Museum Fatahillah

Saka Wikipédia, Ènsiklopédhi Bébas ing basa Jawa / Saking Wikipédia, Bauwarna Mardika mawi basa Jawi

MUSEUM SEJARAH JAKARTA Jalan Taman Fatahillah No.l Jakarta Barat.

Sebuah bangunan bergaya klasik berdiri megah dengan Taman Fatahillah-nya, adalah gedung Museum Serajah Jakarta yang merupakan salah satu dari sejumlah bangunan cagar budya yang keberadaannya perlu dilestarikan. Gedung tersebut memiliki sejarah Kota Jakarta yang diperlukan untuk pendidikan dan diharapkan pula dapat menjadi sarana pembinaan bagk masyarakat.

Sejarah Jakarta diperkirakan dimulai sekitar tahun 3500 sM. Diawali dengan terbntuknya permukiman prasejarah di sekitar sepanjang daerah aliran Sungai Ciliwung. Perkiraan tersebut berdasarkan temuan arkeologis atas benda-benda peralatan hidup di Pasar Minggu, Tanjung Timur, Condet, Kelapa Dua dan lainnya. Kemudia hadir Kerajaan Tarumanegara sekitar pertengahan abad ke 5 berdasarkan transkripsi Prasasti Tugu yagn ditemukan di Desa Batu Tumbuh sSukapura dekat Tanjug priok. Berikutnya terdengar Bandar Kelapa sekitar abad Ke 12 dibawah kekuasaan Raja sunda sehingga dijuluki bandar Sunda Kelapa, pada 22 Juni 1527 pasukan gabungan Demak- Cirebon-banten diimpin oleh Fatahillah merebut bandar Sunda Kelapa dan mengganti namanya dengan Jayakarta(kemenangan yagn nyata) terjemahan dari kata Fathan Mubinan. Peristiwa tersebut dijadikan dasar hari lahir kota Jakarta dan diperingati setiap tahun apda 22 Juni, menyusul pada 30 Mei 1619 orang-orang belanda dalam wadah VOC yang dipimpin oleh an Pieterszoon Coen merebut Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Hampir 3,5 abad (1619-1942) Jakarta dikuasai Belanda dengan nama Batavia, sehingga penduduk pribumi menyebutnya dengan Betawi.

Pada tanggal 8 Maret 1942 Jakarta dikuasai Jepang, kemudian nama Batavia diubah menjadi Jakarta berdasarkan maklumat Guenselkanbu 10 Desember 1942. Namanya itu yagn terus dipertahankan hingga kini.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yang diikuti aktifitas perjuangan menyebabkan Jakarta menjadi kota Perjuangan 1945-1949, menajadi Pusat Pemerintahan (Ibukota Negara) bebeapa bulan, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta dari tahun 1946-1949, lalu kembali lagi ke Jakarta sampai saat ini.

Sejarah Gedung

Gedung Museum sejarah jakarta yang terlihat saat ini merupakan bangunan generasi ketiga. Peletakan batu pertamanya leh Petronella Willemina Van Hoon putri Gubernur Jenderal Joan Van Hoon 25 januari 1707. Pelaksanaan pembangunan berjalan lebih kurang tiga tahun dan diresmikan pada 10 Juli 1710. Perencanaan bangunan dibuat oleh W.J.van der Velde yang meniru balaikota Amsterdam. Bangunan bergaya barok klasik.

Pelaksanaan pekerjaan dipimpin oleh Yan Kemmer yang menerima upah pekerjaan sebesar 28.800ringgit (rijksdoaldlers). Untuk pembangunan ini didatangkan orang-orang Cina dari banten dan Fomusa untuk menjadi kuli bangunan dengan upah murah. Gedung ini dinamakan Sladhuis (Balaikota)digunakna untuk kantor Gubernur Jenderal kantor Rood Van Justine, kantor College van Schepener;Weskammer, Balakota dan Dewan Urusan Kawin.

Melengkapi gedung ini dibangun juga penjara dan tempat tinggal sipir yang selesai pada 1712. Pancuran air yang berada di taman depan gedung dibangun tahun 1743. Dalam perjalanannya beberapa instansi yang semula berkantor di gedung ini, kemudian pindah ketempat lain. Kantor Gubernur jenderal sejak 1826 pindah ke Weltevreden. Pada tahun 1925 gedung ini menjadi kantor Gubernur Jawa barat sampai 1942. Oleh Jepang pada 1942 gedung ini digunakan sebagai markas militer. Sejak Kemerdekaan Republik Indonesia 1945 mulanya digunakan sebagai Knator gubernur Jawa barat (Agustus-Desember1945), kemudia Knator Koamndo Militer Kota (KMK) I kemudian menjadi Koamndo Distrik Militer (KODIM) 0503 sampai tahun 1972. Sejak diambil alih oleh Pemerintah DKI Jakarta pada 1972 untuk dipugar sebagai Gedung Museum Sejarah Jakarta, yang peresmiannya diakukan oleh Gubernr Ali Sadikin pada 30 Maret 1974.

Koleksi Museum Sejarah

Museum megnumpulkan, merawat, melestarikan dan memamerkan benda-benda koleksi yang berkaitan dengan kesejarahan Jakarta dari masa Prasejarah sampai awal pertengahan abad ke-20.

Benda koleksi terdiri dari berbagai jenis dan bahan berdasarkan kurun waktu sejarah dan budaya di Jakarta. Diantaranya, koleksi Prasejarah seperti benda peralatan Kapak Batu, Beliung Batu, Belincung, Gerabah dari tanah liat bakar. Benda peralatan Gelang logam, Kapak Perunggu, Manik-manik. Masa Hindu Budha koleksi replika Prasasti Tugu, Ciaruteun, Cidanghiang, Kebon Kopi dan berbagai patung Batu-Logam sekitar abad ke-5-7.

Masa Jayakarta, peninggalan unsur budaya Islam Kaligrafi Umbul-umbul Bendera Singa Ali, Meriam Cirebon. Masa Kolonial Belanda, koleksi Lukisan para Gubernur Jenderal Batavia, Meubel, jenis-jenis Senjata, Numesmatik, Kristal, Perak VOC, dan lain-lain.

Peralatan masyarakat budaya Betawi, Musik Tanjidor, Gambang Kromong, Ondel-ondel, Busana Betawi, model jenis rumah tradisional Betawi, Koleksi Museum Sejarah Jakarta, sebagian disimpin di ruang storage/gudang.*

Basa liyane