWiki:History-feed-empty 2191 3028 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Halaman yang diminta tak ditemukan. Kemungkinan telah dihapus dari wiki, atau diberi nama baru. Coba [[{{ns:special}}:Search|lakukan pencarian di wiki]] untuk halaman baru yang relevan. MediaWiki:History-feed-item-nocomment 2192 3029 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 pada $2 MediaWiki:History-feed-title 2193 3030 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Riwayat revisi MediaWiki:History short 2194 3031 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Versi terdahulu MediaWiki:Ignorewarning 2195 3032 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Abaikan peringatan dan langsung simpan berkas. MediaWiki:Ignorewarnings 2196 3033 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Abaikan peringatan apapun MediaWiki:Illegalfilename 2197 3034 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Nama berkas "$1" mengandung aksara yang tidak diperbolehkan ada dalam judul halaman. Silakan ubah nama berkas tersebut dan cobalah memuatkannya kembali. MediaWiki:Imagelinks 2198 3035 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala gambar MediaWiki:Imagelist 2199 3036 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Daftar gambar MediaWiki:Imagelistall 2200 3037 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default semua MediaWiki:Imagelistforuser 2201 3038 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Hanya gambar yang dimuat oleh $1. MediaWiki:Imagelisttext 2202 3039 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Di bawah ini adalah daftar '''$1''' {{plural:$1|berkas|berkas}} diurutkan $2. MediaWiki:Imgdelete 2203 3040 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default hps MediaWiki:Imgdesc 2204 3041 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default desk MediaWiki:Imghistlegend 2205 3042 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Keterangan: (skr) = ini adalah gambar yang sekarang, (hps) = hapus versi lama ini, (kbl) = kembalikan ke versi lama ini. <br /><em>Klik pada tanggal untuk melihat gambar yang dimuat pada tanggal tersebut</em>. MediaWiki:Imglegend 2206 3043 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Keterangan: (desk) = lihat/sunting deskripsi gambar. MediaWiki:Immobile namespace 2207 3044 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Judul tujuan termasuk tipe khusus; tidak dapat memindahkan halaman ke namespace tersebut. MediaWiki:Import 2208 3045 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Impor halaman MediaWiki:Import-interwiki-history 2209 3046 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Salin semua versi terdahulu dari halaman ini MediaWiki:Import-interwiki-submit 2210 3047 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Impor MediaWiki:Import-interwiki-text 2211 3048 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pilih suatu wiki dan judul halaman yang akan di impor. Tanggal revisi dan nama penyunting akan dipertahankan. Semua aktivitas impor transwiki akan dilog di [[{{ns:special}}:Log/import|log impor]]. MediaWiki:Import-logentry-interwiki 2212 3049 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default men-transwiki $1 MediaWiki:Import-logentry-interwiki-detail 2213 3050 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 versi terdahulu dari $2 MediaWiki:Import-logentry-upload 2214 3051 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default mengimpor $1 melalui pemuatan berkas MediaWiki:Import-logentry-upload-detail 2215 3052 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 versi terdahulu MediaWiki:Import-revision-count 2216 3053 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 versi terdahulu MediaWiki:Importbadinterwiki 2217 3054 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala interwiki rusak MediaWiki:Importcantopen 2218 3055 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas impor tidak dapat dibuka MediaWiki:Importing 2219 3056 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sedang mengimpor $1 MediaWiki:Importinterwiki 2220 3057 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Impor transwiki MediaWiki:Importlogpage 2221 3058 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Log impor MediaWiki:Importlogpagetext 2222 3059 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Di bawah ini adalah log import administratif dari halaman-halaman berikut riwayat suntingannya dari wiki lain. MediaWiki:Importnofile 2223 3060 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak ada berkas sumber impor yang telah dimuat. MediaWiki:Importnopages 2224 3061 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak ada halaman untuk diimpor. MediaWiki:Importnosources 2225 3062 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak ada sumber impor transwiki yang telah dibuat dan pemuatan riwayat secara langsung telah di non-aktifkan. MediaWiki:Importstart 2226 3063 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Mengimpor halaman... MediaWiki:Importtext 2227 3064 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Silakan ekspor berkas dari wiki asal dengan menggunakan utilitas [[{{ns:special}}:Export]], simpan ke cakram digital, dan muatkan ke sini. MediaWiki:Importunknownsource 2228 3065 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sumber impor tidak dikenali MediaWiki:Importuploaderror 2229 3066 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pemuatan berkas impor gagal; mungkin ukuran berkas lebih besar dari pada yang diizinkan. MediaWiki:Infiniteblock 2230 3067 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default tak terbatas MediaWiki:Intl 2231 3068 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala antarbahasa MediaWiki:Invalidemailaddress 2232 3069 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Alamat surat-e ini tidak dapat diterima karena formatnya tidak sesuai. Harap masukkan alamat surat-e dalam format yang benar atau kosongkan isian tersebut. MediaWiki:Ipaddress 2233 3070 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Alamat IP MediaWiki:Ipadressorusername 2234 3071 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Alamat IP atau nama pengguna MediaWiki:Ipblocklist 2235 3072 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Daftar alamat IP dan pengguna yang diblokir MediaWiki:Ipblocklistempty 2236 3073 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Daftar pemblokiran kosong. MediaWiki:Iteminvalidname 2237 3074 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ada masalah dengan '$1', namanya tidak sah... MediaWiki:Jumpto 2238 3075 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Langsung ke: MediaWiki:Jumptonavigation 2239 3076 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default panduan arah MediaWiki:Jumptosearch 2240 3077 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default cari MediaWiki:Largefile 2241 3078 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ukuran gambar atau berkas disarankan untuk tidak melebihi $1 bita; berkas ini berukuran $2 bita MediaWiki:Largefileserver 2242 3079 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas ini lebih besar dari pada yang diizinkan server. MediaWiki:Lastmodifiedby 2243 3080 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Halaman ini terakhir kali diubah $1 oleh $2. MediaWiki:License 2244 3081 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Jenis lisensi MediaWiki:Licenses 2245 3082 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default - MediaWiki:Link sample 2246 3083 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Judul pranala MediaWiki:Link tip 2247 3084 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala internal MediaWiki:Linklistsub 2248 3085 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default (Daftar pranala) MediaWiki:Listingcontinuesabbrev 2249 3086 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default samb. MediaWiki:Listredirects 2250 3087 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Daftar pengalihan MediaWiki:Lockdb 2251 3088 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kunci basis data MediaWiki:Lockdbtext 2252 3089 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Mengunci basis data akan menghentikan kemampuan semua pengguna dalam menyunting halaman, mengubah preferensi pengguna, menyunting daftar pantauan mereka, dan hal-hal lain yang memerlukan perubahan terhadap basis data. Pastikan bahwa ini adalah yang ingin Anda lakukan, dan bahwa Anda akan membuka kunci basis data setelah pemeliharaan selesai. MediaWiki:Log 2253 3090 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Log MediaWiki:Logempty 2254 3091 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak ditemukan entri log yang sesuai. MediaWiki:Login 2255 3092 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Masuk log MediaWiki:Loginerror 2256 3093 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kesalahan masuk log MediaWiki:Loginlanguagelabel 2257 3094 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Bahasa: $1 MediaWiki:Loginlanguagelinks 2258 3095 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default * Deutsch|de * English|en * Esperanto|eo * Français|fr * Español|es * Italiano|it * Nederlands|nl MediaWiki:Loginpagetitle 2259 3096 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Masuk log pengguna MediaWiki:Loginproblem 2260 3097 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default <strong>Ada masalah dengan proses masuk log Anda.</strong><br />Silakan coba lagi! MediaWiki:Loginprompt 2261 3098 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda harus mengaktifkan ''cookies'' untuk dapat masuk log ke {{SITENAME}}. MediaWiki:Loginreqlink 2262 3099 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default masuk log MediaWiki:Loginreqtitle 2263 3100 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Harus masuk log MediaWiki:Loginsuccess 2264 3101 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default '''Anda sekarang masuk log di {{SITENAME}} sebagai "$1".''' MediaWiki:Loginsuccesstitle 2265 3102 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berhasil masuk log MediaWiki:Logout 2266 3103 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Keluar log MediaWiki:Logouttext 2267 3104 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda telah keluar log dari sistem. Anda dapat terus menggunakan {{SITENAME}} secara anonim, atau Anda dapat masuk log lagi sebagai pengguna yang sama atau pengguna yang lain. Perhatikan bahwa beberapa halaman mungkin masih terus menunjukkan bahwa Anda masih masuk log sampai Anda membersihkan <em>cache</em> penjelajah web Anda MediaWiki:Logouttitle 2268 3105 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Keluar log pengguna MediaWiki:Lonelypages 2269 3106 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Halaman tak bertuan MediaWiki:Longpageerror 2270 3107 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default <strong>KESALAHAN: Teks yang Anda kirimkan sebesar $1 kilobita, yang berarti lebih besar dari jumlah maksimum $2 kilobita. Teks tidak dapat disimpan.</strong> MediaWiki:Longpagewarning 2271 3108 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default '''PERINGATAN: Halaman ini panjangnya adalah $1 kilobita; beberapa penjelajah web mungkin mengalami masalah dalam menyunting halaman yang panjangnya 32 kb atau lebih. Harap pertimbangkan untuk memecah halaman menjadi beberapa bagian yang lebih kecil.''' MediaWiki:Mailerror 2272 3109 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kesalahan dalam mengirimkan surat-e: $1 MediaWiki:Mailmypassword 2273 3110 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Kirimkan kata sandi baru MediaWiki:Mailnologin 2274 3111 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak ada alamat surat-e MediaWiki:Mailnologintext 2275 3112 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] dan mempunyai alamat surat-e yang sah di dalam [[{{ns:special}}:Preferences|preferensi]] untuk mengirimkan surat-e kepada pengguna lain. MediaWiki:Mainpagedocfooter 2276 3113 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Silakan baca [http://meta.wikimedia.org/wiki/Help:Contents User's Guide] untuk informasi penggunaan perangkat lunak wiki == Memulai penggunaan == * [http://www.mediawiki.org/wiki/Help:Configuration_settings Daftar pengaturan preferensi] * [http://www.mediawiki.org/wiki/Help:FAQ MediaWiki FAQ] * [http://mail.wikimedia.org/mailman/listinfo/mediawiki-announce Milis rilis MediaWiki] MediaWiki:Markaspatrolleddiff 2277 3115 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tandai telah dipatroli MediaWiki:Markaspatrolledtext 2278 3116 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tandai artikel ini telah dipatroli MediaWiki:Markedaspatrolled 2279 3117 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Ditandai telah dipatroli MediaWiki:Markedaspatrollederror 2280 3118 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tidak dapat menandai telah dipatroli MediaWiki:Markedaspatrollederrortext 2281 3119 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda harus menentukan satu revisi untuk ditandai sebagai yang dipatroli. MediaWiki:Markedaspatrolledtext 2282 3120 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Revisi yang dipilih telah ditandai terpatroli MediaWiki:Media tip 2283 3121 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pranala berkas media MediaWiki:Mediawarning 2284 3122 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default '''Peringatan''': Berkas ini mungkin mengandung kode berbahaya yang jika dijalankan dapat mempengaruhi sistem Anda.<hr /> MediaWiki:Metadata-collapse 2285 3123 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Sembunyikan detil tambahan MediaWiki:Metadata-expand 2286 3124 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tampilkan detil tambahan MediaWiki:Metadata-fields 2287 3125 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Entri metadata EXIF berikut akan ditampilkan pada halaman informasi gambar jika tabel metadata disembunyikan. Entri lain secara baku akan disembunyikan * make * model * datetimeoriginal * exposuretime * fnumber MediaWiki:Metadata-help 2288 3126 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Berkas ini mengandung informasi tambahan yang mungkin ditambahkan oleh kamera digital atau pemindai yang digunakan untuk membuat atau mendigitalisasi berkas. Jika berkas ini telah mengalami modifikasi, detil yang ada mungkin tidak secara penuh merefleksikan informasi dari gambar yang sudah dimodifikasi ini. MediaWiki:Metadata help 2289 3127 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Metadata (lihat [[{{ns:project}}:Metadata]] untuk penjelasan lanjut): MediaWiki:Mimesearch 2290 3128 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pencarian MIME MediaWiki:Mimetype 2291 3129 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Tipe MIME: MediaWiki:Missingarticle 2292 3130 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Basis data tidak menemukan teks bagi halaman yang seharusnya mempunyai teks, yaitu halaman "$1". Ini biasanya disebabkan karena diff yang kadaluwarsa atau karena pranala lama kepada halaman telah dihapus. Jika ini bukan sebabnya, Anda mungkin menemukan bug dalam perangkat lunak. Silakan laporkan hal ini kepada pengurus, dengan mencantumkan URL halaman yang bermasalah tersebut MediaWiki:Missingcommenttext 2293 3131 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Harap masukkan komentar di bawah ini. MediaWiki:Missingimage 2294 3132 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default <strong>Gambar hilang</strong><br /><em>$1</em> MediaWiki:Missingsummary 2295 3133 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default '''Peringatan:''' Anda tidak memasukkan ringkasan penyuntingan. Jika Anda kembali menekan tombol Simpan, suntingan Anda akan disimpan tanpa ringkasan penyuntingan. MediaWiki:Moredotdotdot 2296 3134 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Lainnya... MediaWiki:Movelogpage 2297 3135 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Log pemindahan MediaWiki:Movelogpagetext 2298 3136 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Di bawah ini adalah log pemindahan halaman. MediaWiki:Movenologin 2299 3137 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Belum masuk log MediaWiki:Movenologintext 2300 3138 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Anda harus menjadi pengguna terdaftar dan telah [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] untuk memindahkan halaman. MediaWiki:Movepage 2301 3139 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Pindahkan halaman MediaWiki:Movepagetext 2302 3141 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Formulir di bawah ini digunakan untuk mengubah nama suatu halaman dan memindahkan semua data sejarah ke nama baru. Judul yang lama akan menjadi halaman peralihan menuju judul yang baru. Pranala kepada judul lama tidak akan berubah. Pastikan untuk memeriksa terhadap peralihan halaman yang rusak atau berganda setelah pemindahan. Anda bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pranala terus menyambung ke halaman yang seharusnya. Perhatikan bahwa halaman '''tidak''' akan dipindah apabila telah ada halaman di pada judul yang baru, kecuali bila halaman tersebut kosong atau merupakan halaman peralihan dan tidak mempunyai sejarah penyuntingan. Ini berarti Anda dapat mengubah nama halaman kembali seperti semula apabila Anda membuat kesalahan, dan Anda tidak dapat menimpa halaman yang telah ada. <strong>PERINGATAN!</strong> Ini dapat mengakibatkan perubahan yang tak terduga dan drastis bagi halaman yang populer. Pastikan Anda mengerti konsekuensi dari perbuatan ini sebelum melanjutkan. MediaWiki:Movereason 2303 3142 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Alasan MediaWiki:Mw math modern 2304 3143 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Disarankan untuk penjelajah web modern MediaWiki:Mw math source 2305 3144 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Biarkan sebagai TeX (untuk penjelajah web teks) MediaWiki:Namespacesall 2306 3145 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default semua MediaWiki:Navigation 2307 3146 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default Panduan arah MediaWiki:Nbytes 2308 3147 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 bita MediaWiki:Ncategories 2309 3148 2006-07-01T18:52:43Z MediaWiki default $1 kategori MediaWiki:Newarticletext 2310 3149 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda mengikuti pranala ke halaman yang belum ada. Untuk membuat halaman tersebut, ketiklah isi halaman di kotak di bawah ini (lihat [[{{ns:help}}:Isi|halaman bantuan]] untuk informasi lebih lanjut). Jika Anda tanpa sengaja sampai ke halaman ini, klik tombol '''back''' di penjelajah web anda. MediaWiki:Newimages 2311 3150 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Galeri gambar baru MediaWiki:Newpage 2312 3151 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman baru MediaWiki:Newwindow 2313 3152 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (buka di jendela baru) MediaWiki:Next 2314 3153 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default selanjutnya MediaWiki:Nextdiff 2315 3154 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perbedaan selanjutnya → MediaWiki:Nextn 2316 3155 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 selanjutnya MediaWiki:Nextrevision 2317 3156 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Revisi selanjutnya → MediaWiki:Nlinks 2318 3157 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 pranala MediaWiki:Nmembers 2319 3158 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 pengguna MediaWiki:Noconnect 2320 3159 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Maaf! Wiki mengalami masalah teknis dan tidak dapat menghubungi basis data.<br />$1 MediaWiki:Nocookieslogin 2321 3160 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default {{SITENAME}} menggunakan ''cookies'' untuk log penggunanya. ''Cookies'' pada penjelajah web Anda dimatikan. Silakan aktifkan dan coba lagi. MediaWiki:Nocookiesnew 2322 3161 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Akun pengguna telah dibuat, tetapi Anda belum masuk log. {{SITENAME}} menggunakan ''cookies'' untuk log pengguna. ''Cookies'' pada penjelajah web Anda dimatikan. Silakan aktifkan dan masuk log kembali dengan nama pengguna dan kata sandi Anda. MediaWiki:Nocreatetext 2323 3162 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Situs ini membatasi kemampuan membuat halaman baru. Anda dapat kembali dan menyunting halaman yang telah ada, atau silakan [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log atau mendaftar]] MediaWiki:Nocreatetitle 2324 3163 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pembuatan halaman baru dibatasi MediaWiki:Noemail 2325 3164 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada alamat surat-e yang tercatat untuk pengguna "$1". MediaWiki:Noemailprefs 2326 3165 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda harus memasukkan suatu alamat surat-e untuk dapat menggunakan fitur ini. MediaWiki:Noemailtext 2327 3166 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pengguna ini tidak memasukkan alamat surat-e yang sah, atau memilih untuk tidak menerima surat-e dari pengguna yang lain. MediaWiki:Noemailtitle 2328 3167 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada alamat surat-e MediaWiki:Noexactmatch 2329 3168 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Tidak ada halaman yang berjudul "$1".''' Anda dapat [[:$1|membuat halaman ini]]. MediaWiki:Noimage 2330 3169 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada berkas dengan nama tersebut, Anda dapat $1. MediaWiki:Noimage-linktext 2331 3170 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default memuat berkas MediaWiki:Nolicense 2332 3171 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Belum dipilih MediaWiki:Nonefound 2333 3172 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Catatan''': Kegagalan pencarian biasanya disebabkan oleh pencarian kata-kata umum, seperti "have" dan "from", yang biasanya tidak diindeks, atau dengan menentukan lebih dari satu aturan pencarian (hanya halaman yang mengandung semua aturan pencarianlah yang akan ditampilkan dalam hasil pencarian) MediaWiki:Nonunicodebrowser 2334 3173 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>PERINGATAN: Penjelajah web Anda tidak mendukung Unicode, silakan ganti penjelajah web Anda sebelum menyunting artikel.</strong> MediaWiki:Nosuchaction 2335 3174 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada tindakan tersebut MediaWiki:Nosuchspecialpage 2336 3175 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada halaman istimewa tersebut MediaWiki:Notargettitle 2337 3176 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tidak ada sasaran MediaWiki:Notloggedin 2338 3177 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Belum masuk log MediaWiki:Nouserspecified 2339 3178 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda harus memasukkan nama pengguna. MediaWiki:Nowatchlist 2340 3179 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Daftar pantauan Anda kosong. MediaWiki:Nrevisions 2341 3180 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 revisi MediaWiki:Nstab-image 2342 3181 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas MediaWiki:Nstab-media 2343 3182 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman media MediaWiki:Nstab-mediawiki 2344 3183 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pesan sistem MediaWiki:Number of watching users pageview 2345 3184 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default [$1 pemantau] MediaWiki:Oldrevisionnavigation 2346 3185 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Revisi per $1; $5<br />$3 | $2 | $4 MediaWiki:Passwordremindertext 2347 3186 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Seseorang (mungkin Anda, dari alamat IP $1) meminta kami mengirimkan kata sandi yang baru untuk {{SITENAME}} ($4). Kata sandi untuk pengguna "$2" sekarang adalah "$3". Anda disarankan segera masuk log dan mengganti kata sandi. MediaWiki:Passwordremindertitle 2348 3187 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Peringatan kata sandi dari {{SITENAME}} MediaWiki:Passwordsent 2349 3188 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kata sandi baru telah dikirimkan ke surat-e yang didaftarkan untuk "$1". Silakan masuk log kembali setelah menerima surat-e tersebut. MediaWiki:Passwordtooshort 2350 3189 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kata sandi Anda terlalu pendek. Kata sandi minimum terdiri dari $1 karakter. MediaWiki:Perfcached 2351 3190 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Data berikut ini diambil dari <em>cache</em> dan mungkin bukan data mutakhir: MediaWiki:Perfcachedts 2352 3191 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Data berikut ini diambil dari <em>cache</em>, dan terakhir diperbarui pada $1. MediaWiki:Perfdisabled 2353 3192 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Maaf! Fitur ini dimatikan sementara karena memperlambat basis data hingga tidak ada yang dapat menggunakan wiki ini. MediaWiki:Permalink 2354 3193 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pranala permanen MediaWiki:Personaltools 2355 3194 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Peralatan pribadi MediaWiki:Popularpages 2356 3195 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman populer MediaWiki:Portal-url 2357 3196 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Project:Portal komunitas MediaWiki:Powersearchtext 2358 3197 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Cari dalam namespace:<br />$1<br />$2 Juga tampilkan peralihan<br />Cari $3 $9 MediaWiki:Prefixindex 2359 3198 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Indeks awalan MediaWiki:Prefs-help-email 2360 3199 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default * <strong>Surat elektronik</strong> (tidak wajib): Memungkinkan orang lain untuk menghubungi Anda melalui situs tanpa perlu memberikan alamat email Anda kepada mereka, dan juga dapat digunakan untuk mengirimkan kata sandi baru jika Anda lupa kata sandi Anda. MediaWiki:Prefs-help-email-enotif 2361 3200 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Alamat ini juga digunakan untuk mengirim surat-e notifikasi pada Anda jika Anda memilih pilihan tersebut. MediaWiki:Prefs-help-realname 2362 3201 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default * <strong>Nama asli</strong> (tidak wajib): jika Anda memberikannya, nama asli Anda akan digunakan untuk memberi pengenalan atas hasil kerja Anda. MediaWiki:Prefs-watchlist 2363 3202 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Daftar pantauan MediaWiki:Prefs-watchlist-days 2364 3203 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Jumlah hari untuk ditampilkan di daftar pantauan: MediaWiki:Prefs-watchlist-edits 2365 3204 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Jumlah hari untuk ditampilkan di daftar pantauan yang lebih lengkap: MediaWiki:Prefsnologin 2366 3205 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Belum masuk log MediaWiki:Prefsnologintext 2367 3206 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] untuk menetapkan preferensi Anda. MediaWiki:Prefsreset 2368 3207 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Preferensi telah dikembalikan ke konfigurasi baku. MediaWiki:Previewconflict 2369 3208 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pratayang ini mencerminkan teks pada bagian atas kotak suntingan teks sebagaimana akan terlihat bila Anda menyimpannya. MediaWiki:Previewnote 2370 3209 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ingatlah bahwa ini hanyalah pratayang yang belum disimpan! MediaWiki:Previousdiff 2371 3210 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ← Perbedaan sebelumnya MediaWiki:Previousrevision 2372 3211 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ← Revisi sebelumnya MediaWiki:Print 2373 3212 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Cetak MediaWiki:Privacy 2374 3214 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kebijakan kerahasiaan MediaWiki:Privacypage 2375 3215 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Project:Kebijakan kerahasiaan MediaWiki:Projectpage 2376 3216 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lihat halaman proyek MediaWiki:Protect-default 2377 3217 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (baku) MediaWiki:Protect-level-autoconfirmed 2378 3218 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Hanya pengguna terdaftar MediaWiki:Protect-level-sysop 2379 3219 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Hanya pengurus MediaWiki:Protect-text 2380 3220 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda dapat melihat atau mengganti tingkatan perlindungan untuk halaman <strong>$1</strong> di sini. MediaWiki:Protect-unchain 2381 3221 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Buka proteksi pemindahan MediaWiki:Protect-viewtext 2382 3222 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Akun Anda tidak memiliki akses untuk mengganti tingkat perlindungan halaman. Berikut adalah konfigurasi saat ini untuk halaman <strong>$1</strong>: MediaWiki:Protectedinterface 2383 3223 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman ini berisi teks antarmuka untuk digunakan oleh perangkat lunak dan telah dikunci untuk menghindari kesalahan. MediaWiki:Protectedpagewarning 2384 3224 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>PERINGATAN: Halaman ini telah dikunci sehingga hanya pemakai dengan hak akses pengurus saja yang dapat menyuntingnya.</strong> MediaWiki:Protectedtext 2385 3225 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman ini telah dikunci untuk menghindari penyuntingan. Anda dapat melihat atau menyalin sumber halaman ini: MediaWiki:Protectlogpage 2386 3226 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Log perlindungan MediaWiki:Protectlogtext 2387 3227 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini adalah daftar log perlindungan dan penghilangan perlindungan halaman. MediaWiki:Protectmoveonly 2388 3228 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lindungi dari pemindahan saja MediaWiki:Randompage-url 2389 3233 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Special:Random MediaWiki:Randomredirect 2390 3234 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pengalihan sembarang MediaWiki:Range block disabled 2391 3235 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kemampuan pengurus dalam membuat blokir blok IP dimatikan. MediaWiki:Rc categories 2392 3236 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Batasi sampai kategori (dipisah dengan "|") MediaWiki:Rc categories any 2393 3237 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Apapun MediaWiki:Rclinks 2394 3238 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan $1 perubahan terbaru dalam $2 hari terakhir<br />$3 MediaWiki:Rclistfrom 2395 3239 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan perubahan terbaru sejak $1 MediaWiki:Rcnote 2396 3240 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini adalah <strong>$1</strong> perubahan terbaru dalam <strong>$2</strong> hari terakhir sampai $3. MediaWiki:Rcnotefrom 2397 3241 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini adalah perubahan sejak <strong>$2</strong> (ditampilkan sampai <strong>$1</strong> perubahan). MediaWiki:Rcpatroldisabled 2398 3242 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Patroli perubahan terbaru dimatikan MediaWiki:Rcpatroldisabledtext 2399 3243 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Fitur patroli perubahan terbaru sedang dimatikan. MediaWiki:Rcshowhideliu 2400 3244 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 pengguna masuk log MediaWiki:Rcshowhidemine 2401 3245 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 suntingan saya MediaWiki:Rcshowhidepatr 2402 3246 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 suntingan terpatroli MediaWiki:Readonly lag 2403 3247 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Basis data telah dikunci otomatis selagi basis data sekunder melakukan sinkronisasi dengan basis data utama MediaWiki:Readonlytext 2404 3248 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Basis data sedang dikunci terhadap masukan baru. Pengurus yang melakukan penguncian memberikan penjelasan sebagai berikut: <p>$1 MediaWiki:Recreate 2405 3249 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Buat ulang MediaWiki:Redirectingto 2406 3250 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sedang dialihkan ke [[$1]]... MediaWiki:Redirectpagesub 2407 3251 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman peralihan MediaWiki:Remembermypassword 2408 3252 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ingat kata sandi MediaWiki:Removechecked 2409 3253 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Keluarkan halaman yang ditandai dari daftar pantauan MediaWiki:Removedwatch 2410 3254 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Telah dihapus dari daftar pantauan MediaWiki:Removedwatchtext 2411 3255 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman "$1" telah dihapus dari daftar pantauan. MediaWiki:Removingchecked 2412 3256 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Menghapus halaman yang diminta dari daftar pantauan Anda... MediaWiki:Restorelink 2413 3257 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 suntingan yang telah dihapus MediaWiki:Restrictedpheading 2414 3258 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman istimewa terbatas MediaWiki:Restriction-edit 2415 3259 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Penyuntingan MediaWiki:Restriction-move 2416 3260 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pemindahan MediaWiki:Resultsperpage 2417 3261 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Hasil per halaman MediaWiki:Retypenew 2418 3262 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ketik ulang kata sandi baru MediaWiki:Reupload 2419 3263 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Muat ulang MediaWiki:Reuploaddesc 2420 3264 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kembali ke formulir pemuatan MediaWiki:Rev-deleted-comment 2421 3265 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (komentar dihapus) MediaWiki:Rev-deleted-text-permission 2422 3266 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <div class="mw-warning plainlinks">Riwayat revisi halaman ini telah dihapus dari arsip publik. Detil mungkin tersedia di [{{fullurl:{{ns:special}}:Log/delete|page={{PAGENAMEE}}}} log penghapusan].</div> MediaWiki:Rev-deleted-text-view 2423 3267 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <div class="mw-warning plainlinks">Riwayat revisi halaman ini telah dihapus dari arsip publik. Sebagai seorang pengurus situs, Anda dapat melihatnya; detil mungkin tersedia di [{{fullurl:{{ns:special}}:Log/delete|page={{PAGENAMEE}}}} log penghapusan].</div> MediaWiki:Rev-deleted-user 2424 3268 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (nama pengguna dihapus) MediaWiki:Rev-delundel 2425 3269 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default tampilkan/sembunyikan MediaWiki:Revdelete-hide-comment 2426 3270 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tampilkan/sembunyikan ringkasan suntingan MediaWiki:Revdelete-hide-restricted 2427 3271 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terapkan pembatasan bagi pengurus dan pengguna lainnya MediaWiki:Revdelete-hide-text 2428 3272 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sembunyikan teks revisi MediaWiki:Revdelete-hide-user 2429 3273 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sembunyikan nama pengguna/IP penyunting MediaWiki:Revdelete-legend 2430 3274 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Atur batasan revisi: MediaWiki:Revdelete-log 2431 3275 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Log ringkasan: MediaWiki:Revdelete-logentry 2432 3276 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ubah tampilan revisi untuk [[$1]] MediaWiki:Revdelete-selected 2433 3277 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Revisi terpilih dari [[:$1]]: MediaWiki:Revdelete-submit 2434 3278 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terapkan pada revisi terpilih MediaWiki:Revdelete-text 2435 3279 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Revisi yang telah dihapus akan tetap muncul di halaman versi terdahulu, tapi teks isi tidak bisa diakses publik. Pengurus lain akan dapat mengakses isi tersebunyi dan dapat membatalkan penghapusan melalui antarmuka yang sama, kecuali jika ada pembatasan lain yang dibuat oleh operator situs MediaWiki:Revertimg 2436 3280 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default kbl MediaWiki:Revertmove 2437 3281 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default kembalikan MediaWiki:Revertpage 2438 3282 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Suntingan [[{{ns:special}}:Contributions/$2|$2]] ([[{{ns:user_talk}}:$2|Bicara]]) dikembalikan ke versi terakhir oleh [[{{ns:user}}:$1|$1]] MediaWiki:Revisiondelete 2439 3283 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Hapus/batal hapus revisi MediaWiki:Rfcurl 2440 3284 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default http://www.ietf.org/rfc/rfc$1.txt MediaWiki:Rightslog 2441 3285 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Log perubahan hak akses MediaWiki:Rightslogentry 2442 3286 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default mengganti keanggotaan group untuk $1 dari $2 menjadi $3 MediaWiki:Rightsnone 2443 3287 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (tidak ada) MediaWiki:Rollback 2444 3288 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kembalikan suntingan MediaWiki:Rollbackfailed 2445 3289 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pengembalian gagal dilakukan MediaWiki:Rollbacklink 2446 3290 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default kembalikan MediaWiki:Savedprefs 2447 3291 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Preferensi Anda telah disimpan MediaWiki:Savefile 2448 3292 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Simpan berkas MediaWiki:Saveprefs 2449 3293 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Simpan preferensi MediaWiki:Saveusergroups 2450 3294 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Simpan kelompok pengguna MediaWiki:Scarytranscludedisabled 2451 3295 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default [Transklusi interwiki dimatikan] MediaWiki:Scarytranscludefailed 2452 3296 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default [Pengambilan templat $1 gagal; maaf] MediaWiki:Scarytranscludetoolong 2453 3297 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default [URL terlalu panjang; maaf] MediaWiki:Searchcontaining 2454 3298 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Mencari artikel yang mengandung ''$1''. MediaWiki:Searchdisabled 2455 3299 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <p style="margin: 1.5em 2em 1em">Mesin pencari {{SITENAME}} sementara dimatikan karena masalah kinerja. Anda dapat mencari melalui Google untuk sementara waktu. <span style="font-size: 89%; display: block; margin-left: .2em">Indeks Google untuk {{SITENAME}} mungkin belum diperbaharui. Jika istilah pencarian berisi garis bawah, gantikan dengan spasi.</span></p> MediaWiki:Searchfulltext 2456 3300 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Cari di teks lengkap MediaWiki:Searchnamed 2457 3301 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Mencari artikel yang berjudul ''$1''. MediaWiki:Searchresults 2458 3302 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Hasil pencarian MediaWiki:Searchresulttext 2459 3303 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Untuk informasi lebih lanjut tentang pencarian di {{SITENAME}}, lihat [[{{ns:project}}:Pencarian|Melakukan pencarian di {{SITENAME}}]]. MediaWiki:Selectolderversionfordiff 2460 3304 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pilih sebuah versi yang lebih lama untuk perbandingan MediaWiki:Selfmove 2461 3305 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pemindahan halaman tidak dapat dilakukan karena judul sumber dan judul tujuan sama. MediaWiki:Semiprotectedpagewarning 2462 3306 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Catatan:''' Halaman ini sedang dilindungi, sehingga hanya pengguna terdaftar yang bisa menyuntingnya. MediaWiki:Session fail preview 2463 3307 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>Maaf, kami tidak dapat mengolah suntingan Anda akibat terhapusnya data sesi. Silakan coba sekali lagi. Jika masih tidak berhasil, cobalah keluar log dan masuk log kembali.</strong> MediaWiki:Session fail preview html 2464 3308 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>Maaf! Kami tidak dapat memproses suntingan Anda karena hilangnya data sesi.</strong> ''Karena wiki ini mengizinkan penggunaan HTML mentah, pratayang disembunyikan sebagai pencegahan terhadap serangan JavaScript.'' <strong>Jika ini merupakan upaya suntingan yang sahih, silakan coba lagi. Jika masih tetap tidak berhasil, cobalah keluar log dan masuk kembali.</strong> MediaWiki:Sessionfailure 2465 3309 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sepertinya ada masalah dengan sesi log anda; log anda telah dibatalkan untuk mencegah pembajakan. Silahkan tekan tombol "back" dan muat kembali halaman sebelum anda masuk, lalu coba lagi. MediaWiki:Sharedupload 2466 3311 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas ini adalah pemuatan bersama yang mungkin juga dipakai oleh proyek lain. MediaWiki:Shareduploadwiki 2467 3312 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lihat $1 untuk informasi detil. MediaWiki:Shareduploadwiki-linktext 2468 3313 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default halaman deskripsi berkas MediaWiki:Show 2469 3314 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tampilkan MediaWiki:Showbigimage 2470 3315 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Unduhkan versi resolusi tinggi ($1x$2, $3 KB) MediaWiki:Showhidebots 2471 3316 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ($1 bot) MediaWiki:Showingresults 2472 3317 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini ditampilkan <strong>$1</strong> hasil, dimulai dari #<strong>$2</strong>. MediaWiki:Showingresultsnum 2473 3318 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini ditampilkan <strong>$3</strong> hasil, dimulai dari #<strong>$2</strong>. MediaWiki:Showlivepreview 2474 3319 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pratayang langsung MediaWiki:Showpreview 2475 3320 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lihat pratayang MediaWiki:Sitestatstext 2476 3321 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terdapat total '''$1''' halaman dalam basis data. Ini termasuk halaman "pembicaraan", halaman tentang {{SITENAME}}, halaman "rintisan" minimum, halaman peralihan, dan halaman-halaman lain yang mungkin tidak masuk kriteria artikel. Selain itu, ada '''$2''' halaman yang mungkin termasuk artikel yang sah. '''$8''' berkas telah dimuat. Ada sejumlah '''$3''' penampilan halaman, dan sejumlah '''$4''' penyuntingan sejak wiki ini dimulai. Ini berarti rata-rata '''$5''' suntingan per halaman, dan '''$6''' penampilan per penyuntingan. [http://meta.wikimedia.org/wiki/Help:Job_queue Antrian job] adalah sebanyak '''$7'''. MediaWiki:Sitesupport-url 2477 3322 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Project:Sumbangan dana MediaWiki:Skinpreview 2478 3323 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default (Pratayang) MediaWiki:Sourcefilename 2479 3324 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Nama berkas sumber MediaWiki:Sp-contributions-newbies-sub 2480 3325 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Untuk pengguna baru MediaWiki:Sp-contributions-newer 2481 3326 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lebih baru $1 MediaWiki:Sp-contributions-newest 2482 3327 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terbaru MediaWiki:Sp-contributions-older 2483 3328 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lebih lama $1 MediaWiki:Sp-contributions-oldest 2484 3329 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terlama MediaWiki:Sp-newimages-showfrom 2485 3330 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tampilkan gambar baru dimulai dari $1 MediaWiki:Spam blanking 2486 3331 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Semua revisi yang memiliki pranala ke $1, pengosongan MediaWiki:Spam reverting 2487 3332 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Mengembalikan ke versi terakhir yang tak memiliki pranala ke $1 MediaWiki:Spambot username 2488 3333 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pembersihan span MediaWiki MediaWiki:Spamprotectiontext 2489 3334 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman yang ingin Anda simpan diblokir oleh filter spam. Ini mungkin disebabkan oleh pranala ke situs luar. MediaWiki:Spamprotectiontitle 2490 3335 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Filter pencegah spam MediaWiki:Specialpages 2491 3336 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman istimewa MediaWiki:Spheading 2492 3337 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman istimewa untuk semua pengguna MediaWiki:Stubthreshold 2493 3338 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ambang batas tampilan rintisan MediaWiki:Subject 2494 3339 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Subyek/judul MediaWiki:Subjectpage 2495 3340 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman subyek MediaWiki:Successfulupload 2496 3341 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berhasil dimuat MediaWiki:Sysoptext 2497 3342 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tindakan yang Anda minta hanya dapat dilakukan oleh pengguna dengan status "pengurus". Lihat $1. MediaWiki:Sysoptitle 2498 3343 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Akses pengurus diperlukan MediaWiki:Thumbnail error 2499 3344 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kesalahan sewaktu pembuatan gambar kecil (<em>thumbnail</em>): $1 MediaWiki:Thumbsize 2500 3345 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ukuran gambar kecil (<em>thumbnail</em>): MediaWiki:Timezonelegend 2501 3346 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Zona waktu MediaWiki:Titlematches 2502 3347 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Judul artikel yang sama MediaWiki:Tog-autopatrol 2503 3348 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tandai suntingan yang saya lakukan telah dipatroli/diperiksa MediaWiki:Tog-editsection 2504 3349 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Fungsikan penyuntingan sub-bagian melalui pranala [sunting] MediaWiki:Tog-editsectiononrightclick 2505 3350 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Fungsikan penyuntingan sub-bagian dengan klik-kanan pada judul bagian (JavaScript) MediaWiki:Tog-editwidth 2506 3351 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kotak sunting berukuran maksimum MediaWiki:Tog-enotifminoredits 2507 3352 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Surat-e saya juga pada perubahan kecil MediaWiki:Tog-enotifrevealaddr 2508 3353 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berikan surat-e saya pada surat notifikasi MediaWiki:Tog-enotifusertalkpages 2509 3354 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Surat-e saya jika halaman bicara saya berubah MediaWiki:Tog-enotifwatchlistpages 2510 3355 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Surat-e saya jika suatu halaman yang saya pantau berubah MediaWiki:Tog-extendwatchlist 2511 3356 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tampilkan daftar pantauan yang menunjukkan semua perubahan MediaWiki:Tog-fancysig 2512 3357 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Paraf kasar (tanpa pranala otomatis) MediaWiki:Tog-forceeditsummary 2513 3358 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ingatkan saya bila kotak ringkasan suntingan masih kosong MediaWiki:Tog-highlightbroken 2514 3359 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Format pranala patah <a href="" class="new">seperti ini</a> (pilihan: seperti ini<a href="" class="internal">?</a>). MediaWiki:Tog-nocache 2515 3360 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Matikan <em>cache</em> halaman MediaWiki:Tog-previewonfirst 2516 3361 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan pratayang pada suntingan pertama MediaWiki:Tog-previewontop 2517 3362 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan pratayang sebelum kotak sunting dan tidak sesudahnya MediaWiki:Tog-showjumplinks 2518 3363 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Aktifkan pranala pembantu "langsung ke" MediaWiki:Tog-shownumberswatching 2519 3364 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tunjukkan jumlah pemantau MediaWiki:Tog-showtoc 2520 3365 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan daftar isi (untuk halaman yang mempunyai lebih dari 3 sub-bagian) MediaWiki:Tog-showtoolbar 2521 3366 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Perlihatkan <i>toolbar</i> (batang alat) penyuntingan MediaWiki:Tog-underline 2522 3367 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Garis bawahi pranala MediaWiki:Tog-uselivepreview 2523 3368 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Gunakan pratayang langsung (JavaScript) (eksperimental) MediaWiki:Tog-usenewrc 2524 3369 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tampilan perubahan terbaru alternatif (JavaScript) MediaWiki:Tog-watchlisthidebots 2525 3370 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sembunyikan suntingan bot di daftar pantauan MediaWiki:Tog-watchlisthideown 2526 3371 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sembunyikan suntingan saya di daftar pantauan MediaWiki:Tooltip-diff 2527 3372 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lihat perubahan yang telah Anda lakukan. [alt-v] MediaWiki:Tooltip-preview 2528 3373 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pratayang perubahan Anda -- mohon gunakan ini sebelum menyimpan! [alt-p] MediaWiki:Tooltip-watch 2529 3375 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Tambahkan halaman ini ke daftar pantauan Anda [alt-w] MediaWiki:Trackbackbox 2530 3376 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <div id="mw_trackbacks"> Pelacakan balik untuk artikel ini:<br /> $1 </div> MediaWiki:Trackbackdeleteok 2531 3377 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pelacakan balik berhasil dihapus. MediaWiki:Trackbacklink 2532 3378 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lacak balik MediaWiki:Trackbackremove 2533 3379 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ([$1 Hapus]) MediaWiki:Tryexact 2534 3380 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Coba pencocokan eksak MediaWiki:Ucnote 2535 3381 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini adalah <strong>$1</strong> perubahan terakhir pengguna dalam <strong>$2</strong> hari terakhir. MediaWiki:Uid 2536 3382 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default ID pengguna: MediaWiki:Unblocked 2537 3383 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Blokir terhadap [[User:$1|$1]] telah dihilangkan MediaWiki:Uncategorizedcategories 2538 3384 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kategori yang tak terkategori MediaWiki:Uncategorizedimages 2539 3385 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Gambar yang tak terkategori MediaWiki:Uncategorizedpages 2540 3386 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman yang tak terkategori MediaWiki:Undelete 2541 3387 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kembalikan halaman yang telah dihapus MediaWiki:Undelete short 2542 3388 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Batal hapus {{PLURAL:$1|satu suntingan|$1 suntingan}} MediaWiki:Undeletecomment 2543 3389 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Komentar: MediaWiki:Undeletedfiles 2544 3390 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 berkas dikembalikan MediaWiki:Undeletedpage 2545 3391 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <big>'''$1 berhasil dikembalikan'''</big> Lihat [[{{ns:special}}:Log/delete|log penghapusan]] untuk data penghapusan dan pengembalian. MediaWiki:Undeletedrevisions-files 2546 3392 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default $1 revisi and $2 berkas dikembalikan MediaWiki:Undeleteextrahelp 2547 3393 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Untuk mengembalikan keseruhan halaman, biarkan seluruh ''check box'' tidak terpilih dan klik '''''Restore'''''. Untuk melakukan pengembalian seletif, cek kotak revisi yang diinginkan dan klik '''''Restore'''''. Menekan tombol '''''Reset''''' akan mengosongkan isian komentar dan semua ''cek box'' MediaWiki:Undeletehistorynoadmin 2548 3394 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Artikel ini telah dihapus. Alasan penghapusan diberikan pada ringkasan di bawah ini, berikut detil pengguna yang telah melakukan penyuntingan pada halaman ini sebelum dihapus. Isi terakhir dari revisi yang telah dihapus ini hanya tersedia untuk pengurus. MediaWiki:Undeletepage 2549 3395 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Lihat dan kembalikan halaman yang telah dihapus MediaWiki:Undeletereset 2550 3396 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Reset MediaWiki:Underline-default 2551 3397 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sesuai konfigurasi penjelajah web MediaWiki:Unlockdb 2552 3398 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Buka kunci basis data MediaWiki:Unlockdbtext 2553 3399 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Membuka kunci basis data akan mengembalikan kemampuan semua pengguna dalam menyunting halaman, mengubah preferensi pengguna, menyunting daftar pantauan mereka, dan hal-hal lain yang memerlukan perubahan terhadap basis data. Pastikan bahwa ini adalah yang ingin Anda lakukan. MediaWiki:Unprotect 2554 3400 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Ubah perlindungan MediaWiki:Unusedcategories 2555 3402 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kategori yang tak digunakan MediaWiki:Unusedcategoriestext 2556 3403 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kategori berikut ada walaupun tidak ada artikel atau kategori lain yang menggunakannya. MediaWiki:Unusedimages 2557 3404 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Gambar yang tak digunakan MediaWiki:Unusedimagestext 2558 3405 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <p>Perhatikan bahwa situs web lain mungkin dapat berpaut ke sebuah berkas gambar secara langsung, dan berkas-berkas gambar seperti itu mungkin terdapat dalam daftar ini meskipun masih digunakan oleh situs web lain. MediaWiki:Unusedtemplates 2559 3406 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Templat yang tak digunakan MediaWiki:Unusedtemplatestext 2560 3407 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Daftar berikut adalah halaman pada namespace templat yang tidak dipakai di halaman manapun. Cek dahulu pranala ke templat tersebut sebelum menghapusnya. MediaWiki:Unusedtemplateswlh 2561 3408 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default pranala ke halaman ini MediaWiki:Unwatchedpages 2562 3410 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Halaman yang tak dipantau MediaWiki:Unwatchthispage 2563 3411 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Batal pantau halaman ini MediaWiki:Updatedmarker 2564 3412 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default diubah sejak kunjungan terakhir saya MediaWiki:Upload directory read only 2565 3413 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Direktori pemuatan ($1) tidak dapat ditulis oleh server web. MediaWiki:Uploadbtn 2566 3414 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Muatkan berkas MediaWiki:Uploadcorrupt 2567 3415 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas tersebut rusak atau ekstensinya salah. Silakan periksa berkas tersebut dan muatkan kembali. MediaWiki:Uploaddisabled 2568 3416 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Maaf, pemuatan dimatikan. MediaWiki:Uploaddisabledtext 2569 3417 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pemuatan berkas di tidak diizinkan di wiki ini. MediaWiki:Uploadedfiles 2570 3418 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas yang telah dimuat MediaWiki:Uploadedimage 2571 3419 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default memuat "[[$1]]" MediaWiki:Uploaderror 2572 3420 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kesalahan pemuatan MediaWiki:Uploadlog 2573 3421 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default log pemuatan MediaWiki:Uploadlogpage 2574 3422 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Log pemuatan MediaWiki:Uploadlogpagetext 2575 3423 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Di bawah ini adalah log pemuatan berkas. Semua waktu yang ditunjukkan adalah waktu server (UTC). MediaWiki:Uploadnewversion-linktext 2576 3424 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Muatkan versi yang lebih baru dari berkas ini MediaWiki:Uploadnologin 2577 3425 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Belum masuk log MediaWiki:Uploadnologintext 2578 3426 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] untuk dapat memuatkan berkas. MediaWiki:Uploadscripted 2579 3427 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas ini mengandung HTML atau kode yang mungkin mungkin diinterpretasikan dengan keliru oleh pelayar web. MediaWiki:Uploadvirus 2580 3428 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Berkas tersebut mengandung virus! Detil: $1 MediaWiki:Uploadwarning 2581 3429 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Peringatan pemuatan MediaWiki:Usercssjsyoucanpreview 2582 3431 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default <strong>Tips:</strong> Gunakan tombol 'Lihat pratayang' untuk menguji CSS/JS baru Anda sebelum menyimpannya. MediaWiki:Usercsspreview 2583 3432 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Ingatlah bahwa yang Anda lihat hanyalah pratayang CSS Anda, dan bahwa pratayang tersebut belum disimpan!''' MediaWiki:Userinvalidcssjstitle 2584 3433 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Peringatan:''' Kulit "$1" tidak ditemukan. Harap diingat bahwa halaman .css dan .js menggunakan huruf kecil, contoh {{ns:user}}:Foo/monobook.css dan bukannya {{ns:user}}:Foo/Monobook.css. MediaWiki:Userjspreview 2585 3434 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default '''Ingatlah bahwa yang Anda lihat hanyalah pratayang JavaScript Anda, dan bahwa pratayang tersebut belum disimpan!''' MediaWiki:Userlogin 2586 3435 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Masuk log / buat akun MediaWiki:Userlogout 2587 3436 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Keluar log MediaWiki:Usermailererror 2588 3437 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Kesalahan obyek surat: MediaWiki:Username 2589 3438 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Nama pengguna: MediaWiki:Userrights 2590 3439 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Manajemen hak pengguna MediaWiki:Userrights-editusergroup 2591 3440 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Sunting grup pengguna MediaWiki:Userrights-groupsavailable 2592 3441 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Grup yang tersedia: MediaWiki:Userrights-groupshelp 2593 3442 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Pilih grup yang Anda ingin hapus dari atau tambahkan pada pengguna. Grup yang tak dipilih tak akan diganti. Anda dapat membatalkan pilihan dengan menekan tombol CTRL + Klik kiri MediaWiki:Userrights-groupsmember 2594 3443 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Anggota dari: MediaWiki:Userrights-logcomment 2595 3444 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Keanggotaan grup diganti dari $1 ke $2 MediaWiki:Userrights-lookup-user 2596 3445 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Mengatur grup pengguna MediaWiki:Userrights-user-editname 2597 3446 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Masukkan nama pengguna: MediaWiki:Userstatstext 2598 3447 2006-07-01T18:52:44Z MediaWiki default Terdapat '''$1''' pengguna terdaftar. '''$2''' (atau '''$4%''') diantaranya adalah pengurus (lihat $3). MediaWiki:Versionrequired 2599 3448 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Dibutuhkan MediaWiki versi $1 MediaWiki:Versionrequiredtext 2600 3449 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default MediaWiki versi $1 dibutuhkan untuk menggunakan halaman ini. Lihat [[{{ns:special}}:Version]] MediaWiki:Viewdeleted 2601 3451 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Lihat $1? MediaWiki:Viewdeletedpage 2602 3452 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Lihat halaman yang telah dihapus MediaWiki:Views 2603 3453 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Tampilan MediaWiki:Viewsourcefor 2604 3454 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default dari $1 MediaWiki:Watchdetails 2605 3455 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default * $1 halaman dipantau, tidak termasuk halaman bicara * [[{{ns:special}}:Watchlist/edit|Lihat dan sunting daftar pantauan]] * [[{{ns:special}}:Watchlist/clear|Hapus semua halaman dari daftar]] MediaWiki:Watcheditlist 2606 3456 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Berikut ini adalah daftar halaman-halaman yang Anda pantau. Untuk menghapus halaman dari daftar pantauan Anda, berikan tanda cek pada kotak cek di sebelah judul halaman yang ingin Anda hapus, lalu klik tombol 'Keluarkan halaman yang ditandai dari daftar pantauan' yang terletak di bagian bawah layar. MediaWiki:Watchlist 2607 3457 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Daftar pantauan MediaWiki:Watchlistall1 2608 3458 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default semua MediaWiki:Watchlistall2 2609 3459 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default semua MediaWiki:Watchlistanontext 2610 3460 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Silakan $1 untuk melihat atau menyunting daftar pantauan Anda. MediaWiki:Watchlistclearbutton 2611 3461 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Kosongkan daftar pantauan MediaWiki:Watchlistcleardone 2612 3462 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Daftar pantauan Anda telah dikosongkan. $1 entri telah dihapus. MediaWiki:Watchlistcleartext 2613 3463 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Apakah Anda yakin untuk menghapusnya? MediaWiki:Watchlistcontains 2614 3464 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Daftar pantauan Anda berisi $1 halaman. MediaWiki:Watchlistcount 2615 3465 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default '''Anda memiliki $1 entri di daftar pantauan Anda, termasuk halaman diskusi/bicara.''' MediaWiki:Watchlistfor 2616 3466 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default (untuk '''$1''') MediaWiki:Watchnochange 2617 3467 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Tak ada halaman pantauan Anda yang telah berubah dalam jangka waktu yang dipilih. MediaWiki:Watchnologin 2618 3468 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Belum masuk log MediaWiki:Watchnologintext 2619 3469 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] untuk mengubah daftar pantauan. MediaWiki:Watchthispage 2620 3470 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Pantau halaman ini MediaWiki:Whatlinkshere 2621 3471 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Pranala ke halaman ini MediaWiki:Whitelistacctext 2622 3472 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Untuk dapat membuat akun dalam Wiki ini, Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|login]] dan mempunyai izin yang tepat. MediaWiki:Whitelistacctitle 2623 3473 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda tidak diperbolehkan untuk membuat akun MediaWiki:Whitelistedittext 2624 3474 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda harus $1 untuk dapat menyunting artikel. MediaWiki:Whitelistedittitle 2625 3475 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Perlu masuk log untuk menyunting MediaWiki:Whitelistreadtext 2626 3476 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda harus [[{{ns:special}}:Userlogin|masuk log]] untuk dapat membaca artikel. MediaWiki:Whitelistreadtitle 2627 3477 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Perlu masuk log untuk membaca MediaWiki:Wldone 2628 3479 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Selesai. MediaWiki:Wlheader-enotif 2629 3480 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default * Notifikasi surat-e diaktifkan. MediaWiki:Wlheader-showupdated 2630 3481 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default * Halaman-halaman yang telah berubah sejak kunjungan terakhir Anda ditampilkan dengan '''huruf tebal''' MediaWiki:Wlhideshowbots 2631 3482 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default $1 suntingan bot MediaWiki:Wlhideshowown 2632 3483 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default $1 suntingan saya MediaWiki:Wlnote 2633 3484 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Di bawah ini adalah daftar $1 perubahan terakhir dalam <strong>$2</strong> jam terakhir. MediaWiki:Wlsaved 2634 3485 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Ini adalah versi tersimpan dari daftar pantauan Anda. MediaWiki:Wrongpasswordempty 2635 3486 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda tidak memasukkan kata sandi. Silakan coba lagi. MediaWiki:Youhavenewmessages 2636 3487 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda mempunyai $1 ($2). MediaWiki:Youhavenewmessagesmulti 2637 3488 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Anda mendapat pesan-pesan baru $1 MediaWiki:Yourdomainname 2638 3489 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Domain Anda MediaWiki:Youremail 2639 3490 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Surat elektronik * MediaWiki:Yourlanguage 2640 3491 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Bahasa antarmuka: MediaWiki:Yournick 2641 3492 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Nama samaran (untuk tanda tangan): MediaWiki:Yourrealname 2642 3493 2006-07-01T18:52:45Z MediaWiki default Nama asli * Pengguna:Jon Harald Søby 2643 3494 2006-07-02T15:04:15Z Jon Harald Søby 88 I am '''[[m:User:Jon Harald Søby|Jon Harald Søby]]'''. You can contact me [[m:User talk:Jon Harald Søby|on Meta]].&nbsp;&nbsp; [[ang:User:Jon Harald Søby]] [[ar:User:Jon Harald Søby]] [[az:User:Jon Harald Søby]] [[bg:User:Jon Harald Søby]] [[bs:User:Jon Harald Søby]] [[ca:User:Jon Harald Søby]] [[cs:User:Jon Harald Søby]] [[cy:User:Jon Harald Søby]] [[da:User:Jon Harald Søby]] [[de:User:Jon Harald Søby]] [[el:User:Jon Harald Søby]] [[en:User:Jon Harald Søby]] [[es:User:Jon Harald Søby]] [[et:User:Jon Harald Søby]] [[fa:User:Jon Harald Søby]] [[fi:User:Jon Harald Søby]] [[fo:User:Jon Harald Søby]] [[fr:User:Jon Harald Søby]] [[gl:User:Jon Harald Søby]] [[he:User:Jon Harald Søby]] [[hr:User:Jon Harald Søby]] [[ht:User:Jon Harald Søby]] [[hu:User:Jon Harald Søby]] [[id:User:Jon Harald Søby]] [[is:User:Jon Harald Søby]] [[it:User:Jon Harald Søby]] [[ja:User:Jon Harald Søby]] [[kn:User:Jon Harald Søby]] [[ko:User:Jon Harald Søby]] [[la:User:Jon Harald Søby]] [[lt:User:Jon Harald Søby]] [[ml:User:Jon Harald Søby]] [[nl:User:Jon Harald Søby]] [[no:User:Jon Harald Søby]] [[pl:User:Jon Harald Søby]] [[pt:User:Jon Harald Søby]] [[ro:User:Jon Harald Søby]] [[ru:User:Jon Harald Søby]] [[sk:User:Jon Harald Søby]] [[sl:User:Jon Harald Søby]] [[sr:User:Jon Harald Søby]] [[sv:User:Jon Harald Søby]] [[te:User:Jon Harald Søby]] [[th:User:Jon Harald Søby]] [[tr:User:Jon Harald Søby]] [[uk:User:Jon Harald Søby]] [[vi:User:Jon Harald Søby]] [[yi:User:Jon Harald Søby]] [[zh:User:Jon Harald Søby]]